Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Number Head Together
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI SISTEM PERIODIK UNSUR KELAS X SMA NEGERI 2 MAUMERE
TAHUN AJARAN 2015/2016
Sri Sulystyaningsih. N. D. Tiring
Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNIPA, Maumere, Indonesia
Konsita Novilianti
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNIPA, Maumere, Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini berdasarkan rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia, karena penerapan pembelajaran yang kurang inovatif dan berpusat pada guru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa serta aktivitas guru dan siswa pada materi sistem periodik unsur dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT). Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X K SMA Negeri 2 Maumere tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 36 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes tertulis. Instrumen yang digunakan lembar observasi dan soal pilihan ganda. Teknik analisis data menggunakan desktriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa, 1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem periodik unsur. Hal ini tampak dari peningkatan rata-rata nilai evaluasi siswa pada siklus I yaitu 71,38 menjadi 82,08 pada siklus I, hal ini di lihat dari presentasi ketuntasan KKM (75) pada siklus I sebesar 38,88% meningkat menjadi 86,11% pada siklus II. 2) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa pada materi sistem periodik unsur di kelas X. Hal ini tampak dari skor nilai rata-rata hasil observasi siswa siklus I dari 61,42 menjadi 82,85 pada siklus II, sementara itu untuk skor nilai rata-rata hasil observasi guru siklus I dari 74,66 meningkat menjadi 88,00 pada siklus II. Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan kemampuan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Maumere.
Kata Kunci: Hasil belajar siswa, model pembelajaran kooperatif tipe NHT, materisistem periodik unsur.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan masa depan dan kemajuan suatu bangsa dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah.
Pendidikan formal di sekolah tidak lepas dari kegiatan pembelajaran yang meliputi berbagai komponen diantaranya adalah guru, siswa dan sumber belajar yang saling berkaitan dalam mencapai tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran disekolah dah agar siswa mampu memahami dan memecahkan persoalan materi yang dipelajari sehingga keberhasilandalam pembelajaran dapat tercapai secara maksimal(Djamarah &Zain,2010:41-52).
Salah satu upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas yaitu dengan penguasaan berbagai metode pembelajaran serta materi yang diajarkan. Pelaksanaan pembelajaran di kelas merupakan salah satu tugas utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan membelajarkan siswa.
Menurut Mulyasa (2009:209) suatu kegiatan pembelajaran dikatakanberhasil apabila siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosialdalam proses pembelajaran, disamping siswa menunjukkan semangat belajaryang tinggi dan rasa percaya pada diri sendiri.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT ini memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif dan bekerjasama dalam kelompoknya. Guru membentuk kelompok yang beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor tertentu kemudian guru menyampaikan materi yang akan disajikan, lalu guru memberikan pertanyaan atau tugas kepada semua kelompok. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan atau tugas tersebut dan meyakinkan setiap anggota dalam kelompoknya mengetahui jawaban tersebut. Guru memanggil satu nomor yang telah disebutkan mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh siswa di kelas (Trianto, 2007).
Penelitian melalui pendekatan NHT ini pernah dilakukan oleh MuchlisMeiliyah Ulfa yaitu seorang mahasiswa Jurusan Kimia FKIP UNESA.Hasil penelitiannya menunjukan bahwa penerapan metode NHT dapat meningkatkan kemampuan guru dan siswa, serta ketuntasan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari data (1) kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran mendapat penilaian baik dengan nilai 4,14 pada putaran I, nilai 4,24 pada putaran II, dan nilai 4,42 pada putaran III; (2) aktivitas problem posing siswa meningkat selama tiga putaran yaitu dengan persentase waktu putaran I 63,1%, putaran II 66,9%, dan putaran III 69,6%; (3) ketuntasan klasikal pada putaran I 57,1% (belum tercapai), pada putaran II sebesar 80% (tuntas) dan pada putaran III sebesar 85,7% (tuntas).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul â€Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) Pada Materi Sistem Periodik Unsur di Kelas X SMA Negeri 2 Maumereâ€.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XSMA Negeri 2 Maumere. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September2016 di SMA Negeri 2 Maumere.
Penelitian ini terdiri dari dua siklusdimana pada tiap siklus kegiatan pembelajaran di mulai dari tahap perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi atau pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda. Lembar pemeriksaan hasil belajar siswa digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif yang dimiliki siswa.Sedangkan Instrumen nontest yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi aktifitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa.Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati peningkatan aktifitas guru dan siswa.
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, tes dan dokumentasi.Sedangkan teknik pengelolaan data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu mendeskripsikan kegiatan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran menggunakan lembar observasi dan mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar siswa berupa soal tes terulis.Validitas instrumen meliputi beberapa pengujian yaitu uji validitas, reliabilitas, daya beda soal dan tingkat kesukaran soal.
Instrument tes
Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitifsiswa dalam memahami materi. Tes diberikan dalam bentuk pilihan ganda yang memiliki lima pilihan jawaban (A, B, C, D, dan E). Soal-soal yang diberikan diambil dari beberapa sumber dan diadaptasikan untuk tujuan penelitian ini. Sebelum soal-soal diujikan terlebih dahulu peneliti mengadakan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda item soal.
Adapun analisis yang dilakukan terhadap soal-soal uji coba adalah sebagai berikut:
1) Uji Validitas
Validitas soal adalah kesesuaian antara soal dengan materi yang telah diajarkan. Persamaan yang digunakan untuk validitas butir soal pilihan ganda (Arikunto, 2012:87) dihitung menggunakan program anatest pilihan ganda
Keterangan:
x = skor item/butir soal
y= skor total
rxy= angka korelasi yang menyatakanvaliditas soal.
Kriteria item dinyatakan valid jika rxy> rtabel dan dinyatakan tidak valid jika rxy ≤ rtabel. Kriteria validitas suatu tes (rxy) adalah sebagai berikut:
0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T)
0,41 ─ 0,70 : Cukup (C)
0,21 ─ 0,40 : Rendah (R)
Negatif ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR)
Pengujian ini butir soal dikatakan valid apabila rxy>rtabeldengan rtabeldiperoleh dari nilai koefisien korelasi “r†product moment sebesar 0,334 dengan derajat kebebasan (dk) = N-2 dan taraf nyata (a) = 0,05.
2) Uji Realibilitas
Uji reabilitas soal diperlukan untuk mengukur tingkat kepercayaan soal. Uji reabilitas soal bentuk pilihan ganda dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan KR 20 (Arikunto, 2012:115) dihitung dengan menggunakan program anatest.
Keterangan:
r11= reabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab itembenar
q= proporsi subjek yang menjawab item salah
Spq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyak item soal
S2= varians
Kriteria reabilitas adalah sebagai berikut:
0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T)
0,41 ─ 0,70 : Cukup (C)
0,21 ─ 0,40 : Rendah (R)
Negatif ─ 0,20: Sangat Rendah (SR)
Dalam pengujian ini butir soal dikatakan reabilitas apabila r11> rtabel diperoleh dari tabel nilai koefisien korelasi “r†product moment sebesar 0,334 dengan derajat kebebasan dk = N-2 dan taraf nyata a = 0,05.
3) Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran soal merupakan bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Soal yang baik yaitu soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Indeks kesukaran rentangnya 0,0-1,0, semakin besar indeks menunjukan semakin mudah butir soal.Rumus tingkat kesukaran.
P = B/N
Keterangan:
P = Proporsi (Indeks Kesukaran)
B= Jumlah siswa yang menjawab benar
N = Jumlah peserta test (Ahmad sofian,2006)
Kriteria indeks kesukaran adalah sebagai berikut:
0,81 ─ 1,00: Sangat Mudah (SM)
0,61 ─ 0,80: Mudah (Md)
0,41 ─ 0,60: Sedang (Sd)
0,21 ─ 0,40: Sukar (Sk)
0,00 ─ 0,20: Sangat Sukar (SS)
4) Daya beda
Dayabeda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir soal dalam membedakan kelompok-kelompok siswa antara kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa yang kurang pandai. Soal dianggap mempunyai daya pembeda yang baik jika soal tersebut dijawab benar oleh kebanyakan siswa pandai dan dijawab salah oleh kebanyakan siswa kurang pandai. Makin tinggi daya pembeda soal, makin baik pula kualitas soal tersebut (Arikunto.2007). Rumus daya beda:
D = (Ba-Bb)/ 0,5 N
Keterangan:
Ba = Jumlah yang menjawab benar pada kelompok atas
Bb = Jumlah yang menjawab benar pada kelompok bawah
N = Jumlah peserta tes
Kriteria daya pembeda adalah sebagai berikut:
0,80 ─ 1,00 : Sangat Membedakan (SM)
0,60 ─ 0,79 : Lebih Membedakan (LM)
0,40 ─ 0,59 : Cukup Membedakan (CM)
0,20 ─ 0,39 : Kurang Membedakan (KM)
Negatif ─ 0,19: Sangat Kurang Membedakan (SKM).
Data observasi tentang aktivitas belajar siswa dan guru yang akan di analisis menggunakan persentase dan mendeskripsikan kegiatan siswa dan guru selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung.
Data Tes Akhir Siklus
Data hasil tes belajar dianalisis dengan menggunakan acuan tingkat pemahaman atau keberhasilan dan penguasaan siswa setiap materi yang diajarkan guru. Untuk mencari nilai rata-rata dan persentase keberhasilan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
1) Rumus mencari nilai rata-rata (Arikunto, 2007)
Keterangan:
= Nilai rata-rata
∑X = Jumlah semua nilai siswa
∑N = Jumlah siswa
2) Rumus Mencari Presentase Keberhasilan Belajar
Keterangan:
P = Ketuntasan Belajar
∑= Jumlah semua siswa yang tuntas belajar
∑N= Jumlah seluruh siswa
Rentangan nilai yang di peroleh siswa dan guru saat evaluasi maupun observasi selama tindakan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Rentangan nilai
Rata-rataskor akhir |
Skor |
Kualifikasi |
90- 100 |
5 |
Sangat Baik |
70- 89 |
4 |
Baik |
50- 69 |
3 |
Cukup Baik |
30- 49 |
2 |
Kurang Baik |
0-29 |
1 |
Sangat Kurang Baik |
Indikator Keberhasilan Kinerja
Indikator keberhasilan kinerja yang dicapai adalah sebagai berikut:
1) Nilai evaluasi yang diperoleh siswa minimal sama dengan KKM (75).
2) Banyaknya siswa yang mencapai KKM minimal 80% dari seluruh jumlah siswa.
Indikator keberhasilan kinerja tersebut jika sudah dicapai maka siklus berhenti dan dapat melakukan analisis data hasil penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian
Siklus I
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XK SMA Negeri 2 Maumere dengan jumlah 36 siswa yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan pada September 2016.Alokasi waktu masing-masing pertemuan adalah 3 x 35 menit (3 jam pelajaran).Materi yang dibahas pada siklus I adalah perkembangan pengelompokan unsur-unsur.
Hasil observasi
Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I diketahui bahwa pada aspek kekompakan siswa dalam diskusi kelompok siswa terlibat aktif. Hal ini terlihat dari keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok seperti mengajukan pertanyaan dan memberikan tanggapan terhadap pertanyaan, siswa terlibat aktif.Aspek mendengarkan nasihat dan menerima nilai evaluasi, siswa dapat menerimanya dengan baik.
Grafik 1: Hasil observasi siswa siklus I
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil observasi aktivitas siswa masuk dalam kriteria cukup baik dengan nilai rata-ratanya adalah 61,42. Hal ini dihitung dari setiap aspek yang dinilai dan jumlah skor perolehan yang dicapai siswa yaitu 43 dari skor maksimalnya adalah 70.
Hasil observasi guru
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I diketahui bahwa guru belum optimal dalam aspek membangkitkan motivasi dan memberikan apersepsi. Hal ini disebabkan guru sedang menyesuaikan dengan keadaan lingkungan kelas.Aspek memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan sudah cukup baik.
Berikut disajikan grafik analisis data hasil observasi aktivitas guru siklus I.
Grafik 2: Hasil observasi guru siklus I
Berdasarkan grafik aktifitas guru diatas dapat diketahui nilai rata-rata hasil observasi aktivitas guru masuk dalam kriteria baik dengan nilai rata-rata perolehannya 74,66.Hal ini dihitung dari setiap aspek yang dinilai dan jumlah skor perolehan yang dicapai 56 dari skor maksimalnya adalah 75.
Hasil Evaluasi Siswa Siklus I
Berikut ini grafik analisis presentasi ketuntasan hasil evaluasi siswa siklus I:
Grafik 3: Hasil presentase evaluasi siklus I
Berdasarkan grafik evaluasi siklus I diatas diketahuibahwa ketuntasan hasil belajar siswa secara keseluruhan masuk dalam kriteria kurang baik dengan presentase ketuntasannya adalah 38,88% sedangkan yang belum tuntas 61,11%. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa belum mencapai indikator keberhasilan kinerja atau belum mencapai nilai KKM minimal 80% dari seluruh jumlah siswa.Oleh karena itu peneliti perlu mengadakan perbaikan.
Hail Refleksi
Setelah menyelesaikan kegiatan pada siklus I, peneliti merefleksikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT secara umum sudah berjalan cukup baik, namun masih terdapat beberapa kendala sehingga pelaksanaan tindakan belum sesuai dengan perencanaan dan masih perlu ditingkatkan. Hasil pengamatan siklus I diperoleh beberapa kendala yang dijadikan bahan refleksi, yaitu:
a) Siswa belum berinisiatif untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya.
b) Guru belum memberikan perhatian yang merata kesetiap kelompok.
c) Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan model pembelajaran yang baru bagi siswa sehingga butuh penyesuaian dan pemahaman mengenai mekanisme model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
d) Dalam hal menciptakan ketenangan kelas, guru perlu meningkatkan pengelolaan kelas karena masih ada yang siswa yang menciptakan keributan.
e) Masih ada beberapa siswa yang belum berani untuk maju dan mempresentasikan hasil diskusi ketika nomornya dipanggil.
Melihat hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I tersebut maka perlu dilakukan perbaikan pada siklus II.
Siklus II
Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan pada Oktober 2016 dengan alokasi waktu masing-masing pertemuan adalah 3 x 35 menit (3 jam pelajaran).Materi yang dibahas pada siklus II adalah sifat-sifat periodik unsur.
Hasil observasi aktivitas siswa siklus II diketahui bahwa keaktifan siswa dalam diskusi sudah meningkat.Siswa aktif bertanya, menjawab pertanyaan dan berani mengemukakan kesulitannya.Siswa sudah terlihat serius dalam memperhatikan penjelasan guru dan serius dalam mengerjakan tugasnya serta menyelesaikan evaluasi dengan tenang.
Hasil observasi aktivitas siswa
Grafik4. Grafik Hasil observasi siswa siklusII
Berdasarkan grafik diatas menunjukan bahwa pada siklus II terdapat peningkatan aktivitas siswa dengan nilai perolehan rata-rata yaitu mencapai 84,28 atau masuk kriteria baik. Hal ini dicapai dari skor nilai perolehan 58 dari skor secara keseluruhan 75.
Hasil Observasi Aktivitas Guru
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II diketahui bahwa guru telah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan baik, hal ini ditunjukan dengan rata-rata hasil evaluasi pada siklus II yang mencapai 82,08.
Berdasarkan grafik diatas menunjukan bahwa rata-rata hasil observasi guru sebesar 88,00 atau dalam kriteria penilaian masuk dalam kategori baik. Hal ini dinilai dari setiap aspek yang dilakukan oleh guru dan nilai skor perolehan 66 dari skor secara keseluruhan 75.
Hasil Evaluasi Siswa Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I diakhiri dengan melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan menggunakan metode NHT ini. Hasil yang diperoleh pada kegiatan siklus I ini diketahui bahwa hanya sebagian siswa yang tuntas belajar dalam mencapai nilai KKM (75) yakni sebanyak 14 siswadan yang belum tuntas belajar atau tidak mencapai KKM sebanyak 22 siswa.
Berikut ini grafik analisis presentasi ketuntasan hasil evaluasi siswa siklus I:
Grafik 4.3: Hasil presentase evaluasi siklus I
Berdasarkan grafik evaluasi siklus I diatas diketahuibahwa ketuntasan hasil belajar siswa secara keseluruhan masuk dalam kriteria kurang baik dengan presentase ketuntasannya adalah 38,88% sedangkan yang belum tuntas 61,11%. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa belum mencapai indikator keberhasilan kinerja atau belum mencapai nilai KKM minimal 80% dari seluruh jumlah siswa.
Setelah menyelesaikan kegiatan pada siklus I, peneliti merefleksikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT secara umum sudah berjalan cukup baik, namun masih terdapat beberapa kendala sehingga pelaksanaan tindakan belum sesuai dengan perencanaan dan masih perlu ditingkatkan.
Sikus II
Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan pada Oktober 2016 dengan alokasi waktu masing-masing pertemuan adalah 3 x 35 menit (3 jam pelajaran).
Hasil observasi aktivitas siswa siklus II diketahui bahwa keaktifan siswa dalam diskusi sudah meningkat. Siswa aktif bertanya, menjawab pertanyaan dan berani mengemukakan kesulitannya.Siswa sudah terlihat serius dalam memperhatikan penjelasan guru dan serius dalam mengerjakan tugasnya serta menyelesaikan evaluasi dengan tenang.
Grafik 4.4. Grafik Hasil observasi siswa siklusII
Berdasarkan grafik diatas menunjukan bahwa pada siklus II terdapat peningkatan aktivitas siswa dengan nilai perolehan rata-rata yaitu mencapai 84,28 atau masuk kriteria baik. Hal ini dicapai dari skor nilai perolehan 58 dari skor secara keseluruhan 75.
Gambar 4.5. Grafik Hasil observasi guru siklusII
Berdasarkan grafik diatas menunjukan bahwa rata-rata hasil observasi guru sebesar 88,00 atau dalam kriteria penilaian masuk dalam kategori baik. Hal ini dinilai dari setiap aspek yang dilakukan oleh guru dan nilai skor perolehan 66 dari skor secara keseluruhan 75.
