Peningkatan Hasil Belajar PDengan Menggunakan Teams Games Tournament
Peningkatan HASIL BELAJAR PJOK DALAM LARI ESTAFET
dengan Menggunakan Model Pembelajaran KOOPERATIF TIPE Teams Games Tournament (TGT) BAGI SISWA KELAS VI
SD NEGERI SUMBEREJO 02 KECAMATAN PABELAN
KABUPATEN SEMARANG SEMESTER 2 tahun PELAJARAN 2016/2017
Sukriyani
SD Negeri Sumberejo 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Pada siswa Kelas VI Semester 2, setelah kegiatan pembelajaran PJOK dengan Kompetensi Dasar Lari estafet, ternyata guru mengalami beberapa masalah yang berkaitan dengan keberhasilan siswa dalam mempraktekkan materi ini. Hal ini terlihat pada hasil tes perbuatan, semua belum mencapai target ketuntasan. Dari 24 siswa baru ada 14 siswa (35,71%) yang mencapai target ketuntasan belajar dengan nilai 75. Pemecahan masalah yang dilakukan guru yaitu dengan melakukan Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar dalam lari estafet pada siswa Kelas VI SD Negeri Sumberejo 02 Kabupaten Semarang melalui pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). Metode penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas), dilaksanakan di SD Negeri Sumberejo 02 Kabupaten Semarang pada bulan Februari –April 2017. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah: siswa Kelas VI yang berjumlah 28 siswa. Analisis data secara deskritif. Hasil penelitian (1) Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar PJOK kompetensi lari estafet pada Kelas VI SD Negeri Sumberejo 02 Kabupaten Semarang. Besarnya peningkatan hasil belajar: (a) pada Kondisi awal yang rata-rata 64,64; (b) pada Siklus I rata-rata 71,25; (c) pada Siklus II hasil belajar rata-rata 83,54; (2) Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan ketuntasan belajar PJOK kompetensi lari estafet pada Kelas VI SD Negeri Sumberejo 02 Kabupaten Semarang. Pencapaian KKM: (a) pada Kondisi awal pencapaian KKM ada 10 siswa (35,71%); (b) pada Siklus I ada 18 siswa (64,29%); (c) pada Siklus II yang mencapai ketuntasan ada 25 siswa (89,29%). Simpulan penelitian yaitu penerapan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar dalam lari estafet pada siswa Kelas VI SD Negeri Sumberejo 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.
Kata kunci: Teams Games Tournament, hasil belajar lari estafet
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah upaya untuk menjembatani antara kondisi objektif yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi. Pendidikan adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 1 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional (sisdiknas) menyatakan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan Undang–Undang Sisdiknas tersebut, diharapkan pendidikan dapat berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam membangun karakter bangsa yang dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi siswa sebagai generasi penerus bangsa dimasa depan. Pembentukan pribadi siswa yang berkualitas dapat diwujudkan melalui pendidikan. Tujuan pendidikan adalah memberikan bekal kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa serta mengembangkan potensi siswa agar menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan diwujudkan melalui suatu proses pembelajaran. Sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 19 Ayat 1, bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
PJOK atau Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan adalah proses pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas, olahraga dan permainan yang terpilih dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasiona yaitu upaya untuk mengembangkan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif (UU No 20 Tahun 2003). Aspek psikomotor merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai melalalui pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan yang terdiri dari dua komponen yang harus dikembangkan yaitu aspek fisik dan aspek keterampilan.
Mata pelajaran PJOK adalah mata pelajaran yang penting untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani siswa. Sebagai mata pelajaran yang melatih keterampilan motorik banyak memiliki kontribusi bagi siswa sebagai tunas bangsa dalam membentuk diri menjadi warga negara yang tangguh dan berbudaya tinggi. Kenyataan di lapangan menunjukkan proses pembelajaran mata pelajaran PJOK masih mengalami Semaranga. Pelajaran ini membutuhkan pelatihan dan keterampilan yang kuat dari siswa. Selama pembelajaran berlangsung siswa harus memperhatikan penjelasan dan contoh peragaan guru. Pada saat guru melakukan penilaian dari hasil pembelajaran, masih sedikit siswa yang mampu melakukan standar kompetensi. Kondisi seperti ini, belum sesuai dengan harapan pembelajaran.
