Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Inquiri
Peningkatan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Kimia
melalui pendekatan pembelajaran Inquiri
di Kelas XII IPA 6 MAN Purwodadi Kabupaten Grobogan semester gasal tahun 2017/2018
Dwi Yeni Widiastuti
MAN Purwodadi Kabupaten Grobogan
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia di kelas XII IPA 6 MAN Purwodadi Kabupaten Grobogan semester gasal Tahun Ajaran 2017/2018. Simpulan penelitian tindakan kelas ini adalah melalui pendekatan pembelajaran inquiri dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran kimia pada siswa Kelas XII IPA 6 MAN Purwodadi Semester Gasal tahun 2017/2018. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan dari hasil belajar yang menunjukkan (1) Pada kondisi awal sebelum tindakan nilai terendah 55, setelah tindakan siklus I meningkat menjadi 65 dan setelah tindakan siklus II lebih meningkat menjadi 77; (2) Nilai tertinggi pada kondisi awal sebelum tindakan sebesar 84, kemudian setelah tindakan siklus I meningkat menjadi 92 dan setelah tindakan siklus II lebih meningkat lagi menjadi 95l (3) Nilai rata-rata kelas pada kondisi awal sebesar 74,8 setelah tindakan siklus I meningkat menjadi 77,7 dan setelah tindakan pada siklus II lebih meningkat menjadi 82; (4) Jumlah siswa yang mencapai nilai ketuntasan (KKM ≥ 75) pada kondisi awal 75,7%, dan setelah tindakan pada siklus I meningkat menjadi 89,2% , selanjutnya setelah tindakan pada siklus II lebih meningkat menjadi 100%.
Kata kunci: hasil belajar, mata pelajaran kimia, pendekatan pembelajaran Inquiri
PENDAHULUAN
Berdasarkan Silabus SMA/MA Kurikulum 2013 Revisi 2016, Kimia sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan untuk mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana tentang gejala-gejala alam khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur, sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat. Selain berperan untuk memahami berbagai gejala alam, ilmu kimia juga sangat membantu dan menyumbang terhadap penguasaan ilmu lainnya baik ilmu dasar, seperti biologi, astronomi, geologi, maupun ilmu terapan seperti pertambangan, pertanian, kesehatan, perikanan dan teknologi.
Mata pelajaran kimia di SMA/MA untuk semester ganjil di kelas XII cukup luas. Karena luasnya cakupan materi yang harus dikuasai siswa membuat pelajaran kimia bagi siswa dianggap cukup sulit. Terbukti hasil belajar siswa melalui ulangan harian mata pelajaran kimia di kelas XII IPA 6 MAN Purwodadi menunjukkan kurang memuaskan.
Berdasarkan data nilai ulangan harian mata pelajaran kimia, nilai rata-rata siswa kelas XII IPA 6 masih rendah yaitu 74,8, padahal batas ketuntasan minimalnya adalah 75. Jumlah siswa yang mampu mencapai nilai batas KKM ≥ 75 hanya 28 orang siswa atau 75,7%, sedangkan sisanya 9 orang atau 24,3% memperoleh nilai di bawah batas ketuntasan minimal tersebut.
Metode pembelajaran yang tepat dan efektif dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran dengan baik dan lancar, secara langsung maupun tidak langsung. Metode pembelajaran akan efisien jika menghasilkan kemampuan siswa seperti yang diharapkan dalam tujuan dan sesuai dengan target materi dan waktu. Oleh karena itu seorang guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat bagi siswa
Proses pembelajaran mata pelajaran kimia seharusnya menggunakan cara-cara pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar dan kemandirian siswa, yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa, karena siswa merupakan sosok pribadi yang berkembang dan harus memiliki motivasi diri. Kemandirian merupakan suatu proses pematangan psikologis, sebagai sosok pribadi yang memotivasi diri sendiri, mendorong tumbuhnya kebutuhan psikologi sendiri, yaitu keinginan dipandang orang lain sebagai pribadi yang mengarahkan dirinya sendiri, menentukan pilihan sendiri, bertanggungjawab atas putusan sendiri.
