PENINGKATAN HASIL BELAJAR TENTANG DEBIT

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BAGI SISWA KELAS VI SD NEGERI GENTAN 01

PADA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Siska Yuniyati

SD Negeri Gentan 01

 

ABSTRAK

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui kualitas proses pembelajaran tentang debit melalui model problem based learning; 2) mengetahui peningkatan hasil belajar tentang debit melalui model pembelajaran problem based learning; 3) mengetahui perubahan sikap siswa sebagai dampak dari hasil belajar tentang debit melalui model pembelajaran problem based learning. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah 20 siswa kelas VI di SD Negeri Gentan 01 Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo semester 1 tahun pelajaran 2018/2019. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan validitas isi. Analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian melalui wawancara menunjukkan bahwa 20 siswa atau 100% keseluruhan kelas menjawab lebih termotivasi dan bersemangat dalam belajar tentang debit. Dari tes diperoleh data bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar tentang debit. Hal ini terlihat dari 100% siswa lulus KKM dengan nilai rata-rata 86,5. Sedangkan dari observasi siklus akhir diperoleh data rata-rata 86,9 untuk indikator keaktifan, berkolaborasi, dan percaya diri dalam belajar. Dengan demikian, model problem based learning terbukti efektif untuk digunakan dalam pembelajaran matematika terutama tentang debit.

Kata Kunci: debit, hasil belajar, problem based learning.

 

PENDAHULUAN

Abad-21 ditandai dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, komunikasi, dan transportasi. Menyikapi hal tersebut, diperlakukan matematika sebagai alat untuk membiasakan siswa berpikir rasional. Di dalam matematika siswa dibiasakan untuk bernalar secara efektif terhadap suatu masalah yang dihadapi, menganalisis keterkaitan antar bagian, dan mengaplikasikan temuan baru dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dalam matematika siswa juga dilatih untuk membuat ide kreatif dan inovatif untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Disisi lain, melalui pembelajaran matematika diharapkan tumbuh empat kompetensi yang setidaknya harus dimiliki oleh generasi abad-21 yaitu, kemampuan berpikir kritis, berkolaboratif, kreatif, dan inovatif, serta komunikatif. Oleh karena itu, guru sebagai ujung tombak pendidikan harus mampu menciptakan kondisi belajar matematika yang memungkinkan siswa belajar mandiri dan memiliki keempat kompetensi tersebut. Pada kenyataan di lapangan, berdasarkan wawancara dengan beberapa guru yang pernah mengajar di kelas VI, sering kali ditemui kendala pada pembelajaran matematika terutama tentang debit. Kendala tersebut di antaranya hasil belajar sebagian besar siswa di bawah KKM, siswa tidak antusias dalam belajar dan siswa tidak aktif dalam pembelajaran. Hal ini juga terjadi pula di kelas VI SD Negeri Gentan 01 Kecamatan Bendosari. Dari 20 orang siswa yang mengerjakan 20 soal, hanya 8 siswa mendapat nilai di atas 70 sedangkan sisanya mendapat nilai di bawah 70, sehingga dapat disimpulkan 40% siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 70, atau dapat dikatakan sebagian besar siswa belum dapat mencapai KKM.

Dari hasil pengamatan proses pembelajaran matematika di kelas VI SD Negeri Gentan 01 diperoleh informasi bahwa pembelajaran sudah memanfaatkan media yang tersedia di sekolah. Namun, dalam pembelajaran siswa hanya melihat dan mendengarkan saja ketika guru menyimulasikan media tersebut dan siswa tidak mendapat kesempatan mempelajari materi secara mandiri. Kegiatan pembelajaran di kelas banyak didominasi oleh guru dan bersumber hanya pada buku yang ada. Siswa tidak diberi ruang untuk aktif mengungkapkan ide atau gagasan dalam memecahkan masalah dalam belajarnya. Terkait hal tersebut, dilakukan wawancara dengan beberapa siswa kelas VI di SD Negeri Gentan 01 diperoleh fakta bahwa mereka tidak senang, tidak bersemangat, dan mudah bosan dalam belajar matematika terutama pada materi debit.

Upaya peningkatan hasil belajar tentang debit pada siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Menurut Winataputra (2007:10) hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai siswa berupa perubahan yang khas, meliputi keterampilan proses, keaktifan, motivasi juga prestasi belajar. Berhubungan dengan hal tersebut, Izzaty (2008:116) mengungkapkan bahwa siswa pada masa kelas tinggi sekolah dasar memiliki ciri khas, yaitu: cenderung memperhatikan kehidupan praktis sehari-hari, memiliki rasa ingin tahu, ingin belajar, realistis, dan kebanyakan hanya berminat pada pelajaran khusus. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa siswa kelas tinggi memerlukan fasilitas pembelajaran yang memungkinkannya dapat mengeksplorasi pengetahuan awalnya untuk mengkontruksi pengetahuan baru dalam upaya mencapai hasil belajar yang optimal melalui proses pemecahan masalah yang dihadapai. Dengan demikian, guru perlu mencari model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas tinggi. Tentunya model pembelajaran tersebut tidak terlepas dari pemikiran bahwa siswa kelas tinggi sekolah dasar telah memasuki tahap berpikir opersional konkret dan mempunyai ciri khas yang perlu diakomodasi dalam pembelajaran. Dalam hal ini, model pembelajaran problem based learning dapat menjadi solusi pemecahan masalah.

Adler & Milne (1997:195) mendefinisikan problem based learning merupakan model yang berfokus pada proses identifikasi, penyusunan kerangka analisis, dan pemecahan masalah. Lebih lanjut, Adler & Milne mengungkapkan bahwa model ini dilakukan dengan membentuk kelompok – kelompok kecil, banyak kerja sama dan interaksi, mendiskusikan hal-hal yang tidak atau kurang dipahami, serta berbagi peran untuk melaksanakan tugas dan saling melaporkan. Senada dengan pendapat tersebut, menurut Arends dalam Trianto (2007:68) problem based learning merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Berkaitan dengan pendapat tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Tillman (2013) menunjukkan hasil bahwa model problem based learning dapat membuat siswa mampu menyelesaikan masalah matematika dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi, melakukan kolaborasi yang baik untuk memecahkan masalah, menumbuhkan minat dan motivasi lebih pada siswa, dan memunculkan keterampilan siswa.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Nafiah & Suyanto (2014) diungkapkan bahwa penerapan model problem based learning dalam pembelajaran materi perbaikan dan setting ulang PC dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut terlihat pada peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan problem based learning yakni sebesar 31,03% dan jumlah siswa yang mencapai KKM pada akhir siklus II yakni sebanyak 29 siswa (100%).Hasil tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2015) yang menunjukkan bahwa kegiatan pada siklus I hingga siklus II dengan penerapan strategi problem based learning mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Teras tahun ajaran 2014/2015. Berdasarkan data di atas, maka pada kesempatan ini dilakukan sebuah upaya pemecahan masalah yang dihadapkan secara sistematis melalui problem based learning. Terkait dengan itu, maka ditetapkan judul: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar tentang Debit melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning bagi Siswa Kelas VI SD Negeri Gentan 01 pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI Sekolah Dasar Negeri Gentan 01 Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo pada bulan Juli sampai Desember 2019 tahun pelajaran 2018/2019. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Gentan 01 Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019, sebanyak 20 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Data dalam penelitian ini diperoleh dari sumber primer dan sumber sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung berupa kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran tentang debit, dalam hal ini siswa dan guru kelas VI di SD Negeri Gentan 01 sebagai objek utama. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, berupa dokumen sekolah, studi pustaka, dan data-data lain yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi observasi, wawancara, tes, dan kajian dokumen. Validitas data yang digunakan adalah validitas isi. Menurut Haynes, dkk. (1995) validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen instrumen asesment relevan dan mewakili konstruk alat ukur yang ditargetkan untuk tujuan tertentu. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif menurut Miles & Huberman (Sugiyono, 2009:247). Model analisis interaktif mempunyai tiga komponen yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan.

HASIL

Berdasarkan observasi pada proses pembelajaran tentang debit di kelas VI SD Negeri Gentan 01 diperoleh informasi bahwa teacher center learning masih mendominasi. Hal tersebut menyebabkan siswa kelas VI di SD tersebut kurang aktif dalam proses belajarnya. Selain itu, nilai hasil tes pra siklus dari 20 orang siswa yang mengerjakan 20 soal, hanya 8 siswa yang mendapat nilai di atas 70 sedangkan sisanya mendapat nilai di bawah 70, sehingga dapat disimpulkan 60% siswa belum mencapai Kriteria Kelulusan Minimal (KKM), yaitu 70.

Analisis hasil evaluasi pada tes prasiklus menyatakan bahwa hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Gentan 01 pada pembelajaran tentang debit masih rendah. Berdasarkan data hasil belajar sebelum diterapkan penggunaan model pembelajaran problem based learning diperoleh rata-rata kelas sebesar 66,5. Siswa yang mendapat nilai kurang dari 70 (KKM) sebanyak 12 orang dan yang mendapat nilai ≥ 70 (KKM) sebanyak 8 orang. Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan klasikal sebesar 40%. Kondisi ini masih berada di bawah indikator kinerja yang ditetapkan yaitu sebesar 100% siswa mendapatkan nilai ≥ 70 (KKM).

