Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Model Talking Stick
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI
MATERI DINAMIKA ATMOSFER DAN DAMPAKNYA
TERHADAP KEHIDUPAN MELALUI MODEL TALKING STICK
BAGI SISWA KELAS X IPS 4 SMA NEGERI 1 NGUTER
KABUPATEN SUKOHARJO PADA SEMESTER 2
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Sunaryo
SMA Negeri 1 Nguter
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan proses pembelajaran geografi; (2) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar geografi; dan (3) untuk mendeskripsikan perubahan perilaku siswa sebagai dampak hasil belajar geografi materi dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan melalui model Talking Stick pada siswa kelas X IPS 4 semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 SMA Negeri 1 Nguter Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama 1 (satu) semester pada semester 2, yaitu mulai bulan Januari sampai Juni 2019. Penelitian tersebut dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana setiap siklusnya dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Tahapan dalam siklusnya adalah perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IPS 4 SMA Negeri 1 Nguter dengan jumlah 34 siswa, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 14 perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain dengan teknik obsevasi, wawancara, dokumentasi, dan tes. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Sebelum diterapkan pembelajaran model Talking Stick rata-rata nilai siswa 68, pada siklus I ternyata menjadi 72, dan pada siklus ke II menjadi 78. Tingkat ketuntasan pada kondisi awal 58,82%, pada siklus I menjadi 72,47% dan pada siklus II meningkat menjadi 91,18%. Sedangkan keaktifan siswa pada kondisi awal 49, pada Siklus I menjadi 61 dan pada siklus II menjadi 79. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model Talking Stick dapat menigkatkan hasil belajar siswa dan keaktifan siswa.
Kata Kunci: dinamika atmosfer, hasil belajar siswa, talking stick.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pelajaran geografi merupakan rumpun pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Selama ini ada semacam anggapan bahwa belajar IPS termasuk geografi identik dengan hafalan, sehingga membosankan bagi siswa, disamping itu sebagian besar siswa menganggap bahwa mata pelajaran rumpun IPS kurang penting dibandingkan dengan rumpun IPA. Hal ini menyebabkan motivasi untuk belajarpun menjadi rendah dan berakibat pada rendahnya hasil belajar.
Rendahnya hasil belajar dan keaktifan siswa khususnya mata pelajaran Geografi dirasakan di SMA negeri 1 Nguter. Hal ini disebabkan bererapa factor, di antaranya: (1) Kurangnya sarana dan prasarana, seperti terbatasnya jumlah LCD yang dimiliki dan kurang maksimalnya fungsi perpustakaan; (2) banyak siswa yang tidak menyadari akan pentingnya buku pegangan, sehingga sebagian besar siswa tidak mau membeli atau meminjam buku di perpustakaan; (3) Rendahnya input siswa, karena SMA Negeri 1 Nguter termasuk sekolah pinggiran yang hanya menjadi sekolah alternative bila tidak diterima di sekolah favorit SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Sukoharjo.
Di samping itu metode mengajar guru juga sangat berpengaruh pada hasil belajar. Pada umumnya guru menggunakan metode mengajar yang masih didominasi dengan ceramah dan sedikit melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa kurang tertarik mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. Hal ini terlihat dari indikasi adanya beberapa orang siswa yang tidak serius sewaktu mendengarkan penjelasan guru seperti membuat tulisan-tulisan yang tidak berkaitan dengan materi pelajaran, berbisik-bisik dengan temannya atau bahkan kelihatan mengantuk. Perilaku tersebut tentunya berakibat pada rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, sehingga hasil belajarnyapun menjadi rendah.
Hal tersebut terjadi juga pada kelas X IPS, yang ditunjukkan dengan rendahnya nilai yang diperoleh pada mata pelajaran geografi materi dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan. Di antara beberapa kelas paralel yang ada, siswa di kelas X IPS 4 merupakan kelas dengan rata-rata kemampuan pemahaman geografi yang paling rendah. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya tingkat ketuntasan belajar siswa. Hasil ulangan harian dengan KKM 70 diperoleh nilai terendah adalah 44, nilai tertinggi adalah 80, rata-rata adalah 68,00. Dari 34 siswa kelas X IPS 4 yang mendapat nilai kurang dari 70 sebanyak 14 siswa atau 41,18%, yang mendapat nilai 70 – 79 sebanyak 18 siswa atau 52,94% dan yang mendapat nilai lebih dari 80 sebanyak 2 siswa atau 5,88%. Jadi yang mencapai kriteria ketuntasan sebanyak 20 siswa dan yang belum tuntas 14 siswa, sehingga tingkat ketuntasan secara klasikal sebesar 58,82%. Sedangkan dari angket keaktifan siswa mencapai skor 49.
