Peningkatan Pembelajaran Melalui Model Think Pair Share
PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATERI BUMI
PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KLERO 01 KABUPATEN SEMARANG MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016
Esti Purwaningsih
Sekolah Dasar Negeri Klero 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Pembelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Klero 01 masih berpusat pada guru sehingga membuat siswa pasif dan kurang tertarik dengan proses pembelajaran. Siswa hanya berperan sebagai penerima informasi, dan guru sebagai sumber informasi. Faktor inilah yang mengakibatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa belum maksimal. Tindakan yang dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan menerapkan model Think Pair Share (TPS) untuk membelajarkan materi bumi pada siswa kelas V SD Negeri Klero 01.Tujuan penelitian untuk meningkatkan performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar materi bumi pada siswa kelas V SD Negeri Klero 01 Kabupaten Tegal. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berkolaborasi dengan guru kelas V SD Negeri Klero 01. Penelitian dilakukan dalam dua siklus meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, pada siklus II menjadi lebih baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik pada siklus III. Aktivitas siswa sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi lebih baik, dan pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar sebelum perbaikan 14%, siklus I 71%, dan siklus II 91%. Pelaksanaan tindakan dari siklus I sampai dengan siklus II menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.Kesimpulan dari penelitian ini adalah, dengan penerapan model TPS dapat meningkatkan performansi guru, aktivitas belajar siswa dan hasil belajar IPA materi bumi pada siswa kelas V SD Negeri Klero 01. Selanjutnya, disarankan kepada guru untuk dapat menerapkan model TPS dalam pembelajaran guna meningkatkan performansi guru, aktivitas dan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Think Pair Share, pembelajaran IPA, materi bumi.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia meliputi 3 jalur, yaitu jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 6 ayat 1 menyebutkan bahwa “setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasarâ€.
Kurikulum pendidikan yang berlaku di Indonesia pada saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). SI adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, yang meliputi kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, silabus pembelajaran, dan kompetensi mata pelajaran, termasuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang bersifat eksak yang diajarkan kepada siswa dengan berbagai alasan. Alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan ke dalam suatu kurikulum sekolah menurut Samatowa (2011: 6) yaitu:
(1) bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kesejahteraan suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi;
(2) IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatih/mengembangkan kemampuan berpikir kritis;
(3) IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, bukan merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka;
(4) mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Pada proses pembelajaran IPA yang berlangsung dalam dunia pendidikan, seringkali muncul suatu permasalahan, yaitu permasalahan keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang kurang optimal. Penanaman konsep suatu materi tidak dapat tersampaikan dengan baik. Permasalahan ini disebabkan karena pembelajaran yang dilaksanakan berpusat pada guru, siswa kurang diberi kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran yang efektif merupakan proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan, dan dapat memberikan perubahan perilaku serta mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Lebih lanjut Bloom dalam Rifa’i dan Anni (2009: 86) mengemukakan bahwa hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotor (ketrampilan). Hasil belajar bukan berfokus pada pengetahuan saja, melainkan juga pada sikap dan ketrampilan yang diperoleh siswa melalui proses belajar.
Untuk memperbaiki keadaan tersebut, guru perlu mengupayakan pembelajaran IPA yang tidak hanya berorientasi pada hasil pembelajaran, tetapi juga pada proses pembelajarannya. Upaya yang dapat dilakukan guru yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Salah satu model pembelajaran yang sesuai yaitu model pembelajaran kooperatif yang bertujuan agar siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit dengan bekerja dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2006) dalam Rusman (2012: 203) “merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskanâ€.
Selanjutnya Artzt & Newman (1990) dalam Trianto (2012: 56) menyatakan bahwa “dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersamaâ€. Lebih lanjut menurut Trianto (2000: 41) “tujuan dibentuknya kelompok adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajarâ€. Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa akan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dan pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, melainkan pembelajaran akan berpusat pada siswa.
Berdasarkan penelitian awal di kelas V SD Negeri Klero 01 mengenai pembelajaran IPA yang dilaksanakan di kelas V, diperoleh keterangan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk memahami konsep. Selain itu, kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru dan siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil penilaian mata pelajaran IPA materi bumi semester genap tahun 2015/2016, diperoleh data rata-rata nilai kelas V hanya mencapai 51,9. Dari 21 siswa kelas V, siswa yang memperoleh nilai di atas KKM hanya 3 siswa.
Materi bumi yang meliputi proses pembentukan tanah, jenis-jenis tanah, dan struktur lapisan bumi seringkali sulit untuk dipahami dan dikuasai oleh siswa. Untuk itu, perlu diupayakan agar pembelajaran IPA materi bumi ini dapat dengan mudah dipahami dan dikuasai oleh siswa. Untuk mencapai hal tersebut, peneliti akan menerapkan model Think Pair Share (TPS) pada pembelajaran IPA materi bumi.
Selain itu, guru juga belum pernah menerapkan model TPS pada proses pembelajaran. Hal ini yang mendasari peneliti ingin mencoba menggunakan model pembelajaran TPS dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan performansi guru, aktivitas dan hasil belajar siswa, dan pembelajarannya dapat berlangsung secara efektif serta optimal. Pada pembelajaran dengan menggunakan model TPS ini, siswa akan melaksanakan tiga tahap yaitu thinking, pairing, dan sharing. Pembelajaran ini dimulai dengan guru memberikan pertanyaan atau isu tertentu yang harus dijawab oleh siswa secara individual (thinking), kemudian siswa akan dipasangkan dengan siswa lain untuk berdiskusi menyelesaikan dan memperdalam makna jawaban (pairing), kemudian setiap pasangan diminta untuk menyampaikan hasil diskusi mereka di depan kelas (sharing). Dengan kegiatan tersebut, siswa dapat melibatkan diri secara aktif dalam pembelajaran dan dapat lebih mudah memahami materi pelajaran karena siswa menggali sendiri pengetahuannya, tidak sekedar menerima pengetahuan baru dari guru. Dengan menerapkan model pembelajaran TPS ini, diharapkan dapat meningkatkan performansi guru, aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Pembelajaran Materi Bumi pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Klero 01 Melalui Model Think Pair Share â€.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi letak permasalahan pada pembelajaran IPA materi bumi yaitu aktivitas dan hasil belajar siswa yang belum optimal, serta kurang maksimalnya performansi guru. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Bagaimana cara meningkatkan performansi guru dalam membelajarkan IPA materi bumi melalui model TPS pada siswa kelas V SD Negeri Klero 01 Kabupaten Semarang?
(2) Bagaimana cara meningkatkan aktivitas belajar IPA materi bumi melalui model TPS pada siswa kelas V SD Negeri Klero 01 Kabupaten Semarang?
(3) Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar IPA materi bumi melalui model TPS pada siswa kelas V SD Negeri Klero 01 Kabupaten Semarang?
Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pemecahan masalah dalam penelitian ini yaitu: melalui penerapan model TPS pada pembelajaran IPA materi bumi dapat meningkatkan performansi guru, aktivitas belajar, dan hasil belajar siswa kelas V di SD Negeri Klero 01 Kabupaten Semarang.
Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini terdiri atas tujuan umum dan khusus.
Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA materi bumi kelas V SD Negeri Klero 01 melalui penerapan model TPS.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu:
(1) Meningkatkan performansi guru pada pembelajaran IPA materi bumi kelas V SD Negeri Klero 01 melalui penerapan model TPS.
(2) Meningkatkan aktivitas belajar IPA materi bumi kelas V SD Negeri Klero 01 melalui penerapan model TPS.
(3) Meningkatkan hasil belajar IPA materi bumi kelas V SD Negeri Klero 01 melalui penerapan model TPS.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat baik bagi siswa, guru, maupun sekolah.
Siswa
(1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA materi bumi kelas V SD Negeri Klero 01 melalui penerapan model TPS.
(2) Dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi bumi kelas V SD Negeri Klero 01 melalui penerapan model TPS.
(3) Melalui model TPS dapat melatih kerjasama produktif – positif.
Guru
(1) Melalui model TPS dapat meningkatkan performansi guru dalam mengelola pembelajaran IPA materi bumi kelas V SD Negeri Klero 01
(2) Membantu mengatasi permasalahan rendahnya hasil belajar IPA materi bumi kelas V SD Negeri Klero 01 melalui penerapan model TPS.
