PENINGKATAN KOMPETENSI KETERAMPILAN MENGAJAR

MELALUI PEMBINAAN (COACHING) DENGAN MODEL GROW ME

BAGI GURU KELAS DI SDN 1 KACANGAN KECAMATAN ANDONG PADA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Sulomo

Kepala SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk meningkatkan ketrampilan mengajar guru kelas I sampai dengan kelas VI SD Dabin I Gugus Diponegoro UPTD Dikdas LS Kecamatan Andong baik secara kelompok maupun invididu dan untuk mengetahui proses penerapan pembinaan (coaching) model grow me, sehingga dapat meningkatkan ketrampilan mengajar guru kelas I sampai dengan kelas VI SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah. Penelitian dilakukan di SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Subjek penelitian ini adalah guru kelas I sampai dengan kelas VI SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali dengan jumlah guru sebanyak 6 orang. Teknik pengumpulan data dengan non tes dan observasi langsung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pembinaan (coaching) yang diterapkan pada siklus I dan siklus II, mampu meningkatkan ketrampilan mengajar guru kelas I sampai dengan kelas VI di SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong Kabupatan Boyolali secara signifikan. Hal tersebut dibuktikan dengan terjawabnya masalah dan tercapainya tujuan pada bab I yaitu: terdapat bukti naiknya ketrampilan mengajar guru setelah dilakukan pembinaan (coaching) yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata pada kondisi awal sebesar 70,57 menjadi 89,32, pada siklus II. Terdapat peningkatan hasil penilaian ketrampilan mengajar guru dari kategori baik sebanyak (nol) orang, cukup 4 orang, dan kurang 2 orang meningkat menjadi kategori sangat baik sebanyak 3 (tiga) orang dan baik sebanyak 3 (tiga) orang, hal ini sekaligus memberikan gambaran bahwa secara kualitas dan kuantitas keterampilan mengajar guru menjadi meningkat.

Kata Kunci: keterampilan mengajar, pembinaan, grow me.

 

PENDAHULUAN

Berdasarkan supervisi terhadap kinerja guru di SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong, semester I Tahun Pelajaran 2016/2017, serta hasil identifikasi dan diskusi dengan pengawas sekolah Dabin Diponegoro, khususnya terkait dengan kompetensi ketrampilan guru dalam mengajar, dapat disimpulkan bahwa kompetensi keterampilan mengajar guru-guru khususnya guru di SDN 1 Kacangan, perlu mendapat perhatian khusus. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil penilaian awal yang dilakukan terhadap 6 orang guru kelas 1,kelas 2,kelas 3,kelas 4,kelas 5 dan kelas 6, Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017, guru yang memiliki ketrampilan mengajar sangat baik tidak ada (0%), baik 0 orang (0%), cukup sebanyak 4 orang (66,67%), dan kurang sebanyak 2 orang (33,33%). Dengan rata-rata skor 70,57, skor terendah sebesar 62,50, dan skor tertinggi sebesar 75,00.

Kondisi seperti diuraikan di atas,yaitu rendahnya kompetensi keterampilan mengajar guru kelas di SDN 1 Kacangan tersebut tidak sepenuhnya merupakan kekurangan pada diri guru. Kepala Sekolah menyadari bahwa kompetensi keterampilan mengajar guru belum diupayakan secara optimal. Hal ini dapat disebabkan berbagai hal di antaranya kepala sekolah belum melakukan suatu tindakan yaitu pembinaan ,pendampingan, pembimbingan secara terprogram dan terencana.

Kepala Sekolah memiliki tugas membantu meningkatkan keterampilan mengajar guru di sekolahnya masing-masing. Kepala Sekolah dalam melaksanakan pembinaan berdasarkan rencana program tahunan maupun program semester yang telah disusun pada awal tahun pelajaran. Salah satu tehnik pembinaan yang dapat dilakukan kepala sekolah adalah pembinaan (coaching) dengan model grow me. Jika kepala sekolah telah melaksanakan pembinaan secara tepat maka keterampilan mengajar guru yang dibinanya juga akan meningkat. Sebagai implikasinya jika guru trampil mengajar maka nilai siswa akan meningkat serta mutu pendidikan juga meningkat.

Kenyataan di lapangan memberi gambaran bahwa keterampilan guru dalam mengajar, masih terdapat permasalahan. Beberapa aspek penilaian belum menunjukkan nilai baik atau sangat baik, seperti aspek 1 tentang kemampuan guru dalam membuka pelajaran, aspek 4 tentang kegiatan belajar mengajar (proses pembelajaran ), aspek 5 tentang kemampuan menggunakan media pembelajaran, dan aspek 8 tentang tindak lanjut masih tergolong kurang.

Permasalahan terkait dengan rendahnya keterampilan guru dalam mengajar, khususnya guru kelas 1 sampai dengan kelas VI SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 seperti diuraikan di atas, membuktikan bahwa masih perlu adanya tindakan perbaikan, sehingga diharapkan keterampilan guru dapat maksimal dan mencapai nilai sangat baik.

Sesuai dengan tupoksi kepala sekolah, dan kedudukan kepala sekolah yang sangat strategis dalam ikut serta menentukan kinerja guru yang bermuara pada mutu pendidikan, maka diharapkan kepala sekolah dapat berperan aktif dan melaksanakan tugas-tugas pokok dan fungsinya secara profesional. Dengan kata lain, kepala sekolah mampu membina guru dan mewujudkan pendidikan yang bermutu. Salah satu upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah melakukan pembinaan (coaching) dengan menggunakan model grow me, yaitu teknik coaching. Model grow me merupakan model coaching yang sederhana dan mudah dilakukan, dengan langkah menentukan tujuan (Goals), menilai kondisi realitas yang dihadapi guru (Reality), memilih alternatif pemecahan masalah (Options), mengungkapkan rencana alternatif pemecahan masalah (What’s Next?/ Will), mereview kemajuan pencapaian tujuan tahapan (Monitoring), dan mengecek evalusi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan alasannya (Evaluasi).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti yang sekaligus sebagai kepala sekolah di SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong berkewajiban untuk meningkatkan kompetensi guru khususnya ketrampilan mengajar guru kelas 1 sampai dengan kelas VI, dan sekaligus sebagai bentuk laporan penelitian tindakan sebagai partisipasi aktif dalam meningkatkan kinerja guru di sekolah. Penelitian ini dilaksanakan dua kali tindakan. Secara umum gambaran tindakan yang peneliti lakukan pada Siklus I adalah melakukan pembinaan (coahing) dengan model grow me secara kelompok, yang ditindaklanjuti dengan penilaian terhadap perkembangan kinerja guru, hasil penilaian tersebut dievaluasi dan ditindaklanjuti pada siklus berikutnya, hingga tindakan mencapai hasil yang ditetapkan.

 

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: peningkatan keterampilan mengajar guru kelas I sampai dengan kelas VI SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong melalui pembinaan (coaching) model grow me semester I Tahun Pelajaran 2016/2017. Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci (1) Apakah keterampilan mengajar guru kelas I sampai dengan kelas VI SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong pada Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017, dapat meningkat setelah mendapat pembinaan (coaching) model grow me? (2) Bagaimanakah proses penerapan pembinaan (coaching) model grow me, sehingga dapat meningkatkan keterampilan mengajar guru kelas I sampai dengan kelas VI SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong pada semester I Tahun Pelajaran 2016/2017?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara umum adalah meningkatkan mutu pendidikan di SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali serta meningkatkan kompetensi penelitian dan pengembangan bagi peneliti. Secara khusus untuk meningkatkan keterampilan mengajar guru kelas I sampai dengan kelas VI SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong dalam bentuk kelompok maupun invididu, dan mengetahui proses penerapan pembinaan (coaching) model grow me, sehingga dapat meningkatkan keterampilan mengajar guru kelas I sampai dengan kelas VI SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong.

KAJIAN TEORI

Kompetensi Guru

Sarimaya (2008: 17) mengemukakan kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya. Ditampilkan melalui unjuk kerja. Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dari perbuatan secara profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru. Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Sedangkan guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal (Djamarah, 2006: 31).

Pembelajaran

Pengertian pembelajaran berdasarkan pendapat Rohani (2004: 1) pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen pembelajaran tidak bersifat parsial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling bergantung, komplementer, dan berkesinambungan, untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran yang baik.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang hidupnya. Sedangkan proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar dalam konteks interaktif, dan terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa baik perubahan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan keterampilan atau sikap (Hamalik, 2006: 48). Sukirman (2008: 6) mengemukakan pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara berbagai unsur pembelajaran, unsur-unsur yang terlibat dalam proses tersebut pada intinya adalah siswa dengan lingkungannya, baik itu dengan guru, teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan atau sumber-sumber belajar yang lain.

Pembinaan Guru

Secara terminologis, pembimbingan atau pembinaan guru sering diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama yang berwujud layanan professional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas sekolah atau Pembina lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar (Uno, 2007: 169). alam konteks kepengawasan, pembinaan guru merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan supervisi pendidikan. Atas dasar itu maka pembimbinhan guru dalam supervisi mengandung pengertian: (1) Serangkaian bantuan yang berwujud layanan professional, (2) Layanan professional itu diberikan oleh orang yang lebih ahli (kepala sekolah, pengawas, ahli lainnya). (3) Maksud layanan tersebut adalah agar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat tercapai.

Menurut Moekijat (2009: 20) pembinaan yang menunjukkan pada setiap usaha untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang, dengan memberikan informasi dan mempengaruhi sikap. Sikap yang dimaksudkan adalah perubahan positif yang lebih bersifat meningkatkan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan kecakapan. Menurut Sutisna (2003: 13) pembinaan personil ialah proses perbaikan prestasi (performa) personel melalui pendekatan-pendekatan yang menekankan realisasi diri, pertumbuhan diri dan perkembangan diri. Pembinaan meliputi kegiatan-kegiatan yang diarahkan kepada perbaikan dan pertumbuhan kesanggupan, sikap, keterampilan dan pengetahuan dari pada anggota organisasi. Pembinaan personil memiliki ruang lingkup yang sangat luas mencakup berbagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan performa pekerja.

Coaching

Coaching merupakan salah satu istilah yang berhubungan erat dengan managing people, yang berarti melatih, mengajar atau bertindak sebagai pelatih, pendidik atau pengajar. Coaching adalah soal pengembangan diri dan tidak berlangsung di ruang kelas atau di laboratorium, coaching bisa dilakukan sambil melakukan pekerjaan lain dan akan sangat berhasil jika disertai dengan pendelegasian (Tony, 2003: 87). Coaching merupakan proses untuk membina seseorang atau group menemukan dan bertindak berdasarkan solusi yang paling cocok untuk dirinya dan sekitarnya, yang 100% merupakan inisiatif dari mereka. Coaching dilakukan melalui dialog yang membantu para coachee (orang yang dibina) untuk melihat perspektif baru dan mencapai tingkat kejelasan yang lebih tinggi mengenai pandangan, emosi, dan tindakan-tindakan mereka, juga menyangkut orang dan situasi di sekitar mereka, serta membantu untuk mengembangkan pemahaman tentang diri mereka sendiri, dan dengan demikian mereka dapat meningkatkan kinerja dalam kehidupan pribadi maupun karir (Wilson, 2011: 88). Delapan Prinsip Coaching Coach Carol Wilson, menjelaskan 8 prinsip dalam coaching yaitu: Awareness (Kesadaran), Responsibility (Tanggung Jawab), Self Belief (Percaya Diri), Blame Free (Tidak Menyalahkan), Solution Focus (Fokus Pada Solusi), Challenge (Tantangan), Action, dan Trust (Kepercayaan).