Memperhatikan kondisi tersebut, maka dipandang perlu upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa dalam belajar. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang berbeda dengan yang biasa dilakukan. Soetopo dalam Jalil (2014:51) mendefinisikan bahwa model pembelajaran sebagai suatu pola yang digunakan untuk menerapkan kurikulum, merancang materi pembelajaran, dan juga melakukan bimbingan kepada siswa dalam kelas atau tempat belajar lainnya. Adapun model pembelajaran yang akan diterapkan adalah model talking stick. Model pembelajaran ini dipilih karena diharapkan dapat merangsang daya tarik, keaktifan dan pemahaman siswa terhadap pelajaran geografi. Menurut Maufur (2009:88), talking stick merupakan sebuah model pembelajaran yang berguna untuk melatih keberanian siswa dalam menjawab dan berbicara kepada orang lain. Sedangkan penggunaan tongkat secara bergiliran sebagai media untuk merangsang siswa bertindak cepat dan tepat sekaligus untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah proses pembelajaran geografi materi dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan melalui model Talking Stick bagi siswa kelas X IPS 4 pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 SMA Negeri 1 Nguter Kabupaten Sukoharjo?; (2) Berapa persen peningkatan hasil belajar geografi materi dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan melalui model Talking Stick bagi siswa kelas XIPS 4 pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 SMA Negeri 1 Nguter Kabupaten Sukoharjo?; (3)Bagaimanakah perubahan perilaku siswa sebagai dampak hasil belajar geografi materi dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupanmelalui model Talking Stick bagi siswa kelas XIPS 4 pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 SMA Negeri 1 Nguter Kabupaten Sukoharjo?
Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran geografi materi dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupanmelalui model Talking Stick pada siswa kelas X IPS 4 semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 SMA Negeri 1 Nguter Kabupaten Sukoharjo; (2) Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar geografi materi dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan melalui model Talking Stick bagi siswa kelas XIPS 4 pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 SMA Negeri 1 Nguter Kabupaten Sukoharjo; (3) Untuk mendeskripsikan perubahan perilaku siswa sebagai dampak hasil belajar geografi materi dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupanmelalui model Talking Stick pada siswa kelas X IPS 4pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 SMA Negeri 1 Nguter Kabupaten Sukoharjo.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kajian Teori
Belajar
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru dalam keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar juga diartikan sebagai suatu proses yangkompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu tanda bahwasesorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku tersebutmenyangkut pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotor) maupunmenyangkut nilai dan sikap (afektif). (Sadiman, 2007:2)
Menurut Slemanto (2002:17) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Winkel (2002:17) belajar adalah aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dimana terjadi perubahan dalam diri menyangkut pengetahuan, pemahaman, nilai, sikap, dan ketrampilan. Sementara itu, Sadirman (2007:33) mengemukakan bahwa belajar adalah segenap rangkaian jiwa raga, psikofisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa karsa, rasa kognitif, afektif dan psikomotoris.
Pembelajaran
Menurut Jihad dan Haris dalam Wardoyo (2013:21), pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu belajar dan mengajar. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Proses pembelajaran dalam dunia pendidikan merupakan output dan income siswa. Pembelajaran yang berjalan secara baik (efektif dan efisien) tentu akan sebanding dengan hasil yang dicapainya (Wardoyo,2013:16). Selanjutnya Suherman dalam Wardoyo (2013:2) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan proses komunikasi antara siswa dalam rangka perubahan prilaku.
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang bersifat permanen baik dalam kompetensi afektif, kognitif maupun psikomotorik yang dipeoleh atau dilalui melalui komunikasi, interaksi dan pengalaman.
Hasil Belajar
Setelah dilaksanakan proses pembelajaran maka akan diperoleh hasil belajar. Menurut Gagne Dan Briggs (dalam Nasution, 2006:2) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar. Hasil belajar juga diartikansebagai hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar (Azwar, 2000). Selain pendapat diatas, Aunurrahman (2009:35) juga mengemukan bahwa hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku, walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakn sesuatu perubahan yang dapat diamati.
Model Pembelajaran Talking Stick
Menurut Kurniasih dan Sani (2015:82), model pembelajaran talking stick merupakan satu dari sekian banyak satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat. Tongkat dijadikan sebagai jatah atau giliran untuk berpendapat atau menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pelajaran.