SD Negeri Sumberejo 02 termasuk di wilayah Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Salah satu mata pelajaran adalah PJOK Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes). Pada standar kompetensi lari estafet, siswa banyak di antaranya mengalami kesulitan, karena lari estafet merupakan cabang olahraga atletik yang membutuhkan latihan fisik cukup ketat, sedangkan siswa SD pada umumnya masih tergolong siswa-siswa.
Pada siswa Kelas VI Semester 2, setelah kegiatan pembelajaran PJOK dengan Kompetensi Dasar Lari estafet, ternyata guru mengalami beberapa masalah yang berkaitan dengan keberhasilan siswa dalam mempraktekkan materi ini. Hal ini terlihat pada hasil tes, semua belum mencapai target ketuntasan. Dari 24 siswa baru ada 10 siswa (35,71%) yang mencapai target ketuntasan keterampilan belajar dengan nilai 70. Siswa masih lemah melakukan lari estafet.
Pemecahan masalah yang dilakukan guru yaitu dengan melakukan Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan membentuk kelompok kecil agar latihan siswa lebih intensif. Pembelajaran TGT belum pernah diterapkan oleh guru. Model pembelajaran ini merupakan hal baru dalam pengetahuan guru di SD Negeri Sumberejo 02. Guru perlu cermat dan paham dalam penggunaan model pembelajaran ini agar hasil yang dicapai dapat maksimal.
Pembelajaran TGT dipilih, karena sesuai dengan materi pelajaran dan karakteristik siswa SD Kelas VI. Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk menyampaikan materi Penjasorkes materi lari estafet yang dikemas dalam bentuk yang menarik. Siswa pada usia ini suka bermain dengan kelompoknya dan berusaha untuk melatih suatu keterampilan. Pembelajaran TGT dimulai dengan penyampaian materi oleh guru kemudian belajar kelompok, permainan, turnamen, dan penghargaan.
Implementasi pembelajaraan kooperatif tipe TGT dapat memberikan suasana pembelajaran yang aktif, efektif, menyenangkan, dan memudahkan pengusaan hasil belajar dalam lari estafet sehingga prestasi belajar siswa akan meningkat. Sebagai dampaknya, Pembelajaran TGT dapat melatih siswa memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep/keterampilan yang sulit jika mereka saling berkelompok dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). Pembelajaran TGT merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Trianto, 2007: 42).
Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) (cooperatif learning) karena siswa diberi kesempatan bekerja pada kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah. Para siswa juga berkesempatan untuk mendiskusikan strategi pembelajaran yang dipelajari. Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) juga dapat melatih siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain dan merangkum pendapat sendiri maupun orang lain dalam bentuk tulisan atau lisan. Pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang mengutakamakn kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran (Widodo, 2007: 15).
Perumusan Masalah
Pokok permasalahan pada penelitian ini adalah:
1. Apakah pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar dalam lari estafet pada siswa Kelas VI SD Negeri Sumberejo 02 Kabupaten Semarang Semester 2 tahun pelajaran 2016/2017?
2. Apakah pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan ketuntasan belajar dalam lari estafet pada siswa Kelas VI SD Negeri Sumberejo 02 Kabupaten Semarang Semester 2 tahun pelajaran 2016/2017?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar dalam lari estafet pada siswa Kelas VI SD Negeri Sumberejo 02 Kabupaten Semarang Semester 2 tahun pelajaran 2016/2017.
2. Mendeskripsikan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan ketuntasan belajar dalam lari estafet pada siswa Kelas VI SD Negeri Sumberejo 02 Kabupaten Semarang Semester 2 tahun pelajaran 2016/2017.
Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dalam penelitian ini adalah:
a. Adalah untuk menambah referensi tentang penerapan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).
b. Menambah wawasan pedagogis guru yang melaksanakan penelitian dalam penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).
Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan guru dalam proses pembelajaran masa kini dan yang akan datang, memberdayakan guru dalam mengambil prakarsa profesionalisme, meningkatkan rasa percaya diri dapat membangun pengetahuan dan pengalaman menjadi suatu teori dalam praktek tindakan kelas melatih kemandirian dalam menyusun program pembelajaran.
b Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini menjadi pendorong untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik.
c. Bagi Siswa
Bila guru dapat menggunakan pendekatan yang tepat, siswa dapat meningkat prestasi belajarnya, sehingga siswa meningkatkan kemampuan lari estafet dan menemukan semangat baru dalam belajar.
d. Bagi Perpustakaan
Memberikan sumbangan bahan pustaka tentang upaya peningkatan hasil belajar dengan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) agar guru bisa lebih mendalami lagi tentang model Teams Games Tournament (TGT) dalam pelajaran PJOK atau pelajaran lain.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Landasan Teori
Hasil Belajar
Menurut Gagne, hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan kepada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema-skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori (Purwanto, 2009: 42).
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Rifa’i dan Anni, 2009: 4). Aspek-aspek yang diperoleh sebagai perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang telah dipelajari.
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang relevan dengan tujuan pembelajaran dan sering digunakan sebagai ukuran seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang diajarkan. Menurut Gronlund dalam Purwanto (2009: 45) hasil belajar yang diukur merefleksikan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaranan yaitu tujuan yang menggambarkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Semua komponen pengajaran seperti pemilihan bahan pengajaran, kegiatan guru dan siswa, pemilihan sumber belajar, serta penyusunan tes bertolak dari tujuan pembelajaran, karena itu merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran.
Hasil belajar merefleksikan keleluasaan, kedalaman, dan kompleksitas dan digambarkan secara jelas serta dapat di ukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu (Sugandi, 2004: 63).
Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai melalui proses perubahan perilaku yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan penggunaan dalam penilaian tentang pengetahuan, sikap dan nilai serta ketrampilan. Juga dapat diartikan sebagai penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, latihannya yang ditunjukkan dengan nilai tes. Dengan penilaian itu dapat diperoleh gambaran nyata tentang keberhasilan belajar dalam bentuk penentuan-penentuan indek prestasi (Hamalik, 2005: 153).
Dari beberapa pendapat tersebut, hasil belajar dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk perubahan perilaku yang meliputi 3 aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik yang disebabkan karena telah menguasai bahan yang diajarkan sesuai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar dan dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian. Tes ini disusun dan dikembangkan dari pengetahuan, pemahaman, atau aplikasi suatu konsep yang dipelajari oleh siswa dalam proses pembelajaran di kelas.
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh secara maksimal dari usaha belajar yang didapatkan seseorang yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kalimat.
Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Keberhasilan dari pembelajaran sangat ditentukan oleh pemilihan metode belajar yang ditentukan oleh guru. Sebab dengan penyajian pembelajaran secara menarik akan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sebaliknya jika pembelajaran itu disajikan dengan cara yang kurang menarik, membuat motivasi siswa rendah. Untuk menciptakan pembelajaran yang menarik, upaya yang harus dilakukan guru adalah memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran. Dengan model pembelajaran yang tepat diharapkan akan meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar sehingga hasil belajar pun dapat ditingkatkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa adalah Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan pada kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Esensi Pembelajaran Kooperatif itu adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terdapat sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal.
Pada Pembelajaran Kooperatif terdapat saling ketergantungan positif antar anggota kelompok. Siswa saling bekerja sama untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan tergantung pada kerja sama yang kompak dan serasi dalam kelompok itu. Dengan memperhatikan pengertian dari Pembelajaran Kooperatif tersebut, peneliti berpendapat bahwa model pembelajaran ini sangat baik untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, sebab semua siswa dituntut untuk bekerja dan bertanggung jawab sehingga di dalam kerja kelompok tidak ada anggota kelompok yang asal namanya saja tercantum sebagai anggota kelompok, tetapi semua harus aktif.
Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen dalam kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai kentutasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar (Trianto, 2007: 41).
Kerangka Berpikir
SD Negeri Sumberejo 02 termasuk di wilayah Kelurahan Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Salah satu mata pelajaran adalah PJOK Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes). Pada Standar Kompetensi lari estafet, siswa banyak di antaranya mengalami kesulitan, karena lari estafet merupakan cabang olahraga atletik yang membutuhkan latihan fisik cukup ketat, sedangkan siswa SD pada umumnya masih tergolong siswa-siswa. Hasil belajar PJOK dalam lari estafet masih lemah. Kondisi seperti ini memerlukan perhatian dari guru untuk melakukan perbaikan pembelajaran.
Berpijak pada latar belakang masalah tersebut, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, salah satu langkah yang ditempuh guru adalah menggunakan pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Pembelajaran ini merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) diharapkan dapat meningkatkan kualitas Pembelajaran PJOK pada siswa Kelas VI SD Negeri Sumberejo 02 Kabupaten Semarang, yang meliputi peningkatan hasil belajar siswa dan peningkatan aktivitas siswa dalam belajar.
Pada kondisi awal, guru melakukan pembelajaran bersifat konvensional, guru dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, banyak siswa yang aktivitas belajar dan hasil belajarnya rendah. Identifikasi masalah yang tampak dalam hasil belajar PJOK dan Olahraga dengan Kompetensi dasar Lari estafet, di Kelas VI Semester I, semua belum mencapai target ketuntasan, yaitu rata-rata kelas hanya 64,64. Dari 24 siswa baru ada 10 siswa (58,33%) yang mencapai target ketuntasan belajar dengan nilai 75. Siswa masih lemah dalam lari estafet. Kondisi seperti ini memerlukan perhatian dari guru untuk melakukan perbaikan pembelajaran. Nilai tersebut belum sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran PJOK yaitu 75.
Agar aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran meningkat, maka perlu adanya tindakan yang dilakukan oleh guru/peneliti yaitu dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Pada kondisi akhir, melalui pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tindakan kelas di SD Negeri Sumberejo 02, Dusun Ngasinan Desa Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Kelas VI SD Negeri Sumberejo 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang berjumlah 28 orang siswa terdiri 17 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
Sumber Data
Sumber data penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut.
1. Sumber Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu : metode observasi. Sumber data primer yaitu siswa berupa hasil belajar dalam lari estafet.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder berupa dokumentasi sekolah, foto, dan literatur yang berkaitan dengan hasil belajar lari estafet.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah tes, observasi, dan dokumentasi.
Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2007:51). Dalam penelitian ini digunakan tes perbuatan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan siswa melakukan lari estafet.
Analisis Data
Penilaian tes perbuatan dilakukan secara kelompok, yaitu dengan memberi skor kemampuan siswa dalam lari estafet. Cara mensekor (menghitung): Lari estafet dilakukan 4 kali, dengan lima item observasi. Setiap item skor antara 1-4. Skor maksimal 5 item x 4 = 20. Nilai akhir dengan cara jumlah skor x 5. Jumlah nilai akhir setiap siswa maksimal 100.
Teknik analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan persentase sederhana. Hal ini untuk mengetahui persentase penguasaan konsep-konsep pada penelitian ini. Perhitungan persentase dalam penelitian ini dibuat dari tiap tes sebelum perbaikan, pembelajaran siklus I dan pembelajaran siklus II selanjutnya dibuat simpulan secara umum.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Deskripsi Kondisi Awal
Dari 28 siswa, rata-rata hasil belajar lari estafet oleh siswa sebesar 64,64 maka dapat diketahui bahwa hasil belajar lari estafet oleh siswa Kelas VI SDN 1 Pagergunung masih di bawah standar ketuntasan belajar 70.
