UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA 2 SUBTEMA 1

SISWA KELAS 1 MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETEAMS GAMES TOURNAMENT

BERBANTUKAN MEDIA VISUAL

 

Alvan Dimas Pratama

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FKIP – Universitas Kristen Satya Wacana

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dengan menggunakan media visual pada pembelajaran tematik tema 2 Kegemaranku subtema 1 gemar berolahraga kelas I SD Kristen 03, Salatiga dan meningkatan hasil belajar tematik tema 2 Kegemaranku subtema 1 gemar berolahraga kelas I melalui model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dengan berbantukan media visual. Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus dengan masing-masing siklus 1 pertemuan. Setiap pertemuan terdapat empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dengan menggunakan media visual dapat meningkatkan hasil belajar. Setelah diberikan tindakan hasil nilai akhir dari rata-rata yang awalnya 70,71 meningkat menjadi 81,91. Sebelum tindakan siswa sebanyak 10 siswa (44%) sudah mencapai KKM setelah dilakukan tidakan meningkat menjadi 20 siswa (83%) sudah mencapai KKM. Jadi, hasil belajar tematik tema 2 Kegemaranku subtema 1 gemar berolahraga siswa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT).

Kata kunci: Kooperatif tipe temas games tournamen, media visual, kurikulum 2013, Hasil belajar.

 

PENDAHULUAN

Bidang pendidikan memang menjadi tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas SDM, terutama di era otonomi daerah seperti saat ini, dalam rangka untuk menghadapi proses globalisasi di hampir semua aspek kehidupan, bidang pendidikan menjadi tumpuan dan harapan bagi peningkatan sumber daya manusia (SDM) Indonesia (Suyanto & Djihad, 2000:4). Hal ini juga dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 20, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, hal ini bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti pada siswa kelas I SD Kristen 03 dan wawancara yang dilakukan peneliti pada guru kelas I SD Kristen 03, sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami bacaan. Beberapa metode sudah digunakan oleh guru kelas beberapa metode itu antara lain SAS (Structural, Analytic, Syntatic), metode eja dan penggunaan buku bergambar sebagai media pembelajaran, akan tetapi hal ini masih belum mendapatkan hasil yang maksimal. Hal ini disebabkan tingkat kelancaran siswa yang unik, kecepatan memahami bacaan dan tingkat kematangan siswa yang berbeda-beda.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, peneliti mencoba model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament dengan penggunaan media visual. Media visual yang dimaksud adalah media gambar, video, dan kartu untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SD Kristen 03, Salatiga Tahun ajar 2017/2018. Maka dari itu, siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca yang diukur dari indikator: (1) meningktakan konsentrasi membaca (2) Kemampuan siswa memahami bacaan.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 telah digunakan di beberapa sekolah, kurikulum SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema (Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, 2013: 4).

Menurut Depdiknas (2013: 6) kurikulum 2013 memiliki beberapa karakter antara lain: a) Berpusat pada siswa,Pembelajaran pada kurikulum 2013 berpusat pada siswa (student center), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagi subjek belajar; sedangkan guru lebih banyak sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktifitas belajar. b) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, dengan menyajikan konsep-konsep pembelajaran pada kurikulum 2013 siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. c) Menggunakan Prinsip belajar PAKEM, Pembelajaran pada kurikulum 2013 mengadopsi prinsip PAKEM yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (Susanto, 2015: 5). Suprijoo (2013: 26) juga mengemukakan hal yang sama bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan hasil belajar adalah proses atau usaha yang telah dilakukan oleh siswa secara sadar untuk mengembangkan dan mengubah perilaku dan pribadi dimana siswa mengembangkan gagasan, sikap, pengetahuan, apresiasi dan keterampilan setelah siswa melakukan aktivitas belajar.