Menurut Maufur (2009:88), Talking Stick merupakan sebuah model pembelajaran yang berguna untuk melatih keberanian siswa dalam menjawab dan berbicara kepada orang lain. Sedangkan penggunaan tongkat secara bergiliran sebagai media untuk merangsang siswa bertindak cepat dan tepat sekaligus untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: (1) Penerapan Model Talking Stick diduga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Geografi pada materi dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan bagi siswa kelas X IPS 4 pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 SMA Negeri 1 Nguter Kabupaten Sukoharjo; (2) Penerapan Model Talking Stick dalam pembelajaran diduga dapat meningkatkan hasil belajar Geografi pada materi dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan bagi siswa kelas X IPS 4 pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 SMA Negeri 1 Nguter Kabupaten Sukoharjo; dan (3) Penerapan Model Talking Stick dalam pembelajaran Geografi pada materi dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan diduga dapat memberikan perubahan positif bagi siswa kelas X IPS 4 pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 SMA Negeri 1 Nguter Kabupaten Sukoharjo.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X IPS 4 SMA Negeri 1 Nguter yang tertetak di Desa Nguter, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 selama 6 (enam) bulan, yaitu mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2019.
Kelas yang dijadikan sebagai subjek dalam penelitian ini adalah kelas X IPS 4 tahun pelajaran 2018/2019. Jumlah siswa kelas X IPS 4 ini adalah 34 siswa, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan. Kelas ini dipilih sebagai subjek penelitian karena hasil belajar geografi yang dicapai siswa pada evaluasi pertama semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 paling rendah bila dibandingkan dengan kelas lainnya, yaitu 52,94% yang belum mencapai KKM. Adapun KKM tingkat sekolah untuk mata pelajaran geografi adalah sebesar 70.
Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (1) Siswa kelas X IPS 4 SMA Negeri 1 Nguter dan fenomena yang terjadi khususnya pada kelas tersebut yang berkaitan dengan proses belajar mengajar; dan (2) Dokumen yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hasil belajar siswa dan catatan lapangan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Observasi, wawancara, metode dokumentasi dan tes.
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah: (1) Terlaksananya proses pembelajaran denga kriteria Baik minimal 75% dari jumlah siswa sesuai dengan langkah-langkah model Talking Stick bagi siswa kelas XIPS 4 pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 SMA Negeri 1 Nguter Kabupaten Sukoharjo; (2) Hasil belajar siswa meningkat, yaitu apabila tingkat ketuntasan klasikal mencapai minimal 85%; dan (3) Terjadi perubahan perilaku siswa dengan kriteria Baik, yaitu mencapai minimal 75% dari jumlah siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Kondisi Awal
Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan observasi dan pengumpulan data pada kondisi awal kelas yaitu di kelas X IPS 4 SMA Negeri 1 Nguter pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. Untuk mengetahui kondisi awal dari kelas yang menjadi objek penelitian tindakan kelas maka peneliti melakukan pembelajaran langsung dengan di dampingi oleh kolaborator untuk mengamati kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh kolaborator dengan berpedoman pada lembar observasi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran diperoleh skor sebagai berikut:
No | Indikator | Skor
(1-10) |
1 | Memperhatikan guru saat menyampaikan materi pelajaran | 5 |
2 | Mendengarkan penjelasan guru | 6 |
3 | Mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh guru | 4 |
4 | Membaca materi pelajaran | 8 |
5 | Mengajukan pertanyaan kepada guru | 0 |
6 | Mengembangkan ide/gagasan dalam kelompok | 3 |
7 | Mengemukakan pendapat dalam berdiskusi | 4 |
8 | Mendengarkan pendapat teman | 6 |
9 | Menjawab pertanyaan guru | 7 |
10 | Membuat kesimpulan | 6 |
Jumlah Skor | 49 |
Skor Keaktifan Siswa Kondisi Awal
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada kondisi awal mencapai skor 49, artinya keaktifan siswa sangat rendah.
Hasil evaluasi belajar materi dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan pada kondisi awal, diketahui bahwa nilai terendah adalah 44, nilai tertinggi adalah 80, rata-rata adalah 68,00. Dari 34 siswa kelas X IPS4 yang mendapat nilai kurang dari 70 sebanyak 14 siswa atau 41,18%, yang mendapat nilai 70 – 79 sebanyak 18 siswa atau 52,94% dan yang mendapat nilai lebih dari 80 sebanyak 2 siswa atau 5,88%. Jadi yang mencapai kriteria ketuntasan sebanyak 20 siswa dan yang belum tuntas 14 siswa, sehingga tingkat ketuntasan secara klasikal sebesar 58,82%. Secara ringkas hasil belajar dapat ditampilkan dalam tabel dan grafik sebagai berikut:
Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal
No | Uraian | Hasil |
1 | Nilai Tertinggi | 80 |
2 | Nilai Terendah | 44 |
3 | Nilai Rata-rata | 68,00 |
4 | Ketuntasan Klasikal | 58,82% |
Berdasarkan data siswa diatas, dapat disimpulkan bahwa pada kondisi awal keaktifan dan hasil belajar siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan. Maka dari itu untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa penulis melaksanakan penelitian tindakan kelas.
Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I terbagi menjadi 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 20 Februari 2019 dari jam 10.15’ – 11.45’ dan pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Februari 2019 jam 10.15’ – 11.45’.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh kolaborator dengan berpedoman pada lembar observasi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran diperoleh skor sebagai berikut:
No | Indikator | Skor
(1-10) |
1 | Memperhatikan guru saat menyampaikan materi pelajaran | 7 |
2 | Mendengarkan penjelasan guru | 8 |
3 | Mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh guru | 5 |
4 | Membaca materi pelajaran | 8 |
5 | Mengajukan pertanyaan kepada guru | 4 |
6 | Mengembangkan ide/gagasan dalam kelompok | 4 |
7 | Mengemukakan pendapat dalam berdiskusi | 4 |
8 | Mendengarkan pendapat teman | 6 |
9 | Menjawab pertanyaan guru | 8 |
10 | Membuat kesimpulan | 7 |
Jumlah Skor | 61 |
Skor Keaktifan Siswa Siklus I
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada siklus I mencapai skor 61. Bila dibandingkan dengan pada kondisi awal mengalami peningkatan sebesar 12, karena skor keaktifan siswa pada kondisi awalsebesar 49. Namun demikian tingkat keaktifan siswa pada siklus I ini masih perlu ditingkatkan agar lebih maksimal.
Sedangkan hasil belajar melalui evaluasi yang telah dilakukan pada siklus I diperoleh data bahwa nilai hasil evaluasi pada siklus I dari 34 siswa kelas X IPS 4 yang mendapat nilai kurang dari 70 sebanyak 7 siswa atau 20,59%, yang mendapat nilai 70 – 79 sebanyak 24 siswa atau 70,59% dan yang mendapat nilai lebih dari 80 sebanyak 3 siswa atau 8,82%. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60 dan nilai tertinggi mencapai 88, sedangkan rata-ratanya adalah 72,47. Yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar 7 siswa dan yang sudah mencapai tingkat ketuntasan belajar 27 siswa. Sehingga tingkat ketuntasan secara klasikal sebesar 72,47%. Secara singkat hasil belajar pada siklus I dapat ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Hasil Belajar Siswa Siklus I
No | Uraian | Hasil |
1 | Nilai Tertinggi | 88 |
2 | Nilai Terendah | 60 |
3 | Nilai Rata-rata | 72,47 |
4 | Ketuntasan Klasikal | 72,47% |
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa dibanding dengan kondisi awal yang belum menerapkan model talking stick terjadi peningkatan baik dalam kualitas pembelajaran, hasil belajar maupun tingkat keaktifan siswa.
Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II terbagi menjadi 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 April 2019 dari jam 10.15’ – 11.45’ dan pertemuan ke dua dilaksanakan pada tanggal 24 April 2019 jam 10.15’ – 11.45’.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh kolaborator dengan berpedoman pada lembar observasi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran diperoleh skor sebagai berikut:
No | Indikator | Skor
(1-10) |
1 | Memperhatikan guru saat menyampaikan materi pelajaran | 9 |
2 | Mendengarkan penjelasan guru | 9 |
3 | Mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh guru | 8 |
4 | Membaca materi pelajaran | 10 |
5 | Mengajukan pertanyaan kepada guru | 7 |
6 | Mengembangkan ide/gagasan dalam kelompok | 6 |
7 | Mengemukakan pendapat dalam berdiskusi | 6 |
8 | Mendengarkan pendapat teman | 7 |
9 | Menjawab pertanyaan guru | 9 |
10 | Membuat kesimpulan | 8 |
Jumlah Skor | 79 |
Skor Keaktifan Siswa Siklus II
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada siklus II mencapai skor 79. Bila dibandingkan dengan pada kondisi awal mengalami peningkatan sebesar 18 poin, karena skor keaktifan siswa pada kondisi awal sebesar 61. Ini menunjukkan bahwa keaktifan siswa telah memenuhi kriteria atau target yang telah ditentukan dalam penelitian.
