PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENJASORKES

TENTANG PASSING BOLA VOLI

MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF THE POWER OF TWO KELAS V SD Negeri Terban KECAMATAN PABELAN

KABUPATEN SEMARANG SEMESTER I tahun pelajaran 2017/2018

 

Dasuki

SD Negeri Terban Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Identifikasi masalah yang tampak dalam proses belajar mengajar Penjasorkes di SD Negeri Terban Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang pada materi Passing bola voli, dari 8 siswa, yang mendapatkan nilai ≥ 65 ada 4 siswa (50,00%). Nilai tersebut belum sesuai dengan KKM untuk mata ajaran Penjasorkes yaitu 65. Hasil belajar rendah tersebut karena siswa mengalami kesulitan teknik passing. Pemecahan masalah yang dilakukan guru yaitu meningkatkan hasil belajar siswa dalam tentang Passing bola voli dengan strategi pembelajaran aktif The Power of Two.  Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas), dilaksanakan di SD Terban Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang pada bulan Agustus-September 2017. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah: siswa kelas V yang berjumlah 8 siswa.  Hasil penelitian: (1) Penerapan strategi pembelajaran aktif The Power of Two dapat meningkatan hasil belajar Penjasorkes tentang teknik Passing bola voli di kelas V SD Negeri Terban Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Pada Kondisi Awal nilai rata-rata 58,75. Setelah pembelajaran siklus I rata-rata kelas 67,50. Peningkatan hasil belajar siswa rata-rata sebesar 8,75. Pada siklus II nilai rata-rata 73,13. Peningkatan nilai rata-rata nilai dari siklus I ke siklus II sebesar 5,63; (2) Penerapan strategi pembelajaran aktif The Power of Two dapat meningkatan ketuntasan hasil belajar Penjasorkes tentang teknik Passing bola voli di kelas V SD Negeri Terban Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Pada Kondisi Awal ketuntasan belajar 50,00%. Setelah strategi pembelajaran aktif siklus I ketuntasan belajar 75,00. Dengan demikian terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebesar 25,00%. Pada siklus II ketuntasan belajar 87,50%. Dengan demikian terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebesar 12,50%. Indikator keberhasilan ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 65 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 80%. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai yaitu sebesar 87,50% telah mencapai ³ 80%.

Kata kunci: strategi pembelajaran aktif, The Power of Two, minat belajar, hasil belajar

 

Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kreativitasnya. Keberhasilan dalam bidang pendidikan sangat ditentukan oleh keberhasilan dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan interaksi antara yang mengajar atau guru dengan orang yang diajar atau siswa.

Pelaksanaaan pembangunan nasional pendidikan jasmani memiliki peran penting terutama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan dari berbagai aktivitas jasmani, sehingga badan akan menjadi sehat dan bugar (Thamrin, 2006: 8). Penyelenggaraan pendidikan jasmani harus dikembangkan secara lebih optimal sehingga peserta didik menjadi lebih terampil, kreatif dan inovatif serta memiliki kebiasan hidup yang sehat dan memiliki kesegaran jasmani yang baik. Agar semua hal tersebut dapat tercapai maka sekolah menyelenggarakan mata pelajaran pendidikan jasmani sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan.

Dalam Permendiknas no.16 tahun 2007 disebutkan standar kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh seorang guru SD/MI. Standar kompetensi pedagogik yang dimaksud antara lain menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Dalam kompetensi ini, diharapkan guru: (1) Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan lima mata pelajaran SD/MI, (2) Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam lima mata pelajaran SD/MI, (3) Menerapkan pendekatan pembelajaran tematis, khususnya di kelas-kelas awal SD/MI. Tidak terkecuali, guru Penjasorkes yang mengajar olahraga perlu memiliki komptensi pedagogic yang senantiasa mengikuti perkembangan pendidikan nasional. Salah satu materi pembelajaran tersebut adalah permainan bola voli.

Permainan bola voli merupakan permainan net beregu yang menyenangkan, menarik, dan tidak membutuhkan biaya besar dalam memainkannya. Permainan bola voli dimainkan oleh dua regu yang pada tiap regu berjumlah enam orang pemain. Permainan bola voli dapat dimainkan di dalam maupun di luar lapangan. Sasaran dari permainan bola voli adalah mempertahankan bola agar tetap bergerak melewati net yang tinggi dari satu wilayah ke wilayah lawan. Permainan bola voli dapat dimainkan di dalam maupun di luar gedung. Permainan bola voli masuk dalam kurikulum mata pelajaran pendidikan jasmani setiap jenjang pendidikan, mulai dari tingkat dasar sampai tingkat atas.

Bagian tubuh yang boleh digunakan untuk memantulkan bola adalah tangan, lengan, atau bagian depan badan dan anggota badan lainnya. Permainan dimulai dengan pukulan servis dari daerah servis, diseberangkan ke lapangan lawan melalui atas net. Setiap pemain harus menjaga bola agar jangan sampai jatuh di lapangan sendiri dan berusaha mematikan bola di pihak lawan (menjatuhkan bola di lapangan lawan).

Pada mulanya tujuan orang bermain bola voli adalah sebagai kegiatan yang bersifat rekreatif, namun kemudian berkembang ke tujuan lain, misalnya untuk memelihara kesehatan serta kebugaran jasmani, memanfaatkan waktu luang, juga sekedar bersosialisasi, hingga tujuan untuk mencapai prestasi, juga untuk meningkatkan prestise diri atau bangsa dan negara. Saat ini bahkan ada sebagian pemain yang bermain voli untuk tujuan ekonomi dan bisnis. Di sekolah, permainan bola voli dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sarana untuk mencapai tujuan pendidikan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di Sekolah Dasar Terban Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang, diketahui bahwa mata pelajaran Penjasorkes merupakan mata pelajaran yang menyenangkan para siswa. Anak-anak sangat senang karena ada lapangan yang memadai di sekitar sekolah. Setelah anak berusia 9-10 tahun, guru dapat memperkenalkan kegiatan perkenalan bola seperti: aktivitas lempar-tangkap, memukul bola, juga gerakan yang berpola. Keterampilan baru yang diharapkan untuk dicapai siswa adalah: (a) ketrampilan melakukan pola-pola gerak kaki secara khusus, seperti gerakan ke belakang, bergeser, dan menyilang, (b) menangkap dan memantulkan bola, (c) melakukan servis dari bawah. Dalam pembelajaran guru juga dapat memperkenalkan voli sebagai permainan yang membutuhkan konsentrasi, namun menggembirakan, dan rileks.

Pada penelitian ini, keterampilan yang perlu diperbaiki yaitu teknik pasing bola voli oleh siswa. Passing adalah mengoperkan bola kepada teman sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik tertentu, sebagai langkah awal untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan (Yunus, 1992: 79). Teknik passing dibedakan lagi menjadi dua yaitu teknik passing atas dan teknik passing bawah.

Pada anak usia 11 – 12, anak-anak mulai diperkenalkan cara: olah kaki, menangkap dan memukul, servis bawah. Keterampilan baru melakukan pasing atas, seperti menpasing atas bola yang halus dan cukup tinggi ke depan kepada pemain penyerang, melakukan pasing atas dengan cara memutar tubuh, passing, servis menyamping. Permulaan untuk pasing bawah, seperti memainkan bola yang halus dan ditinggikan, menggunakan kaki, pasing bawah lurus ke depan.

Pada keterampilan passing, anak-anak sering mengalami kegagalan dan kesulitan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal: (1) metode pengajaran yang kurang menarik konsisten, (2) pengajaran di kelas tidak memperhatikan perbedaan individual anak, lebih bersifat klasikal,

Beberapa siswa memiliki minat belajar dan kemampuan rendah dalam tentang konsep passing bola voli. Minat belajar yang rendah menyebabkan anak malas belajar Penjasorkes. Keterampilan passing bola voli yang dimiliki siswa yang masih rendah ini menyebabkan rendahnya hasil belajar Penjasorkes siswa.

Peningkatan hasil belajar ini terus ditingkatkan dan diantisipasi dengan peran guru dalam memilih dan menentukan metode dan strategi pembelajaran aktif. Salah satu pembelajaran aktif untuk mengatasi kesulitan belajar passing bola voli yang diterapkan adalah strategi pembelajaran aktif The Power of Two. Strategi the power of two ini dirancang untuk menghindari pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Suatu jangkauan alternative yang luas disediakan, kesemuanya adalah yang mendorong siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap secara aktif. The Power Of Two artinya menggabungkan kekuatan dua orang. Dalam pembelajaran the power of two adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan dan keuntungan sinergi, itu karenanya 2 orang tentu lebih baik dari pada 1 kepala (Mel Silberman, 2002).

