Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SUMBER DAYA ALAM
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK
MAKE A MATCH PADA KELAS III SD N SRUWEN 03 SEMESTER GENAP
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Mundakir
Sekolah Dasar Negeri Sruwen 03 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang
ABSTRAK
IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Pembelajaran IPA masih menerapkan pembelajaran yang berpusat pada guru, yaitu pembelajaran yang didominasi oleh metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan yang membuat siswa cenderung pasif. Pembelajaran kooperatif teknik make a match merupakan pembelajaran yang menggunakan sistem gotong royong sebagai strategi pembelajarannya sehingga mampu memotivasi siswa untuk aktif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru akan pentingnya inovasi dalam pembelajaran. Subjek penelitian ini yaitu guru yang mengajar kelas III dan siswa kelas III SD Negeri Sruwen 03 yang berjumlah 15 siswa. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus melalui 4 tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Siklus I dan siklus II masing- masing terdiri dari dua pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran. Cara pengumpulan data melalui tes formatif dan lembar pengamatan. Indikator keberhasilan meliputi pengamatan performansi guru minimal B atau nilai akhir 70. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa ditandai dengan keterlibatan siswa dalam belajar 75%. Serta hasil belajar siswa secara klasikal 75% siswa yang memperoleh skor > 73. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, dan pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik. Aktivitas siswa sebelum perbaika termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, dan pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajarsebelum perbaikan 26%, siklus I 60% , dan siklus II 87%. Pelaksanaan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif teknik make a match pada mata pelajaran IPA materi Sumber Daya Alam dapat meningkatkan performansi guru, aktivitas dan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Sruwen 03.
Kata Kunci: Pembelajaran IPA, Make A Match, Hasil Belajar.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui proses pembelajaran maupun cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pendidikan sangat penting bagi kehidupan. Melalui pendidikan, manusia dapat memperoleh pengalaman yang bermakna bagi dirinya, masyarakat maupun pembangunan bangsa.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang kondusif agar siswa secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Terkait dengan pelaksanaan program pendidikan di Indonesia, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh baik pendidikan formal maupun informal. Tidak hanya pemerintah, seluruh komponen bangsa wajib berpartisipasi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Menurut taksonomi Bloom (Anni 2007: 7), cakap dan berilmu yang tercantum dalam UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 merupakan aspek kognitif, sedangkan berakhlak mulia, sehat, beriman dan bertakwa merupakan aspek afektif, sementara itu kreatif dan mandiri merupakan aspek psikomotorik. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa sistem pembelajaran dan penilaian pada semua jenjang pendidikan harus mencerminkan ketiga aspek perkembangan siswa tersebut (kognitif, afektif, dan psikomotorik).
Prihantoro (Trianto 2010: 142), menyatakan bahwa pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum sebagaimana termaktub dalam taksonomi Bloom bahwa diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Di samping hal itu, pembelajaran sains diharapkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi. Di dalam mencari jawaban terhadap suatu permasalahan. Karena ciri-ciri tersebut yang membedakan dengan pembelajaran lainnya.
Trianto (2010: 153), menyatakan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Upaya untuk memberikan pelayanan pembelajaran yang bermakna bagi siswa dalam mencapai tujuan pendidikan, dapat ditempuh dengan berbagai cara. Salah satu upaya tersebut yaitu dengan melaksanakan inovasi pembelajaran, misalnya menggunakan metode, model, maupun pendekatan pembelajaran. Menurut Sudrajat (2008: 1), yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Sementara yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran adalah suatu titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teori tertentu.
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengkaji tentang penggunaan suatu model pembelajaran untuk mata pelajaran IPA pada materi Sumber Daya Alam. Model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa pada mata pelajaran IPA materi Sumber Daya Alam yaitu model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Model pembelajaran ini, merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Keunggulan teknik ini adalah mampu menciptakan suasana belajar aktif serta menyenangkan bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Hasil belajar siswa mata pelajaran IPA di SD Negeri Sruwen 03 saat ini masih rendah. Hal ini nampak dari kurang aktifnya siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA. Metode ceramah yang kurang bervariasi masih menjadi metode utama dalam pembelajaran di SD tersebut. Dalam kondisi yang demikian, maka pembelajaran IPA bersifat verbalistik, sehingga apa yang telah dipelajari oleh siswa tidak dapat bertahan lama. Materi yang dipelajari hanya disampaikan secara lisan tanpa diikuti pemahaman konsep secara mendalam. Kurang aktifnya guru dalam berinovasi dan berkreasi menerapkan berbagai model, metode maupun pendekatan pembelajaran turut mempengaruhi hasil belajar siswa di SD tersebut.
