Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Puzsel Dan Kartu Bergambar
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PUZSEL DAN KARTU BERGAMBAR PADA MATERI SEL
DI SMP NEGERI 2 GEDANGSARI
Ipung Kandri Kaswari
SMPN 2 Gedangsari, Gunungkidul, DIY, Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar struktur sel siswa kelas VII SMP Negeri 2 Gedangsari menggunakan PUZSEL dan kartu bergambar. Penelitian dilaksanakan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam 2 siklus, setiap siklusnya meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada setiap akhir siklus diberikan tes hasil belajar dan selama proses pembelajaran dilakukan pengamatan ketrampilan dan sikap siswa serta kinerja guru. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar pengamatan dan soal tes. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar, yaitu dari nilai rata-rata tes pada siklus I sebesar 72,97 dan nilai rata-rata hasil tes pada siklus II adalah 75,97. Pembelajaran menggunakan PUZSEL dan kartu bergambar menunjukkan: (1) peningkatan ketuntasan belajar klasikal, yaitu dari 59% di siklus I menjadi 81% di siklus II; (2) keterampilan siswa dalam menggunakan PUZSEL dan kartu bergambar mengalami perubahan yaitu dari yang tidak terampil (28,13%) di siklus I menjadi semuanya terampil (100%) di siklus II; dan (3) sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran mengalami perubahan dari ada yang tidak baik 37,5 di siklus 1 manjadi seluruhnya baik (100%) baik di siklus II. Kesimpulan penelitian adalah melalui penggunaan PUZSEL dan kartu bergambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi struktur sel di kelas VIIG SMP Negeri 2 Gedangsari.
Kata kunci: kartu bergambar, pendekatan saitifik, puzsel.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu sarana peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk tetap bisa eksis dalam berkehidupan, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang membahas bagaimana makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungannya, dan bagaimana lingkungan bisa menjadikan makhluk hidup tetap eksis.
Pengalaman mengajar Mata Pelajaran IPA di kelas VII SMPN 2 Gedangsari, ternyata banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal tentang organel sel hewan dan tumbuhan serta perbedaanya. Kesulitan yang paling banyak dialami siswa adalah membaca nama organel, memahami gambar dan menjelaskan fungsi organel sel. Berdasarkan hasil refleksi, hal yang menyebabkan permasalahan tersebut adalah metode mengajar guru yang masih banyak menggunakan metode ceramah, walaupun sudah menggunakan video tetapi anak belum paham. Penggunaan video hanya sebatas melihat tayangan dan mendengarkan, belum diberi tugas yang jelas dan bermanfaat sesuai tujuan pembelajaran. Ketidakberhasilan pembelajaran ini ditunjukkan dari hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata kelas 70, nilai tertinggi 75, nilai terendah 30, dan jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 1 siswa. (3%), KKM yang ditetapkan sekolah 72.
Untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar pada materi tersebut diupayakan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa. Aktivitas siswa dalam belajar dapat optimal apabila proses pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan media atau alat peraga. Media dalam proses pembelajaran dapat memperlancar interaksi antara guru dengan siswa, sehingga pembelajaran lebih aktif, efektif dan efisien (Rahadi, 2004). Menurut Rusman (2012), salah satu faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar adalah pemilihan media yang kurang sesuai. Oleh karena itu solusi yang dipilih guru adalah penerapan pendekatan saintifik menggunakan “PUZSEL” dan KARTU BERGAMBAR. PUZSEL singkatan dari Puzzel dan Sel, adalah suatu alat peraga berupa gambar dari sel yang dipotong seperti puzzel. Kartu bergambar merupakan kartu gambar organel yang dilengkapi dengan nama dan fungsinya.
Kartu bergambar dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan membaca nama organel, memahami gambar dan menjelaskan fungsi organel sel. Hal ini dikarenakan dalam pembalajaran dengan bermain kartu bergambar siswa melakukan aktivitas membaca nama organel, mencermati gambar organel dan menyebutkan fungsi organel secara berulang. Keadaan ini menjadikan siswa terbiasa membaca dan mencermati gambar organel sehingga memudahkan siswa memahami nama dan fungsi organel sel. Selanjutnya siswa membuat “PUZSEL” sel hewan dan sel tumbuhan agar dapat membedakan organel yang terdapat pada sel hewan dan tumbuhan.
