PENINGKATAN HASIL BELAJAR PPKn

MATERI INTEGRASI NASIONAL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BAGI SISWA KELAS X IPA 4 SMA NEGERI 1 NGUTER

PADA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Paryanta

SMA Negeri 1 Nguter

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1)meningkatkan aktivitas belajar; (2) meningkatkan hasil belajar (3) meningkatkan kualitas pembelajaran PPKn bagi siswa kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Nguter pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklusnya dilaksanakan dalam 2x pertemuan. Adapun tahapan dalam penelitian ini ada 4 yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Nguter. Subjek penelitian berjumlah 34 siswa yang berada di kelas X MIPA4 dengan pertimbangan bahwa aktivitas dan hasil belajar PPKn siswa materi integrasi Nasional di kelas tersebut rendah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, angket dan tes. Hasil penelitian ini adalah (1) Proses pembelajaran model Student Teams Achievement Division (STAD) materi integrasi nasional. (2).Proses pembelajaran model Student Teams Achievement Division (STAD) mampu meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan ketuntasan belajar siswa sudah mencapai 100% dan nilai rata-rata ulangan harian yang sudah mencapai 81,76(3) Peningkatan perubahan perilaku siswa dalam belajar, kondisi awal penelitian 54,00% siswa yang beraktivitas sedang, setelah siklus I ada 68,00% siswa yang beraktivitas baik, setelah siklus II ada 90% siswa beraktivitas sangat baik. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model Student Teams Achievement Division (STAD)) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, hasil dan perubahan perilaku sebagai hasil belajar PPKn materi Integrasi Nasional dalam pada siswa kelas X MIPA4 SMA Negeri 1 Nguter Semester 2 tahun pelajaran 2018/2019

Kata kunci: Hasil belajar, Model, integrasi nasional, Student Teams Achievement Division (STAD)

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) pada materi integrasi nasional bagi siswa kelas X MIPA 4 SMA Negeri 1 Nguter semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 mencakup 3 (tiga) sub materi yaitu: (1) Hakikat integrasi nasional; (2) Ancaman integrasi nasional; (3) Strategi mengatasi ancaman untuk membangun integrasi nasional dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Model pembelajaran yang peneliti terapkan pada sub materi hakikat integrasi nasional adalah ceramah dan penyajian teks. Dengan menerapkan model ceramah dan penyajian teks, aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran hakikat integrasi nasional belum tampak secara optimal. Siswa belum bersedia mengajukan pertanyaan terkait dengan materi, tetapi sudah bersedia menjawab pertanyaan yang peneliti sampaikan walaupun masih mengalami banyak kesulitan. Siswa baru bersedia menjawab pertanyaan kalau peneliti menunjuk. Kalau siswa tidak bisa menjawab pertanyaan, mereka hanya mengatakan tidak bisa tanpa usaha lebih dahulu. Siswa lebih suka bercanda dengan temannya di saat peneliti memberikan tugas tertulis berupa pertanyaan-pertanyaan. Aktivitas lainnya adalah belajar mata pelajaran lainnya yang akan dilakukan ulangan pada hari itu. Siswa yang belum meraih nilai sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) atau nilai minimal 70 (tujuh puluh) sebanyak 12 (dua belas) siswa dari jumlah 34 siswa sedangkan yang sudah mencapai nilai minimal 70 (tujuh puluh) ke atas sebanyak 22 siswa.

Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X MIPA 4 SMA Negeri 1 Nguter semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 dalam materi integrasi nasional dan untuk menanamkan karakter, maka diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran dengan penelitian tindakan kelas. Dalam proses pembelajaran, guru haruslah mampu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa secara maksimal, baik dari ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap dan nilai), serta ranah psikomotorik (keterampilan).

Salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yaitu pemilihan penggunaan model pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran type Student Team Achievement Develoment (STAD) dipilih karena dapat merangsang daya tarik, keaktifan dan pemahaman siswa terhadap pelajaran PPKn.

