Peningkatan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Bermain Peran Dengan Media Realia
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SPEAKING MATERI DESCRIPTIVE MELALUI PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN
DENGAN MEDIA REALIA BAGI SISWA KELAS X IPS-1
PADA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Parmono
SMA Negeri 1 Bulu
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran speaking materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran dengan media realia pada siswa kelas X IPS- 1 SMA Negeri 1 Bulu semester 1 tahun pelajaran 2018/2019; (2) Untuk meningkatkan hasil belajar speaking materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran dengan media realia pada siswa kelas X IPS-1 SMA Negei 1 Bulu semester 1 tahun pelajaran 2018/2019; (3) Untuk meningkatkan perubahan perilaku positif siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri 1 Bulu semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 setelah melaksanakan pembelajaran speaking materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran dengan media realia. Metode penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus 3 kali pertemuan terdiri dari rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri 1Bulu pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019. Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah: (1) peningkatan kualitas pembelajaran dimana 75% siswa dengan kriteria baik; (2) hasil belajar speaking materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran dengan media realia meningkat dari kategori kurang pada prasiklus menjadi kategori cukup pada siklus I, dan kategori baik pada siklus II, terjadi peningkatan nilai rata-rata dari prasiklus sebesar 58,00 menjadi 72,00 pada siklus I dan 79,14 pada siklus II; (3) perubahan perilaku positif siswa dimana 75% siswa berperilaku baik. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran speaking materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran dengan bantuan media realia dari prasiklus, siklus I, dan siklus II; (2) Hasil belajar speaking materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran dengan bantuan media realia bagi siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri 1 Bulu mengalami peningkatan dari kategori kurang pada prasiklus menjdi kategori cukup pada siklus I, dan menjadi kategori baik pada siklus II; (3) Terjadi perubahan perilaku positif dari sisi keaktifan, kedisiplinan, kejujuran, kepercayaan diri, dan kerjasama siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri 1 Bulu semester 1 tahun pelajaran 2018-2019, sebagai dampak hasil pembelajaran speaking materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran dengan bantuan media realia.
Kata Kunci: bermain peran, hasil belajar, media realia
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Speaking skill merupakan salah satu bagian yang sangat penting dari keempat keterampilan berbahasa yaitu speaking, reading, listening, dan writing. Secara umum pembelajaran bahasa Inggris di SMA Negeri 1 Bulu belum memuaskan, terutama pada keterampilan berbicara, terbukti setiap ada kegiatan lomba di tingkat kabupaten baik itu speech contest, debating competition, telling story, atau lomba lainnya yang memfokuskan keterampilan berbicara langkah duta kita terhenti disitu. Keterampilan mendeskripsikan suatu benda, seseorang, seekor binatang, atau suatu tempat yang merupakan tuntutan dari kompetensi dasar kurikulum nasional belum dapat dicapai.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Bagaimanakah kualitas proses pembelajaran speaking materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran dengan media realia pada siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri 1 Bulu semester 1 tahun pelajaran 2018/2019?; (2) Bagaimanakah hasil pembelajaran speaking materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran dengan media realia pada siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri 1 Bulu semester 1 tahun pelajaran 2018/2019?; (3) Bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri 1 Bulu semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 sebagai dampak hasil belajar speaking materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran dengan media realia?
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:(1) Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran speaking materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran dengan media realia pada siswa kelas X IPS- 1 SMA Negeri 1 Bulu semester 1 tahun pelajaran 2018/2019; (2) Untuk meningkatkan hasil belajar speaking materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran dengan media realia pada siswa kelas X IPS-1 SMA Negei 1 Bulu semester 1 tahun pelajaran 2018/2019; (3) Untuk meningkatkan perubahan perilaku positif siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri 1 Bulu semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 setelah melaksanakan pembelajaran speaking materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran dengan media realia.
