PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

PADA SISWA KELAS VI SD N 1 PULOKULON

KECAMATAN PULOKULON KABUPATEN GROBOGAN

SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Joko Warsito

SD Negeri 1 Pulokulon Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan

 

ABSTRAK

Hasil observasi di SD N 1 Pulokulon Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan menunjukkan bahwa guru belum melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran sehingga hasil belajar Matematika masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika melalui Pembelajaran Matematika Realistik pada siswa kelas VI SD N 1 Pulokulon Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Hasil belajar yang digunakan meliputi hasil belajar kognitif dan sikap siswa selama mengikuti pembelajaran. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas secara kolaboratif. Desain penelitian menggunakan modifikasi model Kemmis & Mc Taggart dalam 2 siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SD N 1 Pulokulon yang berjumlah 22 siswa. Objek penelitian adalah hasil belajar Matematika melalui Pembelajaran Matematika Realistik. Teknik pengumpulan data adalah tes dan observasi. Teknik analisis data secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar Matematika siswa kelas VI SD N 1 Pulokulon Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan dapat meningkat setelah diberi tindakan melalui Pembelajaran Matematika Realistik. Hasil belajar kognitif pada prasiklus menunjukkan bahwa sebanyak 5 siswa (22,7%) telah mencapai KKM kemudian pada siklus I meningkat menjadi 14 siswa (63,6%) dan pada siklus II meningkat menjadi 19 siswa (86,4%). Hasil rata-rata sikap siklus I mencapai 54,5% sedangkan siklus II diperoleh hasil rata-rata sikap sebesar 81,8%.

Kata Kunci      :         Hasil Belajar Matematika, Pembelajaran Matematika Realistik, Siswa SD

 

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu, yang mempengaruhi perkembangan fisiknya, daya jiwanya (akal, rasa, dan kehendak), sosialnya dan moralitasnya (Dwi Siswoyo, dkk 2007: 17). Sunaryo Kartadinata dan Nyoman Dantes (Arif Rohman, 2009: 8), memaknakan pendidikan sebagai upaya membantu anak agar bisa mengembangkan diri secara optimal di dalam kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan menentukan berhasil atau tidaknya tujuan belajar itu. Guru harus bisa menjelaskan konsepkonsep yang abstrak dengan benda atau objek yang konkret agar mudah dipahami oleh siswa. Sejalan dengan hal itu menurut teori Piaget, siswa sekolah Dasar (712 tahun) berada pada fase operasional konkret. Siswa SD masih terikat pada objek konkret yang ditangkap panca indera. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidahkaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.

Matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami sehingga siswa menjadi takut saat mendengar kata Matematika (Antonius Cahya Prihandoko, 2006: 9). Oleh karena itu, penguasaan terhadap Matematika harus diperlukan dan konsepkonsep Matematika harus dipahami dengan betul dan benar sejak dini. Matematika harus disajikan dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk belajar Matematika. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk menarik perhatian dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar Matematika antara lain dengan mengkaitkan materi yang disajikan dengan konteks kehidupan seharihari yang dikenal siswa di sekelilingnya atau dengan memberikan informasi manfaat materi yang sedang dipelajari bagi pengembangan kepribadian dan kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalahmasalah selanjutnya, baik permasalahan dalam Matematika itu sendiri, permasalahan dalam mata pelajaran lain, maupun permasalahan dalam kehidupan seharihari (Antonius Cahya Prihandoko 2006:10).

Hasil observasi pembelajaran kelas VI mata pelajaran Matematika di SD Negeri 1 Pulokulon menunjukkan bahwa guru menyampaikan materi dengan metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Guru tidak menggunakan alat peraga tetapi dalam pembelajaran tersebut guru menekankan bahwa setidaknya siswa hafal dengan materi tersebut. Hasil wawancara terhadap guru kelas VI menyatakan bahwa hasil belajar Matematika kelas VI SD N 1 Pulokulon tergolong rendah dari mata pelajaran lainnya. Hal ini ditunjukkan dari data hasil ujian semester II tahun pelajaran 2015/2016. Ratarata nilai Matematika kurang dari KKM.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Matematika adalah Pembelajaran Matematika Realistik. Menurut Daitin Tarigan (2006: 1), pembelajaran ini menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal murid dan proses konstruksi pengetahuan Matematika oleh murid sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menjawab masalah tersebut adalah pendekatan pembelajaran Matematika realistik. Peneliti ingin mengkaji masalah ini dengan mengadakan penelitian mengenai peningkatan hasil belajar Matematika siswa kelas VI melalui pembelajaran Matematika realistik di SD N 1 Pulokulon Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan semester I tahun pelajaran 2016/2017.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas VI SD N 1 Pulokulon Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan semester I tahun pelajaran 2016/2017 melalui Pembelajaran Matematika Realistik?”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Matematika kelas VI melalui Pembelajaran Matematika Realistik di SD Negeri 1 Pulokulon Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan semester I tahun pelajaran 2016/2017. Manfaat penelitian ini adalah memberikan pengalaman bagi peneliti tentang salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa, menambah pengetahuan guru tentang pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, serta meningkatkan hasil belajar Matematika siswa.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Hasil Belajar