Dari kenyataan tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam meningkatkan hasil belajar Penjasorkes melalui strategi pembelajaran aktif The Power of Two pada siswa kelas V SD Negeri Terban Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1.     Apakah dengan strategi pembelajaran aktif The Power of Two dapat meningkatkan hasil belajar Penjasorkes tentang teknik passing bola voli siswa kelas V SD Negeri Terban Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang?

2.     Apakah dengan strategi pembelajaran aktif The Power of Two dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar Penjasorkes tentang teknik passing bola voli siswa kelas V SD Negeri Terban Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas maka tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas strategi pembelajaran aktif Penjasorkes serta meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

Tujuan Khusus Penelitian

a.     Meningkatkan hasil belajar Penjasorkes tentang Passing bola voli melalui strategi pembelajaran aktif The Power of Two bagi siswa kelas V SD Negeri Terban Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.

b.     Meningkatkan ketuntasan hasil belajar Penjasorkes tentang Passing bola voli melalui strategi pembelajaran aktif The Power of Two bagi siswa kelas V SD Negeri Terban Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.

Manfaat Penelitian

Bagi Siswa

a.     Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran Penjasorkes.

b.     Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Passing bola voli.

c.     Memudahkan penguasaan teknik Passing bola voli.

d.     Meningkatkan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah dalam kelompok.

e.     Menumbuhkan sikap bertanggungjawab dan berani mengemukakan pendapat.

f.      Memperoleh suasana strategi pembelajaran aktif yang lebih menyenangkan.

Bagi Guru

a.     Memberikan alternatif bagi guru untuk mengaktifkan siswa dalam strategi pembelajaran aktif The Power of Two dalam Penjasorkes.

b.     Mengembangkan kemampuan guru dalam merancang strategi pembelajaran aktif yang menyenangkan untuk mengatasi permasalahan strategi pembelajaran aktif lain.

Bagi Sekolah

a.     Memberikan sumbangan pemikiran sebagai alternatif meningkatkan kualitas pengajaran sekolah.

b.     Mengoptimalkan penggunaan media dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan mutu strategi pembelajaran aktif The Power of Two di sekolah.

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Kajian Teori

Hasil Belajar

Dalam proses strategi pembelajaran aktif, dalam periode waktu tertentu dilakukan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam menyerap pelajaran.

Menurut Gagne, hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan kepada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema-skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori (Purwanto, 2009: 42).

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Rifa’i dan Anni, 2009: 4). Aspek-aspek yang diperoleh sebagai perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang telah dipelajari.

Hasil belajar dapat diartikan juga sebagai hasil yang telah dicapai melalui proses perubahan perilaku yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan penggunaan dalam penilaian tentang pengetahuan, sikap dan nilai serta ketrampilan. Juga dapat diartikan sebagai penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, latihannya yang ditunjukkan dengan nilai tes. Dengan penilaian itu dapat diperoleh gambaran nyata tentang keberhasilan belajar dalam bentuk penentuan-penentuan indek prestasi (Hamalik, 2005: 153).

Dari beberapa pendapat di atas, hasil belajar dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk perubahan perilaku yang meliputi 3 aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik yang disebabkan karena telah menguasai bahan yang diajarkan sesuai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar dan dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian. Tes ini disusun dan dikembangkan dari pengetahuan, pemahaman, atau aplikasi suatu konsep yang dipelajari oleh siswa dalam proses strategi pembelajaran aktif di kelas.

Strategi pembelajaran aktif The Power of Two

Salah satu hal yang menandai profesionalisme guru adalah komitmennya untuk selalu memperbaharui dan meningkatkan kemampuannya dalam suatus proses bertindak dan berefleksi dalam kegiatan belajar mengajar. Strategi the power of two ini dirancang untuk menghindari pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Suatu jangkauan alternative yang luas disediakan, kesemuanya adalah yang mendorong para peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap secara aktif. Siberman mendefinisikan The Power Of Two. The Power Of Two artinya menggabungkan kekuatan dua orang. Dalam pembelajaran the power of two adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan dan keuntungan sinergi, itu karenanya 2 kepala tentu lebih baik dari pada 1 kepala (Mel Silberman, 2002).