Pendekatan saintifik menggunakan PUZSEL dan Kartu bergambar merupakan model pembelajaran di mana guru memfasilitasi siswa untuk aktif belajar menemukan nama organel sel, fungsi dan dimana organel tersebut terdapat. Dengan menggunakan alat bantu puzzel dan kartu bergambar diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran dengan fokus dan dalam kondisi yang menyenangkan, sehingga apapun pesan yang disampaikan bisa diterima dengan baik dan mampu meresap dalam hati, serta dapat diingat kembali (Dimyati dan Mudjiono, 2006). Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Aktif, karena dalam pembelajaran siswa harus menjadi obyek, siswa harus melakukan sesuatu untuk menemukan materi yang dipelajari. Inovatif karena dalam pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat siswa. Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada siswa untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metode, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran (Asmani, 2011).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana hasil belajar siswa kelas VII G SMP Negeri 2 Gedangsari pada materi sel melalui pendekatan saintifik menggunakan kartu bergambar dan PUZSEL? Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses pembelajaran siswa kelas VII G SMP Negeri 2 Gedangsari yang dapat meningkatkan hasil belajar sel setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik menggunakan kartu bergambar dan PUZSEL.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan 2 (dua) siklus. Subyek penelitian adalah guru dan siswa SMP N 2 Gedangsari kelas VII G, berjumlah 32, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa, keterampilan siswa, sikap siswa dan kinerja guru. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar siswa, berupa test hasil belajar. Data kualitatif berupa keterampilan siswa merupakan hasil pengamatan selama diskusi berlangsung, aspek sikap siswa dan kinerja guru merupakan hasil pengamatan selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan diperoleh dari hasil non test berupa pengamatan menggunakan lembar observasi dan dokumentasi. Dokumentasi yang digunakan adalah dokumentasi foto maupun video yang mendokumentasikan proses pembelajaran yang ada, yang bisa dijadikan rujukan untuk perbaikan di setiap siklusnya. Hasil tersebut dikumpulkan dan dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif, yakni dengan cara membandingkan hasil sebelum dilakukan tindakan (pra siklus) dengan hasil Siklus I dan Siklus II.
Dalam pelaksanaan pembelajaran terjadi keterkaitan antara siklus I dan siklus II, yang dihubungkan dengan hasil refleksi. Refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran (Siklus I) selesai, guru dan observer mendiskusikan hasil pengamatan. Hasil diskusi yang berupa saran atau masukan untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya digunakan untuk perbaikan tahap perencanaan siklus berikutnya (Siklus II).
Kondisi awal dilakukan sebelum pelaksanaan siklus I dengan memberikan pre tes. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I membahas tentang nama organel, letak dan fungsinya, dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik, metode bermain kartu menggunakan media berupa kartu gambar. Selama proses pembelajaran dilakukan pengamatan keterampilan siswa, sikap siswa dan kinerja guru (Sanjaya, 2006). Akhir pembelajaran siklus I dilakukan tes hasil belajar dan refleksi. Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui pencapaikan KKM siswa, ketuntasan hasil belajar siswa dan hasil refleksi digunakan untuk perbaikan rencana pelaksanaan pembelajaran di siklus II. Pada siklus II, pembelajaran mengenai perbedaan sel hewan dan sel tumbuhan dilakukan dengan pendekatan saintifik, metode diskusi menggunakan alat peraga berupa PUZSEL. Selama proses pembelajaran dilakukan pengamatan keterampilan siswa, sikap siswa dan kinerja guru. Akhir pembelajaran siklus II dilakukan tes hasil belajar dan refleksi.