Winkel (Purwanto 2010: 45) berpendapat bahwa hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Nana Sudjana (2006: 22) mendefinisikan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Berdasarkan pendapat tersebut peneliti mengartikan hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang diukur dan diamati dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Pembelajaran Matematika Realistik

Pembelajaran Matematika Realistik pertama kali dikembangkan oleh sekelompok ahli Matematika dari Freudenthal Institute, Utrecht University di Belanda pada tahun 1970-an. Nyimas Aisyah, dkk (2007: 7.3). Menurut pendekatan ini, kelas Matematika bukan tempat memindahkan Matematika dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep Matematika melalui eksplorasi-eksplorasi nyata. Daitin Tarigan (2006: 3) menyatakan bahwa Pembelajaran Matematika Realistik menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal murid dan proses konstruksi pengetahuan Matematika oleh murid sendiri. Masalah konteks nyata merupakan bagian inti dan dijadikan starting point dalam pembelajaran Matematika.

Traffers (Ariyadi Wijaya: 2011: 21) merumuskan 5 karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik, yaitu 1) Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran Matematika. 2) Penggunaan model berfungsi sebagai jembatan (bridge) dari pengetahuan dan Matematika tingkat konkret menuju pengetahuan Matematika tingkat formal. 3) Hasil kerja dan konstruksi siswa selanjutnya digunakan untuk landasan pengembangan konsep Matematika dan tidak hanya bermanfaat dalam membantu siswa memahami konsep Matematika , tetapi juga sekaligus mengembangkan aktifitas dan kreativitas siswa. 4) Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan juga secara bersamaan merupakan suatu proses sosial. 5) Konsep-konsep dalam Matematika tidak bersifat parsial, namun banyak konsep Matematika yang memiliki keterkaitan.

Langkah-langkah dalam kegiatan inti proses pembelajaran Matematika realistik adalah sebagai berikut. 1) Guru memberikan masalah kontekstual dan siswa memahami masalah tersebut. 2) Guru menjelaskan situasi dan kondisi soal dengan memberikan petunjuk dan saran mengenai hal-hal yang belum dipahami siswa. 3) Siswa secara berkelompok menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. Guru memberikan motivasi dengan memberikan pewrtanyaan yang berkaitan dengan soal-soal tersebut. 4) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mendiskusikan jawaban dengan teman satu kelas. 5) Berdasarkan hasil diskusi, guru bersama siswa menyimpulkan hasil untuk menemukan suatu konsep dan prosedur baku.

Frans Moerlands (Sugiman, 2011: 8) mendeskripsikan pembelajaran Matematika realistik dalam ide gunung es (iceberg) yang mengapung di tengah laut. Model gunung es terdapat empat tingkatan aktivitas yaitu sebagai berikut. 1) Orientasi lingkungan secara matematis yaitu siswa dibiasakan untuk menyelesaikan masalah sehari-hari tanpa harus mengaitkan secara tergesa-gesa pada Matematika formal. 2) Model alat peraga. Tahap ini lebih menekankan kemampuan siswa dalam memanipulasi alat peraga untuk memahami prinsip-prinsip Matematika. 3) Pembuatan pondasi. Tahap ini siswa mulai mengarah pada pemahaman matematis, penggunaan definisi dari masing-masing alat peraga meruapakn jembatan yang sangat penting menuju pemahaman konsep. 4) Matematika formal. Tahap ini, siswa sudah dihadapkan dengan Matematika formal, dalam bentuk simbol-simbol seperti Matematika yang umumnya diberikan di sekolah-sekolah.