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS
Kajian Teori
Beberapa artikel terkait yang pernah diteneliti sebelumnya adalah artikel tentang peningkatan keterampilan speaking materi descriptive dengan menggunakan teknik wawancara tiga langkah, ditulis oleh Fussalam dari SMP N 2 Sarolangun tahun 2014. Peneliti mencatat peningkatan keterampilan berbicara menggunakan teknik wawancara tiga langkah sebagai berikut: (1) teknik wawancara tiga langkah berhasil meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam teks descriptif; dan (2) perubahan pemahaman kemampuan berbicara siswa dipengaruhi oleh dua factor, internal eksternal. Artikel tentang role playing dalam pembelajaran descriptive juga dituliskan oleh Djuwarijah, guru bahasa Inggris dari SMK Negeri 11 Semarang. Penulis menuliskan kenyataan yang terjadi di lapangan bahwa siswa SMK Negeri 11 Semarang masih mengalami kesulitan dalam berkomunikasi lisan dengan menggunakan bahasa Inggris. Artikel tentang penggunaan media realia untuk pembelajaran writing pada teks descriptive bagi siswa kelas tujuh, pada tahun 2016 juga dituliskan oleh Sholihah, dimana para siswa menghadapi kendala dalam menulis teks descriptive, Setelah menggunakan media realia penulis merasakan perbedaan yang nyata dibandingkan sebelum menggunakan media tersebut.
Mengingat lemahnya kondisi pembelajaran tersebut, maka perlu diterapkan pembelajaran bermain peran atau role play, seperti dikatakan oleh Zaini (2007:109) role-play adalah suatu media pembelajaran aktif, maka penting bahwa problema yang akan dikerjakan membawa pada eksplorasi yang bersifat praktis, disamping penerapan bermain peran juga dengan media realia, menurut Surtikanti (2009:18) media realia merupakan alat bantu visual dalam pendidikan yang memberikan pengalaman langsung (direct experience) kepada siswa, merupakan objek nyata dari suatu benda seperti mata uang, tumbuhan, binatang, dan sebagainya.
Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah: (1) Kondisi awal peneliti menerapkan pembelajaran dengan model ceramah berorientasi buku teks hasil belajar speaking siswa masih rendah; (2) Peneliti melakukan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran bermain peran dengan media realia pada siklus I dan siklus II, hasilnya pembelajaran speaking materi descriptive melalui model bermain peran dengan media realia dapat meningkat.
Hipotesis
Berdasarkan latar belakang diatas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah diduga pembelajaran materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran dengan media realia dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, hasil belajar, dan perubahan perilaku positif materi speaking bagi siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri 1 Bulu pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bulu, siswa kelas X IPS-1 pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019, dilaksanakan selama 6 bulan, mulai bulan Juli sampai dengan Desember 2018.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPS-1 yang terdiri dari 36 siswa, dengan perincian 10 siswa putra dan 26 siswa putri.
Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini adalah: (1) Sumber data primer, sumber data yang diperoleh dari hasil tes siswa, hasil observasi terhadap guru, dan hasil wawancara peneliti dengan siswa yang dibantu oleh kolaborator; (2) Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I, rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II, daily field note atau catatan harian di lapangan, dan dokumen foto kegiatan.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi, pengamatan dan wawancara. Adapun alat pengumpul data dalam penelitian ini meliputi: (1) pedoman observasi yaitu pedoman yang dijadikan sebagai aturan petunjuk dalam observasi atau pengamatan; (2) soal tes ulangan harian adalah soal tes harian yang dipersiapkan sebagai instrumen pengukuran keberhasilan pembelajaran siswa, dan;(3) dokumen berupa, silabus, RPP, data siswa dan hasil tugas siswa.
Uji Validitas Data
Validasi data aktivitas belajar menggunakan metode triangulasi, yaitu menetapkan suatu faktor yang memerlukan lebih dari satu sumber informasi. Sumber informasi tersebut terdiri dari peneliti itu sendiri, kolaborator, serta siswa.