Teknik analisis data menggunakan analisis uji ketuntasan dan analisis diskriptif komparatif. Analisis uji ketuntasan dengan cara membandingkan nilai yang diperoleh dengan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM ≥ 72). Data kuantitatif yang berbentuk angka dianalisis untuk menentukan ketuntasan belajar klasikal, yaitu tuntas klasikal apabila ≥ 80% dari jumlah siswa telah mencapai nilai KKM ≥ 72 dan tidak tuntas apabila ketuntasan klasikal belum mencapai ≥ 80%. Data kualitatif terdiri atas keterampilan siswa, sikap siswa dan kinerja guru dianalisis dengan 3 kriteria yaitu: sangat baik, baik, dan tidak baik (Anderson dan Krathwohl, 2010). Hasil analisis data kuantitatif maupun kualitatif dibandingkan antara kondisi awal, Siklus I dan Siklus II untuk kemudian dibuat kesimpulan. Hasil penelitian ini dikatakan berhasil apabila: (1) Tes hasil belajar siswa mencapai KKM=72 dan ketuntasan hasil belajar klasikal mencapai 80%; (2) terjadi perubahan ketrampilan siswa dari ada yang tidak terampil menjadi terampil semua; dan (3) terjadi perubahan sikap siswa dari ada yang tidak baik menjadi baik semua. Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran harus baik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah lembar soal tes evaluasi, lembar observasi keterampilan siswa, lembar observasi sikap siswa, lembar observasi kinerja guru, dan dokumentasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ketuntasan klasikal materi sel pada kondisi awal disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Ketuntasan Belajar klasikal siswa Kelas VIIG SMP N 2 Gedangsari pada Pra Siklus
No | Perolehan Nilai | KONDISI AWAL | Keterangan | |
Jumlah | (%) | |||
1 | < 72 | 31 | 97 | Tidak tuntas |
2 | ≥ 72 | 1 | 3 | Tuntas |
Memperhatikan tabel 1 di atas, diketahui 97% dari jumlah siswa belum tuntas hasil belajarnya. Selanjutnya dilakukan pembelajaran nama organ, bentuk dan fungsinya pada siklus I dengan metode bermain kartu menggunakan kartu bergambar organel, nama dan fungsinya. Hasil belajar kognitif disajikan pada Tabel 2 dan hasil pengamatan keterampilan siswa, aspek sikap dan kinerja guru disjikan pada Tabel 3.
Tabel 2. Ketuntasan Belajar klasikal Materi Organel Sel Siswa Kelas VIIG SMP N 2 Gedangsari
No | Perolehan Nilai | Siklus I | Keterangan | ||
Jumlah | % | ||||
1 | Tertinggi | 87 | |||
2 | Terendah | 53 | |||
3 | Rata-rata kelas | 72,97 | |||
4 | < 72 | 13 | 41 | Tidak tuntas | |
5 | ≥ 72 | 19 | 59 | Tuntas |
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa ketuntasan belajar klasikal belum tercapai karena ketuntasan klasikal belum mencapai 80%, baru mencapai 59%. Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa masih ada siswa yang belum terampil bermain kartu (28,13%)
Tabel 3. Hasil Pengamatan Keterampilan, Sikap dan Kinerja Guru pada Pembelajaran Materi Organel Sel siswa SMP N 2 Gedangsari
No | Kriteris | Siklus I | ||
Keterampilan | Aspek sikap | Kinerja guru | ||
1 | Sangat terampil / baik | 7 | 7 | |
2 | Terampil / Baik | 16 | 13 | V |
3 | Kurang terampil / baik | 9 | 12 |
dan masih ada sikap siswa yang belum baik (37,5%). Penelitian dilanjutkan pada siklus dua membahas materi perbedaan sel hewan dan sel tumbuhan dengan metode diskusi menggunakan alat peraga PUZSEL. Hasil belajar kognitif disajikan pada Tabel 4, keterampilan siswa, sikap dan kinerja guru disajikan pada Table 5 berikut ini.
Tabel 4. Ketuntasan Belajar Klasikal Materi Perbedaan Sel Hewan dan Tumbuhan siswa SMP N 2 Gedangsari
No | Perolehan Nilai | Siklus II | Keterangan | ||
Hasil Belajar | Prosentase (%) | ||||
1 | Tertinggi | 90 | |||
2 | Terendah | 57 | |||
3 | Rata-rata kelas | 75,97 | |||
4 | < 72 | 6 | 19 | Tidak tuntas | |
5 | ≥ 72 | 26 | 81 | Tuntas |
Tabel 5. Hasil Pengamatan Keterampilan, Sikap Dan Kinerja Guru Pada Pembelajaran Materi Perbedaan Sel Hewan Dan Tumbuhan Siswa Smp N Dua Gedangsari
No | Kriteris | Siklus II | ||
Keterampilan | Aspek sikap | Kinerja guru | ||
1 | Sangat terampil / baik | 23 | 20 | V |
2 | Terampil / Baik | 9 | 12 | |
3 | Kurang terampil / baik | – | – |
Berdasarkan Tabel 4 diketahui sebanyak 26 siswa (81%) tuntas belajarnya. Hal ini berarti bahwa ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh di Siklus II sudah tercapai, oleh karena itu tidak perlu dilakukan pembelajaran pada siklus III. Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa tidak ada siswa yang belum terampil bermain kartu, semua siswa (100%) siswa sudah terampil menggunakan PUZSEL dan tidak ada sikap siswa yang belum baik, semua sikap siswa (100%) baik. Penelitian tidak perlu dilanjutkan pada siklus III, karena kriteria keberhasilan sudah tercapai.