Pembelajaran dengan metode inquiri, siswa diperlakukan sebagai sosok pribadi yang mandiri yang berpusat pada siswa karena menciptakan situasi yang memberikan kesempatan siswa untuk mengamati, memperhatikan dan menemukan segala fenomena yang ada dengan memilih, menganalisa, menjawab permasalahan sesuai dengan kebutuhan dan mengambil kesimpulan. Kemandirian bagi siswa merupakan sesuatu yang penting, karena kemandirian tidak sekedar pada kebebasan untuk belajar dan memilih pemecahan soal yang akan dikembangkan, namun kemandirian lebih terfokus pada kompetensi inti dan kompetensi dasar sesuai dengan silabus yang telah ditetapkan.
Pembelajaran dalam menumbuhkan kemandirian pada siswa sangat diperlukan, pada sisi yang lain, peningkatan hasil belajar siswa sangat penting, oleh karena itu peningkatan hasil belajar tergantung dari suasana pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang merupakan tujuan penerapan pendekatan inquiri.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas sebagai guru mata pelajaran kimia, peneliti mencoba memperbaiki pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran inquiri dengan tujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah, dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia di kelas XII IPA 6 MAN Purwodadi Kabupaten Grobogan semester gasal Tahun Ajaran 2017/2018.
KAJIAN PUSTAKA
Hasil Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 348), Hasil belajar merupakan alat untuk melihat kemajuan belajar siswa dalam penguasaan materi pelajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Suprijono (2009: 5) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilanâ€. Hasil belajar merupakan alat untuk melihat kemajuan belajar siswa dalam penguasaan materi pelajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sejalan dengan pendapat Suprijono, Krishananto mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Krishananto, 2009: http://techonly13.wordpress.com).
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam individu siswa yang belajar yaitu faktor psikologis, antara lain yaitu: motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan, dan sebagainya. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu yang belajar.
Mata Pelajaran Kimia
Menurut Silabus Mata Pelajaran Kimia SMA/MA (Kemendikbud 2016) Kimia merupakan ilmu yang termasuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam, oleh sebab itu kimia mempunyai karaktersistik yang sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Ilmu kimia diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen untuk mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat. Mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ilmu kimia dapat menjelaskan secara mikro (molekuler) terhadap fenomena makro berbagai aspek tentang zat.
Saintis mempelajari gejala alam melalui proses dan sikap ilmiah tertentu. Proses itu misalnya pengamatan dan eksperimen, sedangkan sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah itu saintis memperoleh penemuan-penemuan yang dapat berupa fakta, teori, hukum, dan prinsip/konsep. Penemuan-penemuan itulah yang disebut produk kimia. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai sikap, proses, dan produk.
Inquiri
Menurut Syah (1995: 190) metode pembelajaran adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Semakin baik metode pembelajran maka semakin efektif pula pencapaian tujuan. Untuk menetapkan lebih dahulu apakah suatu metode pembelajaran disebut baik, diperlukan ketentuan yang bersumber dari beberapa faktor, adapun faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai.
Proses pembelajaran merupakan sistem yang terdiri atas beberapa komponen seperti siswa, guru, dan metode, serta materi pembelajaran yang saling berinteraksi dalam mencapai tujuan. Dalam menyajikan materi pembalajaran, pendidik perlu menentukan dan memilih, metode pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode pembelajaran yang tepat adalah metode yang mampu membangkitkan motivasi belajar.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan dan kreativitas guru. Seorang guru kimia perlu memahami jiwa, visi, misi kurikulum yang berlaku, perspektif dan pendekatan masing-masing tersebut di atas merupakan satu kesatuan dalam pendidikan.
Strategi pembelajaran inquiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikirnya biasa dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar (Dirtendik, 2008: 36).
Pembelajaran dengan pendekatan inquiri juga melatih berpikir kreatif. Hal ini sesuai pendapat Awang dan Ramly (2008) dalam journal internasional sebagai berikut: Creative means bringing into being samething that was not there before and has been nrought into being. The word “creativity†covers a wide rabnge of different skills. Creative skills neededto change concepts and perceptions. (artinya kreatif berarti membawa sesuatu yang belum ada dan belum dibawa sebelumnya, dibuat menjadi ada. Kata kreativitas mencakup berbagai keahlian yang berbeda. Keterampilan kreatif diperlukan untuk mengubah konsep dan persepsi.
