PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX.6

SMP NEGERI 1 TEMBILAHAN MELALUI PENERAPAN

PENDEKATAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI PEWARISAN SIFAT

 

Hera Martimi

SMP Negeri 1 Tembilahan

 

Abstrak

Penelitian tindakan kelas yang di lakukan ini berangkat dari permasalahan yang di temukan selama melakukan kegiatan pra penelitian yaitu rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap konsep-konsep materi pembelajaran yang diberikan guru sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan permasalahan yang ditemui di lapangan maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan Hasil belajar siswa melalui penerapan pendekatan problem solving. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Metode penelitian yang secara umum di laksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas 4 tahapan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Penelitian ini di laksanakan di SMP Negeri 1 Tembilahan dengan subjek penelitian siswa kelas IX.6 yang berjumlah 32 orang siswa pada tahun akademik 2017/2018. Instrumen penelitian yang di gunakan adalah lembar hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Data penelitian dikumpulkan melalui pengamatan dan tes hasil belajar siswa. Data hasil penelitian ini di analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian yang di peroleh menunjukan bahwa penerapan pendekatan problem solving dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran yang pada akhirnya ikut meningkatkan hasil belajar siswa data yang diperoleh menunjukan hasil belajar pada siklus I 37,5 % dan pada siklus II 100 %. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan problem sloving memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Problem Sloving, Pewarisan Sifat, Peningkatan Hasil Belajar

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku, baik perorangan atau kelompok dalam usaha pendewasaan manusia melalui upaya pengajaran atau pelatihan. Menurut undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pada Bab II pasal 3 yang berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan mem-bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka men-cerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan tersebut akan tercapai apabila terjadi peningkatan komponen-komponen pendidikan. Salah satu komponen pendidikan yang memegang peran penting dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia adalah guru. Guru harus belajar dengan aktif dan seksama tentang cara peningkatan mutu pendidikan dengan cara menyusun, mengembangkan dan melaksanakan desain pembelajaran.

Desain pembelajaran pada hakekatnya merupakan usaha perancangan sistem pembelajaran yang akan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Guru perlu menentukan strategi yang tepat tentang cara melaksanakan desain agar mencapai hasil yang diharapkan. Tujuan kurikulum sekolah dapat tercapai dengan baik jika programnya didesain secara jelas dan aplikatif. Dalam hubungan inilah para guru dituntut memiliki kemampuan mendesain programnya dan sekaligus menentukan strategi pembelajaran yang harus ditempuh. Dalam struktur dan muatan kurikulum SMP Negeri 1 Tembilahan mata pelajaran IPA mengkaji berbagai persoalan yang berkaitan dengan berbagai fenomena pada makhluk hidup dari berbagai tingkat organisasi kehidupan dan interaksinya dengan faktor lingkungan pada dimensi ruang dan waktu. Pelajaran IPA berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis sehingga pembelajaran IPA bukan hanya untuk menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan sehingga siswa mampu berfikir kritis dan kreatif.

Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai pengajar mata pelajaran IPA di kelas IX.6 SMP Negeri 1 Tembilahan hasil belajar siswa dalam materi pewarisan sifat belum memuaskan dilihat dari rata-rata ketuntasan siswa hanya 67,41%. Dari hasil belajar pencapaian KKM yang di tetapkan di SMP Negeri 1 Tembilahan 70. Hal ini disebabkan masih rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi pewarisan sifat, sehingga mempengaruhi hasil belajarnya. Dalam Kurikulum 2013, Kompetensi Dasar materi pewarisan sifat mempunyai dua Kompetensi Dasar yaitu menerapkan konsep pewarisan sifat dalam permuliaan dan kelangsungan makhluk hidup dan menyajikan hasil penelusuran informasi dari berbagai sumber terkait tentang tanaman dan hewan hasil pemuliaan, dalam pembelajaran IPA kurikulum 2013 pada tingkat SMP materi pewarisan sifat diberikan di kelas IX semester 1. Pembelajaran yang disertai power point yang diterapkan disekolah juga belum mampu menyentuh ranah dimensi kognitif sebagai acuan dari hasil belajar, dalam berdiskusi siswa juga belum mampu melakukan diskusi dengan baik. Indikasi rendahnya pemahaman konsep siswa terhadap materi pewarisan sifat dapat pula dilihat dari alokasi waktu yang telah di programkan ternyata tidak sesuai dalam arti dibutuhkan waktu yang lebih dari yang telah diprogramkan untuk materi pewarisan sifat.

Melihat rendahya rata-rata ketuntasan siswa, perlu adanya usaha untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pewarisan sifat, ini dapat dilakukan dengan penerapan pendekatan problem solving disertai LKS, kenapa model pembelajaran problem solving yang dipilih untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran pada materi pewarisan sifat tidak model pembelajaran yang lain, karena model pembelajaran problem solving merupakan model pembela-jaran yang tepat digunakan untuk membelajarkan konsep dan prinsip.

Anggela (2009:53) melaporkan bahwa, saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan LKS berbasis gambar dan problem solving pada materi pokok virus, terlihat adanya keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, siswa merasa tertarik karena gambar-gambar yang disajikan menarik sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Berdasarkan uraian masalah, maka telah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IX.6 SMP Negeri 1 Tembilahan Melalui Penerapan Pendekatan Problem Solving Pada Materi Pewarisan Sifat”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa menggunakan pendekatan problem solving disertai LKS pada siswa kelas IX.6 SMP Negeri 1 Tembilahan pada materi pewarisan sifat?”.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mengungkapkan peningkatan hasil belajar siswa dalam materi pewarisan sifat dengan pendekatan problem solving disertai LKS pada siswa kelas IX.6 SMP Negeri 1 Tembilahan”.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:

a.     Bekal pengetahuan dan pengalaman bagi penulis.

b.     Informasi bagi guru IPA untuk menerapkan strategi peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi pewarisan sifat dengan pendekatan problem solving disertai LKS.

c.     Sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang ingin meneliti tentang penerapan strategi pendekatan problem solving disertai LKS yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pewarisan sifat.

KAJIAN PUSTAKA

Proses Pembelajaran IPA

Menurut Depdiknas (2004:23) tujuan Mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) membentuk sikap positif terhadap IPA dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa; 2) memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain; 3) mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis; 4) mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip IPA; 5) mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip IPA serta mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri; 6) menerapkan konsep dan prinsip IPA untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia; 7) meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Kajian tentang pembelajaran IPA tidak terlepas dari pembahasan siswa dan guru yang merupakan komponen penting dalam pembelajaran. Pembelajaran agar berlangsung lancar dan baik jika masing-masing komponen menyadari tugas dan tanggung jawabnya. Guru sebagai fasilitator pembelajaran harus paham dengan konsep pembelajaran baik dari psikologinya, lingkungan, metode dan media dalam pembelajaran, sehingga cara yang digunakan dalam pembelajaran tersebut cocok dan mengacu pada usaha pencapaian tujuan pendidikan.

 IPA adalah suatu kegiatan untuk mengungkapkan rahasia alam yang berkaitan dengan makhluk hidup, mulai dari mahkluk hidup yang dapat dilihat oleh mata bisa sampai yang tidak dapat dilihat oleh mata. Pembelajaran dalam IPA juga menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Karena itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar, serta mampu mengembangkan segala kemampuan ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari–hari.

Dari pendapat di atas dapat simpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPA untuk membentuk sikap dan karakter serta dapat mengembangkan pengalaman dan kemampuan berfikir siswa dalam menerapkan konsep dan prinsip IPA.

Hasil Belajar Siswa

Menurut Nana Sudjana (2005:3)” hakikat hasil belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Menurut Bloom (1956) Pada ranah kognitif hasil belajar meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual. Kemudian Bloom membagi ranah kognitif kedalam enam jenjang kemampuan kognitif diantaranya:

a.     Pengetahuan/ Recall of Data ( Hafalan/C1)

Merupakan kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip dan prosedur atau istilah yang telah dipelajari tanpa harus mamahami atau dapat menggunakannya. Kemampuan untuk mengetahui adalah kemampuan untuk mengenal dan mengingat kembali suatu objek, ide, prosedur, prinsip atau teori yang pernah ditemukan dalam pengalaman tanpa memanipulasikannya dalam bentuk atau simbol lain.

b.     Pemahaman/ Comprehension (C2)

Pemahaman adalah kemampuan untuk mamahami segala pengetahuan yang diajarkan seperti kemampuan mengungkapkan dengan struktur kalimat lain, membandingkan, menafsirkan dan sebagainya.

c.     Penerapan/Application (C3)

Merupakan kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur dan teori tertentu pada situasi tertentu.

d.     Analisis/Analysis (C4)

Merupakan kemampuan untuk menganalisa atau merinci suatu situasi, atau pengetahuan menurut komponen yang lebih kecil atau lebih terurai dan memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lain.

e.     Sintesis/Synthesis (C5)

Jenjang sintesis merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu, atau mengga-bungkan bagian-bagian sehingga terjelma pola yang berkaitan secara logis.

f.      Evaluasi/Evaluation (C6)

Evaluasi adalah kemampuan untuk mengambil keputusan, menyatakan pendapat atau memberi penilaian berdasarkan kriteria-kriteria tertentu baik kualitatif maupun kuantitatif.

Menurut Sudjana(1990:35) menyatakan tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran sesuai tujuan pendidikan dan pengajaran. Menurut Hamalik (2005:113) pengajaran dinilai telah berhasil apabila siswa telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan hasil belajar siswa dapat diukur, metode dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru akan ikut mempengaruhi hasil belajar seorang siswa disamping motivasi dari siswa itu sendiri terhadap pembelajaran yang diberikan guru.

 Belajar yang diperoleh siswa dapat dijadikan indikator sejauh mana siswa telah menguasai materi yang diberi oleh guru dan dari hasil belajar yang diperoleh siswa tersebut dapat pula dijadikan perlakuan apa yang harus dilakukan guru terhadap siswanya apakah program remedial atau program pengayaan yang akan diberikan untuk tindakan lanjutannya.

Indikator keberhasilan siswa dapat dilihat dan dinilai dari hasil yang diperolehnya. Menurut Gagne penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar disebut kemampuan, selanjutnya Gagne membagi kemampuan sebagai hasil belajar atas:

a.     Keterampilan intelektual keterampilan ini memungkin seseorang ber-interaksi dengan penggunaan simbol-simbol atau gagasan.

b.     Penggunaan strategi kognitif, suatu macam keterampilan yang mem-punyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berfikir.

c.     Sikap pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi peri-laku seseorang terhadap benda,kejadian-kejadian atau makhluk hidup.

d.     Informasi verbal pengetahuan ini disimpan sebagai jaringan proposisi-proposisi.

e.     Keterampilan motorik, keterampilan ini tidak hanya mencakup kegiatan fisik melainkan juga keterampilan motorik yang digabungkan dengan keterampilan intelektual.

Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Problem Solving

Metode problem solving atau pemecahan masalah merupakan suatu cara mengajar yang merangsang seseorang untuk menganalisa dan melakukan sintesa dalam kesatuan struktur atau situasi dimana masalah itu berada, atas inisiatif sendiri. Menurut Akhsin (2010:1) pembelajaran pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan yang dibuat oleh guru dalam rangka memberi tantangan kepada siswa melalui penguasaan atau pertanyaan. Fungsi guru dalam kegiatan itu adalah memotivasi siswa agar mau menerima tantangan dan membimbing siswa dalam proses pemecahannya. Menurut Wena(2009: 22) mengemukakan “bahwa pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi baru”.

Tujuan lain diterapkan model pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut:

a.     Menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam memecahkan masalah yang akan dihadapi kelak dimasyarakat. Para ahli berpendapat bahwa “kemampuan pemecahan masalah dalam batas batas tertentu dapat dibentuk melalui bidang studi dan displin ilmu yang diajarkan,Suharsono dalam Wena (2009:53).

b.     Menggunakan pengetahuan yang didapat untuk memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan materi.

c.     Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.

d.     Potensi intelektual meningkat.

e.     Siswa belajar bagaimana menemukan penemuan dengan melalui pro-ses melakukan penemuan.

Langkah- langkah metode ini antara lain:

a.     Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan.

b.     Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.

c.     Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.

d.     Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut.

e.     Menarik kesimpulan.

Menurut Bransford& Stein (1984) dalam Marzano et al, (1988) proses ideal problem solving diantaranya:

a.     Identifikasi masalah (Identifying the problem = 1)

b.     Mendefinisikan masalah (Defining the problem = D)

c.     Mengeksplorasi strategi-strategi (Exploring strategies = E)

d.     Mengemukakan ide-ide (Acting on ideas = A )

e.     Mencari pengaruhnya (Looking for the effects)

Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar Belakang dan kajian teori yang telah dikemukakan diatas,maka kerangka berpikir dari penelitian ini adalah:

Gambar 1. Kerangka Berfikir Pendekatan Problem Solving Disertai LKS

Hasil yang diharapkan dengan pendekatan problem solving disertai LKS adalah peningkatan hasil belajar siswa sehingga siswa mampu memahami materi pewarisan sifat dengan baik melalui pendekatan problem solving. Dan siswa menemukan konsep materi itu sendiri serta membangun sendiri pemahamannya mengenai materi pembelajaran dengan cara mengerjakan soal-soal problem solving didalam LKS.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Penerapan Pendekatan Problem Solving Pada Materi Pewarisan Sifat Mampu Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX.6 SMP Negeri 1 Tembilahan Pada Materi Pewarisan Sifat”.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tempat peneliti mengajar yaitu di SMP Negeri 1 Tembilahan yang beralamat di Jalan Prof. M. Yamin, SH Tembilahan Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau

Penelitian ini dilaksanakan pada semester I Tahun Pelajaran 2017/2018 yaitu dari bulan September sampai dengan Oktober 2017 sejalan dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru dalam kelas untuk memperbaiki proses pembelajaran. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Informasi diperoleh dari hasil observasi oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung,informasi ini disusun berupa data dalam bentuk naratif untuk mengukur pencapainnya. Harapan peneliti dengan tindakan baru ini dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep materi pewarisan sifat dan nantinya akan berimplikasi meningkatkan hasil belajar.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Pada setiap siklus memiliki tahapan-tahapan tertentu sesuai dengan model Kurl Levin (2008). Tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari: 1) perencanaan (planning),2) pelaksanaan (action), 3) pengamatan (observation), 4) refleksi (reflection)

Instrumen Penelitian

a.     Lembar Penilaian Hasil Belajar Siswa

Penilaian hasil belajar siswa dalam bentuk tes kemampuan kognitif yang telah valid dan reliabel, digunakan untuk mendapatkan data yang digunakan untuk menentukan persentase keberhasilan siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Problem Solving disertai LKS. Penilaian ranah kognitif ini dilakukan setiap diadakan Ulangan Harian.

b.     Validitas

Tes dikatakan valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak kita ukur. Untuk mengetahui valid atau tidaknya tes dapat dianalisis dengan validitas isi.Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2005:65), bahwa sebuah tes dikatakan telah memiliki validitas isi apabila mampu mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.

Jenis Data Dan Teknik Pengumpulan Data

a.     Data ini diperoleh dengan melaksanakan tes kompetensi belajar siswa kognitif.

b.     Tes ini dilakukan setelah proses belajar mengajar.

Teknik Analisis Data

Untuk hasil belajar siswa yang acuanya hasil tes ranah kognitif dikategorikan tuntas apabila telah mencapai KKM yang telah ditetapkan sekolah, KKM di SMP Negeri 1 Tembilahan untuk pelajaran IPA adalah 70. Untuk menganalisis data hasil belajar siswa digunakan analisis deskriptif. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa menurut Arikunto (2008:236) baik secara individu untuk ranah kognitif yaitu:

KI =  x 100

Keterangan:

KI = Ketuntasan belajar secara individu

SB = Skor benar yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum dari tes

Dengan demikian, siswa akan dikatakan tuntas jika KI > 70.

Sedangkan untuk melihat ketuntasan seluruh siswa menggunakan rumus:

KK =  x 100

Keterangan:

KK        = Ketuntasan klasikal

JST       = Jumlah siswa tuntas

JSS       = Jumlah siswa seluruhnya

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Siklus I terdiri empat kali pertemuan termasuk Ulangan Harian dengan materi pewarisan sifat. Pembelajaran dijadwalkan pertemuan pertama hari Kamis 7 September 2017, pertemuan kedua hari Kamis 14 September 2017, pertemuan ketiga hari Kamis 21 September 2017 dan Ulangan Harian hari Kamis 28 September 2017. Pelaksanaan proses pembelajaran IPA di kelas IX.6 SMP Negeri 1 Tembilahan dengan menggunakan pendekatan problem solving. Penerapan pendekatan problem solving adalah model pembelajaran yang dapat mengajak siswa untuk menyelesaikan suatu masalah dengan tahap-tahap yang telah ditentukan, sehingga terlihat sejak awal siswa sangat tertarik dan antusias dalam melakukan berbagai tahap pendekatan problem solving. Tes hasil belajar siklus I ini dilaksanakan pada hari Kamis 28 September 2017 dengan jumlah soal 8 butir soal essay.

Rekapitulasi pencapaian ketuntasan pembelajaran dengan KKM 70 siklus I adalah 37,5% siswa yang tuntas dan 62,5% siswa yang tidak tuntas. Berdasarkan hasil refleksi siklus I diketahui bahwa hasil belajar siswa dilihat dari nilai Ulangan Harian yang diperoleh siswa. Siswa yang tuntas 12 orang siswa dengan ketuntasan klasikal 37,5% dan 20 orang siswa yang tidak tuntas 62,5%. Berdasarkan hasil penelitian masalah yang ditemukan adalah beberapa kelompok masih ada yang belum melaksanakan tahap tahap pendekatan problem solving dengan tahap-tahapnya, beberapa orang siswa masih merasa malu-malu untuk berdiskusi dengan teman satu kelompoknya, sehingga hasil diskusi tidak maksimal, pada saat berdiskusi dengan kelompok, siswa belum maksimal memberikan ide kepada teman-teman satu kelompok sehingga masih ada yang men-dominasi pengerjaan LKS tanpa berbagi ide dengan teman satu kelompok, siswa masih ragu-ragu untuk menunjuk dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, siswa masih ada yang tidak memberikan tanggapan dan perbaikan, siswa masih ada yang tidak memberikan tanggapan dan pertanyaan terhadap jawaban kelompok yang sudah melakukan presentasi didepan kelas, masih ada kelompok yang belum memiliki keberanian untuk tam-pil mempresentasi-kan hasil diskusi mereka, dan hasil belajar siswa banyak yang belum mencapai target KKM yang ditentukan.

Siklus II

Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus I dan hasil refleksi peneliti dengan teman sejawat, hasil pembelajaran belum mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan, maka di susun rencana siklus II. Siklus ini dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan beserta Ulangan Harian. Sebagaimana pada siklus I, pada siklus II ini juga diawali dengan mempersiapkan RPP, LKS berbasis problem solving, soal kuis, dan Ulangan Harian. Berdasarkan hasil refleksi peneliti dengan observer pada siklus I, maka pada siklus II ini guru lebih menekankan pada tahapan pendekatan problem solving secara serius, agar siswa paham terhadap konsep-konsep materi yang mereka pelajari. Tindakan lain yang dilakukan pada siklus II adalah meningkatkan motivasi siswa. Disamping itu guru juga lebih aktif memberikan bimbingan dan arahan kepada masing-masing kelompok pada setiap tahapan pendekatan problem solving.

Pada siklus II ini siswa terlihat sangat tenang dalam melakukan setiap aktivitas pembelajaran dan melakukan semua tahap-tahap pendekatan problem solving dengan baik dan benar, walaupun sesekali siswa terlihat meribut pada saat mengumpulkan LKS pada akhir proses pembelajaran. Rata-rata siswa yang terfokus pada materi saat siklus ke II adalah 92,71% dengan kategori baik sekali. Hal ini menunjukan bahwa dengan mengguna-kan pendekatan problem solving, siswa sudah mampu memperhatikan, mengamati dan terfokus pada materi yang diajarkan oleh guru. Rata-rata persentase siswa yang antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar yaitu 90,63% dengan kategori baik sekali. Hal ini menunjukan dengan adanya diskusi, tanya jawab antar guru dan siswa serta masalah-masalah yang dimunculkan dengan menggunakan pendekatan problem solving dapat meningkatkan antusias siswa dalam proses belajar mengajar. Rata-rata siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru pada siklus kedua adalah 94,79%. Hal ini menunjukan siswa su-dah mampu memberikan alternatif jawaban terhadap masalah yang muncul.

Tes hasil belajar siklus II ini dilaksanakan pada hari Kamis 26 Oktober 2017 dengan jumlah soal 5 butir soal. Rekapitulasi pencapaian ketuntasan pembelajaran dengan KKM 70 siklus II adalah 100% siswa yang tuntas dan tidak ada siswa yang tidak tuntas. Hasil refleksi terhadap hasil belajar dapat dijelaskan bahwa guru secara terus menerus harus memberikan motivasi dalam bentuk tindakan-tindakan nyata, dan LKS sebagai sumber belajar yang dirancang semenarik mungkin dan dapat meningkatkan memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis dari perbandingan hasil belajar yaitu rata-rata-rata hasil belajar siswa meningkat dari 62,5 % menjadi 100%. dan persentase ketuntasan belajar siswa meningkat dari 37,5% menjadi 100%. Dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan penerapan pendekatan problem solving disertai LKS pada materi pewarisan sifat di kelas XI.6 SMP Negeri 1 Tembilahan dapat disimpulkan yaitu penerapan pendekatan problem solving disertai LKS pada materi pewarisan sifat di kelas IX.6. SMP Negeri 1 Tembilahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada pada siklus I adalah 37,5% dan pada siklus II 100%. Hasil belajar siswa ini mengalami peningkatan pada setiap siklus.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian tindakan ini, dapat dikemukakan beberapa saran:

a.     Guru dalam melaksanakan pendekatan problem solving dalam mata pelajaran apa saja.

b.     Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lanjutan hendaknya mencermati kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam penelitian ini, sehingga dapat meningkatkan kompetensi siswa.

c.     Kepala sekolah sebagai seorang supervisor, dapat mengajukan guru-guru untuk menggunakan pendekatan problem solving disertai LKS dalam mata pelajaran apa saja.

DAFTAR PUSTAKA

Akhsin.2010. Problem Solving: //httpmatematikacerdas. WordPress.com /2010/01/28/model pembelajaran-problem-solving/ diakses tanggal 22 September 2017

Anggela, Meri Rara. 2009. Pengembangan LKS Berbasis Gambar dan Problem Solving Pada materi Pokok Virus. Skripsi: Universitas Negeri Padang.

Arikunto, S.2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2004. Penyusunan SKL dan Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.