Coaching Model Grow Me

Grow model adalah salah satu model untuk melakukan proses coaching yang terkenal dan cukup klasik. Grow sangat sederhana dan mudah dilakukan bahkan oleh orang yang tanpa pelatihan khusus. Grow model bisa diterapkan ke berbagai macam situasi dalam cara yang sangat sederhana dan efektif. Grow model dirancang untuk memungkinkan para coach untuk melakukan sesi coaching yang lebih terstruktur dengan klienya. Peningkatgan struktur akan menghasilkan lebih baik dan mendalam, sehingga mempermudah mendapatkan hasil yang diinginkan (Ridwan, 2007: 21). Grow model berkembang sebagai bentuk problem solving (pemecahan masalah). Sehingga bisa dikatakan bahwa model ini adalah merupakan model dari aliran problem focus coaching. Sekalipun, memang benar bahwa model inipun bisa dipakai dalam hal solution focus. Hanya saja, karena adanya langkah R, atau realitis, maka cenderung akan membahas problem yang dihadapi oleh klien sebagai focus (Muray, 2009: 19).

Kerangka Berfikir

Ketrampilan mengajar merupakan salah satu ketrampilan pokok yang harus dimiliki oleh seorang guru, rendahnya ketrampilan mengajar akan menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk itu setiap guru harus memiliki ketrampilan mengajar dengan baik. Berbagai upaya dapat dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan ketrampilan tersebut, diantaranya adalah dengan menerapkan metode coaching teknik grow me, yaitu proses pembinaan guru secara kelompok dengan terfokus pada pemecahan masalah dan peningkatan ketrampilan guru.

Model ini dilakukan atas pertimbangan bahwa berdasarkan observasi awal diketahui bahwa ketrampilan mengajar guru khususnya di kelas I sampai dengan kelas VI SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong Pada Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 masih tergolong rendah, sehingga kegiatan yang merupakan penelitian tindakan ini dapat mengubah kinerja guru di SDN 1 Kacangan ke arah lebih baik.

Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah: ”Melalui Pembinaan (Coaching) dengan Model Grow Me kompetensi mengajar guru kelas I sampai dengan kelas VI SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong pada semester I Tahun Pelajaran 2016/2017, dapat meningkat.

METODE PENELITIAN TINDAKAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester I tahun pelajaran 2016/2017. Pertimbangan bahwa semester ganjil merupakan saat yang tepat untuk melakukan perbaikan kinerja guru, dan mempersiapkan pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik. Dengan mengadakan penelitian tindakan sekolah ini masalah keterampilan guru dalam mengajar khususnya guru kelas I sampai dengan kelas VI di SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali dapat meningkat dan optimal yang bermuara pada hasil belajar siswa. Penelitian tindakan sekolah ini berlangsung selama kurang lebih 6 (enam) bulan dimulai dari bulan Juli sampai bulan Desember 2016.

Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah ini dilakukan pada guru di SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong khususnya guru kelas I sampai kelas VI. Hal ini sesuai dengan dasar surat tugas peneliti sebagai pengampu kepala sekolah di SDN 1 Kacangan dan penelitian tindakan sekolah harus dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan demikian dalam penelitian tidak akan mengganggu kelancaran dalam melaksanakan tugas sehari-hari, dengan subjek penelitian guru kelas I sampai dengan kelas VI SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong.

Sumber Data  

Karena penelitian ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, maka data diperoleh dari hasil observasi terhadap langkah-langkah guru kelas I sampai dengan kelas VI SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan format penilaian kinerja guru. Jadi data diperoleh langsung dari subjek penelitian atau disebut data primer.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen non tes, Yaitu teknik yang dilakukan peneliti dengan menggunakan lembar penilaian atau lembar observasi untuk mengambil data tentang keterampilan guru dalam mengajar. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berupa lembar pengamatan. Melalui instrumen ini, karakteristik yang dinilai dituangkan dalam aspek pengamatan dan diberi skor 1, 2, 3 dan 4. Selanjutnya untuk menentukan nilai akhir keterampilan guru dalam mengajar, dari penilaian tersebut dihitung skor keseluruhan dengan mengkonfersikan nilai 1, 2, 3, dan 4 menjadi nilai 0 – 100.

Validasi Data

Karena dalam penelitian tindakan sekolah ini data diperoleh melalui pengamatan dengan lembar pengamatan, maka validasi data yang digunakan adalah trianggulasi sumber. Trianggulasi sumber adalah pengambilan data dengan menggunakan 3 sumber yang berbeda. Dalam penelitian ini data dapat diperoleh dari peneliti/kepala sekolah, guru, dan pengawas sekolah sebagai kolabolator.

Analisis Data

Karena ada dua data kualitatif dan kuantitatif, maka dalam penelitian tindakan sekolah ini menggunakan analisis deskriptif komparatif. Analisis dilakukan dengan membandingkan nilai unjuk kerja guru pada siklus awal, siklus 1 dan siklus 2, dan mengadakan refleksi terhadap masing-masing siklus. Refleksi terdiri dan kegiatan merencanakan, melaksanakan, observasi, dan refleksi, dalam siklus penelitian.

Indikator Kinerja

Bagi guru yang memperoleh nilai berkategori kurang baik, sebelum diadakan pembinaan dengan penilaian kinerja diharapkan setelah diadakan pembinaan dapat meningkatkan menjadi berkategori baik atau sekaligus berkategori sangat baik, sedangkan guru yang sebelum penelitian sudah berkategori baik, diharapkan dapat berubah menjadi bernilai sangat baik. Adapun kategori penilaian adalah sebagai berikut: 91 – 100 Kategori sangat baik, 81 – 90 Kategori baik, 71 – 80      kategori cukup, < 70 Kategori kurang.

Prosedur Tindakan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) terdiri dari 2 siklus. Langkah-langkah tiap siklus terdiri dari Planning, Acting, Observing, dan Reflecting.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Hasil supervisi kepala sekolah terhadap keterampilan guru dalam mengajar di kelas I sampai dengan kelas VI SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali menunjukkan bahwa kemampuan Guru Kelas I sampai dengan kelas VI masih rendah. Hal ini terbukti dari semua guru kelas yang dipantau sebagian besar guru belum melaksanakan pembelajaran dengan maksimal. Hal ini terlihat dari hasil penilaian prasiklus yang menunjukkan bahwa banyak aspek penilaian keterampilan mengajar yang belum dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru. Beberapa aspek yang belum dilakukan dengan baik adalah), aspek kemampuan menggunakan media pembelajaran, aspek kemampuan aspek kemampuan membuka pelajaran, aspek kegiatan belajar mengajar ( proses pembelajaran menutup pelajaran, dan aspek tindak lanjut. Dari hasil penilaian prasiklus oleh peneliti dan pengawas sekolah dapat diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 70,57 (kategori cukup), skor tertinggi 75,00, skor terendah 62,50, dengan rentang sebesar 12,50. Keterampilan guru yang rendah tersebut karena guru kurang maksimal dalam mengajar, guru cenderung mengandalkan ceramah dan tanya jawab dalam proses pembelajaran.

Deskripsi Hasil Siklus I

Berdasarkan hasil penilaian pada kegiatan awal (prasiklus), dapat diketahui kelemahan-kelemahan guru dalam mengajar yang ditunjukkan dengan skor yang rendah pada setiap deskriptor. Berdasarkan identifikasi hasil prasiklus, dapat diketahui bahwa keterampilan guru dalam mengajar masih rendah pada semua aspek.

Kegiatan siklus 1 diawali dengan pertemuan dengan pengawas sekolah dan guru kelas untuk menentukan jadwal kegiatan observasi, kesepakatan ini perlu dikoordinasikan sebelum pelaksanaan agar kegiatan penelitian tindakan sekolah ini tidak mengganggu aktivitas belajar mengajar, maupun tugas-tugas pokok guru. Kegitan koordinasi dengan pengawas sekolah dan guru kelas I sampai kelas VI dilakukan di SDN 1 Kacangan.

Setelah melakukan koordinasi dengan pengawas sekolahdan guru kelas, sesuai dengan kesepakatan, maka pada hari Senin berikutnya, guru yang dijadikan sebagai subjek penelitian hadir pada acara pembinaan. Selanjutnya setelah dilakukan pembinaan dilakukan observasi dengan tujuan untuk menilai kegiatan guru dalam mengajar. Hasil pengamatan kemampuan Guru Kelas I sampai dengan Kelas VI diketahui keterampilan guru yang rendah tersebut karena sebagian besar disebabkan pada aspek kemampuan membuka pelajaran dan tindak lanjut.