Berdasarkan pendapat tersebut, inquiri merupakan sebuah metode yang digunakan oleh guru ketika mereka meminta siswa untuk membuat sebuah kesimpulan, generalisasi atau pola hubungan dari seperangkat data dan fakta.
Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal terdapat 9 orang siswa (24,3%) yang mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran Kimia. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa dalam pembelajaran kurang memuaskan (74,8). Melalui pembelajaran inquiri diharapkan siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah sehingga hasil belajar siswa akan meningkat.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dengan Teknik Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan merupakan studi dari situasi sosial dengan suatu pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakannya. Menurut Hopkins (Sugiyanto 2005: 3) Penelitian tindakan adalah “suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap kondisi di mana praktek pembelajaran dilakukanâ€.
Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam dua siklus. Pada siklus I diberikan materi tentang sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmosis.dengan pendekatan pembelajaran inquiri. Tindakan pada siklus berikutnya merupakan perbaikan dari siklus I.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar mata pelajaran kimia tentang sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmosis pada siswa Kelas XII IPA 6 MAN Purwodadi semester gasal tahun 2017/2018 melalui pendekatan pembelajaran inquiri yaitu apabila 90% dari jumlah siswa dalam mengerjakan soal tes mendapat nilai ≥.75, maka penelitian yang dilakukan berhasil.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 (dua) siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa Kelas XII IPA 6 MAN Purwodadi semester gasal tahun 2017/2018, dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran melalui langkah-langkah yang telah ditentukan. Dari kegiatan tersebut akan didapat refleksi awal. Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut, maka prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dalam setiap siklus.
Hasil Penelitian
Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan nilai ulangan harian mata pelajaran kimia sebelum tindakan, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas XII IPA 6 MAN Purwodadi Kabupaten Grobogan sebagai berikut.
Jumlah siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM atau belum tuntas ada 9 siswa (24,3%). Sedangkan jumlah siswa yang mencapai nilai batas KKM ada 28 orang (75,7%). Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 84. Sedangkan nilai terendah yaitu 55. Nilai rata-rata kelas adalah 74,8. Nilai rata-rata kelas tersebut masih berada di bawah KKM.
Mengingat nilai ulangan harian tersebut kurang memuaskan dimana nilai rata-rata kelas hanya 74,8 dan masih berada di bawah KKM , sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas menunjukkan 24,3%, maka perlu dilakukan tindakan kelas dengan menarapkan pendekatan pembelajaran inquiri. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, khususnya untuk materi sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmosis.
Deskripsi Tindakan Siklus I
Hasil evaluasi siklus I menunjukkan masih ada 4 (empat) orang siswa atau 10,8% yang memperoleh nilai di bawah batas ketuntasan (KKM ≥ 75). Sedangkan 33 siswa atau 89,2% memperoleh nilai ≥ 75. Nilai tertinggi diperoleh siswa yaitu 92. Nilai terendah sebesar 65. Sedangkan nilai rata-rata kelas sebesar 77,7.
Observasi
Observasi ini dilakukan untuk untuk mengetahui aktivitas belajar mata pelajaran kimia. Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa selama melakukan pembelajaran dengan menggunakan format obeservasi.
Setiap variabel terdiri dari 4 (empat) indikator penilaian. Apabila aktivitas siswa dalam pembelajaraan di kelas termasuk indikator 1 maka diberi nilai 1. Apabila aktivitas siswa di kelas termasuk indikator 2 maka diberi nilai 2, apabila aktivitas siswa di kelas termasuk indikator 3 dinilai 3 dan apaibla aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas termasuk indikator 4 maka diberi nilai 4. Jumlah variabel yang dinilai adalah 8 variabel dari 3 aspek pembelajaran (Pendahuluan, Kegiatan Inti dan Penutup). Skor minimal adalah 8 dan skor maksimal 32. Untuk memperoleh nilai akhir maka jumlah skor perolehan dibagi dengan jumlah skor maksimal dikalikan 100.
Secara terperinci hasil pengamatan tentang aktivitas siswa setiap pertemuan sebagaimana tercantum dalam lampiran. Adapun rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa kelas XII IPA 6 MAN Purwodadi siklus I Peningkatan skor aktivitas siswa dalaam pembelajaran di kelas setiap pertemuan.
Nilai aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan setiap pertemuan. Nilai aktivitas siswa pada pertemuan I Siklus I menunjukkan total skor 19 dengan nilai 59,4. termasuk kategori C. Pertemuan II Siklus I menunjukkan skor 23 dengan nilai 71,9 termasuk kategori C. Pertemuan ke III menunjukkan skor 25 dengan nilai 78,1 termasuk kategori B dan pertemuan ke IV menunjukkan skor 28 dengan nilai 87,5 termasuk kategori A, Sedangkan niilai rata-rata aktivitas siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus I adalah 23,75 dan nilai akhir siklus I adalah 74,2 termasuk kategori C.
Refleksi
Hasil Observasi Aktivitas Siswa:
Pada saat pertemuan I Siklus I jumlah siswa yang memperhatikan guru ketika membuka pelajaran yaitu hanya sekitar 15 orang atau 40%. Sedangkan lainnya masih sibuk sendiri dan ngobrol dengan teman sebangku. Demikian pula pada pertemuan ke 3 siklus I. Namun pada pertemuan ke 3 dan ke empat sudah meningkat menjadi di atas 50%
Jumlah siswa yang menjawab pertanyaan pada kegiatan apersepsi dan motivasi hanya sebagian kecil yaitu 2 orang atau 5,4%. Demikian pula pada pertemuan kedua jumlah siswa yang menjawab pertanyaan apersepsi masih relatif kecil; yaitu hanya 2, bahkan pada pertemuan ke 3 jumlah siswa yang menjawab pertanyaan apersepsi masih sama.
Pada pertemuan I siklus I, sebagian besar (60%) siswa kurang memperhatikan guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Pada pertemuan berikutnya sebagian besar siswa memperhatikan guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
Pada pertemuan 1 siklus 1 hanya 2,7% siswa yang berani mempresentasikan tugasnya di depan kelas. Selanjutnya pada pertemuan 2 meningkat menjadi 5,4% siswa berani mempresentasikan tugasnya di depan kelas.
Pada saat kegiatan penutup siswa kurang berpartisipasi dalam membuat kesimpulan. Hanya 2,7% yang turut serta membuat kesimpulan pelajaran. Dan pada pertemuan ke 2 jumlah siswa yang ikut menbyimpulkan pelajaran meningkat menjadi 5,4%, Selanjutnya pada pertemuan ke 3 dan ke 4 sebagian besar ikut menyimpulkan pelajaran.
Dari hasil analisis data perkembangan hasil belajar siswa pada tes siklus I Tabel 9. dapat dikatakan bahwa nila hasil belajar siswa siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil ulangan harian sebelum tindakan. Siswa yang mencapai batas ketuntasan pada kondisi awal (hasil ulangan harian) hanya 75,7% dan pada siklus I meningkat menjadi 89,2%.
Nilai terendah yang diperoleh siswa pada kondisi awal (hasil ulangan harian) hanya mencapai nilai 55 dan pada siklus I meningkat menjadi 65. Nilai tertinggi pada kondisi awal 84 pada siklus I meningkat menjadi 92 dan nilai rata-rata kelas pada kondisi awal sebesar 74,8 pada siklus I meningkat menjadi 77,7. Meskipun nilai rata-rata kelas tersebut sudah di atas nilai batas tuntas (KKM), namun karena masih ada 4 (empat) orang siswa yang belum mencapai nilai batas ketuntasan, maka peneliti masih perlu melanjutkan pada siklus II.
Deskripsi Tindakan Siklus II
Pada prinsipnya langkah- langkah dan prosedur pelaksanaan pembelajaran sama dengan siklus I. Hasil evaluasi siklus II menunjukkan bahwa semua siswa telah mencapai nilai batas ketuntasan minimal (≥ 75). Dengan demikian hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai kondisi awal maupun siklus I Nilai rata-rata kelas mencapai 82 berarti di atas nilai batas ketuntasan. Nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 77.
Nilai Rata-rata aktivitas siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus II adalah 29,75 dan nilsi akhir siklus II adalah 92,97 termasuk kategori A.
Nilai aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Nilai aktivitas siswa pada Pertemuan I siklus II menunjukkan skor 29 dengan nilai 90,6 termasuk kategori A. Pertemuan II siklus II menunjukkan skor 30 dengan nilai 93,7 termasuk kategori A. Demikian pula nilai aktivitas siswa pertemuan III maupun pertemuan IV memperoleh skor dan nilai yang samadengan peeretemuan II siklus II.
Refleksi
Berdasarkan Tabel 12 tersebut dapat diketahui bahwa nilai aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Nilai aktivitas siswa pada pertemuan I Siklus I menunjukkan total skor 19 dengan nilai 59,4. termasuk kategori C. Nilai aktivitas siswea pada Pertemuan I siklus II menunjukkan skor 29 dengan nilai 90,6 termasuk kategori A. Pertemuan II Siklus I menunjukkan skor 23 dengan nilai 71,9 termasuk kategori C. Sedangkan nilai aktivitas ssiswa pada pertemuan II siklus II menunjukkan skor 30 dengan nilai 93,7 termasuk kategori A. Pertemuan ke III menunjukkan skor 25 dengan nilai 78,1 termasuk kategori B sedangkan pertemuan III siklus II menunjukkan skor 30 dengan nilai 93,7 kategori A. dan pertemuan ke IVsiklus I menunjukkan skor 28 dengan nilai 87,5 termasuk kategori A, Sedangkan nilai pertemuan IV siklus II menunjukkan skor 30 dengan nilai 93,7. Niilai rata-rata aktivitas siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus I adalah skor 23,75 dengan nilai akhir siklus I adalah 74,2 termasuk kategori C. Sedangkan nilai rata-rata aktivitas siswa siklus II menunjukkan skor 29,75 dengan nilai akhir 92,97. Kategori A.
Hasil belajar mata pelajaran Kimia pada siswa Kelas XII IPA 6 MAN Purwodadi pada siklus II menunjukkan peningkatan. Nilai tertinggi yaitu 95 dan nilai terendah 77. Nilai rata-rata kelas 82. Nilai hasil belajar seluruh siswa (100%) mencapai batas ketuntasan.
Berdasarkan indikator kinerja yang ditetapkan, penelitian dikatakan berhasil apabila hasil belajar siswa sekurang-kurangnya mendapatkan nilai ≥ 75 minimal 90%. Jadi, kesimpulannya bahwa pada siklus II dapat dikatakan berhasil karena jumlah siswa yang mendapat nilai sekurang-kurangnya ≥ 75 telah mencapai 100%. Mengingat hasil pelaksanaan pada siklus II seluruh siswa kelas XII IPA 6 MAN Purwodadi telah mencapai kriteria batas ketuntasan minimal sebanyak 37 siswa atau telah mencapai 100%, dari jumlah siswa dan telah memenuhi indikator kinerja, maka peneliti tidak melanjutkan pada siklus III.
Pembahasan
Peningkatan Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa dalam pembelajaran yang diamati meliputi aspek-aspek dalam kegiatan pendahuluan antara lain perhatian siswa terhadap guru ketika membuka pelajaran, menjawab pertanyaan guru pada kegiatan apersepsi daan motivasi, serta perhatian siswa terhadap guru ketika guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Sedangkan pada saat kegiatan inti yang diamati adalah apakah siswa memperhatikan guru ketika guru menjelaskan materi pelajaran, apakah siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru, daan apakah siswa mempresentasikan tugas yang diberikan guru tersebut. Adapun pada kegiatan pentup yang diamati adalah apakah siswa turut serta dalam menyimpulkan hasil pembelajaran daan apakah siswa mengerjakan soal dan menjawab secara mandiri.
Hasil penelitian terhadap aktivitas siswa menunjukkan bahwa nilai aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Nilai aktivitas siswa pada pertemuan I Siklus I menunjukkan total skor 19 dengan nilai 59,4. termasuk kategori C. Nilai aktivitas siswa pada Pertemuan I siklus II menunjukkan skor 29 dengan nilai 90,6 termasuk kategori A. Pertemuan II Siklus I menunjukkan skor 23 dengan nilai 71,9 termasuk kategori C. Sedangkan nilai aktivitas siswa pada pertemuan II siklus II menunjukkan skor 30 dengan nilai 93,7 termasuk kategori A. Pertemuan ke III menunjukkan skor 25 dengan nilai 78,1 termasuk kategori B sedangkan pertemuan III siklus II menunjukkan skor so dengan nilai 93,7 kategori A. dan pertemuan ke IVsiklus I menunjukkan skor 28 dengan nilai 87,5 termasuk kategori A, Sedangkan nilai pertemuan IV siklus II menunjukkan skor 30 dengan nilai 93,7. Niilai rata-rata aktivitas siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus I adalah skor 23,75 dengan nilai akhir siklus I adalah 74,2 termasuk kategori C. Sedangkan nilai rata-rata aktivitas siswa siklus II menunjukkan skor 29,75 dengan nilai akhir 92,97. Kategori A. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa melalui pembelajaran inquiri dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaraan kimia kelas XII IPA 6 MAN Purwodadi.
Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi awal nilai terendah 55; pada siklus I naik menjadi 65; dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 77; Nilai tertinggi pada kondisi awal sebesar 84; pada siklus I meningkat menjadi 92; dan pada siklus II meningkat menjadi 95. Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada kondisi awal sebesar 74,8; siklus I meningkat menjadi 77,7 dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 82. Jumlah siswa tuntas belajar pada tes awal 28 orang atau 75,7%, kemudian pada tes siklus I meningkat menjadi 33 orang atau 89,2% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 37 orang atau 100%,
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan pembelajaran inquiri dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran kimia pada siswa Kelas XII IPA 6 MAN Purwodadi Semester Gasal tahun 2017/2018. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan dari hasil belajar yang meliputi::
1. Pada kondisi awal sebelum tindakan nilai terendah 55, setelah tindakan siklus I meningkat menjadi 65 dan setelah tindakan siklus II lebih meningkat menjadi 77.
2. Nilai tertinggi pada kondisi awal sebelum tindakan sebesar 84, kemudian setelah tindakan siklus I meningkat menjadi 92 dan setelah tindakan siklus II lebih meningkat lagi menjadi 95.
3. Nilai rata-rata kelas pada kondisi awal sebesar 74,8 setelah tindakan siklus I meningkat menjadi 77,7 dan setelah tindakan pada siklus II lebih meningkat menjadi 82.
4. Jumlah siswa yang mencapai nilai ketuntasan (KKM ≥ 75) pada kondisi awal 75,7%, dan setelah tindakan pada siklus I meningkat menjadi 89,2% , selanjutnya setelah tindakan pada siklus II lebih meningkat menjadi 100%,.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Awang, Halizah, dan Ramly, Ishak. 2008. Creative Thinking Skill Approach Trough Problem-BasedLearning: Pedagogy and Practice in the Engineering Classroom, Internatiomnal Journal of Human and Social Sciences 3: 1 2008 diakses tanggal 25 April 2017.
Barbara. B. Seels dan Rita C. Richey, 1994, Teknologi Pembelajaran, Jakarta: Unit Percetakan Universitas Negeri.
Deddy Krishananto. 2009. Pengertian Hasil Belajar. http://techonly13.wordpress.com diakses 25 April 2017.
Depdiknas.2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Depdiknas
Dirtendik. 2008, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas.
Djarwanto Ps. 1998, Statistik Sosial Ekonomi, Yogyakarta: BPFE
Kasihani Kasbolah ES. 2001. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Malang: Universitas Negeri Malang.
Kemendikbud. 2016, Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (Sma/Ma) Mata Pelajaran Kimia, Jakarta: Kemendikbud
Kemendikbud. 2016. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah, Jakarta: Kemendikbud.
Republik Indonesia. 2010, Undang-undang Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.
Sanjaya, Wina. 2011, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana.
Slameto. 2003, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyanto. 2005. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: FKIP. UNS.
Syah, Muhibin. 1995, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Trianto. 2009, Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka