PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN MATERI PECAHAN MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

DI KELAS VI C SD KATOLIK BHAKTYARSA

Elisabeth Nona Keraf

SD Katolik Bhaktyarsa Muamere, Sikka, NTT

 

ABSTRAK

Peningkatan Hasil Pembelajaran Materi Pecahan Melalui Pendekatan Matematika Realistik di Kelas VI C SD Katolik Bhaktyarsa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran pecahan dengan menerapkan pendekatan matematika realistik di kelas VI C SD Katolik Bhaktyarsa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Hasil penelitian yang diperoleh adalah (1) rata-rata skor kemampuan guru dalam menyusun RPP pada siklus I mencapai 3,06 dan meningkat menjadi 3,22 pada siklus II, (2) rata-rata skor kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran mencapai 2,79 pada siklus I dan meningkat menjadi 3,38 pada siklus II, dan (3) hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai 68,47 pada siklus I dan meningkat menjadi 82,83 pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan matematika realistik pada pembelajaran pecahan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP dan melaksanakan pembelajaran serta meningkatkan nilai hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Peningkatan Hasil Belajar, Pendekatan Matematika Realistik

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dalam pengembangan potensi peserta didik, oleh sebab itu pembelajaran matematika yang dilaksanakan di sekolah merupakan pembelajaran Matematika yang dapat menata nalar, membentuk kepribadian, menanamkan nilai-nilai, memecahkan masalah dan melaksanakan tugas tertentu. Berdasarkan Kurikulum Standar Isi (BSNP,2006: 147) “Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikirlogis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama”.

Berdasarkan kurikulum 2013 “Pembelajaran Matemetika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti computer, alat peraga, atau media lain”.

Peneliti menyadari bahwa sebagai guru dalam mengajar Matematika selama ini belum sesuai dengan yang diamanatkan dalam kurikulum. Adapun kekurangan guru dalam mengajar matematika yaitu: (1) Cenderung menggunakan cara yang mekanistis, yaitu memberikan aturan secara langsung untuk dihafal, diingat, dan diterapkan sehingga siswa sulit menemukan konsep sesungguhnya dari materi yang diajarkan; (2) Kurang kreatif dalam menyampaikan materi; (3) Pembelajaran yang dilaksanakan masih berpusat pada guru; (4) Jarang menggunakan media konkrit dalam mengajar; dan (5) Guru belum mampu memberikan pembelajaran matematika yang menyenangkan bagi siswa.

Akibat dari kekurangan guru dalam mengajar, banyak siswa yang mengalami masalah dalam pembelajaran matematika. Mata pelajaran matematika seringkali menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian besar siswa karena matematika dianggap sulit, ilmu yang sukar dikuasai serta menyebabkan stres. Salah satu materi yang sulit bagi siswa untuk memahami konsepnya adalah materi tentang pecahan.

Berdasarkan diagnosis kesalahan siswa pada pembelajaran menyederhanakan dan mengurutkan pecahan ternyata ditemukan beberapa kesalahan siswa diantaranya: (1) Dalam menyederhanakan pecahan siswa membagi pembilang dan penyebut dengan bilangan yang berbeda.

Akibat dari kesalahan-kesalahan tersebut adalah rendahnya nilai hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa kelas VI C SD Katolik Bhaktyarsa pada materi pecahan Tahun Ajaran 2017/2018 semester II yakni hanya mencapai rata-rata 5,65 dan tingkat ketuntasan belajar hanya mencapai 50%.

Berdasarkan kenyataan diatas maka peneliti berusaha untuk melakukan perubahan strategi dalam pembelajaran matematika guna meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi pecahan. Adapun strategi yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menerapkan Pendekatan Matematika Realistik. Peneliti tertarik memilih pendekatan ini karena dianggap paling tepat untuk memberikan pembelajaran matematika yang bermakna kepada siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Yusuf Hartono (dalam Nyimas Aisyah 2008: 7.1) yang menyatakan bahwa “Pendekatan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengarahkan siswa pada pembelajaran yang bermakna, sesuai dengan kemampuan berfikir siswa, serta berkaitan dengan kehidupan sehari-hari”.

Masalah Penelitian

Masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran pecahan dengan menerapkan Pendekatan Matematika Realistik untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VI C SD Katolik Bhaktyarsa?”. Sub masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah peningkatan kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran pecahan dengan menerapkan Pendekatan Matematika Realistik di kelas VI C SD Katolik Bhaktyarsa?, (2) Bagaimanakah peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pecahan dengan menerapkan Pendekatan Matematika Realistik di kelas VI C SD Katolik Bhaktyarsa?, dan (3) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran pecahan dengan menerapkan Pendekatan Matematika Realistik di kelas VI C SD Katolik Bhaktyarsa?.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran materi pecahan dengan menerapkan Pendekatan Matematika Realistik di kelas VI C SD Katolik Bhaktyarsa; (2) Untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran materi pecahan dengan menerapkan Pendekatan Matematika Realistik di kelas VI C SD Katolik Bhaktyarsa; dan (3) Untuk mendeskripsikan peningkatan nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran materi pecahan dengan menerapkan Pendekatan Matematika Realistik di kelas VI C SD Katolik Bhaktyarsa.

TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan kurikulum standar isi (BSNP,2006: 147) “matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia”. Menurut Bruner (dalam Nyimas Aisyah,2008: 1.5) “belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep- konsep dan struktur-struktur matematika itu”. Berdasarkan kedua pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang dipelajari berbentuk konsep dan struktur yang abstrak.

Adapun tujuan matematika di Sekolah Dasar yang tercantum dalam kurikulum standar isi (BSNP,2006: 147) adalah sebagai berikut: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi, matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan; (3) Memecahkan masalah yang meliputikemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) Mengomunikasikan gagasan dan symbol, table, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Ruang lingkup matematika Sekolah Dasar kelas VI berdasarkan kurikulum standar isi (BSNP,2006: 147) adalah bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan data.

Menurut Bruner (dalam Saminanto (2010: 21), belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Pengetahuan yang diperoleh seseorang erlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu agar dapat diinternalisasikan dalam pikiran orang tersebut.

Menurut Bruner (dalam Saminanto, 2010: 22) proses internalisasi pengetahuan berlangsung dalam tiga tahap, yaitu (1) Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran suatu pengetahuan dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata; (2) Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk bayangan visual, gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif; (3) Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan itu direpresentasikan dalam benruk symbol-simbol abstrak, yaitu symbol-simbol arbiter.

Piaget (dalam Saminanto 2010: 18) mengemukakan dalam teorinya bahwa “kemampuan kognitif manusia berkembang menurut empat tahap dari lahir sampai dewasa. Tahap- tahap tersebut beserta urutannya berlaku untuk semua orang, akan tetapi usia pada saat seseorang mulai memasuki suatu tahapan tertentu tidak selalu sama untuk setiap orang”.

Tahap-tahap perkembangan manusia menurut Piaget (dalam Saminanto,2010: 18), yaitu (1) Tahap sensori-motor, berlangsung sejak manusia lahir sampai berusia 2 tahun; (2) Tahap pra-operasional, berlangsung dari kira-kira usia 2-7 tahun; (3) Tahap operasi konkret, berlangsung kira-kira dari usia 7-12 tahun; (4) Tahap operasi formal, berlangsung kira-kira sejak usia 12 tahun keatas.

Pendekatan matematika realistik didasarkan pada pandangan Hans Freudenthal (dalam Nyimas Aisyah,2008: 7.3) yang menyatakan bahwa “matematika adalah kegiatan manusia. Kelas matematika bukan tempat memindahkan matematika dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah- masalah nyata”.

Gatot Muhsetyo (2008: 1.16) menyatakan bahwa “pematematikaan horizontal dimaksudkan untuk memulai pembelajaran matematika secara kontekstual, yaitu mengaitkannya dengan situasi dunia nyata di sekitar siswa atau kehidupan sehari-hari”. Menurut Nyimas Aisyah (2008: 7.14) “pendekatan matematika realistik merupakan pendekatan yang memandang matematika sebagai kegiatan manusia dan harus dikaitkan dengan realitas. Artinya matematika harus dekat dan relevan dengan kehidupan sehari-hari”.

Dari kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pendekatan Matematika Realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang menjadikan kejadian dunia nyata yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari sebagai dasar penanaman konsep matematika.

Pendekatan matematika realistik pada dasarnya merupakan pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai pendidikan matematika secara lebih baik dari pada masa yang lalu. Seperti halnya pandangan baru tentang proses belajar mengajar, dalam pendekatan matematika realistik diperlukan upaya mengaktifkan siswa. Upaya tersebut dapat diwujudkan dengan cara mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses belajar mengajar dan mengoptimalkan keikutsertaan seluruh peserta didik. Salah satu kemungkinan adalah dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat menemukan atau mengkonstruksikan sendiri pengetahuan yang akan dikuasainya.

Terdapat 5 karakteristik pendekatan matematika realistik yang digunakan dalam merancang pedoman pembelajaran, yaitu (1) Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia nyata, (2) Dunia abstrak dan nyata harus dijembatani oleh model, (3) Siswa dapat menggunakan strategi, bahasa, atau symbol mereka sendiri dalam proses mematematikakan dunia mereka, (4) Proses pembelajaran harus interaktif, dan (5) Hubungan diantara bagian-bagian dalam matematika dengan disiplin ilmu lain dan dengan dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah (Yusuf Hartono dalam Nyimas Aisyah,2008: 7.18).