Dari pemaparan tersebut, peneliti melihat bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA adalah cara penyampaian materi yang kurang menarik bagi siswa karena guru masih menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah yang kurang bervariasi. Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode dan teknik yang kurang bervariasi ini tentunya akan membawa kondisi kelas tidak lagi nyaman bagi siswa di dalam kegiatan belajar sehingga timbul suasana yang kurang kondusif akibat kejenuhan siswa. Faktor inilah yang kemudian mempengaruhi hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Sruwen 03 pada mata pelajaran IPA semester 2. Setelah dilakukan pre test, ternyata masih ada siswa yang nilainya belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), yaitu 73. Dari 15 siswa, hanya 4 siswa yang mendapat nilai ≥ 73 atau sekitar 26%, sedangkan siswa yang mendapat nilai ≤ 73 sebanyak 11 siswa atau sekitar 74%. Dengan demikian, tujuan pembelajaran belum sesuai yang diharapkan.
Atas dasar kenyataan yang terjadi di SD Negeri Sruwen 03, bahwa penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru dapat mempengaruhi perolehan hasil belajar siswa. Penerapan model pembelajaran yang masih bersifat konvensional pada mata pelajaran IPA tersebut ternyata menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Untuk itu, guru harus aktif dan kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.
Dari uraian latar belakang di atas, agar peningkatan pembelajaran berjalan secara efektif diperlukan upaya yang lebih sistematis dan objektif. Untuk itu, peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul †Peningkatan Hasil Belajar Sumber Daya Alam Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match Pada Kelas III SD N Sruwen 03 Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016â€.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana cara meningkatkan performansi guru melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match pada mata pelajaran IPA materi Sumber Daya Alam di kelas III SD Negeri Sruwen 03?
b. Bagaimana cara meningkatkan aktivitas siswa kelas III dalam pembelajaran IPA materi Sumber Daya Alam melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match di SD Negeri Sruwen 03?
c. Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar siswa kelas III dalam pembelajaran IPA materi Sumber Daya Alam melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match di SD Negeri Sruwen 03?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dasar dalam mata pelajaran IPA materi Sumber Daya Alam dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:
a. Mendeskripsi peningkatan performansi guru dalam pembelajaran IPA materi Sumber Daya Alam dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match pada siswa kelas III di SD Negeri Sruwen 03,
b. Mendeskripsi peningkatan aktivitas belajar IPA materi Sumber Daya Alam dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match pada siswa kelas III di SD Negeri Sruwen 03,
c. Mendeskripsi peningkatan hasil belajar IPA materi Sumber Daya Alam dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match pada siswa kelas III di SD Negeri Sruwen 03.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat bagi:
Bagi Siswa
a. Memberi pengalaman pembelajaran yang bermakna,
b. Meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran IPA,
c. Meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam belajar IPA,
d. Meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran IPA,
e. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran IPA.
Bagi Guru
a. Meningkatkan profesionalisme dan kreativitas guru dalam proses pembelajaran,
b. Meningkatkan kemampuan guru untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran di sekolah,
c. Meningkatkan mutu hasil pembelajaran,
d. Memotivasi minat guru dalam kegiatan penelitian ilmiah,
e. Meningkatkan pengalaman dalam kegiatan pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match.
Bagi Sekolah
a. Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran dan meningkatkan kualitas pendidikan dasar,
b. Memberi acuan dalam pelaksanaan pembelajaran IPA di sekolah.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Belajar
Gagne dan Berliner (Anni 2007: 2), mengemukakan bahwa belajar merupakan proses di mana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Belajar menurut Slameto (Kurnia 2007: 1.3), adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara Skinner (Dimyati 2009: 9) mendefinisikan belajar adalah suatu perilaku yang dapat meningkatkan respon seseorang, sedangkan orang yang tidak belajar akan mengalami penurunan respon.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu ke arah yang lebih baik yang bersifat relatif tetap akibat adanya interaksi dan latihan yang dialaminya. Ciri khas bahwa seseorang telah melakukan kegiatan 9 belajar adalah adanya perubahan pada diri orang tersebut, yaitu dari belum mampu menjadi mampu.
Teknik Mencari Pasangan (Make A Match)
Teknik mencari pasangan (make a match) yaitu teknik yang dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini yaitu siswa mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia (Isjoni 2010: 67).