Dalam model STAD melibatkan kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif. Kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasana kelompok kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran.

Berdasarkan paparan tersebut di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Peningkatkan Hasil Belajar PPKn Materi Integrasi Nasional melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) bagi Siswa Kelas X IPA 4 SMA Negeri 1 Nguter pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019″

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah Pelaksanaan Pembelajaran Model Student Teams Achievement Division (STAD) materi Integrasi Nasional bagi Siswa Kelas X IPA 4 SMA Negeri 1 Nguter pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019. (2) Berapa persenkah Peningkatkan Hasil Belajar PPKn Materi Integrasi Nasional melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) bagi Siswa Kelas X IPA 4 SMA Negeri 1 Nguter pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 (3) Bagaimanakah pengaruh Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap motivasi belajar PPKn bagi Siswa Kelas X IPA 4 SMA Negeri 1 Nguter pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

  • Mengetahui Pelaksanaan Proses pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) materi Integrasi Nasional bagi Siswa Kelas X IPA 4 SMA Negeri 1 Nguter pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019
  • Untuk meningkatkan hasil belajar PPKn setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model Student Teams Achievement Division (STAD) bagi siswa kelas X MIPA4 SMA Negeri 1 Nguter, tahun pelajaran 2018/2019
  • Untuk meningkatkan perilaku positif dalam aktivitas belajar PPKn setelah diterapkan Model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) bagi siswa kelas X MIPA4 SMA Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2018/2019

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

Kajian Teori

Hasil belajar

Hasil merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Susanto (2013: 5) mendefinisikan hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif,dan psikomotor sebagai salah satu hasil dari kegiatan belajar. Indikator Hasil Belajar bagi Materi Integrasi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2017: 17) menegaskan bahwa pembelajaran materi integrasi nasional mencakup aspek pengetahuan dan aspek keterampilan. Aspek pengetahuan yaitu: (1) Mengidentifikasi berbagai ancaman dalam membangun integrasi nasional; (2) Menganalisis strategi negara dalam mengatasi berbagai ancaman dalam membangun integrasi nasional. Aspek keterampilan yaitu: (1) Menyaji hasil identifikasi berbagai ancaman dalam membangun integrasi nasional; (2) Menyaji hasil analisis strategi negara dalam mengatasi berbagai ancaman dalam membangun integrasi nasional.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Trianto (2009: 68) menyatakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Pembelajarannya diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Hipotesis

Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka berpikir peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: Melalui model pembelajaran tipe Student Teams Achievement Division (STAD) diduga dapat meningkatan kualitas pembelajaran, hasil belajar dan perubahan perilaku siswa dalam materi Integrasi Nasional bagi Siswa Kelas X M IPA 4 SMA Negeri 1 Nguter semester 2 tahun pelajaran 2018/2019.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian tentang Peningkatan Hasil Belajar PPKn Materi Integrasi Nasional melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) bagi Siswa Kelas X IPA 4 SMA Negeri 1 Nguter Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 dilaksanakan di SMA Negeri 1 Nguter merupakan bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terbagi menjadi 2 siklus. Setiap siklus dilakukan dalam tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru SMA Negeri 1 Nguter. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah kelas X MIPA4.. Siswa kelas tersebut berjumlah 34 siswa, terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan. Objek penelitian tindakan kelas ini adalah upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Integrasi Nasional siswa kelas X MIPA 4 SMA Negeri 1 Nguter semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tes: (tertulis, lisan, perbuatan); dan non tes: (pengamatan dan dokumentasi).

Sumber Data

Untuk mendapatkan data yang valid peneliti melakukan validasi data. Cara yang peneliti lakukan dalam validasi data adalah dengan triangulasi dengan sumber dan metode. Triangulasi dengan sumber yang sama tetapi dengan cara atau metode yang berbeda. Triangulasi dengan sumber data adalah mengecek kembali data-data yang sudah didapatkan dari informan utama dengan cara menanyakan kebenaran data kebagi informan tambahan bisa satu atau lebih. Triangulasi dengan cara atau metode yang sama tetapi dengan sumber yang berbeda.

Teknik Analisis Data

Berdasarkan jenis penelitian, teknik analisis data penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Hasil belajar berupa aktivitas siswa dalam kerja kelompok dan nilai ulangan siswa bagi materi integrasi nasional peneliti deskripsikan mulai bagi kondisi awal, siklus 1 hingga siklus 2. Data aktivitas belajar yaitu aktivitas siswa dalam bekerja kelompok serta hasil yang diperoleh dari kerja kelompok. Data aktivitas dalam bekerja kelompok berbentuk foto-foto sedangkan hasil bekerja kelompok berupa laporan pelaksanaan tugas. Data nilai ulangan siswa bagi kondisi awal (pra siklus), siklus 1 dan siklus 2 masing-masing meliputi jumlah siswa yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau di bawah 70 dan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau di atas 70. Selanjutnya nilai yang diperoleh peneliti klasifikasikan dalam nilai terendah, nilai tertinggi, rerata dan rentang nilai.

Selanjutnya untuk menganalisis perbandingan hasil ulangan antar siklus yang meliputi siswa yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau di bawah 70 dan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau di atas 70.

Berdasarkan analisis data, peneliti rumuskan indikator kinerja sebagai berikut: (1) Aktivitas belajar siswa kelas X IPA 4 SMA Negeri 1 Nguter semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 dalam pembelajaran materi integrasi nasional mengalami peningkatan sampai 80% (kategori sangat baik) sampai dilakukan siklus terakhir dengan diterapkan model Student Teams Achievement Division (STAD). (2)Nilai rata-rata hasil ulangan harian siswa kelas X IPA 4 SMA Negeri 1 Nguter semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 dalam pembelajaran materi integrasi nasional mengalami peningkatan ketercapaian kriteria ketuntasan minimal yaitu 70 sampai dilaksanakan siklus terkahir Student Teams Achievement Division (STAD).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pra Siklus

Pada kondisi awal kegiatan pembelajaran menggunakan metode tanya jawab, model pembelajaran bekerja mandiri. Berdasarkan hasil penilaian tertulis submateri makna integrasi nasional, faktor pendorong dan penghambat integrasi nasional, letak Indonesia pada posisi silang dan perjuangan bangsa Indonesia mewujudkan persatuan nasional diketahui bahwa nilai terendah adalah 55, nilai tertinggi adalah 80, rerata adalah 71,47 dan rentang nilai adalah 25. Jumlah peserta didik yang belum tuntas pada kondisi awal sebanyak 12 peserta didik dari 34 peserta didik atau 35,29%. Hasil belajar prasiklus dapat dilihat dalam tabel berikut:

Hasil Belajar Siswa Prasiklus

Siklus 1

Siklus I dilaksanakan pada bulan Februari 2019 minggu ke-3 sampai dengan minggu ke-4 dengan alokasi waktu pertemuan 2 x 45 menit setiap minggunya. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran pada siklus I meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada akhir pelaksanaan tindakan siklus I, guru memberikan tes evaluasi siklus I pada hari Kamis, 28 Februari 2019 jam ke 9 s.d. 10 untuk mengukur hasil belajar siswa. Data ketuntasan belajar siswa pada siklus I disajikan ke dalam diagram batang dapat dilihat pada gambar.

Hasil Belajar Siswa Siklus I

No Keterangan Hasil Tes Prasiklus Siklus 1
1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jumlah Siswa

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Nilai Rata-rata

Standar Deviasi

Jumlah Siswa yang Tuntas

Jumalah Siswa yang Tidak Tuntas

Persentase Ketuntasan

Persentase Ketidaktuntasan

34

80

55

71,47

7,06

22

12

64,71

35,39

36

90

65

73,88

6,28

28

6

82,35

17,64

 

Berdasarkan tabel dan gambar di atas, terlihat adanya peningkatan hasil belajar pada siklus I dibandingkan dengan hasil belajar pra siklus. Nilai rata-rata hasil belajar meningkat dari 71,47 menjadi 73,88 dan ketuntasan klasikal meningkat dari 64,71% menjadi 82,35. Ketuntasan belajar siklus I telah memenuhi kriteria indikator keberhasilan ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu 80% namun masih perlu perbaikan pada siklus berikutnya.

Pada tahap pengamatan, kolaborator mengamati proses pembelajaran yang berlangsung dengan mencatat temuan-temuan yang ada pada lembar pengamatan yang telah tersedia. Ada dua aspek yang kolaborator amati dalam proses pembelajaran PPKn dengan menggunakan model Student Teams Achievement Division (STAD) yaitu aspek keaktifan siswa dan kinerja guru. (1)Aspek Keaktifan Siswa. Pada saat pelaksanaan siklus I, proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) pada materi integrasi nasional sudah berjalan dengan baik. Masing ­masing siswa dalam kelompok dapat menyelesaikan lembar kerja yang diberikan oleh guru. Situasi kelas pada pembelajaran belum kondusif, masih ada 12 siswa yang aktivitasnya kurang, tidak mau membaca dengan aktif. Pada menuliskan jawaban di papan tulis, siswa mampu menuliskan jawaban. Keaktifan komunikasi dalam berkelompok juga dapat dilihat dari siswa dapat mencari jawaban dengan internet. Sebagian kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi. Pada akhir pembelajaran terdapat baru terdapat 23 siswa yang menyimpulkan materi pembelajaran dengan kata-kata sendiri.

Pada siklus I, keaktifan siswa dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) mencapai rata-rata 68%. Hal ini kemungkinan diakibatkan para siswa belum begitu jelas dan masih bingung dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) karena baru pertama kali diterapkan di kelas X IPA 4. Berikut perhitungan persentase dan diagram keaktifan siswa. (2) Aspek Kinerja Guru. Hal yang diamati oleh kolaborator pada pelaksanaan pembelajaran integrasi nasional dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) pada siklus I terdiri dari empat tahap yang dinilai yakni pra pembelajaran, membuka pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, dan penutup pembelajaran.

Dari data hasil observasi dan dilakukan analisis data, diperoleh data bahwa pada siklus I tingkat kemampuan guru dalam menguasai kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) adalah 74,29% termasuk kategori baik dengan perolehan jumlah skor 52 dari skor maksimal 70.

Tahap refleksi merupakan koreksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan untuk mengetahui kelabihan dan kekurangan yang ada pada siklus I. Dari refleksi yang dilaksanakan diperoleh hasil sebagai berikut: (1) masih banyak siswa pasif dalam proses pembelajaran yakni mencapai 70% sehingga belum mencapai kriteria ketuntasan klasikal yang telah diterapkan yakni 80% siswa aktif dalam pembelajaran; (2) guru masih canggung dalam menerapkan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Hal ini memungkinkan siswa masih pasif dalam proses pembelajaran karena baru pertama kali menerapkan model pembelajaran ini. Proses pembelajaran di dalam kelas masih didominasi oleh guru.

Berdasarkan kekurangan pada siklus I, maka kolaborator dan guru sebagai sumber belajar berkolaborasi untuk menyusun rencana tindak lanjut (RTL), dalam perbaikan pada siklus berikutnya. Rencana tindak lanjut tersebut antara lain:

(1) Kesiapan siswa untuk membaca materi selanjutnya dengan cara mencari sumber belajar selain buku paket pedoman belajar dan lembar kerja siswa (LKS). (2) Memotivasi siswa untuk lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapat, baik dalam hal mengajukan ataupun menjawab pertanyaan di hadapan siswa yang lain serta memberikan reward berupa nilai.