Teknis Analisis Data
Data hasil belajar yang diperoleh dianalisis dengan cara membandingkan nilai tes materi speaking pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II kemudian dilanjutkan dengan refleksi. Refleksi dilakukan dengan cara menarik simpulan berdasarkan deskripsi komparatif, yaitu membuat ulasan berdasarkan simpulan dan menentukan tindak lanjut. Hasil wawancara yang dilakukan dengan melibatkan kolaborator dianalisis bersama.
Indikator Keberhasilan
Indikator pada penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran lebih dari 75% siswa aktif didalam mengikuti pembelajaran; (2) Berdasarkan pengamatan lebih dari 75% siswa mampu dengan lancar mendeskripsikan suatu objek dengan bantuan media realia secara lisan; (3) Perubahan tingkah laku siswa yang lebih positif sebagai dampak dari hasil belajar speaking melalui model pembelajaran bermain peran dengan media realia, meningkat diatas 75%.
Prosedur Penelitian
Metode penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus 3 kali pertemuan terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari pra siklus, tindakan siklus I, dan tindakan siklus II. Hasil penelitian berupa keterampilan siswa dalam berbicara bahasa Inggris pada materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran dengan media realia. Hasil non tes didapatkan dari hasil wawancara, catatan guru, pengamatan kolaborator, dan dokumen foto. Pembahasan meliputi proses selama pembelajaran, peningkatan hasil belajar speaking, dan perubahan perilaku siswa pada siklus I dan siklus II dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Prasiklus
Hasil prasiklus diperoleh berdasarkan non tes berupa pengamatan, wawancara, dan tes selama pelaksanaan pembelajaran berupa praktik berbicara dalam bahasa Inggris. Hasil tersebut dapat diamati pada tabel dibawah ini:
|
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata speaking siswa sebesar 58.00 dalam kategori kurang atau 68.00% dan 11 orang atau sebesar 31.99% dalam kategori cukup, tidak satupun siswa yang masuk dalam kategori baik atau amat baik, hal tersebut menunjakkan bahwa hasil belajar speaking siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan.
Siklus I.
Perencanaan
Peneliti mempersiapkan daftar nama siswa, format daftar hadir siswa pertemuan pertama, kedua, dan ketiga, Instrumen pedoman wawancara, daftar pertanyaan sederhana siklus I pertemuan pertama, kunci jawaban dari pertanyaan siklus I pertemuan pertama, daftar pembagian kelompok bermain peran pertemuan pertama dan kedua, lembar kerja siswa berupa teks rumpang, daftar nilai kelompok bermain peran, Instrumen lembar pengamatan, lembar kerja siswa pertemuan ketiga, lembar kriteria penilaian, aspek penilaian, dan rubrik penilaian kerja siswa, daftar nilai hasil belajar siswa, format data pengamatan guru siklus I, format data hasil pengamatan perubahan perilaku siswa, instrumen pedoman wawancara, silabus, dan RPP.
Tindakan
Proses kegiatan belajar mengajar diawali pendahuluan dengan salam dan mengecek jumlah kehadiran siswa, penyampaian kompetensi dasar, kemudian dilanjutkan pada tahap building knowledge of the field (BKOF), pengenalan pada topik yang akan dibahas, pada tahap ini penulis menggunakan metode communicative language teaching dengan diawali memperkenalkan kalimat-kalimat pertanyaan sederhana secara lisan yang mengarah ke teks descriptive misalnya “what is this ?”, “What is the colour?”, “What is the shape?”, dan sebagainya. Pada tahap ini siswa cukup antusais mengikuti pembelajaran, namun ada beberapa yang masih terlihat berbicara sendiri akan tetapi setelah dipancing dengan beberapa pertanyaan akhirnya siswa tersebut mau memperhatikan pembelajaran, dengan modal respon yang positif dari siswa menjadi awal baik untuk proses pembelajaran. Tahap berikutnya adalah Modelling of the text (MOT) dengan memberikan suatu model sebagai contoh dengan