Menurut Suprijono (2009: 94), hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan make a match yaitu kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari katu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Perlu diketahui bahwa tidak semua siswa baik yang berperan sebagai pemegang kartu pertanyaan, kartu jawaban, maupun penilai mengetahui dan memahami secara pasti apakah betul kartu pertanyaan dan jawaban yang mereka pasangkan sudah cocok. Demikian halnya bagi siswa yang menjadi kelompok penilai. Mereka juga belum mengetahui pasti apakah penilaian mereka benar atas pasangan pertanyaan dan jawaban. Berdasarkan kondisi inilah guru memfasilitasi diskusi untuk memberikan kesempatan kepada seluruh siswa mengonfirmasikan hal-hal yang mereka telah lakukan yaitu memasangkan pertanyaan dan jawaban serta melaksanakan penilaian.
KERANGKA BERPIKIR
Dari hasil evaluasi mata pelajaran IPA, diperoleh beberapa siswa mendapatkan nilai yang belum mencapai nilai KKM (75). Hal tersebut dikarenakan guru masih menggunakan metode pembelajaran ceramah yang kurang bervariasi. Siswa hanya menerima materi yang diberikan oleh guru tanpa mencoba untuk mengonstruksi sendiri pengetahuan (materi) yang terdapat dalam mata pelajaran IPA. Hal ini dapat mengakibatkan pembelajaran menjadi tidak bermakna bagi siswa dan menjadikan siswa mudah lupa terhadap materi yang telah dipelajarinya.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, peneliti akan menerapkan model kooperatif teknik make a match dalam mata pelajaran IPA. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga materi pembelajaran juga dapat dipahami siswa. Kejelasan materi akan diperoleh melalui interaksi dengan teman sebaya dalam kelompoknya. Selain itu, pengetahuan dan pengalaman guru tentang model pembelajaran kooperatif teknik make a match semakin bertambah. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match ini, diharapkan pembelajaran akan lebih bermakna, sehingga performansi guru, aktivitas dan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Sruwen 03 pada mata pelajaran IPA juga akan meningkat.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian direncanakan pada hari Rabu tanggal 13 April 2016 untuk siklus 1, siklus 2 pada hari Rabu tanggal 27 April 2016 dan siklus 3 pada hari Rabu tanggal 4 Mei 2016.
Penelitian dilakukan di kelas III Sekolah Dasar Negeri Sruwen 03 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, yang merupakan objek Penelitian.
Sesuai dengan dengan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) antara lain bahwa penelitian dilakukan atau dalam upaya menyelesaikan masalah pembelajaran yang dirasakan oleh guru dan siswa atau permasalahan yang aktual yang dirasakan oleh guru dan siswa.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri Sruwen 03 Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang sebanyak 15 orang yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan perempuan sebanyak 8 orang.
Sumber Data
Sumber data yang diperoleh peneliti adalah berdasarkan penelitian guru dalam proses Pembelajaran dari hasil ulangan yang diperoleh hanya mencapai rata-rata 60 ketika ditanyakan pada siswa ternyata hampir 74% siswa menjawab kesulitan.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENULISAN
Deskripsi Kondisi Awal
Gambaran Sekolah
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Sruwen 03 KecamatanTengaran Kabupaten Semarang, dengan subyek penelitian siswa Kelas III sebanyak 15 siswa. Letak Sekolah Dasar Negeri SRUWEN 03 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
Sekolah Dasar Negeri Sruwen 03 terletak di desa Sruwen Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Suasana Sekolah Dasar Negeri Sruwen 03 masih asri dengan suasana perdesaan, di barat Sekolah Dasar Negeri Sruwen 03 terdapat kebun, rumah warga, di sebelah utara dan timur terdapat perumahan warga, dan di selatan juga terdapat perumahan warga.
Keadaan Siswa
Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah, keadaan siswa Kelas III SD Sruwen 03 Desa Sruwen pada semester II diperoleh data yaitu dari 15 siswa yaitu 7 laki-laki dan 8 perempuan.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA, siswa kurang antusias dalam menghadapi pelajaran.
Kemampuan Siswa
Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=73) sebanyak 11 siswa atau 74%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 4 siswa dengan persentase 26%.
Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=73) sebanyak 6 siswa atau 60%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 9 siswa dengan persentase 60%.
Deskripsi dan Pembahasan Siklus II
Ketuntasan belajar siswa siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=73) sebanyak 2 siswa atau 13%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanya 13 siswa dengan persentase 87%.