Hasil evaluasi pada siklus dua telah mengalami peningkatan.siklus I rata-rata nilai evaluasi 71,38 dan pada siklus II meningkat mencapai 82,08. Hasil ini memuaskan karena didukung dengan persentase ketuntasan yang meningkat dari 38,88% menjadi 86,11% dengan jumlah ketuntasan pada siklus I hanya 14 orang dari 36 siswa yang mengikuti evaluasi sedangkan pada siklus II32 0rang siswa memperoleh nilai diatas standar KKM dan hanya 4 orang yang tidak mencapai nilai KKM. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17.
Berikut ini disajikan grafik presentase ketuntasan evaluasi siswa siklus II.
Gambar 4.6. Grafik Hasil evaluasi siklusII
Berdasarkan hasil aktivitas guru dan siswa pada siklus II diperoleh data bahwa aktivitas siswa dan guru secara umum sudah baik, dan ada peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II.Rata-rata aktivitas belajar siswa meningkat dari 61,42 menjadi 84,28. Sedangkan rata-rata aktivitas guru dari 74,66menjadi 88,00. Hasil ini sejalan dengan perolehan hasil evaluasi pada siklus I rata-rata 71,38 meningkat pada siklus II dengan rata-rata82,08.
Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian siklus I dan II yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran NHT materisistem periodik unsur sangat efektif dan dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa.
Menurut Kagan (Trianto,2010:82) model pembelajaran NHT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswadengan guru. Pendapat ini dibenarkan dengan data hasil observasi siswa yang menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa yakni pada siklus I rata-rata keterampilan kooperatif siswa adalah 61,42, sedangkan pada siklus meningkat menjadi II 84,28. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran tidak hanya mementingkan hasil, tetapi juga pada proses berpikir atau proses mental, mengutamakan inisiatif dan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan data hasil kegiatan Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang telah dilaksanakan di kelas XK semester I SMA Negeri 2 Maumere tahun ajaran 2016/2017 pada materi sistem periodik unsur dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1) Penerapan model pembelajaran NHT pada materi sistem periodik unsur di kelas XK SMA Negeri 2 Maumeretelah diterapkan dengan efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dilihat dari perolehan nilai rata-rata hasil evaluasi 71,38 pada siklus I meningkat menjadi 82,08 pada siklus II.
2) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHTdapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa. Hal ini dapat dilihat dari capaian skor nilai perolehan hasil observasi aktivitas siswa 61,42 pada siklus I menjadi 82,85 pada siklus II dan skor nilai perolehan hasil observasi guru 74,66 pada siklus I menjadi 88 pada siklus II.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas (untuk: Guru). Bandung: CV. YramaWidya.
Muhamad Arif Wicaksono. 2011. Peningkatan kualitas IPA melalui pendekatan pembelajaran NHT (Number Head Together) pada siswa kelas IV SDN Proyananggan 09 Batang.http://ejournal.unesa.ac.id/article/3498/53/article.pd, diakses pada 09 Juni 2016.
Permana, Irvan. 2009. Kimia SMA/MA untuk kelas X semester 1 dan 2.(buku online) Jakarta: Intan Pariwara.
Ratih Purwaningsih,2013. Studi komparasi metode pembelajaran kooperatif tipe Number Heads together (NHT) dan Think Pair Share (TPS) dengan media roda impian terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan system periodic unsure SNA N 1 Purwantoro tahun 2012/2013.Jurnal penelitian pendidikan kimia: (online). Diakses 30 Mei 2016.
Robert E. Salvin. 2005. Cooperatif Learning.Bandung: Nusa Media.
Rosyda Safrida Ariyani. 2006. Upaya meningkatkan hasil belajar kimia melalui model pembelajaran dengan pendekatan IBL (inquiry-based learning) pada kelas XI SMA12 semarang. (online) skripsi diterbitkan Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Diakses 04 Juni 2016.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sukardi,HM. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Tindakan kelas Impementasi dan Pengembangannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperatif Learning. Yokyakarta: Pustaka Belajar.
Ulfa, Meiliyah. 2012. Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dengan Strategi Problem Posing Pada Materi Pokok Ikatan Kimia Di Kelas X Sman 3 Lamongan.
http://fmipa.unesa.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2013/11/51-62-MEILIYAH-ULFA.pdf, diakses pada 09 Juni 2016.
Yoyom, Yohana. 2010. Upaya peningkatan penguasaan konsep laju reaksi reduksi-oksidasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD (studi teams achievement division).
http://repository.Uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1092/1/98949-YOYOM%20YOHANA-FITK.pdf, diakses pada 06 April 2016.
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.