Dari kegiatan penelitian kondisi awal dimana guru belum mengikuti pembinaan kelompok keterampilan guru dalam mengajar nilai rata-rata yang dicapai sebesar 70,57, setelah dilakukan pembinaan kelompok skor rata-rata meningkat menjadi 81,77, demikian pula dengan skor tertinggi sebelum dilakukan pembinaan sebesar 75,00, meningkat menjadi 87,50, sedangkan skor terendah dari 62,50 meningkat menjadi 78,13.Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan guru dalam mengajar setelah dilakukan pembinaan (coaching) model grow me secara kelompok dari prasiklus ke siklus I.

Deskripsi Hasil Siklus 2

Berdasarkan refleksi siklus I, disusun perencanaan tindakan siklus 2 disusun dengan memperhatikan hasil penilaian kinerja guru dalam mengajar siklus I. berdasarka perencanaan tersebut peneliti melaksanakan tingakan berupa pembinaan yang dilakukan secara perorangan dengan guru yang dijadikan subjek penelitian, pelaksanaannya peneliti berkunjung ke kelas I sampai dengan kelas VI sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Setelah dilakukan pembinaan selanjutnya dilakukan observasi untuk menilai ketrampilan guru dalam mengajar.

Observasi dilakukan bersama-sama dengan pengawas sekolah sebagai kolaborator. Semua hasil dicatat pada lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti, hasilnya direkap dan dihitung nilai rata-rata yang merupakan nilai akhir keterampilan guru dalam mengajar. Hasil observasi tentang keterampilan guru dalam mengajar siklus II, diketahui bahwa nilai terendah 85,94, nilai tertinggi 92,19 nilai rerata 89,32, sedangkan rentang nilai 6,25.

Berdasarkan hasil penilaian siklus I, dimana guru telah mengikuti pembinaan kelompok, keterampilan guru dalam mengajar nilai rata-rata yang dicapai sebesar 81,77, setelah dilakukan pembinaan kelompok skor rata-rata meningkat menjadi 89,32, demikian skor tertinggi pada siklus I setelah dilakukan pembinaan kelompok sebesar 87,50, tetap menjadi 92,19, sedangkan skor terendah dari 78,13 meningkat menjadi 85,94. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan guru dalam mengajar setelah dilakukan pembinaan individu berbasis penilaian kinerja dari siklus I ke siklus II.

PEMBAHASAN

Tindakan

Pada kondisi awal Guru belum diberi pembinaan (coaching) model Grow Me tentang keterampilan mengajar secara kelompok, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran kurang maksimal, setelah dilakukan tindakan siklus 1 Guru sudah diberi pembinaan (coaching) model grow me secara kelompok, keterampilan mengajar guru meningkat, dan setelah tindakan siklus 2, Pembinaan (coaching) model grow me dilakukan secara individu, keterampilan mengajar guru meningkat lebih baik.

Hasil Supervisi

Hasil supervisi dari kondisi awal hingga Siklus 2, diketahui bahwa pada kondisi awal Nilai rata-rata sebesar 70,57 (cukup), nilai tertinggi 75,00, nilai terendah 62,50, siklus 1, Nilai rata-rata sebesar 81,77 (baik), nilai tertinggi 87,50, nilai terendah 78,13, siklus 2, Nilai rata-rata sebesar 89,32 (baik), nilai tertinggi 92,19, nilai terendah 85,94. Dengan demikian dapat direfleksikan bahwa Nilai rata-rata naik dari 70,57 menjadi 89,32 atau meningkat sebesar 18,75. Nilai tertinggi naik dari 75.00 menjadi 92,19 meningkat sebesar 17,19. Nilai terendah naik dari 62,50 menjadi 85,94 meningkat sebesar 23,44

Hasil Pembinaan

Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan keterampilan guru dalam mengajar yang ditunjukan dengan nilai rata-rata dari 70,57 menjadi 89,32, artinya terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 18,75.

Proses Pembinaan (coaching)

Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan keterampilan guru dalam mengajar setelah dilakukan pembinaan (coaching) model grow me, peningkatan terjadi pada seluruh aspek.

PENUTUP

Kesimpulan

Atas dasar pengujian secara statistik dan perbandingan hasil penilaian terhadap kinerja guru, maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pembinaan (coaching) model grow me, secara kelompok dan individu terbukti dapat meningkatkan keterampilan mengajar guru kelas I sampai dengan kelas VI SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong Kabupatan Boyolali. Kegiatan pembinaan (coaching) yang diterapkan pada siklus I dan siklus II, mampu meningkatkan keterampilan mengajar guru kelas I sampai dengan kelas VI di SDN 1 Kacangan Kecamatan Andong Kabupatan Boyolali secara signifikan. Hal tersebut dibuktikan dengan terjawabnya masalah dan tercapainya tujuan pada bab I yaitu: (1) Terdapat bukti naiknya ketrampilan mengajar guru setelah dilakukan pembinaan (coaching) model grow me yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata pada kondisi awal sebesar 70,57 menjadi 89,32, pada siklus II. (2) Terdapat peningkatan hasil penilaian keterampilan mengajar guru dari kategori baik sebanyak ( nol) orang, cukup 4 orang, dan kurang 2 orang meningkat menjadi kategori sangat baik sebanyak 3 (tiga) orang dan baik sebanyak 3 (tiga) orang, hal ini sekaligus memberikan gambaran bahwa secara kualitas dan kuantitas keterampilan mengajar guru menjadi meningkat.

Implikasi

Karena terbukti bahwa melalui pembinaan (coaching) model grow me, mampu meningkatkan keterampilan mengajar, maka agar keterampilan mengajar guru lain selain guru yang menjadi subjek penelitian, perlu dilakukan tindakan serupa. Hal ini sekaligus dapat meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam pelaksanaan tugas, khususnya tugas pengembangan keprofesian berkelanjutan.

 

 

Saran

Sebaiknya Guru selalu berpartisipasi aktif terhadap tindakan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam upaya peningkatan profesionalisme guru, karena dengan adanya tindakan nyata tersebut terbukti mampu meningkatkan keterampilan guru. Bagi Kepala Sekolah, sebaiknya Kepala Sekolah selalu melakukan monitoring dan supervisi terhadap pelaksanaan tugas-tugas guru, khususnya yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran, seperti ketrampilan bertanya, ketrampilan menjelaskan, dan ketrampilan lain yang dipandang perlu, dan saran bagi UPTD Dikdas dan LS Kecamatan Andong, sebaiknya menjadwalkan dan menugaskan pengawas secara kontinyu untuk melakukan tindakan dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Moekijat, 2008, Tata Laksana Kantor, Bandung: Mandar Maju

Murray, S., Ma, X. dan Mazur, J. 2009. Effects of Peer Coaching on Teachers’ Collaborative Interactions and Students’ Mathematics Achievement The Journal of Educational Research 102 (3) University of Kentuck Tersedia: http://proques.umi.com/pqdweb

Ridwan, A. 2007. Peer Coaching Pemahaman Istilah dan Penerapannya. Microsoft Partners In Learning Tersedia: http://pil.Web.id/ content/knowledgebase/ kb_click.asp?kbid

Rohani, Ahmad, 2004, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta, PT. Rineka Cipta

Sukirman, Hartati; B. Suryosubroto; Tatang M. Amirin; Sutiman dan Setya Raharja. 2010. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sutisna, Oteng, 2009, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktik Profesional, Bandung: Angkasa.

Tony Atherton, 2003, Delegation and Coaching: How To Be Better at Delegation and Coaching, Jakarta: Elex Media Komputindo.

Uno, Hamzah B, 2007, Profesi Kependidikan, Prolem, solus, dan reformasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Wilson, Carol , 2011, Performance Coaching: Metode Baru Mendongkrak Kinerja Karyawan, Yogyakarta, PPM Manajemen.