Pembelajaran Kooperatif

Johnson & Johnson (1993:21) mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah penerapan pembelajaran terhadap kelompok kecil sehingga peserta didik dapat bekerja sama untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal serta memaksimalkan pembelajaran anggota kelompok yang lain. Woofolk (2011: 161) menambahkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pengaturan yang memungkinkan para siswa bekerja sama dalam suatu kelompok campuran dengan kecakapan yang berbeda guna memperoleh penghargaan jika kelompoknya mencapai suatu keberhasilan. Lain halnya Spencer (1992: 102) yang menerangkan bahwa pembelajaean kooperatif terdiri dari tehnik-tehnik pembelajran yang memerlukan saling ketergantungan positif agar pembelajaran berlangsung baik. Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang melibatkan sejumlah kelompok kecil siswa yang bekerja sama dan belajar bersama dengan saling membantu secara interaktif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament

Pembelajarn kooperatif tipe teams games tournament adalah model pembelajaran yang meminta siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama (Hardini & Puspita, 2012: 144). Hal ini sama dengan pendapat Lusita (2008: 80- 81) yang mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament melibatkan aktifitas dari semua peserta didik tanpa adanya perbedaan status, melibatkan peran peserta didik sebagai tutor sebaya dengan adanya unsur permainan dan reinforcement sehingga memungkinkan peserta didik dapat lebih rileks disamping memerlukan adanya tanggung jawab, kerja sama, persaingan, dan keterlibatan dalam belajar.

Slavin (2008) dalam penelitianya menambahkan bahwa teams games tournament menggunakan turnamen akademik yang artinya siswa berkompetisi sebagai wakil dari kelompoknya dan bersaing dengan wakil dari kelompok lainya sedangkan anggota dalam masing-masing kelompok akan membantu mempersipkan diri untuk bermain dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain dan memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teams games tournament adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mengandung unsur persaingan individu dalam kelompok. Langkah-langkah pelaksanaan Model pembelajaran TGT adalah: (Sutirman, 2013:34)

Tabel 1. Sintaks Teams Games Tournamant

Kegiatan Pembelajaran

Fase ke-1 (Presentasi materi)

Sebagaimana pada pembelajaran langsung lainnya, pada awal pembelajaran guru hendaknya memberikan motivasi, apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Kemudian guru menyampaikan materi pelajaran yang sesuai dengan indikator kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Penyampaian materi dapat secara langsung melalui ceramah oleh guru, dapat pula dengan paket media pembelajaran visual yang berisi materi yang sesuai

Fase ke-2 (Pembentukan kelompok)

Materi telah disampaikan oleh guru di depan kelas dan selanjutnya dibentuk kelompok-kelompok siswa. Kelompok terdiri dari empat sampai lima orang yang bersifat heterogen dalam hal prestasi belajar, jenis kelamin, suku, maupun lainnya.

Fase ke-3 (Games turnament)

Setelah siswa belajar dan berdiskusi dalam kelompok, selanjutnya dilakukan permainan lomba (turnamen) yang bersifat akademik untuk mengukur penguasaan materi oleh siswa. Permainan yang dilakukan adalah semacam lomba cerdas cermat, dengan peserta perwakilan dari setiap kelompok. Soal dapat diberikan dalam bentuk pertanyaan lisan atau dalam bentuk kartu soal yang dipilih secara acak atau bisa juga menyelesaikan tugas pertama kali secara berturut-turut.

Fase ke-3 (Penghargaan Kelompok)

Skor anggota kelompok dirata-rata menjadi skor kelompok. Individu dan kelompok yang mencapai kriteria skor tertentu mendapat penghargaan. Penghargaan bisa berupa stiker bintang atau smile dan lain sebagainya.

 

 

Media Visual

Media visual dalam pengajaran memiliki pengertian yang sangat luas, karena pada dasarnya media pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran hampir semuanya dapat dinikmati oleh indera penglihatan kita (Minor & Harvey, 1970; 5). Menurut Sanaky (2009: 4) media visual adalah media yang hanya melibatkan indera penglihatan. termasuk dalam jenis media ini adalah media cetak-verbal, media cetak-grafis, dan media visual non-cetak. Pertama, media visual-verbal adalah media visual yang memuat pesan verbal (pesan linguistik berbentuk tulisan). Kedua, media visual non-verbal-grafis adalah media visual yang memuat pesan non-verbal yakni berupa simbol-simbol visual atau unsur-unsur grafis , seperti gambar (sketsa, lukisan dan foto), grafik, diagram, bagan, dan peta. Ketiga, media visual non-verbal tiga dimensi adalah media visual yang memiliki tiga dimensi, berupa model, seperti miniatur, mock up, specimen, dan diorama.

METODE

Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa siswi kelas I SD Kristen 03 Salatiga tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 24 orang, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 12 siswi perempuan. ditinjau dari faktor psikologis karakteristik siswa kelas I SD Kristen 03 Salatiga sangat bervariasi, yaitu ada yang semangat belajarnya tinggi, ada yang malas belajar atau tidak antusias mengikuti proses pembelajaran, ada yang cepat menerima pembelajaran, ada yang lemah dalam mengkuti pembelajaran, serta terdapat juga siswa yang suka bermain. Hal ini yang mengakibatkan adanya perbedaan hasil tes pembelajaran tematik tiap semester

Prosedur Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Tampubolon (2012: 54) menjelasakan tentang desain penelitian tindakan kelas yang dinamakan model Kurt Lewis,dalam model ini Siklus berlangsung beberapa kali sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan ( plan), pelaksanaan (act), pengawasan (observe), dan refleksi (reflect).

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, untuk mengumpulkan data selama proses pembelajaran peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa: (1) pedoman wawancara, yang digunakan untuk penerapan Model pembelajaran Kooperatif tipe teams games tournament berbatuan media visual untuk meningkatkan hasil belajar siswa. (2) Lembar observasi, digunakan untuk mengukur aktivitas siswa. (3) Tes, digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa, (4) Teknik dokumentasi.

Indikator keberhasilan yang digunakan pada penelitian ini jika keterlaksanaan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mencapai presentasi keberhasilan sebesar 80%, dan siswa dinyatakan tuntas apabila telah diperoleh nilai sesuai dengan KKM yang telah ditentukan sebesar 75.

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Awal

Kondisi awal merupakan kondisi siswa sebelum dilakukan Penelitian Tindakan Kelas. Hasil belajar siswa yang telah mencapai KKM hanya ada 10 siswa (41%) dari 24 siswa. Dengan demikian ada 14 siswa (59%) yang belum mencapai KKM. Nilai rata-rata yang diperoleh dari 24 siswa pada kondisi awal adalah 71,70 dengan nilai tertinggi 86 dan nilai terendah 46. Bardasarkan data tersebut, terlihat bahwa perlu mengadakan tindakan pembelajaran untuk membantu meningkatkan hasil belajar siswa.

Nilai kondisi awal siswa diambil dari nilai pretest yang dikerjakan siswa sebelum dilaksanakannya siklus I dan siklus II. Hasil yang diperoleh dari total jumlah siswa sebanyak 24 siswa, nilai terendah adalah 46, nilai tertinggi 86 dan nilai rata-rata adalah 71,10. Nilai siswa pada kondisi awal ini digunakan sebagai acuan apakah tindakan siklus I dan siklus II memberikan peningkatan pada hasil belajar Tematik tema 2 subtema1 siswa.

Siklus I

Setelah pembelajaran berlangsung selama 2 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis mata pelajaran Tematik tema 2 subtema1. Hasil tes prestasi belajar Tematik tema 2 subtema1 sebagai berikut: nilai tertinggi 93, nilai terendah 53, nilai rata-rata 79. Siswa yang mencapai KKM ada 15 siswa atau 63% sedangkan siswa yang belum mencapai KKM ada 9 siswa atau 37%.

Siklus II

Setelah pembelajaran berlangsung selama 2 kali pada siklus II maka dilakukan tes tertulis mata pelajaran Tematik tema 2 subtema1. Hasil tes prestasi belajar tema 2 subtema1 sebagai berikut: nilai tertinggi 96, nilai terendah 60, nilai rata-rata 81,91. Siswa yang mencapai KKM ada 20 siswa atau 83% sedangkan siswa yang belum mencapai KKM ada 4 siswa atau 17%.

Berdasarkan informasi dari guru kelas I, empat siswa yang tidak mencapai kriteria KKM adalah siswa yang kurang dalam proses pembelajaran. Nabila, Brian, Daniel dan Glory merupakan siswa yang membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan siswa lainya. Hal ini dikarenakan kemampuan membacanya yang masih kurang sehingga memberi pengaruh dalam siswa membaca dan memahami bacaan.