Perolehan hasil belajar lari estafet pada prasiklus yang mencapai dengan ketuntasan belajar ada 10 siswa (35,71%).
Hasil Penelitian Siklus I
Rata-rata hasil belajar lari estafet oleh siswa sebesar 71,25 maka dapat diketahui bahwa secara klasikal hasil belajar lari estafet oleh siswa Kelas VI SDN 1 Pagergunung sudah tersebut standar ketuntasan belajar 70, namun yang mencapai ketuntasan belajar belum mencapai 75%.
Hasil belajar lari estafet melalui pembelajaran Siklus I yang mencapai dengan ketuntasan belajar pada ada 18 siswa (64,29%).
Pada Siklus I hasil belajar sudah meningkat, terlihat pada hasil tes, dari sejumlah 28 siswa, yang mencapai dengan ketuntasan belajar ada 18 (64,29%) dengan rata-rata 71,25.
Pada siklus I ini, di antara lima tim, maka terlihat bahwa tim yang paling unggul adalah Tim-C dengan nilai rata-rata 80,0 dengan predikat baik.
Hasil Penelitian Siklus II
Rata-rata hasil belajar lari estafet oleh siswa pada siklus II sebesar 78,04 maka dapat diketahui bahwa secara keseluruhan hasil belajar lari estafet oleh siswa Kelas VI SDN Sumberejo 02 sudah tersebut standar ketuntasan belajar 70, dan yang mencapai ketuntasan belajar sudah lebih 75%.
Pada Siklus II hasil belajar sudah meningkat, terlihat pada hasil tes, dari sejumlah 28 siswa, yang mencapai dengan ketuntasan belajar ada 25 (89,29%).
Pada siklus II ini, di antara lima tim, maka terlihat bahwa tim yang paling unggul adalah Tim-C dengan nilai rata-rata 83,8 dengan predikat baik.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Siklus I
Pada tindakan Siklus I guru mulai memfokuskan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT), tapi baru pada tahap pembentukan kelompok yang efektif. Penggunaan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ini terkait dengan teori Trianto (2007: 41) muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Guru membantu siswa bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). Dalam penggunaan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ini guru dalam kegiatan awal masih disibukkan dengan pembentukan kelompok kecil yang sesuai. Pada kegiatan inti sudah berjalan cukup lancar, dan pada kegiatan akhir guru menutup kegiatan dengan tanya jawab.
Pada kondisi awal, rata-rata nilai 64,64 dengan tingkat ketuntasan belajar 35,71%. Pada Siklus I hasil belajar sudah meningkat, terlihat pada hasil tes, dari sejumlah 28 siswa, yang mencapai dengan ketuntasan belajar ada 18 siswa (64,29%) dengan rata-rata 71,25. Peningkatan rata-rata nilai 6,61 dan peningkatan ketuntasan belajar 28,57%.
Siklus II
Pada penelitian Siklus II adalah penerapan cooperatif learning lebih intensif. Dalam pelaksanaannya, guru sudah menerapkan metode ini dengan baik. Pengingkatan keterampilan terjadi pada kegiatan awal yaitu guru melibatkan siswa dalam menyiapkan dan pemanfaatan lari estafet lebih efektif.
Dalam siklus I, siswa tidak bisa langsung mengikuti pembelajaran untuk memahami materi pelajaran dari guru, tapi waktunya tersita untuk pembentukan kelompok kecil yang menimbulkan beberapa keributan dalam hal memilih anggota kelompok. Keputusan pembentukan kelompok yang diserahkan pada siswa SD Kelas VI ternyata belum bisa berjalan dengan lancar. Untuk itu guru mengambil alih pembentukan kelompok dengan beberapa pertimbangan. Setelah pembentukan kelompok dapat diatasi, barulah pembelajaran materi pelajaran baru bisa dilaksanakan, dan tentu saja dengan hasil yang belum memuaskan.