Kerangka Pikir

Pembelajaran Matematika Realistik merupakan sebuah pendekatan pembelajaran Matematika yang menekankan pada konteks nyata dan pengalaman siswa. Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik ini akan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi konsep-konsep Matematika berdasarkan pada masalah realistik yang diberikan guru. Menurut pendekatan ini cara siswa menemukan kembali ide dan konsep Matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata dan menuntut keterlibatan siswa secara aktif. Karena itu, siswa tidak dipandang sebagai penerima pasif, tetapi harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep Matematika di bawah bimbingan guru. Dalam hal ini guru memunculkan masalah untuk diselesaikan oleh siswa dengan pengetahuan awalnya yang kemudian berkembang seiring semakin kompleksnya masalah yang diberikan. Hal ini bertujuan agar siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya sehingga cara berpikir siswa meningkat dari konkret ke abstrak. Pendekatan pembelajaran yang mengacu pada keterlibatan siswa secara aktif harus dilaksanakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran Matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar Matematika kelas VI SD N 1 Pulokulon, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan, semester I tahun pelajaran 2016/2017.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Pulokulon yang terletak di Desa Pulokulon, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah pada semester gasal bulan September s.d. Oktober tahun pelajaran 2016/2017.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD N 1 Pulokulon, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 22 siswa terdiri dari 8 siswa lakilaki dan 14 siswa perempuan. Objek penelitian ini adalah hasil belajar Matematika siswa kelas VI SD N 1 Pulokulon, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan semester I tahun pelajaran 2016/2017.

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes, observasi, dan dokumentasi. Tes yang dilakukan adalah tes hasil belajar. Halhal yang diobservasi meliputi aktivitas guru dalam pembelajaran materi debit air dengan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik dan sikap siswa selama mengikuti pembelajaran. Dokumen dalam penelitian ini dijadikan sebagai bukti hasil dari penelitian. Dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil foto siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Analisis data dalam penelitian ini mengacu pada beberapa pendapat tokoh, yaitu sebagai berikut.

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila hasil belajar Matematika pada aspek kognitif telah mencapai 75% dari 22 siswa kelas VI SD Negeri 1 Pulokulon mencapai nilai KKM yaitu 70. Hasil belajar afektif yang berupa perilaku siswa dikatakan berhasil apabila 75% dari 22 siswa telah menunjukkan sesuai dengan lembar observasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data Prasiklus

Data awal diperoleh dari tes prasiklus yang akan dilaksanakan pada Kamis, 8 September 2016 yang diikuti oleh 22 siswa kelas VI SD Negeri 1 Pulokulon. Perolehan nilai tes hasil belajar Matematika prasiklus pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Pulokulon adalah 17 siswa (77,3%) siswa belum tuntas atau belum mencapai standar nilai KKM, hal ini menunjukkan bahwa siswa yang telah memperoleh nilai tuntas di atas KKM masih tergolong rendah yaitu hanya 5 siswa (22,7%) dari total 22 siswa.

Deskripsi Siklus I

Hasil belajar pada siklus I adalah 14 siswa mendapat nilai ≥ 70 dinyatakan tuntas dan 8 siswa mendapat nilai < 70 dinyatakan belum tuntas. Rata-rata hasil tes tersebut adalah 68,64. Persentase hasil belajar siswa pada siklus I adalah 63,6% siswa tuntas dalam belajar sedangkan 36,4% siswa belum tuntas dalam belajar.

Perbandingan hasil belajar pada Prasiklus dan Siklus I lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Persentase ketuntasan belajar pada prasiklus dan siklus I

Kategori

Pra siklus

Siklus I

Siswa

%

Siswa

%

Tuntas

5

22,7

14

63,6

Belum tuntas

17

77,3

8

36,4

Jumlah

22

100

22

100

 

Hasil observasi tentang sikap siswa dalam proses pembelajaran siklus I menunjukkan bahwa 12 siswa atau 54,5% dari 22 siswa telah memenuhi 4 indikator ketuntasan sikap belajar siswa dan 10 siswa atau 45,5% dari 22 siswa belum memenuhi 4 indikator ketuntasan sikap belajar.

Siklus II

Hasil belajar pada siklus I adalah 19 siswa mendapat nilai ≥ 70 dinyatakan tuntas dan 3 siswa mendapat nilai < 70 dinyatakan belum tuntas. Rata-rata hasil tes tersebut adalah 76,0. Persentase hasil belajar siswa pada siklus I adalah 86,4% siswa tuntas dalam belajar sedangkan 13,6% siswa belum tuntas dalam belajar.