memperdengarkan sebuah monolog dengan menggunakan audio tentang deskripsi seekor burung Beo dan secara visual dipertontonkan di depan para siswa. Hanya ada beberapa siswa yang berani aktif, berkomentar, atau berpendapat. Pada siklus I pertemuan kedua siswa diberi salah satu media realia untuk didiskusikan dalam kelompok, Siswa masih bingung membentuk kelompok, kemudian guru memberikan teknik, penjelasan dan mengarahkan untuk membentuk kelompok dengan cara memilih sembilan siswa secara acak dan terpisah yang kemudian siswa yang dipilh tersebut masing-masing akan menjadi ketua kelompok, siswa dengan senang hati melakukannya sehingga terbentuklah sembilan kelompok dengan anggota masing-masing 4, tahap berikutnya memasuki tahap joint construction of the field (JCOT) dimana siswa harus bekerja dalam kelompoknya, mendiskusikan media yang dimilki kelompok tersebut secara lisan, hasil diskusi disusun dalam bahasa yang runtun. Langkah selanjutnya salah satu anggota pergi memainkan peran mempresentasikan hasil deskripsi dari media yang sudah didiskusikan dikelompoknya. Berdasarkan pengamatan sebagian besar kelompok sudah melaksanakan diskusi dengan baik, ada beberapa siswa yang kurang aktif, namun guru segera mendekati dan memberi pengarahan. Pada tahap Independent construction of the field (ICOT), merupakan kegiatan inti pada pertemuan ketiga, siswa mendeskripsikan media realia berupa binatang piaraan yang dipersiapkan dari rumah, hasil pengamatan menunjukkan mereka membawa bermacam –macam media realia berupa binatang piaraan seperti burung, kucing, kelinci, dan lain-lain. Pada tahap ini para siswa sudah dapat bermain peran untuk mendeskripsikan secara lisan media realia.
Hasil tes siklus I, siswa sudah mulai berbicara dengan pronunciation yang jelas, content dari pokok media yang dideskripsikan sudah mengarah ke topik, diction sudah tepat, dan fluency atau kelancaran sudah bagus. Hasil tes tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Kategori | Interval | F | Bobot Skor | Persentase
(%) |
Nilai
Rata-rata |
Ketuntasan
(%) |
Amat baik | 85-100 | 2 | 174 | 7% | 2592/36=
72 (kategori cukup) |
18/36X100=
50% |
Baik | 75-84 | 16 | 1281 | 49,42% | ||
Cukup | 60-74 | 14 | 921 | 36% | ||
Kurang | 0-59 | 4 | 216 | 8% | ||
Jumlah | 36 | 2592 | 100% | 72 | 50% |
Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai rata-rata siswa mencapai 72,00 yang termasuk pada kategori cukup, terdapat 2 siswa atau 7% siswa yang memperoleh nilai dalam kategori amat baik, 16 siswa atau 49,12% memperoleh nilai dengan kategori baik, 14 siswa atau sebesar 36% masuk dalam katergori cukup, dan 4 siswa atau 8% masuk dalam kategori kurang. Siswa yang tuntas sebanyak 18 orang dengan tingkat ketuntasan 50%. Hasil tes pada siklus I mengalami peningkatan dari nilai rata-rata prasiklus 58,00 menjadi nilai rata-rata 72,00, namun belum memenuhi tingkat ketuntasan penelitian.
Perubahan perilaku siswa pada siklus I dapat dilihat dari hasil non tes yang diperoleh melalui perilaku siswa yang meliputi lima karakter, keaktifan, kedisiplinan, kejujuran, kepercayaan diri dan kemampuan bekerja sama. Berdasarkan catatan harian guru, catatan harian siswa, wawancara, hasil pengamatan kolaborator, dan dokumen foto menunjukkan bahwa sebagian besar memperhatikan ketika guru sedang menerangkan, aspek keaktifan dan respon siswa terhadap pembelajaran speaking materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran dengan media realia siswa sangat baik, terutama siswa putri.
Pada aspek kedisiplinan menunjukkan pembelajaran dapat dimulai dengan awal dan lancer, tidak lagi menunggu siswa yang ada di kamar mandi atau kantin, buku paket, kamus dan catatan selalu dipersiapkan, namun pada saat awal pembentukan kelompok diskusi agak lamban, ada beberapa yang mondar mandir, berbicara dengan temannya, namun setelah diberi pengarahan mereka segara mengerti akan tugasnya.