Berdasarkan nilai hasil belajar tentang debit yang masih rendah dan banyak siswa yang belum dapat mencapai KKM, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa masih belum tuntas dalam mencapai kompetensi dalam pembelajaran. Selain itu, dari hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas VI di SD Negeri Gentan 01 diperoleh fakta bahwa mereka tidak senang, tidak bersemangat, dan mudah bosan dalam belajar matematika terutama tentang debit. Oleh karena itu, diperlukan desain pembelajaran yang mengakomodasi kebutuhan proses belajar siswa, yaitu dengan penggunaan model problem based learning.

Dari wawancara dengan siswa setelah pelaksanaan siklus I pertemuan pertama diperoleh hasil bahwa 12 siswa menjawab lebih termotivasi dan bersemangat dalam belajar sedangkan 8 siswa masih malas dan belum bersemangat dalam belajar tentang debit. Sedangkan dari wawancara dengan siswa setelah pelaksanaan siklus 1 pertemuan kedua diperoleh hasil bahwa 14 siswa menjawab lebih termotivasi dan bersemangat dalam belajar sedangkan 6 siswa masih malas dan belum bersemangat dalam belajar tentang debit. Dengan demikian, terjadi peningkatan motivasi dan semangat belajar siswa sebagai indikator kualitas proses pembelajaran tentang debit melalui model problem based learning.

Dari hasil evaluasi siklus I yang dilakukan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua maka dapat diketahui bahwa pada siklus I hasil belajar tentang debit belum mencapai indikator kinerja. Dari tindakan siklus I diperoleh data nilai rata-rata kelas 71, ketuntasan klasikal yang diperoleh adalah 75% atau 15 siswa mencapai batas nilai KKM, sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 25% atau 5 siswa.

Dari hasil observasi rata-rata skor perilaku siswa untuk indikator keaktifan, kemampuan berkolaborasi, dan percaya diri pada pembelajaran siklus I pertemuan pertama yaitu 55,73. Sedangkan pada pembelajaran siklus I pertemuan kedua mengalami peningkatan yaitu 65,38. Dengan demikian, telah terjadi peningkatan skor aktivitas siswa sebesar 9,65. Skor rata-rata keseluruhan aktivitas siswa pada siklus I sebesar 60,55.

Dari wawancara dengan siswa setelah pelaksanaan siklus II pertemuan pertama diperoleh hasil bahwa 18 siswa menjawab lebih termotivasi dan bersemangat dalam belajar sedangkan 2 siswa masih malas dan belum bersemangat dalam belajar tentang debit. Sedangkan dari wawancara dengan siswa setelah pelaksanaan siklus 1 pertemuan kedua diperoleh hasil bahwa 20 siswa atau 100% siswa menjawab lebih termotivasi dan bersemangat dalam belajar tentang debit. Dengan demikian, terjadi peningkatan motivasi dan semangat belajar siswa sebagai indikator kualitas proses pembelajaran tentang debit melalui model problem based learning.

Dari hasil evaluasi siklus II dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran tentang debit melalui model problem based learning sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Dari penelitian siklus II diperoleh data rata-rata kelas 86,5, ketuntasan klasikal yang diperoleh adalah 100% atau 20 siswa mencapai batas nilai KKM, sudah sesuai indikator yang ingin dicapai yaitu 100% tuntas KKM.

Dari hasil observasi rata-rata skor perilaku siswa untuk indikator keaktifan, berkolaborasi, dan percaya diri pada pembelajaran siklus I pertemuan pertama yaitu 81,34. Sedangkan pada pembelajaran siklus II pertemuan kedua mengalami peningkatan yaitu 92,45. Dengan demikian, telah terjadi peningkatan skor aktivitas siswa sebesar 11,11 dengan skor rata-rata keseluruhan aktivitas siswa pada siklus II sebesar 86,9. Atas dasar tersebut dan melihat hasil yang diperoleh pada masing- masing pertemuan, maka pembelajaran melalui model problem based learning yang dilaksanakan pada siklus II dikatakan berhasil, sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilaksanakan dalam dua siklus tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran melalui model pembelajaran problem based learning. Hal ini dapat diketahui dari seluruh siswa yang menyatakan lebih termotivasi dan semangat dalam belajar matematika terutama tentang materi debit. Hasil belajar tentang debit dapat ditingkatkan melalui penerapan model problem based learning pada siswa kelas VI SD Negeri Gentan 01 Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai hasil belajar. Dari hasil penelitian tindakan kelas menunjukkan hasil belajar tentang pada kondisi awal, jumlah siswa yang mencapai nilai KKM ≥ 70 sebanyak 8 siswa dari 20 siswa dengan rata-rata nilai kelas 66,5 ketuntasan belajar siswa hanya 40%, sedangkan masih ada 12 siswa atau 60% siswa yang tidak tuntas. Setelah diterapkan tindakan model pembelajaran problem based learning pada siklus I, siswa yang tuntas (mencapai nilai KKM ≥ 70) meningkat menjadi 15 siswa dengan nilai rata-rata kelas 71 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 75%, artinya masih ada 5 siswa atau 25% siswa yang tidak tuntas.

Pada siklus I sudah ada peningkatan, tetapi belum mencapai indikator kenerja yang ditargetkan yaitu jumlah siswa yang tuntas mencapai 100%. Belum berhasilnya tindakan pada siklus I dikarenakan oleh berbagai faktor dan diperbaiki pada siklus II. Setelah diadakan perbaikan pada siklus II, jumlah siswa yang tuntas meningkat yaitu 20 siswa dengan nilai rata-rata kelas 86,5 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 100%. Persentase ketuntasan pada siklus II tersebut dinyatakan telah sesuai dengan indikator yang ditetapkan yaitu 100%. Penelitian dinyatakan berhasil karena siswa yang tuntas (mencapai nilai KKM ≥ 70) mencapai 100% telah sesuai dengan indikator kinerja penelitian yang ditetapkan yaitu 100%.

Perubahan perilaku yang dapat diketahui sebagai dampak penggunaan model pembelajaran problem based learning dalam pembelajaran tentang debit terlihat dari peningkatan rata-rata skor dari indikator keaktifan, kemampuan berkolaborasi, dan percaya diri. Hal yang paling terlihat dari perubahan perilaku ini antara lain: kesungguhan mereka merencanakan proyek pemecahan masalah, mengungkapkan ide kreatif dan gagasan pemecahan masalah, mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber, mempersiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan, pengerjaan proyek secara kolaboratif dan hasil presentasi pemecahan masalah yang memuaskan.

Hal tersebut memberikan bukti bahwa pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini telah berhasil pada siklus II. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Warsono & Hariyanto (2012:152) bahwa hal positif yang dapat diambil dari pelaksanaan problem based learning, di ataranya: 1)siswa terbiasa menghadapi masalah dan tertantang menyelesaikan masalah, baik terkait dengan pembelajaran dalam kelas maupun masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari; 2) menumbuhkan kebiasaan berdiskusi dengan kelompok maupun teman satu kelas; 3)memunculkan kedekatan interaksi antara guru dengan siswa; 4)membiasakan siswa untuk bereksprimen dalam upaya pemecahan masalah.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan dua siklus dapat disimpulkan, bahwa kualitas proses pembelajaran tentang debit melalui penerapan model problem based learning meningkat. Hal ini terbukti dari seluruh siswa kelas VI SD Negeri Gentan 01, Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo menjawab lebih termotivasi dan semangat dalam belajar matematika terutama tentang materi debit. Hasil belajar siswa tentang debit dapat meningkat melalui model pembelajaran problem based learning. Hal ini terbukti dari hasil penelitian tindakan kelas yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tentang debit meningkat signifikan. Pada kondisi awal rata-rata nilai kelas 66,5 dengan ketuntasan klasikal belajar siswa hanya 40% atau hanya 8 siswa dari 20 siswa yang dapat mencapai nilai KKM. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas 71 dengan ketuntasan klasikal siswa mencapai 75%. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata kelas 86,5 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 100%. Persentase ketuntasan klasikal pada siklus II tersebut telah mencapai indikator yang ditetapkan yaitu 100%. Dengan demikian, indikator kinerja dalam penelitian ini sudah tercapai. Perubahan perilaku dampak dari perubahan hasil belajar problem based learning adalah meningkatnya keaktifan, kemampuan berkolaborasi, dan kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran problem based learning terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa baik pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

DAFTAR PUSTAKA

Adler, R. W.& Milne, M. J. 1997. Improving The Quality of Accounting Students’ Learning Through Action-Oriented Learning Tasks. Accounting Education. Vol. 6 No. 3: 191-215.

Haynes, S. N., Richard, D. C., & Kubany, E. S. 1995. Content Validity in Psychological Assessment: A Functional Approach to Concepts and Methods. Psychological Assessment, 7, 238 – 247.

Hidayah, Marfuqotul. 2015. Penerapan Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Peningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Siswa Kelas VIII Semester II SMP N 1 Teras Tahun 2014/2015. eprints.ums.ac.id

Izzaty, R.I, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.

Nafiah, Y dan Suyanto, W. 2014. Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa. journal.uny.ac.id.Vol 4, No 1.

Sugiyono. 2009. Model Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Belajar, Bandung: Rossda Karya.

Tillman, Daniel. 2013. Implications of Problem Based Learning (PBL) in Elementary Schools Upon the K-12 Engineering Education Pipeline. American Society       for ngineering Education. www.asee.org/public/conferences/20/papers/7729/download.