 Siklus II

Dalam siklus I, indikator penelitian yang telah diterapkan belum tercapai, sehingga dilanjutkan ke siklus II. Siklus II dilaksanakan pada bulan April 2019 minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-2 dengan alokasi waktu pertemuan 2 x 45 menit setiap minggunya. Kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran pada siklus II meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Hasil Belajar Siswa Siklus II

No Keterangan Hasil Tes Siklus I Siklus II
1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jumlah Siswa

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Nilai Rata-rata

Standar Deviasi

Jumlah Siswa yang Tuntas

Jumalah Siswa yang Tidak Tuntas

Prosentase Ketuntasan

Prosentase Ketidak tuntasan

34

65

81,76

73,88

6,28

28

6

82,35

17,64

34

96

65

81,76

6,28

28

5,12

100

0

 

Tahapan pengamatan, kolaborator mengamati proses pembelajaran yang berlangsung dengan mencatat temuan-temuan yang ada pada lembar pengamatan yang telah tersedia. Ada dua aspek yang kolaborator amati dalam proses pembelajaran PPKn dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) yaitu aspek keaktifan siswa dan kinerja guru. (1) Aspek Keaktifan Siswa. Secara kualitas pelaksanaan pembelajaran integrasi nasional dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) pada siklus II lebih meningkat dibandingkan dengan siklus I. Dari hasil pegamatan yang dilakukan peneliti terhadap siswa yang hadir dalam pembelajaran mencapai 100% atau semua hadir. Dalam pelaksanaan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) berjalan dengan baik dan masing-masing siswa dapat menemukan ­jawaban dengan baik. Situasi kelas pada pembelajaran sudah kondusif, semua siswa dengan serius mendengarkan penjelasan guru. Saat diberi penjelasan dan siswa menyampaikan pertanyaan beserta jawabannya terdapat 28 siswa mencatat, menandai atau menggaris-bawahi dalam buku materi dan buku catatan. Hal tersebut sudah memenuhi nilai penuh keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam memahami materi pelajaran terdiri dari keaktifan siswa pada saat siswa berlatih soal, 24 siswa aktif mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Pada saat permainan kartu, 25 siswa mampu mengkoreksi kesalahan yang dilakukan teman lain dengan jawaban yang benar. Keaktifan komunikasi dalam berkelompok juga dapat dilihat dari 30 siswa dapat menuliskan jawaban pertanyaan/jawaban. Interaksi siswa dengan kelompoknya saat berdiskusi mencapai 28 siswa. Sebesar 34 siswa dapat mempresentasikan hasil diskusi dengan 30 siswa yang melaksanakan kerjasama dalam kelompok. Pada akhir pembelajaran terdapat 28 siswa yang mampu menyimpulkan materi pembelajaran. Pada siklus II, keaktifan siswa dalam pembelajaran integrasi nasional dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) secara menyeluruh mencapai rata-rata 90,00%. Hal ini sudah memenuhi kriteria indikator keberhasilan ketuntasan klasikal yaitu 80%. Lembar pengamatan aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran.

 

Berdasarkan hasil observasi dan dilakukan analisis data, maka diperoleh data bahwa pada siklus II secara keseluruhan tingkat keaktifan siswa sebesar 90% termasuk dalam kategori aktivitas sangat baik dengan jumlah skor 45 dari skor maksimal 50. Analisis pengamatan terhadap aktivitas siswa kelas X MIPA 4 selama proses pembelajaran integrasi nasional dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) pada siklus II dapat dilihat pada lampiran. Dari data hasil observasi dan dilakukan analisis data, diperoleh data bahwa pada siklus II tingkat kemampuan guru dalam menguasai kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) adalah 87,14% termasuk kategori sangat baik dengan perolehan jumlah skor 61 dari skor maksimal 70. Lembar pengamatan kinerja guru dapat dilihat pada lampiran.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran PPKn menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) pada siklus II telah mangalami peningkatan. Pada siklus I peningkatan keaktifan siswa mencapai 68,00%, sedangkan peningkatan keaktifan siswa pada siklus II menjadi 90%. Peningkatan kinerja guru pada siklus I mencapai 74,29%, sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 87,14%. Demikian juga nilai tes evaluasi yang diperoleh siswa pada siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata kelas adalah 73,29 dengan ketuntasan klasikal 79,41%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas adalah 81,32 dengan ketuntasan belajar klasikal 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada siklus II keaktifan belajar, kinerja guru, dan hasil belajar integrasi nasional sudah memenuhi kriteria ketuntasan klasikal yang telah diterapkan yaitu 75% untuk keaktifan belajar dan 80% untuk ketuntasan belajar siswa.

Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini didasarkan pada hasil pengamatan yang dilanjutkan dengan kegiatan evaluasi dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian siklus I dan II menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) mengalami peningkatan, baik dari segi peningkatan keaktifan siswa, kinerja guru, dan hasil belajar selama proses pembelajaran berlangsung.

Model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) berusaha mengoptimalkan aktivitas siswa. Hal ini dapat terlihat dalam langkah-langkah model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) yang tercermin selama proses pembelajaran yang didominasi oleh aktivitas siswa. Pembelajaran dilakukan oleh siswa dengan cara berkelompok menjawab permasalahan yang diberikan oleh guru, dan selanjutnya siswa menyajikan jawaban di depan kelas. Penggunaan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan kerjasama siswa dalam memecahkan masalah dan memahami materi. Melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD), diharapkan siswa dapat memahami materi integrasi nasional. Model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) juga mengajarkan ketrampilan sosial dan demokrasi. Dengan adanya penghargaan terhadap kelompok dengan kinerja terbaik, juga merupakan salah satu motivasi bagi siswa untuk meningkatkan aktivitas selama proses pembelajaran. Setiap kelompok bersaing untuk mendapatkan poin tertinggi dalam kelas, hal ini memotivasi siswa untuk berinteraksi dengan guru ataupun siswa lain dalam Student Teams Achievement Division (STAD)sehingga siswa juga termotivasi untuk mempelajari dan memahami materi dengan baik.

Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi pada siklus I dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan strategi pembelajaran tersebut keterlibatan aktif siswa belum dapat berlangsung secara optimal. Hasil observasi pengamatan aktivitas siswa baru mencapai 70%. Sebagian siswa merasa malu untuk bertanya dan takut dalam menjawab pertanyaan dari guru atau siswa lain sehingga lebih banyak siswa yang diam. Siswa juga belum bisa bekerjasama secara maksimal dalam diskusi dengan pasangannya serta belum merasa menyatu dengan kelompok pada saat pelaksanaan permainan meskipun secara keseluruhan siswa merasa senang dan semangat mengikuti pembelajaran ini. Aktivitas belajar yang kurang maksimal disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan pembentukan kelompok harus juga mempertimbangkan kepandaian, gender, kemauan bersatu siswa dikelas X MIPA 4 di SMA Negeri 1 Nguter. Dari latar belakang tersebut kemudian peneliti melanjutkan pembelajaran siklus II.

Dari hasil aktivitas siswa siklus II diperoleh persentase tingkat keaktifan siswa meningkat menjadi 88,57%. Berdasarkan pengamatan pada siklus II siswa lebih aktif mengikuti proses pembelajaran di kelas, tidak malu lagi bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru atau siswa lain. Siswa telah mampu berdiskusi secara tertib dan baik. Siswa berani menyampaikan maupun menanggapi hasil diskusi. Setiap kelompok ingin terlihat lebih menonjol dan mendapatkan nilai lebih baik. Pembelajaran yang dikombinasikan dengan permainan ini menciptakan suasana yang menyenangkan, siswa terlibat langsung dalam pembelajaran. Adanya pembelajaran ini menjadikan siswa merasa senang dan semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Melalui model STAD siswa berusaha dengan bersungguh-sungguh untuk menjadi tim yang terbaik. Hal ini memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran agar dapat memberikan hasil yang terbaik.