Namun demikian, untuk mengetahui penyebab tingkat keberhasilan penerapan pendekatan saintifik menggunakan Puzsel dan kartu bergambar perlu dilakukan perbandingan ketuntasan hasil belajar, ketrampilan, sikap dan kinerja guru yang telah diperoleh pada tiap siklus. Hasil perbandingan tersebut disajikan dalam Tabel 6 dan Tabel 7 berikut ini
Tabel 6. Ketuntasan Belajar Klasikal Siswa pada Kondisi awal, Siklus I dan Siklus II
PEROLEHAN NILAI | KONDISI AWAL | SIKLUS I | SIKLUS II | |||
JUMLAH | % | JUMLAH | % | JUMLAH | % | |
< 72 | 31 | 97 | 13 | 41 | 6 | 19 |
≥ 72 | 1 | 3 | 19 | 59 | 26 | 81 |
TOTAL | 32 | 100 | 32 | 100 | 32 | 100 |
Tabel 7. Hasil Pengamatan Keterampilan, Sikap Dan Kinerja Guru Pada Siklus I Dan Siklus Ii
Siklus | Kriteria | Keterampilan | Sikap | Kinerja guru |
Siklus I |
Sangat Terampil / Baik | 7 | 7 | |
Terampil / Baik | 16 | 13 | V | |
Kurang Terampil / Baik | 9 | 12 | ||
Siklus II | Sangat Terampil / Baik | 23 | 20 | V |
Terampil / Baik | 9 | 12 | ||
Kurang Terampil / Baik | – | – |
Bila dibandingkan antara kondisi awal dengan siklus I terjadi peningkatan ketuntasan klasikal sebanyak 18 siswa atau 56%. Dari hasil analisis pada Tabel 6 diketahui masih ada 13 siswa yang tidak tuntas atau 41% dari seluruh jumlah siswa. Hasil evaluasi penilaian kinerja guru pada siklus I baik. Hasil evaluasi keterampilan dan sikap siswa, masih ada siswa yang belum terampil bermain kartu dan sikap siswa yang kurang baik dalam pembelajaran (Tabel 7). Berdasarkan hasil pengamatan pada kondisi Pra Siklus, pelaksanaan pembelajaran IPA sebelumnya menggunakan metoda ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas serta penayangan video. Kebiasaan ini berimbas pada kebelumsiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya., akibatnya hasil pre tes sangat rendah (hanya 1 siswa yang tiuntas). Setelah Pre tes dilanjutkan dengan pembelajaran Siklus I, pelaksanaan pembelajaran dengan metode bermain kartu menggunakan kartu bergambar. Hasil penilaian kinerja guru baik dan siswa cukup aktif dalam pembelajaran. Pada pelaksanaan pembelajaran guru tidak mendominasi penuh dalam pembelajaran, siswa terlihat aktif, bersemangat dan tidak terlihat bosan. Kelas menjadi hidup karena siswa aktif bermain kartu secara berkelompok dan saling membantu dalam mengerjakan, meskipun masih ada beberapa kelompok yang tetap minta dibimbing guru. Guru hanya mengarahkan siswa bila diperlukan. Hasil pengamatan menunjukkan masih ada 9 siswa yang kurang terampil bermain kartu dan 12 siswa yang sikapnya kurang baik dalam pembelajaran. Sikap kurang baik ini ditunjukkan dengan bersendau gurau, berbicara dengan teman, menggoda teman dan bahkan ada yang ngantuk.
Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan ada peningkatan hasil belajar klasikal pada materi sel, tetapi belum memenuhi indikator pencapaian keberhasilan penelitian. Dari Tabel 4 diketahui bahwa ketuntasan klasikal siklus I hanya mencapai 59%, sedangkan indikator pencapaian keberhasilan penelitian minimal 80%. Oleh karena itu dilakukan perbaikan pembelajaran,penelitian dilanjutkan pada siklus II. Perbaikan yang disarankan guru diminta lebih perhatian pada siswa yang kurang terampil maupun yang sikap dalam pembelajarannya kurang baik. Hal ini bisa dilakukan saat membimbing kerja kelompok.