Perbandingan hasil belajar pada Siklus I dan Siklus II lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut.

 

Tabel 11. Persentase ketuntasan belajar pada siklus I dan siklus II

Kategori

Siklus I

Siklus II

Siswa

%

Siswa

%

Tuntas

14

63,6

19

86,4

Belum tuntas

8

36,4

3

13,6

Jumlah

22

100

22

100

 

Hasil observasi tentang sikap siswa dalam proses pembelajaran siklus II menunjukkan bahwa 18 siswa atau 81,8% dari 22 siswa telah memenuhi 4 indikator ketuntasan sikap belajar siswa dan 4 siswa atau 18,2% dari 22 siswa belum memenuhi 4 indikator ketuntasan sikap belajar.

Pembahasan

Data yang diperoleh sebelum dan setelah dilaksanakan tindakan menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan hasil tes yang dipeoleh. Sebelum diterapkanya PMR dalam pembelajaran Matematika, diperoleh sebanyak 5 siswa atau 22,7% siswa mendapat nilai ≥ 70, sedangkan 17 atau 77,3% siswa mendapat nilai kurang dari 70. Namun setelah pembelajaran melalui PMR pada siklus I dan II diperoleh data bahwa hasil belajar siswa meningkat. Hasil tes siklus I dipeoleh 14 atau 63,6% dari seluruh siswa mendapat nilai ≥ 70, sedangkan 8 siswa atau 36,4% dari seluruh siswa belum mencapai nilai ≥ 70. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan terjadi peningkatan 40,9% jumlah siswa yang tuntas belajar pada tindakan siklus I. Kemudian pada hasil tes siklus II menunjukkan 19 siswa atau 86,4% telah tuntas dan 3 siswa atau 13,6% siswa belum tuntas. Jika dibandingkan dengan prestasi belajar siklus I, mengalami peningkatan 22,7% jumlah siswa yang tuntas belajar.

Ditinjau dari nilai rata-rata tes yang diperoleh siswa, saat dilakukan tes prasiklus yaitu 56,82. Nilai rata-rata hasil tes pada siklus I yaitu 68,64 sedangkan nilai rata-rata tes siklus II yaitu 78,64. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Peningkatan nilai rata-rata dari pratindakan ke siklus I adalah 11,82. Peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II adalah 10,00. Sehingga peningkatan nilai rata-rata dari pratindakan I ke siklus II adalah 21,82.

Ketuntasan sikap siswa dalam proses pembelajaran juga mengalami kenaikan. Hasil ketuntasan sikap siswa dalam proses pembelajaran siklus I adalah 54,5% dari 22 siswa telah memenuhi 4 indikator ketuntasan sikap belajar siswa. Hasil ketuntasan sikap siswa dalam proses pembelajaran siklus II adalah 81,8% dari 22 siswa telah memenuhi 4 indikator ketuntasan sikap belajar siswa. Jadi peningkatan ketuntasan sikap siswa dalam proses pembelajaran adalah sebesar 27,3%.

Berdasarkan beberapa paparan di atas disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI di SD N 1 Pulokulon melalui pendekatan Matematika Realistik. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada hasil belajar siswa.

 

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Matematika siswa kelas VI SD N 1 Pulokulon semester I tahun pelajaran 2016/2017 dapat ditingkatkan melalui Pembelajaran Matematika Realistik.

Saran

Guru sebaiknya menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik pada pembelajaran Matematika selanjutnya. Kepala Sekolah perlu mendukung dan menyediakan sarana prasaran bagi guru yang akan menerapkan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik sebagai variasi pendekatan pembelajaran Matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Antonius Cahya Prihandoko. (2006). Memahami konsep Matematika secara benar dan menyajikannya dengan menarik. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan.

Arif Rohman. (2009). Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Laksbang Mediatama.

Ariyadi Wijaya. (2012). Pembelajaran Matematika Realisik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Daitin Tarigan. (2006). Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta: Depdiknas

Dwi Siswoyo, dkk. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

KTSP. (2007).Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BP Cipta Jaya

Nana Sudjana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Ngalim Purwanto. (2006). Prinsipprinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.

Nyimas Aisyah, dkk. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan.

Purwanto. (2010). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.