Hasil penilaian observasi kinerja guru sebelum menerapkan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) yakni sebesar 38,57%. Selama proses pembelajaran siklus I guru terlihat masih belum terbiasa dalam menerapkan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) tersebut. Kinerja guru pada siklus I mencapai 74,29%, hal ini menunjukkan pembelajaran yang berlangsung termasuk dalam kriteria baik. Namun, hal ini perlu ditingkatkan lagi dengan perbaikan dalam siklus selanjutnya. Hal ini disebabkan kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan permainan yaitu suasana kelas menjadi ramai sehingga pengelolaan kelas yang baik sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, guru harus mampu membimbing dan mengkondisikan siswa dengan lebih baik. Pada siklus II, hasil observasi kinerja guru menunjukkan peningkatan menjadi 87,14%. Guru sudah lebih memahami dalam menerapkan model pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I. Hasil observasi siklus II menunjukkan kinerja guru termasuk dalam kriteria sangat baik.

Secara keseluruhan proses pembelajaran pada siklus I dan II berlangsung baik. Hal tersebut didukung oleh peningkatan aktivitas siswa dan kinerja guru sehingga berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.

Hasil belajar tes evaluasi siklus I dapat diketahui adanya peningkatan dibanding sebelum dilaksanakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD), tetapi ketuntasan belajar siklus I yang mencapai 71,88% belum memenuhi kriteria indikator keberhasilan ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu 80% siswa belajar tuntas sehingga perlu perbaikan pada siklus berikutnya. Hasil belajar tes evaluasi siswa diperoleh pada siklus II meningkat, hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata kelas siklus I sebesar 72,94 meningkat menjadi 75.59. Persentase ketuntasan belajar juga meningkat dari persentase ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 71,88% meningkat menjadi 81,25% pada siklus II.

Peningkatan hasil belajar menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) juga diikuti tanggapan yang positif dari siswa terhadap strategi pembelajaran tersebut. Dalam kegiatan pembelajaran siswa tampak senang dan antusias mengikuti model pembelajaran ini. Berdasarkan hasil rekapitulasi dari hasil pengamatan dan data yang diperoleh selama penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa kelas X MIPA 4 SMA Negeri 1 Nguter.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Siswa telah mampu menunjukkan aktivitas belajar yang meningkat dalam materi Integrasi Nasional dapat terwujud setelah penerapan model Student Teams Achievement Division (STAD)) bagi Siswa Kelas X IPA 4 SMA Negeri 1 Surakarta semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini ditunjukan adanya peningkatan prosentase ketuntasan klasikal pada pra siklus 54% meningkat 68% pada siklus 1 dan bertambah menjadi 90% pada siklus ke 2. (2) Peningkatan hasil belajar dalam materi Integrasi Nasional setelah penerapan Model Student Teams Achievement Division (STAD) bagi Siswa Kelas X IPA 4 SMA Negeri 1 Nguter semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. Ditunjukan adanya peningkatan persentase ketuntasan belajar yaitu pada prasiklus 64,71%, siklus 1:83% dan pada siklus ke 2 menjadi 100% memenuhi ketuntasan belajar.(3) Perubahan perilaku positif siswa sesuai dengan kriteria, baik melampaui lebih dari 75% materi Integrasi Nasional melalui Model Student Teams Achievement Division (STAD) bagi Siswa Kelas X IPA 4 SMA Negeri 1 Nguter semester 2 tahun pelajaran 2018/2019

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2013. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian mata Pelajaran Kewarganegaraan.

Hernawan, A. H. 2007. Hakikat Strategi Pembelajaran. Bandung: UPI Press

Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 2017. Model silabus SMA Mata Pelajaran PPKn. Jakarta.

Nurfitriah. 2006.Pengembangan Keterampilan Sosial Anak Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif. Bandung: UPI

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Lulusan Pendidikan Dasar dan Mengah