Berdasarkan hasil pengamatan perbaikan pembelajaran siklus II, siswa sudah mampu menggunakan media dengan baik dan terjadi peningkatan ketuntasan klasikal. Bila dibandingkan antara siklus I dengan siklus II terjadi peningkatan ketuntasan klasikal sebanyak 7 siswa atau 22%. Dari hasil analisis pada Tabel 6 diketahui 26 siswa atau 81% peserta siswa belajar.Hasil evaluasi penilaian kinerja guru pada siklus II sangat baik dan siswa sangat aktif dalam pembelajaran. Proses pembelajaran pada siklus II diawali dengan diskusi tentang struktur sel hewan dan sel tumbuhan menggunakan gambar PUZSEL baik sel hewan maupun sel tumbuhan, kemudian siswa mencari perbedaan antara sel hewan dengan sel tumbuhan. Siswa berdiskusi membandingkan organel yang hanya dimiliki oleh sel hewan maupun sel tumbuhan dan selanjutnya menyusun potongan PUZSEL menjadi satu gambar sel hewan-sel tumbuhan. Hasil diskusi kelompok dipresentasikan atau didiskusikan di depan kelas dan diakhiri dengan tersusunnya potongan PUZSEL sel hewan dan sel tumbuhan menjadi satu gambar yang utuh. Pada pelaksanaan pembelajaran terlihat siswa sangat mendominasi pembelajaran, sangat aktif, sangat bersemangat dan sangat gembira. Kelas menjadi hidup karena siswa sibuk berdiskusi dengan saling bekerja sama mengerjakan tugas guru, sesekali siswa minta penguatan guru. Aktivitas guru lebih banyak untuk mencermati apakah yang dikerjakan siswa itu sudah benar atau masih perlu diluruskan. Hal ini sesuai dengan teori belajar Bruner yang menyatakan bahwa apabila dalam proses pembelajaran siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi benda atau media maupun alat peraga dan mengotak-atik benda atau media maupun alat peraga maka siswa akan mudah memahami konsep.
Dari hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik menggunaan Puzsel dan kartu bergambar dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar klasikal materi sel siswa kelas VII G SMP N 2 Gedangsari. Peningkatan pemahaman ini sesuai dengan penelitian Kristiyanto dkk (2015) yang menemukan bahwa media pembelajaran meningkatkan hasil belajar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan: setelah dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik menggunakan PUZSEL dan kartu bergambar, hasil belajar siswa pada materi sel kelas VII G SMP Negeri 2 Gedangsari mengalami peningkatan. Hal tersebut nampak dari nilai rata-rata tes pada siklus I adalah 72,97 sedangkan nilai rata-rata hasil tes pada siklus II adalah 75,97.
Dari kesimpulan tersebut disarankan: (1) pendekatan saintifik menggunakan PUZSEL dan kartu bergambar yang telah diterapkan dilaksanakan secara berkelanjutan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual; (2) perlu adanya upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menemukan materi dengan memberikan alat peraga dan media yang dapat menarik perhatian siswa; (c) penyampaian pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk menemukan materi atau konsep yang dipelajari; serta (d) meningkatkan motivasi siswa dengan cara memberikan penghargaan bagi siswa yang aktif dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W. and Krathwohl, D.R. 2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Assesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Asmani, J.M.2011. 7 Tips Aplikasi PAKEM.. Yogjakarta: Diva Press.
Hobri.2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jember:Center for Society Studies.
Kristiyanto, W.H., Prabowo, and Kardi, S. 2015. Trend of Research on Physics Learning Media and Its Findings. Semarang: Proceding of ICMSE.
Rusman. 2012.Model-Model Pembelajaran.Jakarta: PT.Raja Grasindo Persada
Rahardi, R. Kunjana. 2004. Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.Jakarta: Erlangga
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan & Kebudayaan dan Rineka Cipta.
Pardjono, Sukardi, Paidi, Kastam Syamsi, Sukamti, Edi Prajitno. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Lemlit UNY
Sanjaya,W.2006. Strategi. Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenanda Mediia Group.
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rodakarya.