Strategi pembelajaran the power of two ini adalah termasuk bagian dari active learning yang merupakan salah satu cara terbaik untuk meningkatkan belajar lebih aktif dengan pemberian tugas belajar yang dilakukan dalam kelompok kecil siswa. Dukungan sesama siswa dan keragaman pendapat, pengetahuan, serta keterampilan mereka akan membantu menjadikan belajar sebagai bagian berharga dari iklim di kelas. Namun demikian, belajar bersama tidaklah selalu efektif. Boleh jadi terdapat partisipasi yang tidak seimbang, komunikasi yang buruk dan kebingungan. Menurut Hisyam Zaini, The power of two merupakan aktifitas pembelajaran yang digunakan untuk mendorong pembelajaran kooperatif dan memperkuat arti penting serta manfaat sinergi dua orang. Strategi ini mempunyai prinsip bahwa berfikir berdua jauh lebih baik dari pada berfikir sendiri (Hisyam Zaini, 2007).

Aktivitas pembelajaran dengan kekuatan dua orang, digunakan untuk meningkatkan pembelajaran, dan menegaskan manfaat dari sinergi, yakni; bahwa dua kepala adalah lebih baik dari pada satu. Asumsi atau teori yang mendasari model pembelajaran kooperatif dengan strategi the power of two adalah bahwa belajar paling baik ketika mereka dapat saling membimbing satu sama lain, memiliki tanggung jawab perorangan, dan terdapat kesepakatan untuk aktif dan saling interaktif.

Dengan demikian pembelajaran dengan the power of two strategy diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar jenjang pendidikan formal, yaitu rendahnya aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dan rendahnya prestasi belajar siswa. Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran ini menggunakan beberapa sistem pengajaran dengan menggunakan beberapa metode yang sesuai dengan langkah-langkah strategi pembelajaran the power of two yang mendukung untuk mendapatkan kemudahan dalam pembelajaran siswa adalah menggunakan metode ceramah, diskusi, kerja kelompok, dan lain-lain.

Strategi the power of two ini dirancang untuk memaksimalkan belajar kolaboratif (bersama) dan meminimalkan kesenjangan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Belajar kolaboratif menjadi populer di lingkungan pendidikan sekarang. Dengan menempatkan peserta didik dalam kelompok dan memberinya tugas dimana mereka saling tergantung satu dengan yang lain untuk menyelesaikan pekerjaan adalah cara yang mengagumkan dengan memberi kemampuan pada keperluan siswa dalam masyarakat. Mereka condong lebik menarik dalam belajar karena mereka melakukannya dengan teman-teman sekelas mereka.

Strategi belajar kekuatan berdua (the power of two) adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong munculnya keuntungan dari sinergi itu, sebab dua orang tentu lebih baik dari pada satu (Wina Sinaga, 2014). Aktivitas belajar kolaboratif membantu mengarahkan belajar aktif. Meskipun belajar independen dan kelas penuh instruksi juga mendorong belajar aktif, kemampuan untuk mengajar melalui aktivitas kerja kolaboratif dalam kelompok kecil akan memungkinkan anda untuk mempromosikan belajar dengan belajar aktif. Strategi yang dipilih oleh pendidik tidak boleh bertentangan dengan tujuan pembelajaran. Strategi harus mendukung kemana kegiatan interaksi edukatif berproses guna mencapai tujuan. Tujuan pokok pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan anak secara individu agar bisa menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapinya.

Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran the power of two ada beberapa tujuan yang dicapai diantaranya adalah: (a) Membiasakan belajar aktif secara individu dan kelompok (belajar bersama hasilnya lebih berkesan), (b) Untuk meningkatkan belajar kolaboratif, (c) Agar peserta didik memiliki keterampilan memecahkan masalah terkait dengan materi pokok, (d) Meminimalkan kegagalan, (e) Meminimalkan kesenjangan antara sisa yang satu dengan siswa yang lain.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran dengan kekuatan dua orang (The power of two strategy), merupakan pembelajaran kooperatif yang digunakan untuk meningkatkan pembelajaran kolaboratif, menumbuhkan kerjasama secara maksimal, dan memperkuat arti penting manfaat sinergi dua orang (dua kepala lebih baik dari pada satu), dalam pembelajaran ini siswa akan berkolaborasi dengan temannya (dua orang) untuk memperkuat pemahaman individu masing-masing.

Langkah Praktis Pembelajaran The Power Of Two: (1) Guru menanyakan kepada siswa tentang passing bawah dan passing atas, (2) Guru menjelaskan mengenai passing bawah dan passing atas, (3) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 2 siswa setiap kelompok, (4) Kemudian setiap kelompok berlatih passing bawah dan passing atas, (5) Guru menugaskan setiap kelompok untuk melakukan latihan passing bawah dan passing atas, (6) Selanjutnya setiap kelompok memperlihatkan passing bawah dan passing atas ke depan teman-teman kelas di bawah pengawasan guru.