Kejujuran juga merupakan aspek yang sangat menentukan dan sangat berpengaruh terhadap kualitas siswa. Dari hasil pengamatan bererapa siswa masih belum menunjukkan kejujuran terutama ketika mereka harus bermain peran mendeskripsikan media realia yang harus disiapkan dari rumah, kenyataannya beberapa siswa tidak membawa media dari rumah namun mencari seadanya saat pembelajaran sudah akan dimulai dengan alasan lupa, bangun kesiangan, ketinggalan di rumah, dan lain-lain.
Kepercayaan diri sendiri dapat diamati pada saat siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya ke kelompok lain dan juga pada saat mendeskripsikan media realia di depan kelas. Berdasarkan hasil catatan harian guru sebagian siswa sudah mendeskripsikan media realia dengan percaya diri, namun ada beberapa siswa yang masih malu-malu dan takut berbicara di depan kelas. Hal tersebut dikarenakan masih minimnya kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk berbicara dalam bahasa Inggris, dengan kata lain siswa belum terbiasa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris.
Pada aspek kerja sama siklus I, sudah cukup baik namun masih dijumpai beberapa siswa yang kurang aktif dalam kerja kelompok. Pada saat kerja kelompok dalam diskusi maupun mencari media realia di luar kelas, masih ada beberapa siswa yang acuh tak acuh dengan kelompoknya, namun setelah ditegur dan diberi pengertian akhirnya bergabung dan mulai untuk bekerja dalam kelompoknya.
Observasi
Pada tahap observasi ini peneliti dibantu seorang kolaborator, guru bahasa Inggris SMA Negeri 1 Bulu, untuk mendapatkan data-data yang otentik dalam mengamati proses pembelajaran deskriptive dan perubahan perilaku siswa baik keaktifan, kedisiplinan, kejujujuran, kepercayaan diri, dan kemampuan kerjasama dan berbagi. Hasil pengamatan dimasukkan ke dalam data pengamatan guru dan data hasil pengamatan perubahan perilaku siswa.
Refleksi
Pada tahap refleksi ini kolaborator dan peneliti mengadaan diskusi yang membahas proses pembelajaran, hasil tes, dan non tes. Hasil diskusi mengambil kesimpulan bahwa bahwa target penelitian belum tercapai, hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas sebesar 72 yang masih belum memenuhi batas ketuntasan yang ditentukan oleh peneliti, yaitu 75. Berdasarkan hasil non tes siklus I yang diperoleh melalui deskripsi perilaku, catatan harian guru, catatan harian siswa, wawancara, dan dokumen foto, diketahui bahwa perilaku siswa selama melaksanakan pembelajaran siswa dari segi keaktifan, kedisiplinan, kejujuran, dan kemampuan berbagi masih perlu diubah untuk menjadi lebih baik.
Siklus II
Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus II peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi daftar nama siswa, format daftar hadir siswa pada tindakan siklus II pertemuan pertama,kedua, dan ketiga, instrumen pedoman wawancara, daftar pertanyaan sederhana pertemuan pertama, kunci jawaban dari pertanyaan pertemuan pertama, daftar pembagian kelompok bermain peran pertemuan pertama dan kedua, lembar kerja siswa berupa teks rumpang, daftar nilai kelompok bermain peran, instrumen lembar pengamatan, lembar kerja siswa pertemuan ketiga, lembar kriteria penilaian, aspek penilaian, dan rubrik penilaian kerja siswa, daftar nilai hasil belajar siswa, format data pengamatan guru silus II, format data hasil pengamatan perubahan perilaku siswa, instrumen pedoman wawancara, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Tindakan
Proses pembelajaran siklus II ini dilaksanakan dengan tiga pertemuan. Pertemuan pertama guru memberikan apersepsi dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang pembelajaran speaking materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran dengan mediaa realia dilanjutkan dengan mereview materi pembelajaran pada pertemuan yang lalu. Pada pertemuan pertama siklus II ini pula guru juga masih menggunakan teknik dan metode pembelajaran seperti pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, hanya materi kali ini difokuskan pada media realia pakaian atau clothes. Setelah memberikan apersepsi dan tanya jawab materi yang lalu, kemudian dilanjutkan pada tahap building knowledge of the field (BKOF) yaitu pengenalan pada topik yang akan dibahas. Pada tahap ini penulis menggunakan metode communicative language teaching dengan diawali memperkenalkan kalimat-kalimat pertanyaan sederhana secara lisan yang mengarah ke teks descriptive, karena materi difokuskan pada pakaian sehingga pertanyaan-pertanyaan seperti “Do you have a special dress at home?”, “What is the colour?”, “What is it made of?”, “how about the price?” dan sebagainya. Dengan demikian akan terbentuk tanya jawab dengan kata sifat, kata benda dan penggabungan keduanya yang digunakan untuk bermain peran mendeskripsikan atau memaparkan ciri-ciri pada media realia yang digunakan. Pada siklus II ini siswa lebih antusais mengikuti pembelajaran, yang pada sikuls I biasanya bicara sendiri sekarang sudah bisa menyesuaikan diri, para siswa sudah mulai memberikan respon dan perhatian yang penuh terhadap materi pembelajaran. Pada kegiatan pembelajaran ini siswa melontarkan kata-kata yang sangat mendukung dalam pemaparan media realia yang sangat membantu dalam proses pembelajaran speaking pada materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran kali ini. Pada tahap berikutnya adalah Modelling of the text (MOT), pada tahap ini guru memberikan suatu model sebagai contoh dengan memperdengarkan sebuah monolog dengan menggunakan audio tentang deskripsi sebuah pakaian dan secara visual dipertontonkan di depan para siswa kemudian para siswa mengisi bagian teks yang rumpang tersebut. Setelah selesai mengisi bagian teks yang rumpang tersebut siswa mendiskusikan kata-kata yang tepat sesuai dengan monolog diatas. Berbeda dengan kegiatan pembelajaran siklus I, berdasarkan catatan harian guru dan kolaborator, pada tahap pembelajaran ini para siswa sudah sangat aktif berkomentar, atau berpendapat.
Tahap berikutnya pada siklus II pertemuan kedua dimana siswa harus membentuk kelompok kecil terdiri dari 4 siswa lengkap dengan ketua kelompoknya, dengan sangat sangat cepat, cermat, dan tanpa gaduh terbentuklah kelompok diskusi. Setelah terbentuk kelompok dengan ketua di masing-masing kelompok tersebut, tahap berikutnya memasuki tahap joint construction of the field (JCOT) dimana para siswa harus bekerja dalam kelompoknya dengan cara mendiskusikan akan deskripsi dari media realia yang dimiliki kelompok tersebut secara lisan. Hasil diskusi disusun dalam bahasa yang runtun selanjutnya salah satu anggota pergi ke kelompok lain dan mempresentasikan hasil deskripsi dari media yang sudah didiskusikan dikelompoknya tersebut
Berdasarkan pengamatan kolaborator, setiap kelompok sudah melaksanakan diskusi dan mempresentasikan ke kelompok lain dengan baik. Pada tahap Independent construction of the field (ICOT) yang merupakan kegiatan inti pada pertemuan ketiga pada siklus II. siswa diberi tugas membawa media realia pakaian atau clothes dari rumah yang sebelumnya sudah harus dipersiapkan deskripsinya, selanjutnya para siswa bermain peran dengan mendeskripsikan media realia di depan kelas satu persatu. Hasil pengamatan menunjukkan mereka membawa bermacam –macam media realia seperti, baju, celana, T-shirt, sweater, jaket, dasi dan lain-lain. Pada tahap ini siswa sudah dapat mendeskripsikan media realia dengan lancar.