Komparasi Hasil Penelitian

            Perbandingan hasil penelitian pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II setelah dilakukan pengamatan saat proses pembelajaran diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 2. Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

Nilai

KKM 75

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

F

%

F

%

F

%

≥75

 

<75

Mencapai KKM

Belum Mencapai KKM

10

 

14

44%

 

56%

15

 

9

63%

 

37%

62

 

4

83%

 

17%

Jumlah

24

100%

24

100%

24

100%

Rata-rata

71,70

79

81,91

Nilai tertinggi

86

93

93

Nilai terendah

46

53

60

Pada tabel diatas menunjukan perbandingan hasil belajar dari kondisi awal, siklus I dan siklus II, terdapat adanya peningkatan hasil belajar tema 2 Kegemaranku subtema 1 gemar berolahraga siswa kelas I SD SD Kristen 03 semester I tahun pelajaran 2017/2018. Nilai rata-rata dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II masing-masing meningkat dari 71,70 naik 7,3 menjadi 79 dan pada siklus II naik sebesar 2,91 menjadi 81,91. Nilai tertinggi pada kondisi awal 86 dan nilai terendah adalah 46, pada siklus I nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 53, sedangkan pada siklus II hasil nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 60.

Berdasarkan dari tabel 2 terlihat juga peningkatan hasil belajar tema 2 Kegemaranku subtema 1 gemar berolahraga siswa kelas I setelah mengikuti pembelajaran menggunakan Kooperatif tipe teams games tournament berbantuan media visual. Kondisi awal, siswa yang mencapai KKM adalah 10 siswa (41%) sedangkan yang belum mencapai KKM 14 siswa (59%). Setelah dilaksanakannya tindakan Siklus I, yang mencapai KKM meningkat menjadi 15 siswa (63%) sedangkan yang belum mencapai KKM 9 siswa (37%), selanjutnya pada Siklus II mencapai KKM sebanyak 20 siswa ( 83%), sedangkan yang belum mencapai KKM ada 4 siswa (17%). Hasil belajar tematik tema 2 Kegemaranku subtema 1 gemar berolahraga siswa berdasarkan tes dari Siklus I dan Siklus II selalu mengalami peningkatan.

Pembahasan

Prestasi belajar pada mata pelajaran IPA yang diukur melalui tes prestasi menunjukan hasil pada kondisi awal rata-rata 71,70 dan ketuntasan 41%. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe teams games tournament berbantuan mediavisual ada peningkatan. Pada siklus I rata-rata 79 dan ketuntasan 63%. Dari hasil refleksi tersebut masih belum mencapai indikator keberhasilan. Dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I yaitu guru lebih bisa menguasai kelas, maka hasil tes prestasi pada siklus II rata-rata 81,91 dengan ketuntasan 83%.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Navila Sita Sari (2014) yang berjudul Peningkatan Kemampuan membaca dan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament media visual Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Bagi Siswa kelas I Sekolah Negari 2 Ngroto Gubug Grobogan Tahun Ajaran 2013/2014. Peningkatan hasil belajar siswa dari data yang diperoleh sebelum tindakan menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sudah memenuhi KKM(70) ada 14 (56%) dari 26 siswa. Pada tindakan kelas siklus I meningkat menjadi 20 siswa (80%) dan pada siklus II menjadi 21 siswa (84%).

Margarita Tanau (2014) dalam penelitianya yang berjudul Upaya meningkan kemampuan membaca melalui model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament media visual pada siswa kelas 1 SD GMIT Taemaman. Peningkatan hasil belajar siswa dari data yang diperoleh pada siklus 1 nilai rata-ratanya naik menjadi 60. Pada siklus 1 ini masih terdapat 6 siswa yang nilainya belum mencapai KKM, maka peneliti melanjutkan penelitian siklus 2. Pada siklus 2 ini, nilai rata-rata kelas naik menjadi 67, 5. Maka, tidak dilanjutkan ke siklus 3 karena sudah mencapai 90% siswa yang berhasil.

Dari uraian di atas maka dapat diperoleh hasil penelitian bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament berbatuan media visual dapat meningkatkan hasil belajar mengalami peningkatan.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan seluruh pelaksanaan tindakan kelas dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games Tournament pada mata pelajaran Tematik tema 2 Kegemaranku subtema 1 gemar berolahraga siswa kelas I di SD Kristen 03, Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018 dapat disimpulkan bahwa: Penerapan Model pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games Tournament dengan menggunakan media visual dapat meningkatkan hasil belajar tema 2 Kegemaranku subtema 1 gemar berolahraga siswa dikelas I SD Kristen 03, Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran agar menjadi masukan yang berguna, diantaranya: a) Bagi guru Diharapkan para guru dalam kegiatan belajar mengajar dapat memilih model pembelajaran yang tepat dengan melihat kebutuhan anak agar memicu semangat dan aktifitas belajar siswa karena tidak semua model pembelajaran cocok dengan kebutuhan siswa. b) Bagi Sekolah, diharapkan kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah dapat memberikan dukungan serta pengembangan kegiatan-kegiatan pembelajaran terkait dengan model, strategi dan media yang tepat bagi kebutuhan bagi Siswa. c) Siswa harus merespons ketika guru menyiapkan media, karena guru sudah bersedia menggunakan model yang bervariasi bertujuan untuk mengembangkan kemampuan emosional dan intelektual siswa dalam belajar.

Daftar Pustaka

A.H Hujair Sanaky. (2009). Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania Press.

Afrisanti Lusita. (2008). Buku pintar menjadi guru kreatif, inspiratif, dan inovatif. yogyakarta: Araska.

Anita Woolfolk. (2009). Educational Psychology Active Learning. Boston: Alyn and Bacon.

Departemen Pendidikan Nasional. (Jakarta). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional , Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Tentang Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.

Dinas Pendidikan Nasional. (2013). Kurikulum 2013. Jakarta: Depdiknas.

Gagne,E. D. (1985). The Cocnitive Pstchology of School Learning. Boston: Little Brown.

Harvey F Silver. (2012). Strategi-strategi pebgajaran: memilih strategi bebbasis penelitian yang tepat untuk setiap pelajaran. (E. Tjo, Trans.) Jakarta: Indeks.

Hopkins, D. (1993). Guide to Classroom Research. Buckingham: Open university.

Humphreys H J, d. (1981). Principle and techniques of supervision in Phy (3nd Edition ed.). New Jersey: Princeton Book Company.

Indrawati. (2009). Pembelajaran Aktif, kreatif, Efektif dan Menyenangkan Untuk Guru SD. Jakarta: PPPPTK IPA.

Margarita Tanau. (2014). Upaya Meningkatkan Kemampuan membaca Melalui Media permainan Kartu Bergambar Pada Siswa kelas 1 SD. Kupang: WordPress.

Mohamad, H. B. (20012). Bealajar dengan pendekatan PALKEM: Pembelajaran aktif, inovatif, lingkungan, kreatif, efektif, menarik. Jakarta: Bumi Aksara.

Nana Sudjana. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdikarya.

Navila Sita Sari. (2014). Navila Sita sari Peningkatan Kemampuan Membaca Melalui Media Peningkatan Kemampuan Membaca Melalui Media Visual Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas I SD 2 Ngroto Gubug Tahun ajar 2013/2014. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Robert E Slavin. (1996). Cooperatif Learning Theory, Research and Practice Massachusett. USA: Allymand & Bacon.

Rusaman. (2013). Model-model pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Perss.

Sardiman. (2013). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sari, H. I. (2012). Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta: Familia.

Sharon E.Smaldino, D. L. (2011). Instructional Technology and Media For Learning. (T. A Rahman, Trans.) Jakarta: Kencana.

Siberman, M. L. (1996). Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: YAPPENDIS.

Spencer Kagan. (1992). Cooperatif Learning. san Juan Capistrano: Kagan.

Sukarmin. (20002). Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: WordPress.

Suprijoo, A. (2013). Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Susanto Ahmad. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Pernada Media Group.

Tampubolon. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Erlangga.