Kerangka Berfikir

Keterampilan siswa akan mata pelajaran Penjasorkes materi Passing bawah bola voli yang rendah menyebabkan rendahnya tingkat pencapaian hasil belajar. Dengan model strategi pembelajaran aktif The Power of Two diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Passing bawah bola voli dengan mudah, mengembangkan kemampuan motorik, kecakapan bermain bola voli, siswa dapat bekerjasama, saling membantu antara teman terutama yang mengalami kesulitan belajar, dan saling bertanggungjawab antar anggota tim voli. Selain itu guru kelas juga bertambah pengetahuan dan kreativitas dalam merancang strategi pembelajaran aktif materi Passing bawah bola voli sesuai karakteristik siswa.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penggunaan model strategi pembelajaran aktif The Power of Two dalam upaya meningkatkan hasil pembelajaran aktif Penjasorkes pada siswa kelas V SD Negeri Terban Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.

MetodE PENelitian

Setting Penelitian

Tempat penelitian ini terletak di Sekolah Dasar Negeri Terban Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Waktu penelitian yaitu semester I tahun pelajaran 2017/2018 pada Agustus hingga September 2017.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Negeri Terban Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang yang terdiri dari 8 siswa terdiri atas 5 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan.

Sumber Data

Jenis Data

Jenis data kuantitatif beruapa hasil belajar siswa kelas V berupa nilai praktik Penjasorkes sebelum pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran aktif The Power of Two dan nilai tes praktik tiap akhir siklus.

Data kualitatif didapatkan dari kegiatan belajar siswa yang diperoleh melalui observasi oleh peneliti dan teman sejawat.

Sumber Data

a.   Siswa, dari siswa akan diperoleh data berupa:

Hasil belajar yang dilakukan melalui tes praktik passing pada setiap akhir siklus.

b.   Guru

Dari guru akan diperoleh berupa hasil pengolahan data hasil tes siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan strategi pembelajaran aktif The Power of Two.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Awal

Pada awalnya rerata nilai yang diperoleh masih kurang, siswa yang mencapai ketuntasan belajar hanya 4 siswa (50,00%) dan masih ada 4 siswa (50,00%) belum tuntas dengan mendapatkan nilai < 65. Hal ini memerlukan tindakan kelas agar proses dan hasil belajar dapat meningkat.

Hasil Penelitian Siklus I

Pada awalnya rerata nilai yang diperoleh masih kurang, siswa yang mencapai ketuntasan belajar baru 50,00% dengan nilai rata-rata 58,75. Setelah dilakukan strategi pembelajaran aktif dengan strategi pembelajaran aktif The Power of Two ada peningkatan yaitu diperoleh nilai rata-rata siklus I adalah 67,50 dengan ketuntasan belajar klasikal 75,00 (6 siswa) dengan mendapatkan nilai ³ 65, dan masih ada 2 siswa belum tuntas dengan mendapatkan nilai < 65. Rata-rata nilai mengalami kenaikan sebesar 8,75 dan ketuntasan meningkat sebesar 25,00%.

Hasil Penelitian Siklus II

Pada siklus I nilai rata-rata 67,50 dengan ketuntasan belajar 75,00. Pada siklus II rata-rata nilai menjadi 73,13 dengan ketuntasan belajar klasikal 87,50% (28 siswa) dengan mendapat nilai ³ 65. Pada siklus II ini siswa yang mencapai indikator keberhasilan sudah lebih dari 80% yaitu sebesar 87,50% sehingga penelitian siklus II dinyatakan berhasil.

Pembahasan Tiap SiIklus dan Antarsiklus

Pembahasan lebih banyak didasarkan pada hasil refleksi pada setiap siklus dari kegiatan strategi pembelajaran aktif menggunakan strategi pembelajaran aktif The Power of Two.

Siklus I

Berdasarkan nilai hasil belajar pada Kondisi Awal diperoleh rata-rata yang dicapai oleh siswa adalah 58,75 dengan ketuntasan belajar 50,00%. Setelah strategi pembelajaran aktif The Power of Two siklus I meningkat menjadi rata-rata kelas 67,50 dengan ketuntasan belajar 75,00. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar siswa rata-rata sebesar 8,75 dan peningkatan ketuntasan belajar sebesar 25,00%. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus I ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal belum tercapai. Maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus II.