Hasil tes speaking pada siklus II menunjukkan peningkatan, siswa sudah berbicara dengan pronunciation atau pengucapan tentang kata-kata yang jelas, content atau isi dari pokok media yang dideskripsikan sudah mengarah ke topik, diction atau pemilihan kata yang berkaitan dengan media yang dideskripsikan sudah tepat, dan fluency atau kelancaran yang kedengaran sudah bagus. Hasil tes speaking pada siklus II dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Kategori | Interval | F | Bobot Skor | Persentase
(%) |
Nilai
Rata-rata |
Ketuntasan
(%) |
Amat baik | 85-100 | 12 | 1.035 | 36% | 2849/36=
79,14 (kategori baik) |
33/36X100=
91,67% |
Baik | 75-84 | 21 | 1.611 | 56,55% | ||
Cukup | 60-74 | 3 | 203 | 7% | ||
Kurang | 0-59 | 0 | 0 | |||
Jumlah | 36 | 2.849 | 100% | 79,14 | 91,67% |
Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai rata-rata siswa mencapai 79,14 yang termasuk pada kategori baik. Terdapat 12 siswa yang memperoleh nilai dalam kategori amat baik atau sebesar 36%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori baik ada 21 atau 56,55%, dan sementara yang mendapatkan nilai cukup hanya ada 3 siswa atau sebesar 7%, tidak ada siswa yang memperoleh nilai berkategori kurang. Siswa yang tuntas sebanyak 33 orang dengan tingkat ketuntasan 91,67%. Hasil tes pada siklus II mengalami peningkatan dari nilai rata-rata berkategori cukup sebesar 72,00 menjadi nilai rata-rata berkategori baik sebesar 79,14. Siswa yang memperoleh nilai cukup ada 3 orang, sehingga dianggap belum tuntas, namun demikian sudah memenuhi tingkat ketuntasan penelitian karena sudah melampaui 75% yaitu sudah mencapai 91,67%.
Hasil perubahan perilaku siswa
Karakter keaktifan menunjukkan bahwa pada saat guru menjelaskan, mengajak siswa berdiskusi atau tanya jawab kelihatan sekali para siswa sangat aktif, sangat berkonsentrasi, bersungguh-sungguh mengarah ke materi pembelajaran, suasana kelas lebih hidup, sebagian besar siswa telah aktif dalam mengikuti pembelajaran dengan model ini.
Aspek kedisiplinan siswa sudah bagus, sebelum guru memasuki ruang kelas siswa telah duduk dengan rapi sehingga guru dengan mudah memberikan apersepsi, pada sesi tanya jawab para siswa juga dengan disiplin mengangkat tangan kanan terlebih dahulu sebelum bertanya. Ketika guru memerintahkan membawa media realia clothes maka dengan disiplin ke 36 siswa membawa media realia berupa berbagai pakaian tanpa terkecuali.
Tingkat kejujuran siswa sudah dapat dipercaya, mulai tugas membawa media realia dari rumah, mengerjakan tes siklus II, hingga permasalahan-permasalahan pembelajaran speaking materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran yang dengan jujur siswa sampaikan.
Tingkat kepercayaan diri sendiri pada siklus II dapat diamati pada saat siswa bermain peran mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya ke kelompok lain dan juga pada saat bermain peran mendeskripsikan media realia di depan kelas satu per satu secara bergantian dan penuh percaya diri mendemonstrasikan media yang mereka persiapan dari rumah.
Pada aspek kerja sama dan berbagi siklus I masih dijumpai beberapa siswa yang kurang aktif dalam kerja kelompok, pada siklus II sudah nampak bagus, baik pada saat kerja kelompok dalam diskusi maupun mencari media realia, tidak dijumpai lagi siswa yang santai atau acuh tak acuh dalam kelompoknya.
Observasi
Pada observasi siklus II ini peneliti dibantu seorang kolaborator, guru bahasa Inggris SMA Negeri 1 Bulu, untuk mendapatkan data-data yang otentik dalam mengamati proses pembelajaran dan perubahan perilaku siswa baik keaktifan, kedisiplinan, kejujujuran, kepercayaan diri, dan kemampuan kerjasama dan berbagi. Hasil pengamatan dimasukkan ke dalam data pengamatan guru dan data hasil pengamatan perubahan perilaku siswa.