Dalam model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) (cooperatif learning) Siklus II siswa diberi kesempatan latihan untuk melakukan teknik lari estafet. Para siswa juga berkesempatan untuk berlatih strategi dan teknik lari estafet yang sudah dipelajari. Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) juga dapat melatih siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kegiatan tersebut, siswa menjadi aktif dan keterampilan siswa pun bertambah.
Pada Siklus II hasil belajar sudah meningkat, terlihat pada hasil tes, dari sejumlah 28 siswa, yang mencapai dengan ketuntasan belajar ada 25 siswa (89,29%) dengan rata-rata 78,04. Peningkatan rata-rata nilai 6,79 dan peningkatan ketuntasan belajar 25,00%.
Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Pada kondisi awal nilai rata-rata 64,64; (b) pada Siklus I rata-rata 71,25; (c) pada Siklus II hasil belajar rata-rata 78,04. Pencapaian KKM pada Kondisi awal pencapaian KKM ada 10 siswa (35,71%); pada Siklus I ada 18 siswa (64,29%); dan pada Siklus II yang mencapai ketuntasan ada 25 siswa (89,29%).
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan prasiklus, siklus I sampai siklus II yang telah dilaksanakan oleh peneliti, maka simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut..
1. Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar PJOK kompetensi lari estafet pada Kelas VI SD Negeri Sumberejo 02 Kabupaten Semarang. Besarnya peningkatan hasil belajar: (a) pada Kondisi awal yang rata-rata 64,64; (b) pada Siklus I rata-rata 71,25; (c) pada Siklus II hasil belajar rata-rata 83,54.
2. Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan ketuntasan belajar PJOK kompetensi lari estafet pada Kelas VI SD Negeri Sumberejo 02 Kabupaten Semarang. Pencapaian KKM: (a) pada Kondisi awal pencapaian KKM ada 10 siswa (35,71%); (b) pada Siklus I ada 18 siswa (64,29%); (c) pada Siklus II yang mencapai ketuntasan ada 25 siswa (89,29%).
Implikasi
Berdasarkan pada landasan teori pada hasil penelitian ini maka penelitian ini berimplikasi secara teoritis maupun praktis dalam upaya mengoptimalkan hasil belajar Penjasorkes khususnya dalam lari estafet. Implikasi Teoritis: pembelajaran dengan pendekatan kooperatif meningkatkan hasil belajar. Implikasi Praktis: dengan penerapan Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar Pelajaran Penjasorkes.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran-saran yang diajukan adalah sebagai berikut
1. Bagi para pendidik lain yang sedang mengalami permasalahan dalam pembelajaran seperti peneliti alami dapat diterapkan strategi pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). Untuk itu guru perlu mempertimbangkan lebih jauh sebelum menggunakan metode ini. Diharapkan keterampilan mengajar guru juga dapat meningkat.
2. Jika menggunakan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT), guru perlu memberikan tugas yang jelas dan tidak membingungkan siswa, sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat secara nyata.
3. Guru lebih intensif melibatkan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) agar dapat meningkatkan aktivitas siswa.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2007. Prossedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Depdiknas. 2005. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta.
Hadi, Sofyan. 2016. “Pengertian, Sejarah, Peraturan, dan Teknik Lari Estafetâ€. https://satujam.com/lari-estafet/
Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Alumni.
Istighotsah. 2014. Penerapan Cooperative Learning Model TGT untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III Materi Operasi Hitung Campuran di MI NU 39 Kertosari Singorojo Kendal tahun pelajaran 2014/2015. Undergraduate (S1) thesis, UIN Walisongo.
Moleong, Lexy J. 2011. Prosedur Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Nasution, Noehi. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud
Nasution, S. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rifa,i, Achmad & Anni, Catharina Tri. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES.
Rusman.2012. Model –Model Pembelajaran. Depok: PT Rajagrafindo Persada
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Slavin, Robert. E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media
Sugandi, Ahmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wahidah, Lia. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Team Group Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 06 Metro Barat. Bandar Lampung: FKIP, Universitas Lampung.
Widodo, Sri Wasono. 2007. Pembelajaran Kooperatif. Semarang: LPMP Jawa Tengah.