(3) Membantu guru bagaimana mendayagunakan model TPS untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi bumi kelas V SD Negeri Klero 01.
Sekolah
(1) Sebagai bahan masukan bagi upaya peningkatan kualitas pembelajaran IPA materi bumi kelas V SD Negeri Klero 01 Kabupaten Semarang melalui penerapan model TPS.
(2) Sebagai masukan dalam pemberdayaan model pembelajaran TPS sehingga dapat diterapkan pada mata pelajaran lain di SD Negeri Klero 01.
(3) Membantu memperlancar pelaksanaan kurikulum sehingga mempercepat tercapainya visi – misi SD Negeri Klero 01.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pengertian Belajar
Ada beberapa pandangan tentang belajar yang didefinisikan oleh ahli pendidikan, seperti Gagne dalam Suprijono (2012: 2) yang mengemukakan bahwa “belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiahâ€.
Kemudian Dimyati (2009: 18) menjelaskan bahwa “belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorikâ€.
Menurut perspektif teori kognitif dalam Suprijono (2012: 22) “belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar. Perilaku individu bukan semata-mata respons terhadap yang ada melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknyaâ€.
Selanjutnya Sudjana (2011: 28) mengemukakan bahwa, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu.
Berdasarkan beberapa definisi tentang belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilalui oleh seseorang dalam rangka untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan.
Model Think Pair Share
“Strategi think-pair-share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Strategi think-pair-share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu†(Trianto 2012: 81).
Langkah-langkah model pembelajaran think-pair-share menurut Arends (1997) yang disadur oleh Tjokrodihardjo dalam Trianto (2012: 81-2) terdiri dari tiga langkah. Langkah pertama berpikir (thinking), guru mengajukan pertanyaan atau masalah sesuai dengan pelajaran, dan meminta siswa untuk memikirkan sendiri jawaban dari masalah tersebut. Langkah kedua berpasangan (pairing), guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan hasil pemikiran mereka. Guru memberikan kesempatan kepada setiap pasangan untuk dapat menyatukan jawaban dari pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Langkah ketiga berbagi (sharing), guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka diskusikan.
Menurut Huda (2012: 136) “model pembelajaran think-pair-share ini bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelasâ€. Sementara itu, Bonwell (1991: 1) mengemukakan bahwa berpikir, berpasangan, berbagi – TPS adalah sebuah strategi pembelajaran aktif yang dapat digunakan di semua bentuk kelas yang memberi siswa waktu untuk berpikir pada suatu topik, berbaur dengan lingkungan di kelasnya untuk berdiskusi di sepanjang sisa pelajaran.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan langkah-langkah model pembelajaran think pair share. Sebelum masuk ke tahapan pembelajaran think pair share, guru terlebih dahulu menempatkan siswa dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari dua siswa. Kemudian dilanjutkan dengan tahap think, pair, dan share. Tahap berpikir (think), guru mengajukan pertanyaan maupun isu terkait yang harus dipikirkan jawabannya oleh siswa secara individual. Tahap berpasangan (pairing), guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan hasil pemikirannya dengan pasangannya untuk menyatukan dan memperdalam makna jawaban mereka. Dan tahap berbagi (sharing), setiap pasangan diberi kesempatan untuk berbagi hasil diskusinya dengan seluruh pasangan di kelas. Pasangan lain diberi kesempatan untuk menanggapi pemaparan hasil diskusi kelompok yang telah menyampaikan hasil diskusinya.
Kerangka Berpikir
Mata pelajaran IPA mempunyai cakupan materi yang sangat luas dan pemahaman konsep yang dalam. Kondisi awal pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri Klero 01 masih berpusat pada guru dan kurang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, siswa hanya sebagai penerima pengetahuan dari guru, tidak diberi kesempatan untuk menggali pengetahuannya sendiri, sehingga hal ini menyebabkan siswa kesulitan untuk memahami materi pelajaran, aktivitas belajar siswa rendah, dan hasil pembelajaran yang dicapai juga belum memenuhi KKM yang ditetapkan.
Berdasarkan kenyataan tersebut, guru perlu melakukan upaya agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat membantu siswa untuk lebih mudah menerima dan menanamkan konsep suatu materi, dan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Upaya tersebut dapat dilakukan guru dengan cara merancang pembelajaran yang efektif melalui penggunaan model-model pembelajaran yang tepat.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran yaitu model TPS. Melalui model TPS, siswa akan dipasangkan dengan siswa lain sebagai satu kelompok yang harus menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru secara individu terlebih dahulu, kemudian menyatukan jawaban bersama pasangan mereka melalui diskusi. Hasil diskusi kemudian disampaikan di depan kelas. Dengan menggunakan model TPS ini, diharapkan mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan pada hari Kamis tanggal 25 Februari 2016 untuk siklus I, siklus II pada hari Selasa tanggal 8 Maret 2016..
Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Klero 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, yang merupakan objek Penelitian.
Alasan Penelitian Dilakukan di SD N Klero 01
Sesuai dengan dengan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) antara lain bahwa penelitian dilakukan atau dalam upaya menyelesaikan masalah pembelajaran yang dirasakan oleh guru dan siswa atau permasalahan yang aktual yang dirasakan oleh guru dan siswa. Berdasarkan dari uraian yang dipaparkan pada latar belakang alasan mengapa penelitian dilakukan di kelas V, karena siswa kelas V itulah yang mempunyai masalah dalam penguasaan materi IPA.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Klero 01 Kecamatan Klero Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. Dengan jumlah 21 siswa, yang terdiri dari 9 perempuan dan 12 laki-laki. Karakteristik siswa kelas 5 SD Negeri Klero 01 adalah mempunyai daya tangkap yang cukup baik, namun cenderung tidak tertib karena jumlah siswa laki- laki lebih banyak dari siswa perempuan. Selain itu, masih ada beberapa siswa yang sering berbicara dengan temannya pada saat pembelajaran sedang berlangsung sehingga pembelajaran kurang kondusif.
Sumber Data
Sumber data yang diperoleh peneliti adalah berdasarkan penelitian guru dalam proses Pembelajaran IPA dari hasil ulangan yang diperoleh hanya mencapai rata-rata 51 ketika ditanyakan pada siswa ternyata hampir 80% siswa mendapat nilai dibawah KKM.
Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian ditempuh melalui prosedur yang ditentukan, yaitu melalui empat tahap, yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, observasi dan pencatatan pembelajaran, dan analisis serta refleksi pembelajaran
Perencanaan Tindakan Penelitian
Perencanaan tindakan penelitian dilakukan berdasarkan hasil orientasi dan identifikasi masalah pengajaran. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah: (1) Menelaah kurikulum SD Kelas V Mata pelajaran IPA (2) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA (3) menyusun lembar observasi proses pelaksanaan pembelajaran (4) Membuat LKS (5) Menyusun alat evaluasi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Gambaran Sekolah
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Klero 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, dengan subyek penelitian siswa Kelas V sebanyak 21 siswa. Letak Sekolah Dasar Negeri Klero 01 berada di wilayah Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
Sekolah Dasar Negeri Klero 01 terletak di desa Klero Kelurahan Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Suasana Sekolah Dasar Negeri Klero 01 masih asri dengan suasana perdesaan.
Keadaan Siswa
Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah, keadaan siswa Kelas I SD Klero 01 Desa Klero pada semester II diperoleh data yaitu dari 21 siswa yaitu 12 laki-laki dan 9 perempuan.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran, hal ini salah satu penyebabnya adalah guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Kemampuan Siswa
Hasil pretes siswa kelas V materi bumi di SD Negeri Klero 01 menunjukkan hasil yang tergolong rendah. Nilai rata- rata kelas hanya mencapai 51,9 sehingga belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 70. Ketuntasan belajar klasikal baru mencapai 14% sehingga siswa yang memenuhi nilai KKM hanya berjumlah 3 siswa dari 21 siswa. Hal ini wajar terjadi karena siswa belum dibelajarkan materi bumi secara optimal. Dengan hasil pretes yang rendah, perlu diupayakan peningkatan hasil belajar. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui penerapan model TPS pada pembelajaran IPA materi bumi.
Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Hasil penelitian siklus I berupa hasil pengamatan selama proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Hasil pengamatan selama proses pembelajaran meliputi pengamatan performansi guru dan aktivitas belajar siswa. Sedangkan hasil belajar siswa diperoleh dari tes formatif yang dilaksanakan di akhir siklus I. Pada deskripsi data pelaksanaan tindakan siklus I akan dipaparkan hasil pengamatan performansi guru, aktivitas belajar, hasil belajar siswa, refleksi, dan revisi.
Hasil belajar siklus I
Jumlah siswa yang telah memenuhi KKM (> 70) sebanyak 15 siswa, sedangkan yang belum memenuhi KKM sebanyak 6 siswa, dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa mencapai 70,9 sehingga nilai rata-rata kelas sudah memenuhi kriteria keberhasilan, yaitu sekurang-kurangnya 70. Persentase ketuntasan belajar klasikal mencapai 71%.
Deskripsi Data Pembahasan Siklus II
Hasil pengamatan selama proses pembelajaran meliputi pengamatan performansi guru dan aktivitas belajar siswa. Sedangkan hasil belajar siswa diperoleh dari tes formatif yang dilaksanakan di akhir siklus II. Pada deskripsi data pelaksanaan tindakan siklus II akan dipaparkan hasil pengamatan performansi guru, aktivitas belajar, hasil belajar siswa, refleksi, dan revisi.
Jumlah siswa yang telah memenuhi KKM (>70) sebanyak 19 siswa, sedangkan yang belum memenuhi KKM sebanyak 2 siswa, dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa mencapai 80 sehingga nilai rata-rata kelas sudah memenuhi kriteria keberhasilan, yaitu sekurang-kurangnya 70 Persentase ketuntasan belajar klasikal mencapai 91%, dengan demikian persentase ketuntasan belajar klasikal juga sudah mencapai indikator keberhasilan, yaitu sekurang-kurangnya 75%.
Berdasarkan hasil penulisan pada Siklus II maka hasil refleksi selama kegiatan pada penulisan yang dimulai dari persiapan sampai pada pelaksanaan dianggap sudah berhasil, hal ini berdasarkan tingkat kemampuan siswa yang cukup baik
Berikut ini akan disajikan peningkatan hasil keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan think pair share dengan pada siklus I, siklus II, siklus III yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Rekapitulasi Hasil Observasi Pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Think Pair Share pada Siswa Kelas V dalam Pembelajaran IPA
No |
Aspek yang diamati |
Sebelum Perbaikan |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Ketrampilan Guru |
Baik |
Sangat Baik |
|
2 |
Aktivitas Siswa |
Baik |
Baik |
|
4 |
Hasil Belajar |
14% Tuntas |
71% Tuntas |
91% Tuntas |
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, pada siklus II menjadi sangat baik. Aktivitas siswa sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, pada siklus II menjadi lebih baik. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar sebelum perbaikan 19%, siklus I 71%, dan siklus II 91%. Pelaksanaan tindakan dari siklus I sampai dengan siklus II menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh peneliti dalam pembelajaran IPA materi bumi melalui penerapan model TPS telah mengalami keberhasilan. Keberhasilan penelitian ini dapat dilihat dengan tercapainya semua indikator keberhasilan performansi guru, aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar siswa yang menjadi tolok ukur keberhasilan penelitian..
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan II, diperoleh data yang mengalami peningkatan dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model TPS pada siswa kelas V di SD Negeri Klero 01 Kabupaten Semarang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model TPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, dan performansi guru dalam pembelajaran.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran IPA melalui pendekatan Think Pair Share Learning yang telah dilaksanakan di kelas V SD N Klero 01, maka penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Melalui pendekatan Think Pair Share pada pembelajaran IPA di kelas V SD N Klero 01 dapat meningkatkan keterampilan guru.Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan keterampilan guru pada setiap siklusnya. Pada siklus I guru sudah baik dalam menerapkan keterampilan guru. Guru dalam melakukan pembelajaran sudah melibatkan siswa, sehingga siswa menjadi lebih aktif selama proses pembelajaran. Pada pelaksanaan tindakan siklus II keterampilan guru termasuk sangat baik. Sehingga indikator keberhasilan dapat dicapai dengan kriteria sekurang-kurangnya baik.
2. Melalui pendekatan Think Pair Share pada pembelajaran IPA di kelas V SD N Klero 01 dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I termasuk kriteria baik. Pada siklus I aktivitas siswa sudah lebih baik dari pada siklus sebelumnya. Siswa selama mengikuti proses pembelajaran sudah berani untuk bermain peran, dan sudah belajar untuk bekerjasama. Sedangkan hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus II termasuk dalam kriteria baik. Sehingga indikator keberhasilan dapat dicapai dengan kriteria sekurang-kurangnya baik.
3. Melalui pendekatan Think Pair Share pada pembelajaran IPA di kelas V SD N Klero 01 dapat meningkatkan hasil belajar anak. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar sebelum perbaikan 14%, siklus I 71%, dan siklus II 91%.
Saran
Terkait hasil penelitian dan pembahasan serta simpulan yang telah dipaparkan, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
(1) Guru hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran TPS pada materi yang lain, sehingga model pembelajaran TPS dapat dijadikan model pembelajaran untuk meningkatkan performansi guru, aktivitas dan hasil belajar siswa.
(2) Dalam menerapkan model TPS, guru hendaknya menjelaskan langkah- langkah penerapan model dengan jelas, sehingga siswa dapat melaksanakannya sesuai dengan prosedur model TPS.
(3) Dalam menerapkan model pembelajaran TPS, guru harus mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, mengarahkan tugas secara jelas kepada siswa, membimbing dan memotivasi siswa dalam berdiskusi dengan pasangannya, sehingga penerapan model tersebut dapat berjalan sesuai dengan perencanaan. Penerapan model TPS membantu siswa berani mengemukakan pendapat, dan dapat bekerja sama dengan baik bersama pasangan belajarnya.
(4) Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan kepada guru untuk dapat menerapkan model pembelajaran TPS baik berupa motivasi, maupun sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menerapkan model pembelajaran TPS dalam kegiatan pembelajaran.
(5) Praktisi pendidikan atau peneliti lain dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan rujukan, baik untuk melakukan penelitian lanjutan maupun penelitian yang lain dengan menerapkan model pembelajaran TPS, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya dapat menemukan hal-hal baru berkaitan dengan model TPS ataupun inovasi dari model pembelajaran TPS.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Z. dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, TK. Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, S, Suhardjono dan Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Atikah, Nurul. 2011. Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Skripsi. Bandung: UPI.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Mendikdasem Direktorat Pembinaan TK dan SD.
Bonwell, C. E. and J. Eison. 1991. Active learning: Creating excitement in the classroom (ASHE-ERIC Higher Education Report No. 1). Washington, DC: George Washington University. http://search.proquest.com/docview/1112926208/13C150E607410E55B B9/1?accountid=62707. Diakses tanggal 22 Januari 2013.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Folida, Lasti. 2011. Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran IPA Siswa SD (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SDN Banyuhurip Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat pada Materi Pokok Peristiwa Alam di Indonesia). Skripsi. Bandung: UPI.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hanafiah dan Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Haryanto. 2007. Sains untuk SD kelas V. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Herreid, Clyde Freeman. 1998. Why isn`t cooperative learning used ti teach science?. New York: University of New York- Buffalo. http://search.proquest.com/docview/216460272/13C151205FE5D508024/8?accountid=62707. Diakses tanggal 22 Januari 2013.
Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kholil, M. Dan Dini Prowida. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI KelasV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Kurnia, dkk. 2008. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas.
Lapono, Nabisi. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas.
Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK UNNES.
Poerwanti, E, dkk. 2008. Asessmen Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas.
Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES PRESS.
Rositawaty, S. dan Aris Muharam. 2008. Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.
Saminanto. 2010. Ayo Praktik PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Semarang: RaSAIL Media Group.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Slameto. 2010. Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2011. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sugandi, Achmad. 2006. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES. Sulistyowati dan Sukarno. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Sumantri, M. dan Nana S. 2001. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Sumantri, Mulyani dan Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Maulana.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suyitno, Ade. 2012. Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share (Tps)Pada Mata Pelajaran Ekonomi. http://ade- suyitno.blogspot.com/2012/10/pembelajaran-kooperatif-model- think.html. Diakses tanggal 23 Desember 2012.