Sedangkan hasil belajar melalui evaluasi pada siklus II diperoleh data bahwa nilai hasil evaluasi pada siklus II dari 34 siswa kelas X IPS4 yang mendapat nilai kurang dari 70 sebanyak 3 siswa atau 8,82%, yang mendapat nilai 70 – 79 sebanyak 12 siswa atau 35,29%, yang mendapat nilai 80 – 89 sebanyak 17 siswa atau 50,00% dan yang mendapat nilai 90 keatas sebanyak 2 siswa atau 5,88%. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 66 dan nilai tertinggi mencapai 92, sedangkan rata-ratanya adalah 78,12. Yang mencapai tingkat ketuntasan belajar 7 siswa dan yang sudah mencapai tingkat ketuntasan belajar 27 siswa. Sehingga tingkat ketuntasan secara klasikal sebesar 91,18%.
Hasil Belajar Siswa Siklus II
No | Uraian | Hasil |
1 | Nilai Tertinggi | 92 |
2 | Nilai Terendah | 66 |
3 | Nilai Rata-rata | 78,12 |
4 | Ketuntasan Klasikal | 91,18% |
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pada Siklus II ini terjadi peningkatan kualitas pembelajaran, hasil belajar maupun tingkat keaktifan siswa yang lebih tinggi dari pada penigkatan yang terjadi pada kondisi awal ke Siklus I.
Pembahasan
Berikut dideskripsikan kondisi awal, siklus I dan siklus II. Data nilai dan ketuntasan hasil belajar dari kondisi awal sampai dengan siklus II ditunjukan pada tabel sebagai berikut:
NO | HASIL TEST | KONDISI AWAL | SIKLUS I | SIKLUS II |
1 | Nilai Terendah | 44 | 72 | 78 |
2 | Nilai Tertinggi | 82 | 86 | 92 |
3 | Rata-rata | 68,00 | 72,47 | 78,12 |
4 | Ketuntasan Klasikal | 58,82% | 72,47% | 91,18% |
Rekapitulasi Hasil Belajar dan Ketuntasan Antarsiklus
Selain data hasil belajar dan ketuntasan belajar, penelitian ini juga meghasilkan data skor keaktifan belajar siswa antar siklus. Adapun data skor keaktifan siswa dari kondisi awal sampai dengan siklus II adalah sebagai berikut:
Aspek | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II |
Keaktifan Siswa | 49 | 61 | 79 |
Skor Keaktifan Siswa Antarsiklus
Berdasarkan tabel ataupun grafik dapat diketahui bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dari kondisi awal ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II selalu meunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus II keaktifan siswa mencapai skor 79, ini berarti sudah memenuhi kriteria penelitian.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Metode pembelajaran model Talking Stick dapat meningkatkan kualitas pembelajaran geografi materi dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan bagi siswa kelas X IPS 4 pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 SMA Negeri 1 Nguter Kabupaten Sukoharjo; (2) Metode pembelajaran model Ttalking Stick dapat meningkatkan hasil belajar geografi materi dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan bagi siswa kelas X IPS 4 pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 SMA Negeri 1 Nguter Kabupaten Sukoharjo; dan (3) Metode pembelajaran model Talking Stick dapat meningkatan keaktifan siswa belajar geografi materi dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan bagi siswa kelas X IPS 4 pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 SMA Negeri 1 Nguter Kabupaten Sukoharjo.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Azwar, S. 2011. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Jalil, Jasman. 2014. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Prestasi Pustakarya
Kurniasih dan Sani. 2015. Model Pembelajaran. Yogyakarta: Kata Pena.
Kurniasih, Imas dan Sani, Berlin. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Kata Pena
Maufur, Hasan Fauzu. 2009. Sejuta Jurus Mengajar Mengasyikkan. Semarang: Sindur Press.
Moloeng,Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.
Sadirman. 2007. Iteraksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Slameto.2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta
Sudjana. 2004. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.Indonesia.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Syah. Muhibbin.2009. Psikologi Belajar. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorentasi Konstrutivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Winkel,W.S.2001. Psikologi pendidikan dan evaluasi. Jakarta: Gramedia.