Siklus II

Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil tes pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 67,50 dengan ketuntasan belajar 75,00 sedangkan pada siklus II diperolah nilai rata-rata 73,13 dengan ketuntasan belajar 87,50%. Dengan demikian terjadi peningkatan nilai rata-rata nilai sebesar 5,63 dan peningkatan ketuntasan belajar sebesar 12,50%. Berdasarkan ketuntasan sebesar 87,50%, maka ketuntasan belajar siswa termasuk tinggi. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai.

3Peningkatan Hasil Belajar

Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa dengan menggunakan model strategi pembelajaran aktif The Power of Two dapat meningkatkan hasil belajar Penjasorkes tentang konsep Passing bola voli pada siswa kelas V SD Negeri Terban Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.

Strategi pembelajaran aktif The Power of Two ini memberikan kesempatan siswa belajar secara berpasangan untuk meningkatkan keterampilan passing bola voli secara menarik. Dengan cara ini, siswa yang tadinya merasa sulit ketika mengerjakan sendiri menjadi lebih mudah karena dapat bekerjasama dengan teman berlatih (partner).

Strategi the power of two ini dirancang untuk menghindari pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Suatu jangkauan alternatif yang luas disediakan, kesemuanya adalah yang mendorong siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap secara aktif. The Power Of Two artinya menggabungkan kekuatan dua orang. Dalam pembelajaran the power of two adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan dan keuntungan sinergi, itu karenanya 2 orang tentu lebih baik dari pada 1 kepala (Mel Silberman, 2002).

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:

1.     Penerapan strategi pembelajaran aktif The Power of Two dapat meningkatan hasil belajar Penjasorkes tentang teknik Passing bola voli di kelas V SD Negeri Terban Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Pada Kondisi Awal nilai rata-rata 58,75. Setelah pembelajaran siklus I rata-rata kelas 67,50. Peningkatan hasil belajar siswa rata-rata sebesar 8,75. Pada siklus II nilai rata-rata 73,13. Peningkatan nilai rata-rata nilai dari siklus I ke siklus II sebesar 5,63.

2.     Penerapan strategi pembelajaran aktif The Power of Two dapat meningkatan ketuntasan hasil belajar Penjasorkes tentang teknik Passing bola voli di kelas V SD Negeri Terban Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Pada Kondisi Awal ketuntasan belajar 50,00%. Setelah strategi pembelajaran aktif siklus I ketuntasan belajar 75,00. Dengan demikian terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebesar 25,00%. Pada siklus II ketuntasan belajar 87,50%. Dengan demikian terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebesar 12,50%. Indikator keberhasilan ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 65 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 80%. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai yaitu sebesar 87,50% telah mencapai ³ 80%.

Saran

Menurut hasil kesimpulan di atas, maka disarankan:

1.     Strategi pembelajaran aktif The Power of Two dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Penjasorkes. Maka pendekatan tersebut bisa digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan pembelajaran yang lainnya.

2.     Sebaiknya guru melaksanakan refleksi tentang kelemahan strategi pembelajaran aktif The Power of Two, supaya tidak terlalu banyak menyita waktu yang tersedia.

3.     Dengan menggunakan pendekatan strategi pembelajaran aktif inovatif, akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu dalam proses strategi pembelajaran aktif dibutuhkan pendekatan atau model strategi pembelajaran aktif yang inovatif, salah satunya adalah strategi pembelajaran aktif The Power of Two.

Daftar Pustaka

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widiya.

Deni Kurniadi, Suro Prapanca. 2010. Penjas Orkes Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan/Madrasah Ibtidaiyah Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional, 2010.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.

Dikatama. 2015. Inilah Teknik Passing Bawah Bola Voli dan Passing Atas untuk Pemula. http: //dikatama.com/inilah-teknik-passing-bawah-bola-voli-dan-passing-atas-untuk-pemula/

Hamalik, Oemar. 2001. Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanif, Abdul. 2009. PENERAPAN MODEL THE POWER OF TWO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH (PTK Pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah I Kudus). Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hurlock, Elizabeth B. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hurlock, Elizabeth, 2010. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga

Maharani, Novi. 2012. PENGARUH PENERAPAN METODE THE POWER OF TWO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 1 JEPORO, JATIPURNO, WONOGIRI TAHUN 2011/2012. Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.

Mulyono, Anton M., et.all. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rifa,i, Achmad & Anni, Catharina Tri. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES.