PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS

MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK

MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SUGIHAN 4 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Hari Surti

Sekolah Dasar Negeri Sugihan 4 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan ilmu yang membahas tentang peristiwa yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosial. Tujuan mempelajari IPS yaitu memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada siswa tentang lingkungan sosial dalam proses pembelajaran. Pembelajaran IPS realitanya masih berpusat pada guru atau didominasi oleh metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan yang membuat siswa cenderung pasif. Dari hal tersebut muncul rumusan masalah yaitu bagaimana upaya meningkatkan performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar siswa melalui model pembelajaraan kooperatif teknik make a match? Tujuan penelitian ini yaitu meningkatkan keterampilan guru, aktivitas, dan hasil belajar siswa materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan menerapkan model pembelajaraan kooperatif teknik make a match. Model pembelajaraan ini, menuntut siswa untuk mencari dan memasangkan kartu pertanyaan dan jawaban dalam waktu tertentu. Subjek pada penelitian ini yaitu guru dan siswa kelas V SD Negeri Sugihan 04 tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 20 siswa. Selain itu, peneliti mengunakan jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus selama satu kali pertemuan. Setiap siklus dilaksanakan melalui 4 tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilaksanakan melalui tes, pengamatan, dan dokumentasi.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus 1 menjadi baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik pada siklus 2 dan mengalami peningkatn lagi menjadi sangat baik pada siklus 3. Aktivitas siswa sebelum perbaikatermasuk dalam kriteria cukup, pada siklus 1 menjadi baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi lebih baik pada siklus 2 dan mengalami peningkatn lagi menjadi sangat baik pada siklus 3. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajarsebelum perbaikan 25%, siklus I 45%dan siklus II 70% dan pada siklus 3 meningkat lagi menjadi 90%. Pelaksanaan tindakan dari siklus 1 sampai dengan siklus 3 menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.  Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Sugihan 04.

Kata Kunci: IPS, Model Pembelajaran Kooperatif, dan Teknik Make A Match.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengaruh pendidikan memiliki kekuatan yang sangat strategis dalam kehidupan manusia pada waktu sekarang dan masa yang akan datang. Pengaruh pendidikan tersebut dapat membuka cakrawala berpikir manusia, sehingga cita- cita dan orientasi untuk merealisasikan hidup yang lebih baik akan sesuai dengan nilai-nilai dalam pendidikan. Nilai-nilai dalam pendidikan tersebut, diperoleh melalui proses pendidikan yang ditempuh oleh manusia.

Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “ Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.

Usaha sadar tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif dalam mengembangkan potensi dirinya. Untuk mewujudkan suasana belajar tersebut, guru dituntut bisa membawa siswa ke dalam situasi yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan pada proses pembelajaran. Jika siswa merasa senang dan nyaman, maka mereka akan lebih termotivasi untuk terus belajar. Dalam konteks usaha ini, guru dengan sadar harus merencanakan kegiatan pembelajaran secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan serta rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.

Standar proses dan isi yang dituangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memungkinkan terakomodasinya kepentingan-kepentingan dan konsep-konsep pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan masyarakat. Dengan demikian, KTSP dapat membantu mengatasi masalah kurang relevansinya pendidikan di Indonesia yang memiliki keragaman budaya dan pebedaan kondisi geografis. Untuk menangani masalah yang kurang relevan pada pendidikan di Indonesia tersebut, maka KTSP memuat beberapa mata pelajaran yang harus diberikan kepada siswa di tingkat SD. Salah satunya yaitu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

IPS memiliki bobot relevansi terhadap muatan-muatan kontekstual, karena IPS mempelajari konsep dan kegiatan bekerjasama dengan dan dalam lingkungan masyarakat. Dengan demikian, kebijakan yang dituangkan dalam KTSP mengharuskan adanya perubahan paradigma pembelajaran yang mengarah kepada pembelajaran yang berorientasi pada kehidupan nyata. Mata pelajaran IPS yang diberikan di SD harus mampu membekali siswa dengan sejumlah kompetensi sosial yang bersifat aplikatif. Oleh karenanya, belajar IPS dituntut untuk belajar dengan dan tentang lingkungan masyarakat sekitar.

Brunner dalam Sugandi dan Haryanto (2007: 36) menyebutkan terdapat empat hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran yaitu peran pengalaman struktur pengetahuan, kesiapan mempelajari sesuatu, intuisi, dan cara membangkitkan motivasi belajar. Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik, apabila terdapat pengalaman langsung yang diperoleh dari individu siswa. Peran pengalaman pada diri siswa, akan membentuk struktur pengetahuan baru yang lebih realistis.

Kesiapan dari diri siswa untuk mempelajari sesuatu serta intuisi merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran. Siswa akan mewujudkan keinginannya, apabila siswa tersebut memiliki niat atau kesiapan untuk belajar mengenai sesuatu hal supaya dapat mencapai keinginannya tersebut. Intuisi juga sebagai pendukung proses pembelajaran, karena adanya anggapan dari diri siswa bahwa individu yang belajar akan menjadikan ia pandai dan memperoleh pengetahuan.

Proses pembelajaran akan menjadi semakin aktif, apabila terdapat motivasi pada diri siswa untuk belajar. Motivasi belajar tersebut diperoleh dari dalam maupun luar diri siswa. Cara membangkitkan motivasi belajar dari diri siswa yaitu adanya dorongan atau niat siswa supaya mendapatkan khasanah ilmu pengetahuan. Cara membangkitkan motivasi belajar dari luar diri siswa yaitu dengan memberikan penghargaan kepada siswa. Pada proses pembelajaran, guru selalu memberikan motivasi kepada siswa untuk semangat belajar.

Guru merupakan seseorang yang mempunyai peran dalam mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran dan dituntut untuk dapat menyajikan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, serta menyenangkan. Peran yang dilaksanakan guru, diawali dengan merancang rencana dan melaksanaan proses pembelajaran supaya dapat tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sama halnya menurut Alma, dkk (2009: 20), “upaya yang dilakukan guru dapat dipertanggungjawabkan dalam mengantarkan siswa menuju pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditentukan, sehingga siswa cenderung aktif”. Guru mengantarkan siswa pada proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan supaya dapat mencapai tujuan pembelajaran pada seluruh mata pelajaran termasuk mata pelajaran IPS.

Dari hasil refleksi yang telah dilaksanakan dalam pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Sugihan 04, peneliti menyadari pembelajaran IPS saat ini masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki. Hal-hal yang perlu diperbaiki antara lain, kurang aktifnya siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS dan pelaksanaan pembelajaran IPS yang masih didominasi oleh guru. Pembelajaran IPS di SD Negeri Sugihan 04masih menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada guru, yaitu pembelajaran yang didominasi oleh metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan.

Selain itu, guru kurang aktif dalam berinovasi dan berkreasi menerapkan berbagai pendekatan, model, ataupun metode pembelajaran yang turut mempengaruhi hasil pembelajaran IPS di SD. Pembelajaran yang demikian, dapat membuat siswa merasa jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa juga akan cenderung pasif, karena proses pembelajaran didominasi oleh aktivitas mendengarkan ceramah guru. Kejenuhan juga mendorong siswa melakukan aktivitas lain seperti bermain sendiri dan tidak konsentrasi pada proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dirancang oleh guru selama ini belum sepenuhnya mengembangkan potensi siswa. Pembelajaran yang demikian dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil refleksi yang telah dikemukakan di atas, proses pembelajaran IPS belum terlaksana secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dampaknya, pembelajaran belum optimal karena belum sesuai dengan teori yang ada pada pembelajaran yang ada. Proses pembelajaran masih menerapkan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan yang masih mengandung pembelajaran klasikal. Pembelajaran seperti inilah, yang dapat membuat siswa menjadi egois dalam belajar. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru perlu menerapkan model pembelajaran yang dapat melatih kerjasama yang baik antarsiswa. Salah satu model pembelajaran yang tepat yaitu model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Model pembelajaran ini, selain melatih kerjasama yang baik antarsiswa, juga efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran dan memiliki dampak pengiring yang positif. Dampak pengiring yang positif tersebut yaitu dapat membentuk pengalaman sosial.

Untuk melaksanakan upaya perbaikan pembelajaran IPS yang sesuai dengan latar belakang di atas, peneliti akan melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Pembelajaran IPS Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match pada Siswa Kelas V SD Negeri Sugihan 04”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dan telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan rumusan masalah sebagai berikut:

a.      Bagaimana meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS di SD Negeri Sugihan 04 pada materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match?

b.      Bagaimana meningkatkan aktivitas belajar IPS materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match pada siswa kelas V SD Negeri Sugihan 04?

c.       Bagaimana meningkatkan hasil belajar IPS materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match pada siswa kelas V SD Negeri Sugihan 04?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini berisikan tentang harapan-harapan yang akan dicapai dalam penelitian tindakan kelas. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas yaitu tentang harapan yang ingin dicapai pada pembelajaran secara umum. Sementara, tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas yaitu tentang harapan yang ingin dicapai dalam pembelajaran secara lebih terperinci. Tujuan umum dan khusus dalam penelitian akan disajikan sebagai berikut:

Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu untuk meningkatkan proses dan hasil belajar pada mata pelajaran IPS materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan menerapkan model pembelajaraan kooperatif teknik make a match.

Tujuan Khusus

•      Mendeskripsikan upaya peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS di SD Negeri Sugihan 04pada materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match.

•      Mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar IPS materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match pada siswa kelas V SD Negeri Sugihan 04.

•      Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPS materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match pada siswa kelas V SD Negeri Sugihan 04.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut:

Bagi Siswa

(1)   Membantu siswa dalam proses pembelajaran, sehingga memperoleh pengetahuan yang bermanfaat.

(2)   Membantu siswa dalam meningkatkan aktivitas belajar secara optimal dengan hasil belajar yang meningkat pula.

(3)   Menambah khasanah ilmu tentang pelaksanaan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dan pengalaman sosial.

Bagi Guru

(1)   Memberi informasi kepada guru tentang pelaksanaan model pembelajaran kooperatif teknik make a match untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

(2)   Dapat mengembangkan keterampilan guru dalam menghadapi suatu permasalahan yang nyata pada pelaksanaan proses pembelajaran di kelas.

(3)   Memperbaiki performansi guru pada pelaksanaan proses pembelajaran.

Bagi Sekolah

(1)   Peningkatan kualitas pembelajaran yang berkaitan dengan perbaikan pembelajaran di SD Negeri Sugihan 04.

(2)   Menciptakan lulusan siswa yang berkualitas baik di SD Negeri Sugihan 04.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Belajar

Belajar merupakan perubahan pada diri individu yang ditandai dengan perubahan perilaku. Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2012:2), belajar adalah perubahan diposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Selanjutnya, Slavin (dalam Rifa’i, 2011:82) belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar menurut Hamdani (2011:21) yaitu perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan.

Menurut Slameto (2010:2), belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah proses yang aktif, mereaksi terhadap semua situasi sekitar individu yang diarahkan pada tujuan melalui berbagai pengalaman (Sudjana, 2013:28). Misalnya membaca, mengamati suatu gambar, meniru, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses perubahan perilaku individu melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan secara langsung.

Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match

Model pembelajaran kooperatif teknik make a match yaitu “teknik yang dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Salah satu keunggulan teknik make a match yaitu siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik tersebut dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia” (Isjoni, 2010: 67). Menurut Suprijono (2009: 94), “hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam model pembelajaran kooperatif teknik make a match yaitu kartu-kartu”. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi pertanyaan dan kartu lainnya yang berisi jawaban dari pertanyaan tersebut. Pemasangan kartu-kartu tersebut, dilaksanakan dalam suatu permainan. Jadi, model pembelajaran kooperatif teknik make a match merupakan suatu prosedur pelaksanaan pembelajaran dengan mencari dan memasangkan kartu pertanyaan dan jawaban dalam suatu permainan.

KERANGKA BERPIKIR

Proses pembelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri Sugihan 04masih didominasi oleh guru yang hanya menerapkan pembelajaran klasikal seperti ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Pembelajaran yang kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran ini, menyebabkan siswa pasif dan kurang berinteraksi antarsiswa dan guru. Demikian pula dengan penggunaan media yang terbatas, juga mengakibatkan materi IPS sulit dipahami siswa.

Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif teknik make a match memungkinkan siswa untuk belajar lebih aktif dalam proses pembelajaran, materi pembelajaran juga dapat dipahami siswa, dan melatih siswa dalam bersosialisasi dengan teman yang lain. Selain itu, pengetahuan dan pengalaman guru tentang model pembelajaran kooperatif teknik make a match semakin bertambah. Untuk itu, model pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat diterapkan pada kelas dan mata pelajaran yang lain, sehingga performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar siswa di SD Negeri Sugihan 04 akan mengalami peningkatan.

METODE PENULISAN

Setting Penelitian

Penelitian direncanakan pada hari Senin tanggal 2 Maret 2015 untuk siklus 1, siklus 2 pada hari Senin tanggal 9 Maret 2015, dan siklus 3 pada hari Senin tanggal 16 Maret 2015.

Penelitian dilakukan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Sugihan 04 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, yang merupakan objek Penelitian.

Penelitian ini dilakukan dalam upaya menyelesaikan masalah pembelajaran yang dirasakan oleh guru dan siswa atau permasalahan yang aktual yang dirasakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran IPS.

 

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Sugihan 04 Desa Sugihan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang sebanyak 20 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan perempuan sebanyak 10 orang.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajara IPS siswa kelas V SD Negeri Sugihan 04 dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Sesuai dengan pokok permasalahan yang dirumuskan dalam judul penelitian, maka data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif yang dilakukan oleh guru dengan penanaman konsep melalui kerja kelompok. Data dikumpulkan dengan pengamatan pada saat guru melaksanakan tugas mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match.

Dengan berpedoman pada refleksi awal, maka prosedur pelaksanaan penelitian melalui tahapan atau siklus, yang setiap siklus berisi empat langkah yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENULISAN

Deskripsi Kondisi Awal

Gambaran Sekolah

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Sugihan 04 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, dengan subyek penelitian siswa Kelas V sebanyak 20 siswa. Letak Sekolah Dasar Negeri Sugihan 04 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

Sekolah Dasar Negeri Sugihan 04 terletak di desa Sugihan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Suasana Sekolah Dasar Negeri Sugihan 04 masih asri dengan suasana pedesaan, Sekolah Dasar Negeri Sugihan 04 dikelilingi oleh perumahan warga.

Keadaan Siswa

Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah, keadaan siswa Kelas V SD Negeri Sugihan 04 Desa Sugihan pada semester II diperoleh data yaitu dari 20 siswa yaitu 10 laki-laki dan 10 perempuan.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS, siswa masih sangat pasif dalam menghadapi pelajaran, hal ini salah satu penyebabnya adalah guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat.

Ketrampilan Siswa

Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=72) sebanyak 15 siswa atau 75%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 5 siswa dengan persentase 25%.

Ketuntasan belajar siswa siklus I dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=72) sebanyak 11 siswaatau 45%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 9 siswa dengan persentase 55%.

Deskripsi dan Pembahasan Siklus 2

Ketuntasan belajar siswa siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=72) sebanyak 6 siswa atau 30%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 14 siswa dengan persentase 70%.

Deskripsi Dan Pembahasan Siklus 3

Ketuntasan belajar siswa siklus III dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=72) sebanyak 2 siswa atau 10%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 18 siswa dengan persentase 90%.

Berikut ini akan disajikan peningkatan hasil keterampilan guru, aktivitas siswa, prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match dengan pada siklus 1, Siklus 2, dan siklus 3 yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Rekapitulasi Hasil Observasi Pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match pada Siswa Kelas V dalam Pembelajaran IPS

No

Aspek yang diamati

Sebelum Perbaikan

Siklus 1

Siklus 2

 

Siklus 3

1

Ketrampilan Guru

Cukup

Baik

Baik

Sangat Baik

2

Aktivitas Siswa

Cukup

Baik

Baik

Sangat Baik

4

Hasil Belajar

25% Tuntas

45% Tuntas

70% Tuntas

90% Tuntas

 

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus 1 menjadi baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik pada siklus 2 dan mengalami peningkatn lagi menjadi sangat baik pada siklus 3. Aktivitas siswa sebelum perbaikatermasuk dalam kriteria cukup, pada siklus 1 menjadi baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi lebih baik pada siklus 2 dan mengalami peningkatn lagi menjadi sangat baik pada siklus 3. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajarsebelum perbaikan 25%, siklus I 45%dan siklus II 70% dan pada siklus 3 meningkat lagi menjadi 90%. Pelaksanaan tindakan dari siklus 1 sampai dengan siklus 3 menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.

PENUTUP

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan hipotesis penelitian terbukti kebenarannya, model pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas V SDN Sugihan 04.Hasil penelitian tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1.      Keterampilan guru dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match pada siswa kelas V SD N Sugihan 04 mengalami peningkatan, dibuktikan dengan peningkatan keterampilan guru pada tiap siklus. Siklus I keterampilan guru mendapat skor 27 kategori baik, meningkat di siklus II menjadi 34 kategori baik, dan terjadi peningkatan pada siklus III memperoleh skor 38 kategori sangat baik. Hasil penelitian tersebut telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu keterampilan guru dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match meningkat kriteria sekurang- kurangnya baik.

2.      Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match pada siswa kelas V SD N Sugihan 04 mengalami peningkatan. Pada siklus I aktivitas siswa mendapat skor 26,27 kategori baik, siklus II mengalami peningkatan memperoleh skor 28,27 kategori baik, dan pada siklus terakhir yaitu siklus III kembali meningkat dengan skor 32,06 termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil penelitian tersebut telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match meningkat kriteria sekurang-kurangnya baik.

3.      Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match pada siswa kelas V SD N Sugihan 04 mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari siklus I memperoleh presentase ketuntasan belajar 45%, meningkat di siklus II memperoleh presentase ketuntasan belajar siswa 70%, kemudian siklus III mengalami peningkatan kembali dengan perolehan presentase ketuntasan sebesar 90%. Hasil penelitian pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match telah mencapai indikator keberhasilan secara klasikal yaitu 80% dan ketuntasan individual sekurang-kurangnya baik mendapatkan nilai ≥ 72.

SARAN

Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di SD. Saran yang dapat disampaikan peneliti sebagai berikut:

1)   Bagi Guru

Penerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match hendaknya dijadikan sebagai acuan guru dalam mengatasi solusi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, karena terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS yaitu pada keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar.

2)   Bagi Siswa

Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match hendaknya tidak hanya diterapkan dalam pembelajaran IPS, karena dalam pembelajaran dapat mengaktifkan siswa, membantu siswa memahami materi lebih cepat, dan dapat bekerja sama dengan kelompok.

3)   Bagi Sekolah

Penelitian melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match hendaknya dikembangkan lebih lanjut sehingga model pembelajaran kooperatif teknik make a match menjadi lebih baik dan tujuan pembalajaran semakin efektif dan efisien.

 

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli dan Sulo Lipu La Sulo. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Ali, Mohammad. dkk. 2007. Ilmu Aplikasi Pendidikan. Jakarta: PT Imperial Bhakti Utama.

Alma, Buchari. dkk. 2009. Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran Pengaruhnya Terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Anni, Catharina Tri. dkk. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.

Aqib, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK.Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Attle, Simon dan Bob Baker. 2007. Cooperative Learning in a Competitive Enviroment: Classroom Applications. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education. 19/1: 77-83.

BSNP. 2007. Pedoman Penilai Hasil Belajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Febriani, Eko. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A

Match Untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran IPA Materi Pokok

Sumber Daya Alam Di Kelas IV SD Negeri Yamansari 03 Lebaksiu Tegal. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Hadi, Soewarso, dan Sukarjo. 2008. Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga.

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Isjoni, 2010. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi

Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Karsidi. 2007. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD dan MI. http://ml.scribd.com/doc/4359536/KTSP-SD. [diunduh tanggal 14/05/12].

Kibtiyah, Mariatul. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Pandanwangi 2 Kota Malang. http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id= 37601. [diunduh tanggal 23 Mei 2012].

Kurnia, Ingridwati. dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.