Refleksi
Refleksi siklus II dilakukan berdasarkan hasil tes dan hasil non tes pada pembelajaran speaking materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran dengan media realia yang telah terlaksana pada siklus II. Hasil tes siklus II menunjukkan bahwa target penelitian sudah tercapai, nalai rata –rata kelas sudah mencapai 76,19 berarti sudah melampai batas ketuntasan yang ditentukan oleh peneliti yaitu 75. Siswa yang mendapatkan nilai diatas 75 sebanyak 33 siswa, sedangkan 3 siswa mendapat predikat cukup, namun demikian ketuntasan dalam mendeskripsikan media realia tersebut sudah memenuhi target ketuntasan yang dipatok oleh peneliti yaitu diatas 75% dari jumlah siswa.
Catatan harian guru, catatan harian siswa, data hasil pengamatan perubahan perilaku siswa oleh kolaborator, wawancara, dan dokumen foto, dapat diketahui bahwa perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran dari segi keaktifan, kedisiplinan, kejujuran, percaya diri, dan bekerja sama dan berbagi sudah berubah menjadi lebih baik.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan: 1) Kualitas proses pembelajaran speaking materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran dengan media realia sangat meningkat. 2) Hasil belajar speaking materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran dengan media realia mengalami peningkatan, dari nilai rata-rata siswa prasiklus 58,00 dan berada dalam kategori kurang menjadi nilai rata-rata siswa 72.00 dalam kategori cukup pada siklus I, dan nilai rata-rata pada siklus II menjadi 79.14 dalam kategori baik. Peningkatan nilai rata-rata tersebut membuktikan keberhasilan pembelajaran speaking materi descriptive melalui model pembelajaran bermain peran dengan media realia. 3) Perilaku siswa kelas X IPS-1 SMA Negeri 1 Bulu semester 1 tahun pelajaran 2018-2019, mengalami perubahan kearah positif. Perubahan perilaku siswa tersebut tercakup dalam lima karakter, keaktifan, kedisiplinan, kejujuran, kepercayaan diri, dan kerjasama siswa. Perubahan siswa dibuktikan dengan hasil data non tes yang berupa catatan perilaku siswa, catatan harian guru, catatan harian siswa, wawancara, dan dokumen foto. Berdasarkan hasil data non tes pada siklus I masih ditemukan sebagian siswa yang berlaku kurang baik, kurangnya perhatian saat guru sedang menerangkan, kurang disiplin saat berdiskusi maupun mengumpulkan tugas, kurangnya kejujuran saat diminta mengumpulkan media dari rumah, kurangnya kekompakkan kerjasama dalam kelompok diskusi. Namun pada siklus II siswa sudah mengalami perubahan kearah yang lebih positif. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran, lebih disiplin dalan melaksanakan tugas, lebih jujur saat membawa tugas media realia dari rumah, lebih kompak dan mampu bekerja sama serta berbagi dengan temannnya.
DAFTAR PUSTAKA
Djauharie, O. S. 2007. Genre, Bandung: CV Yrama Widya
Djuwariah.2017. Bizform.co.id.Role Playing dalam Pembelajaran Descrptive
Fussalam, Y.E. 2014.Ejournal UNP.ac.id/ index/selt/article/view/6746. Improving Students’ Skill of Descriptive By Using Three Step Interview technic at Grade VIII B of SMP N 2 Sarolangon
Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara
Indriana Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jogjakarta: DIVA Press
Sholihah. 2016. https//jurnal mahasiswa Unisa.ac.id/index.php/retain/article/view/
- The Use of Realia to Teach Writing Descriptive Text
Surtikanti, Sri Hartini. 2009. Media Pembelajaran dan Evaluasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Zaini. H.Munthe.B, Aryani. SA. 2007. Strategi Pemeblajaran Aktif. Yogyakarta: Centre for Teaching Staff Development