Berikut ini akan disajikan peningkatan hasil keterampilan guru, aktivitas siswa, hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match,dengan pada siklus I, dan siklus II yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Rekapitulasi Hasil Observasi Pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match pada Siswa Kelas III dalam Pembelajaran IPA
No |
Aspek yang diamati |
Sebelum Perbaikan |
Siklus I |
Siklus II
|
1 |
Ketrampilan Guru |
Cukup |
Baik |
Sangat Baik |
2 |
Aktivitas Siswa |
Cukup |
Baik |
Sangat Baik |
3 |
Hasil Belajar |
26% Tuntas |
60% Tuntas |
87% Tuntas |
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, dan pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik. Aktivitas siswa sebelum perbaika termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, dan pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajarsebelum perbaikan 26%, siklus I 60% , dan siklus II 87%. Pelaksanaan tindakan dari siklus I sampai dengan siklus II menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.
PENUTUP
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai peningkatan kualitaspembelajaran yang meliputi, keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Matct pada siswa kelas III SD N Sruwen 03, dapat disimpulkan sebagaiberikut:
1. Keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklusI mendapatkan kategori baik,dan pada siklus II mendapatkan kategori sangat baik.
2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I mendapatkan kategori baik, dan pada siklus II mendapatkan kategori sangat baik. Hal itu ditunjukkan peningkatan aktivitas siswa pada setiap siklusnya dan keaktifan dalam mengikuti pelajaran,bekerja-sama dan tanggung jawab dalam diskusi kelompok serta mengikuti setiap kegiatan sesuai dengan instruksi dari guru selama pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match.
3. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase ketuntasan klasikal hasil belajar sebelum perbaikan 26%, siklus I 60% , dan siklus II 87%. Dan dapat disimpulan penelitian telah mencapai indikator kaberhasilan yang telah ditetapkan yaitu, 80% dengan KKM pada mata pelajaran IPA sebesar 73.
Dengan demikian, maka hipotesis tindakan dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match terbukti kebenarannya yaitu, dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, serta hasil belajar siswa kelas III pada mata pelajaran IPA.
A. SARAN
Setelah melaksanakan pembelajaran kooperatif teknik make a match di kelas III SD Negeri Sruwen 03, ada beberapa saran dari peneliti kepada siswa, guru, dan sekolah. Adapun sarannya sebagai berikut:
1. Guru dalam kegiatan pembelajaran dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match untuk meningkatkan kualitas pembelajaran mata pelajaran IPA materi Sumber Daya Alam. Terutama bagi guru yang mengajar di kelas III dengan karakteristik yang hampir sama dengan latar penelitian ini. Selain itu, guru harus mengupayakan agar siswa lebih aktif pada proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match sehingga siswa dapat berinteraksi secara positif dengan guru maupun dengan siswa lain.
2. Sekolah harus mendukung pelaksanaan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, serta menyenangkan pada berbagai pelajaran khususnya mata pelajaran IPA dengan mengikutsertakan guru dalam kegiatan peningkatan kompetensi yang mendukung peningkatan kualitas pembelajaran. Selain itu, sekolah juga harus memberikan fasilitas pembelajaran yang mendukung terselenggaranya pembelajaran yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Soli. 2008. Strategi Pembelajaran. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan Nasional.
Amri, Sofan dan Ahmadi, Iif Khoiru. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Anni, Catharina Tri. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. 7 Tips Aplikasi PAKEM. Yogyakarta: DIVA Press. BSNP. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Emmer, Edmund T dan Gerwels, Mary Claire. 2002. Cooperative learning in elementary classrooms: teaching practices and lesson characteristics. The Elementary School Journal. 103.1: 75.
Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Komaidi, Didik dan Wijayati, Wahyu. 2011. Panduan Lengkap PTK. Yogyakarta: Sabda Media.
Kurnia, Ingridwati. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan Nasional.
Pusat Pengembangan PPL. 2011. Pedoman PPL Universitas Negeri Semarang. Semarang: Mendiknas.
Rifa’i, Achmad. 2008. Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT MKK UNNES.
Rofi’ah, Deuis Daniyati. 2011. Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Globalisasi Melalui Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Dawuan Kabupaten Cirebon. Skripsi
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Shrake, Douglas L, et. al. 2006. What is science? Journal of Science.106: 130- 135.
Sudjana, Nana. 2010. Dasar-dasar Proses Belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian Model, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran. Online.
Avalaible at [http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/model-strategi-metode- teknik-dan-model-pembelajaran/] (akses 28/01/2012).
Sugandi, Achmad. 2007. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Semarang: Aneka Ilmu.
Yonny, Acep. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia.