PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN BILANGAN CACAH MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEORI BELAJAR JEROME S BRUNER

PADA SISWA KELAS I SD NEGERI BAKALREJO 01 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Hudah Hasani

Sekolah Dasar Negeri Bakalrejo 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar operasi hitung penjumlahan bilangan cacah dengan menggunakan pendekatan teori belajar Jerome S Bruner pada siswa kelas I SD N Bakalrejo 01.Subjek pada penelitian ini yaitu guru dan siswa kelas I SD N Bakalrejo 01 tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 29 siswa. Selain itu, peneliti mengunakan jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus selama satu kali pertemuan. Setiap siklus dilaksanakan melalui 4 tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilaksanakan melalui tes, pengamatan, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus 1 menjadi baik, dan mengalami peningkatn lagi menjadi sangat baik pada siklus 2. Aktivitas siswa sebelum perbaikatermasuk dalam kriteria cukup, pada siklus 1 menjadi baik, dan mengalami peningkatn lagi menjadi sangat baik pada siklus 2. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajarsebelum perbaikan 24%, siklus I 48% dan pada siklus 2 meningkat lagi menjadi 83%.Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan Pendekatan teori belajar Jerome S Bruner dapat meningkatkan performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar siswa kelas I SD N Bakalrejo 01.

Kata kunci:    prestasi belajar, operasi hitung penjumlahan bilangan cacah, teori belajar Jerome S Bruner.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dampak era globalisasi saat ini adalah adanya perubahan dan kemajuan yang begitu pesat sesuai dengan arus globalisasi, dalam hal ini yang sangat menonjol adalah perubahan dalam bidang IPTEK. Dengan kemajuan dalam bidang IPTEK memiliki pengaruh yang sangat besar dalam dunia pendidikan yang ada di Indonesia. Dalam dunia pendidikan guru mempunyai peranan yang sangat penting, karena maju dan mundurnya dunia pendidikan salah satunya berada di tangan seorang guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).

Dalam pasal 3 Undang – Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional tersebut dicapai dengan menjabarkannya ke dalam tujuan pembelajaran. Tujuan pendidikan nasional yang dapat dicapai dengan pembelajaran matematika adalah berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

Tujuan tersebut menjadi sebuah tanggung jawab besar bagi guru untuk mencapai peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Maka sebagai guru harus memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional (Sofyan Anif, 2012: 2-3). Terlebih guru SD yang dituntut menjadi guru kelas yang harus menguasai semua mata pelajaran untuk diajarkan di kelas bagi peserta didik. Selain guru, siswa juga harus berperan aktif dalam pembelajaran dengan cara memperhatikan guru saat memberi penjelasan, saat guru memberi arahan sebelum melakukan kegiatan, memperhatikan alat pembelajaran yang dibawa guru, dan selanjutnya melaksanakan kegiatan yang diarahkan guru dengan baik.

Pengalaman belajar yang baik diharapkan akan menghasilkan siswa yang mandiri, cakap, dan kreatif. Hal inilah yang ingin dicapai oleh seorang pendidik. Siswa yang mandiri, cakap, dan kreatif akan membuat nilai serta sikap belajar mereka menjadi meningkat. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang memuaskan artinya dapat melebihi KKM yang ditargetkan oleh guru. Berdasarkan uraian di atas guru dituntut untuk dapat bekerja sama dengan siswa agar dapat menghasilkan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Situasi belajar yang seperti ini diharapkan selalu tercipta pada setiap pembelajaran terutama pembelajaran matematika.

Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting dan perlu dipelajari oleh seluruh siswa mulai dari jenjang SD, SMP, SMA, hingga jenjang perguruan tinggi. Matematika mempunyai peranan cukup besar dalam memberikan berbagai kemampuan kepada siswa untuk keperluan penataan kemampuan berpikir dan kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Matematika diberikan bertujuan untuk membekali peserta didik supaya dapat berpikir logis, kritis, analitis, sistematis, cermat, serta dapat mempergunakan pola pikir kreatif dalam kehidupan sehari-hari.

Guru dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metode maupun teknik pembelajaran yang bisa membuat siswa lebih aktif mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri. Namun kenyataan di lapangan untuk mengubah hal ini dirasa masih sulit, disebabkan kurangnya penguasaan guru mengenai penggunaan strategi, pendekatan, maupun metode pembelajaran yang tepat, sehingga penyampaian materi kurang menarik. Selain itu, pada saat pembelajaran guru sering mendominasikan metode ceramah serta keterbatasan penggunaan media pembelajaran terutama pada materi operasi hitung penjumlahan bilangan cacah. Dengan alasan inilah prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika masih rendah.

Hal ini terlihat setelah diadakannya ulangan tertulis dan masih ditemui siswa-siswi kelas I SD N Bakalrejo 01 yang memiliki nilai kurang baik, pada materi operasi hitung penjumlahan bilangan cacah. Masih banyak siswa yang mendapatkan nilai ulangan di bawah standar KKM yang sudah ditetapkan oleh guru. Pada ulangan tertulis yang kedua masih ada siswa yang mendapatkan nilai di bawah standar KKM. Dari 29 siswa kelas 1 terdapat 22 anak yang mendapatkan nilai dibawah standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

Pada waktu ulangan harian yang pertama terdapat 7 siswa yang memiliki nilai di atas KKM, rata-rata nilai ulangan yaitu 63 Dari hasil ulangan tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa kelas 1 nilainya belum memenuhi KKM, sedangkan nilai KKM yang ditetapkan oleh guru yaitu 70.

Guru memilih pendekatan yang baik disertai pula penggunaan media pembelajaran yang menarik, diharapkan akan memudahkan guru untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan. Apabila hal ini sudah tercipta akan menghasilkan pembelajaran yang efektif. Sumiati dan Asra (2009: 91) mengungkapkan bahwa proses pembelajaran menuntut guru untuk merancang berbagai metode pembelajaran dan pendekatan yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa. Mengajar bukan sekedar upaya guru menyampaikan materi, tetapi membuat siswa mengerti mengenai materi yang disampaikan oleh guru.

Berdasarkan telaah di atas, guru diharapkan untuk menggunakan pendekatan teori belajar Jerome S Bruner untuk memudahkan siswa memahami materi penjumlahan bilangan cacah, sehingga prestasi belajar siswa bisa meningkat. Dengan menggunakan pendekatan teori belajar Jerome S Bruner siswa dapat melakukan pembelajaran matematika yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat siswa menjadi aktif sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat. Pendekatan teori belajar Jerome S Bruner dapat membuat pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa dapat terlibat langsung dalam langkah-langkah pendekatan tersebut. Langkah-langkah tersebut, yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik.

Pada langkah enaktif siswa dihadapkan pada benda-benda konkret, pada langkah ikonik siswa dihadapkan pada benda semi konkret/gambar, dan pada langkah simbolik siswa dihadapkan pada kemampuan untuk mengabstrakkan ke dalam simbol matematika. Penerapan teori belajar Jerome S Bruner ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yaitu meningkatkan nilai siswa menjadi lebih baik. Pada akhirnya penggunaan pendekatan teori belajar Jerome S Bruner dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas I SD N Bakalrejo 01, pada materi operasi hitung penjumlahan bilangan cacah.

Untuk melaksanakan upaya perbaikan pembelajaran matematika yang sesuai dengan latar belakang di atas, peneliti akan melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar Operasi Hitung Penjumlahan Bilangan Cacah Menggunakan Pendekatan Teori Belajar Jerome S Bruner Pada Siswa Kelas I SD Negeri Bakalrejo 01 Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dan telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan rumusan masalah sebagai berikut:

a.     Bagaimana meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS di SD N Bakalrejo 01 pada materi operasi hitung penjumlahan bilangan cacah dengan menerapkan Penerapan teori belajar Jerome S Bruner?

b.     Bagaimana meningkatkan aktivitas belajar Materi operasi hitung penjumlahan bilangan cacah melalui Pendekatan teori belajar Jerome S Bruner pada siswa kelas I SD N Bakalrejo 01?

c.     Bagaimana meningkatkan hasil belajar materi operasi hitung penjumlahan bilangan cacah melalui Pendekatan teori belajar Jerome S Bruner pada siswa kelas I SD N Bakalrejo 01?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini berisikan tentang harapan-harapan yang akan dicapai dalam penelitian tindakan kelas. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas yaitu tentang harapan yang ingin dicapai pada pembelajaran secara umum. Sementara, tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas yaitu tentang harapan yang ingin dicapai dalam pembelajaran secara lebih terperinci. Tujuan umum dan khusus dalam penelitian akan disajikan sebagai berikut:

Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu untuk meningkatkan proses dan hasil belajar pada mata pelajaran Materi operasi hitung penjumlahan bilangan cacah dengan menerapkan model pembelajaraan kooperatif teknik make a match.

Tujuan Khusus

•      Mendeskripsikan upaya peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran di SD N Bakalrejo 01pada materi operasi hitung penjumlahan bilangan cacah dengan menerapkan Penerapan teori belajar Jerome S Bruner.

•      Mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar materi operasi hitung penjumlahan bilangan cacah melalui Pendekatan teori belajar Jerome S Bruner pada siswa kelas I SD N Bakalrejo 01.

•      Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar materi operasi hitung penjumlahan bilangan cacah melalui Pendekatan teori belajar Jerome S Bruner pada siswa kelas I SD N Bakalrejo 01.

Manfaat Penelitian

Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran matematika di SD N Bakalrejo 01 melalui pembelajaran yang efektif.

Bagi Guru

a)    Menambah wawasan bagi guru dalam memilih dan menggunakan pendekatan pada mata pelajaran matematika,

b)   Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi guru untuk menyusun desain pembelajaran matematika agar lebih berhasil, dan

c)    Untuk dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan.

Bagi Siswa

a)    Dapat meningkatkan ketrampilan berhitung terutama operasi hitung penjumlahan bilangan cacah melalui teori belajar yang efektif dan menyenangkan,

b)   Dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

c)    Siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar Matematika dengan cara belajar yang baru.

KAJIAN PUSTAKA

Hakikat Belajar

Belajar merupakan perubahan pada diri individu yang ditandai dengan perubahan perilaku. Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2012:2), belajar adalah perubahan diposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Selanjutnya, Slavin (dalam Rifa’i, 2011:82) belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar menurut Hamdani (2011:21) yaitu perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan.

Menurut Slameto (2010:2), belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah proses yang aktif, mereaksi terhadap semua situasi sekitar individu yang diarahkan pada tujuan melalui berbagai pengalaman (Sudjana, 2013:28). Misalnya membaca, mengamati suatu gambar, meniru, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses perubahan perilaku individu melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan secara langsung.

Pendekatan Teori Belajar Jerome S Bruner

Bruner adalah seorang psikolog (1915) dari Universitas Harvard, berkebangsaan Amerika Serikat yang banyak memberikan kontribusi pada psikologi kognitif dan teori belajar kognitif pada psikologi pendidikan. Pengaruhnya pada proses mengajar sangat penting dan ia mempelopori pendekatan penemuan (discovery) dalam pengajaran matematika meskipun ia bukan penemu konsep tersebut.

Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Bruner dalam Nyimas Aisyah, dkk. (2007: 1.6-1.7) yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.

Bruner, melalui teorinya dalam Nyimas Aisyah, dkk. (2007: 1.6- 1.7), bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk mengutak-atik atau memanipulasi benda-benda alat peraga yang dirancang khusus agar siswa dapat memahami suatu konsep dalam matematika. Melalui alat peraga, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikan. Pengetahuan yang diperoleh menurut teori belajar Bruner menunjukkan beberapa kebaikan yaitu; pengetahuan bertahan lama, hasil belajar memiliki efek transfer yang baik dan secara menyeluruh dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berfikir secara bebas.

Menurut Bruner (Nyimas Aisyah, dkk, 2007:1-5 – 1-6) belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta nmencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Dengan demikian siswa dalam belajar, haruslah terlibat aktif mentalnya agar dapat mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dipelajari, anak akan memahami materi yang harus dukuasainya.

Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa menemukan konsep.

KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siswa kelas I SD N Bakalrejo 01 pada saat pelajaran matematika menunjukkan adanya beberapa permasalahan yang muncul. Permasalahan tersebut adalah rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika terutama pada materi operasi hitung penjumlahan bilangan cacah. Agar dapat mempermudah siswa dalam memahami materi operasi hitung penjumlahan bilangan cacah dibutuhkan pendekatan pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan berperan langsung dalam pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu adanya suatu pemecahan masalah. Salah satu pendekatan yang dapat memecahkan masalah tersebut yaitu pendekatan teori belajar Jerome S Bruner. Karena, model penyajian dalam pendekatan teori belajar Jerome S Bruner memiliki tahap-tahap dalam pembelajaran yang dapat memudahkan siswa dalam menerima materi pembelajaran yang disampaikan guru. Tahap-tahap tersebut meliputi tahap enaktif, tahap ikonik dan tahap simbolik. Menurut Jerome S Bruner proses belajar, anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika.

Dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan teori belajar Jerome S Bruner diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi operasi hitung penjumlahan bilangan cacah pada siswa kelas I SD N Bakalrejo 01.

METODE PENULISAN

Setting Penelitian

Penelitian direncanakan pada hari Senin tanggal 2 Maret 2015 untuk siklus 1, siklus 2 pada hari Senin tanggal 9 Maret 2015, dan siklus 3 pada hari Senin tanggal 16 Maret 2015.

Penelitian dilakukan di kelas I Sekolah Dasar Negeri Bakalrejo 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, yang merupakan objek Penelitian.

Penelitian ini dilakukan dalam upaya menyelesaikan masalah pembelajaran yang dirasakan oleh guru dan siswa atau permasalahan yang aktual yang dirasakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran Matematika.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri Bakalrejo 01 Desa Bakalrejo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang sebanyak 29 orang yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan perempuan sebanyak 15 orang.

Sumber Data

Sumber data yang diperoleh peneliti adalah berdasarkan penelitian guru dalam proses Pembelajaran matematika dari hasil ulangan yang diperoleh hanya mencapai rata-rata 63 ketika ditanyakan pada siswa ternyata hampir 76% siswa menjawab kesulitan.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENULISAN

Deskripsi Kondisi Awal

Gambaran Sekolah

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Bakalrejo 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, dengan subyek penelitian siswa Kelas I sebanyak 29 siswa. Letak Sekolah Dasar Negeri Bakalrejo 04 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

Sekolah Dasar Negeri Bakalrejo 01 terletak di desa Bakalrejo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Suasana Sekolah Dasar Negeri Bakalrejo 01 masih asri dengan suasana pedesaan, Sekolah Dasar Negeri Bakalrejo 01 dikelilingi oleh perumahan warga.

Keadaan Siswa

Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah, keadaan siswa Kelas I SD N Bakalrejo 01 Desa Bakalrejo pada semester II diperoleh data yaitu dari 29 siswa yaitu 14 laki-laki dan 15 perempuan.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika, siswa masih sangat pasif dalam menghadapi pelajaran, hal ini salah satu penyebabnya adalah guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat.

Ketrampilan Siswa

Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 22 siswa atau 76%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 7 siswa dengan persentase 24%.

Ketuntasan belajar siswa siklus I dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 14 siswaatau 48%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 15 siswa dengan persentase 52%.

 

 

Deskripsi dan Pembahasan Siklus 2

Ketuntasan belajar siswa siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 5 siswa atau 17%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 24 siswa dengan persentase 83%.

Rekapitulasi Hasil Observasi Pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan teori belajar Jerome S Bruner pada Siswa Kelas I dalam Pembelajaran Matematika

No

Aspek yang diamati

Sebelum Perbaikan

Siklus 1

Siklus 2

1

Ketrampilan Guru

Cukup

Baik

Sangat Baik

2

Aktivitas Siswa

Cukup

Baik

Sangat Baik

4

Hasil Belajar

24% Tuntas

48% Tuntas

83% Tuntas

 

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus 1 menjadi baik, dan mengalami peningkatn lagi menjadi sangat baik pada siklus 2. Aktivitas siswa sebelum perbaikatermasuk dalam kriteria cukup, pada siklus 1 menjadi baik, dan mengalami peningkatn lagi menjadi sangat baik pada siklus 2. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajarsebelum perbaikan 24%, siklus I 48% dan pada siklus 2 meningkat lagi menjadi 83%. Pelaksanaan tindakan dari siklus 1 sampai dengan siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.

PENUTUP

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan hipotesis penelitian terbukti kebenarannya, Pendekatan teori belajar Jerome S Bruner dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas I SDN Bakalrejo 01. Hasil penelitian tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1.     Keterampilan guru dalam pembelajaran matematika melalui Pendekatan teori belajar Jerome S Bruner pada siswa kelas I SD N Bakalrejo 01 mengalami peningkatan, dibuktikan dengan peningkatan keterampilan guru pada tiap siklus. Siklus I keterampilan guru mendapat skor 23 kategori baik, dan terjadi peningkatan pada siklus II memperoleh skor 31 kategori sangat baik. Hasil penelitian tersebut telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu keterampilan guru dalam pembelajaran IPS melalui Pendekatan teori belajar Jerome S Bruner meningkat kriteria sekurang- kurangnya baik.

2.     Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika melalui Pendekatan teori belajar Jerome S Bruner pada siswa kelas I SD N Bakalrejo 01 mengalami peningkatan. Pada siklus I aktivitas siswa mendapat skor 12,47 kategori baik, dan pada siklus terakhir yaitu siklus III kembali meningkat dengan skor 15,8 termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil penelitian tersebut telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui Pendekatan teori belajar Jerome S Bruner meningkat kriteria sekurang-kurangnya baik.

3.     Hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui Pendekatan teori belajar Jerome S Bruner pada siswa kelas I SD N Bakalrejo 01 mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari siklus I memperoleh presentase ketuntasan belajar 48%, kemudian siklus II mengalami peningkatan kembali dengan perolehan presentase ketuntasan sebesar 83%. Hasil penelitian pembelajaran IPS melalui Pendekatan teori belajar Jerome S Bruner telah mencapai indikator keberhasilan secara klasikal yaitu 80% dan ketuntasan individual sekurang-kurangnya baik mendapatkan nilai ≥ 70.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut.

•      Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebaiknya mendukung guru untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang bervariasi misalnya pendekatan teori belajar Jerome S Bruner agar siswa lebih mudah memahami materi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

•      Bagi Guru

Guru dapat menggunakan pendekatan teori belajar Jerome S Bruner pada pembelajaran matematika dan kreatif mencari alat peraga yang menarik sesuai tahp teori bruner yaitu enaktif.

•      Bagi Sekolah

Sekolah sebaiknya memberikan fasilitas yang memadai dalam proses pembelajaran, agar siswa menjadi maksimal dalam menerima materi yang disampaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Diah Rahmatia dan Pipit Pitriana. (2007). Kamus Pelajar Matematika. Jakarta: Ganeca Exact.

Dimyati. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Eko Putro Widoyoko. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hasan Alwi, dkk. (2002) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Herman Hudoyo. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.

Heruman. (2007) Model Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kasihani Kasbolah. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Depdikbud.

Lisnawati Simanjuntak, dkk.(1992). Metode Mengajar Matematika I. Jakarta: Rineka Cipta.

Marsigit. (2003). Wawasan tentang Strategi dan Aplikasi Pembelajaran Matematika Berbasis            Kompetensi

Diakses dari http://staff.uny.ac.id/dosen/marsigit-dr-ma pada tanggal 25 Maret 2014

pukul 18.00 WIB.

Nana Sudjana. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata. (2007). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nita Ariani. (2010). Ensiklopedia Matematika. Bogor: Arya Duta

Nyimas Aisyah, dkk. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Pitadjeng. (2006). Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Rita Eka Izzaty, dkk (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press

Saifuddin Azwar. (1996). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Santrock, John W. (2008). Psikologo Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sardiman A.M (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sofyan Anif. (2012). Profesi dan Implementasi Guru. Surakarta: BP

FKIP UMS Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan.’

Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumiati dan Asra. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Sri Subarinah. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:

Depdiknas. Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Winkel, W.S. (1999). Psikologi Pengajaran, Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grasindo Persada.