METODE

Menurut Nana Syaodih (2010: 52) “Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi- asumsi dasar, pandangan fisiologis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”.

Metode yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas adalah metode deskriptif. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 72) “Metode deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomene-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia”. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lain.

Bentuk penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Katolik Bhaktyarsa. Menurut Rochiati Wiriaatmaja (2009: 13) “Penelitian Tindakan Kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka”.Sedangkan menurut Suyadi (2012: 18) “Penelitian Tindakan Kelas adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan”. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah upaya guru untuk mencermati masalah yang ada di kelasnya dengan menerapkan suatu tindakan untuk melakukan perbaikan.

Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas secara lebih rinci dijelaskan oleh Saminanto (2010: 3) sebagai berikut: (1) Memperbaiki dan meningkatkana kualitas pembelajaran. (2) Membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran dikelas. (3) Mendorong guru untuk selalu berfikir kritis terhadap apa yang mereka lakukan sehingga menemukan teori sendiri yang tanpa tergantung teori-teori yang mutlak dan bersifat universal yang ditemukan oleh pakar peneliti yang seringkali tidak cocok dengan situasi dan kondisi kelas.

Penelitian Tindakan Kelas bersifat kolaboratif yang artinya guru sebagai peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat sebagai observer untuk menemukan masalah dalam proses pembelajaran. Kolaborator mengobservasi guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.

Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di kelas VI C SD Katolik Bhaktyarsa. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Siswa Kelas VI C SDK Bhaktyarsa yang berjumlah 24 orang, dengan komposisi 9 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. (2) Guru sebagai peneliti yang melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.

Secara garis besar prosedur penelitian tindakan kelas mencakup empat tahapan (Saminanto,2010: 8) yaitu ”perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Adapun data penelitian yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut: (1) Data berupa skor kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pecahan dengan menerapkan Pendekatan Matematika Realistik. (2) Data berupa skor kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pecahan dengan menerapkan Pendekatan Matematika Realistik. (3) Data berupa nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran pecahan dengan menerapkan Pendekatan Matematika Realistik.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: (1) Teknik Observasi. Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi langsung. Menurut Nana Syaodih Wiriaatmaja (2010: 220) “observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap terhadap kegiatan yang berlangsung”. Sedangkan menurut Rochiati (2009: 106) pada umumnya observasi adalah tindakan yang merupakan penafsiran dari teori”. (2) Teknik Pengukuran. Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 222)

menyatakan bahwa “teknik pengukuran bersifat mengukur karena menggunakan instrument standar atau telah di standarisasikan dan menghasilkan data hasil pengukuran yang berbentuk angka-angka”. Pengukuran data dalam penelitian ini adalah pemberian skor terhadap hasil belajar siswa dalam mengerjakan soal (tes) tentang pecahan.

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat pengumpulan data pada teknik observasi langsung adalah lembar observasi yang terdiri dari: (1) Instrumen Penilaian Kemampuan Guru (IPKG 1) dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pecahan dengan menerapkan pendekatan matematika realistik. (2) Instrumen Penilaian Kemampuan Guru (IPKG 2) dalam melaksanakan pembelajaran pecahan dengan menerapkan pendekatan matematika realistik. Alat pengumpulan data yang digunakan pada teknik pengukuran adalah tes hasil belajar untuk mengukur aspek kognitif dengan jenis tes tertulis dan berbentuk essay.

Tingkat keberhasilan siswa diukur berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran matematika di SD Negeri No.05 Sami yaitu sebesar 60,00.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus I

Adapun hasil belajar siswa pada siklus I peretmuan ke-1, terdapat 4 orang siswa (30,77%) yang belum mencapai KKM yaitu 2 orang siswa (15,39%) memperoleh nilai 30; 1 orang siswa (7,69%) memperoleh nilai 40; dan 1 orang siswa (7,69%) memperoleh nilai 50. Jumlah siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM sebanyak 9 orang siswa (69,23%) yaitu 1 orang siswa (7,69%) memperoleh nilai 60; 7 orang siswa (53,85%) memperoleh nilai 70; dan 1 orang (7,69%) memperoleh nilai 80. Pada pertemuan ke-2 terdapat 3 orang siswa (23,08%) yang nilainya belum mencapai KKM yaitu 2 orang siswa (15,39%) memperoleh nilai 41,7 dan 1 orang siswa (7,69%) memperoleh nilai 50. Jumlah siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM sebanyak 10 orang (76,92%) yaitu 4 orang siswa (30,77%) memperoleh nilai 66,7 dan 6 orang siswa (46,15%) memperoleh nilai 100.

Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I, peneliti bersama dengan guru kolaborator melakukan refleksi terhadap kemampuan guru dalam menyusun RPP, kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, dan nilai hasil belajar yang diperoleh siswa. Kemampuan guru dalam menyusun RPP pada siklus I sudah mencapai kategori baik, hal ini dapat dilihat dari perolehan rata-rata skor mencapai 3,06 sedangkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran belum menbcapai kategori baik karena hanya mencapai rata-rata skor 2,79. Untuk nilai hasil belajar siswa telah mencapai rata-rata 68,47. Meskipun rata-rata nilai siswa telah mencapai 60, namun masih terdapat beberapa orang siswa yang nilainya masih dibawah KKM.

Adapun hasil refleksi berupa temuan kekurangan pada pelaksanaann siklus I diuraikan sebagai berikut: (1) Dalam menyusun RPP masih terdapat kekurangan guru yaitu pemilihan dan pengorganisasian materi ajar kurang sesuai dengan karakteristik peserta didik. (2) Guru kurang optimal dalam melaksanakan pembelajaran, hal ini dapat dilihat pada prapembelajaran guru belum mempersiapkan media dengan baik. Pada saat membuka pembelajaran guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas. Pada kegiatan inti pembelajaran guru tidak mengaitkan materi dengan pengetahuan yang relevan dan realitas kehidupan. Guru belum melaksanakan tahap-tahap pendekatan matematika realistik secara optimal. Guru belum melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual dan pembelajaran tidak sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. Guru kurang terampil dalam menggunakan media dan kurang melibatkan siswa daalm menggunakan media sehingga kurang efektif dan efisien. Pada kegiatan penutup guru kurang melibatkan siswa dalam merefleksi dan merangkum materi pembelajaran. (3) Untuk nilai hasil belajar siswa pada siklus I masih terdapat beberapa orang siswa yang belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 60,00. Pada pertemuan ke-1 terdapat 4 orang siswa (30,77%) yang belum mencapai KKM. Pada pertemuan ke-2 terdapat 3 orang siswa (23,08%) yang belum mencapai KKM.

Berdasarkan kekurangan-kekurangan pelaksanaan pembelajaran pecahan pada siklus I, peneliti dan guru kolaborator sepakat bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I belum optimal sehingga perlu ditingkatkan dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II. Peneliti dan guru kolaborator sepakat untuk melaksanakan penelitian tindakan pada siklus II.

Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus II

Hasil belajar siswa pada siklus II pertemuan ke-1, terdapat 1 orang siswa (7,69%) yang belum mencapai KKM yaitu memperoleh nilai 50. Jumlah siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM sebanyak 12 orang (92,31%) yaitu 3 orang siswa (23,08%) memperoleh nilai 60; sebanyak 1 orang siswa (7,69%) memperoleh nilai 70; sebanyak 4 orang siswa (30,77%) memperoleh nilai 80; dan 4 orang siswa (30,77%) memperoleh nilai 100.Pada pertemuan ke-2 siswa yang mendapat nilai diatas KKM telah mencapai 100%, terdiri dari 4 orang siswa (30,77%) memperoleh nilai 66,7; sebanyak 2 orang siswa (15,39%) memperoleh nilai 83,3; dan sebanyak 7 orang siswa (53,85%) memperoleh nilai 100.

Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan siklus II terhadap kemampuan guru dalam menyusun RPP, kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, dan nilai hasil belajar siswa maka peneliti dan guru kolaborator melakukan refleksi dan berdiskusi. Dari refleksi dan diskusi yang dilakukan diperoleh hasil bahwa kekurangan-kekurangan pada pelaksanaan siklus I dapat diatasi dan mengalami peningkatan yang cukup berarti. Peneliti dan guru kolaborator sepakat bahwa dengan menerapkan pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP, meningkatkan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran pecahan, meningkatkan kemampuan guru dalam mengatasi kekurangan-kekurangan dalam mengajar pecahan, serta meningkatnya nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran pecahan. Berdasarkan hasil refleksi tersebut peneliti dan guru kolaborator sepakat untuk menghentikan penelitian sampai pada siklus II, hal ini dikarenakan kemampuan guru dalam menyusun RPP dan melaksanakan pembelajaran pecahan telah mencapai kategori baik serta tingkat ketuntasan hasil belajar siswa telah mencapai 100%.

Pembahasan

Berdasarkan rekapitulasi skor kemampuan guru dalam menyusun RPP terlihat adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II hampir pada setiap aspek penilaian, uraiannya sebagai berikut: (1) Perumusan tujuan pembelajaran pada siklus I mencapai rata-rata skor 3,67 dan meningkat menjadi 3,84 pada siklus II; (2) Pemilihan dan pengorganisasian materi ajar pada siklus I mencapai rata-rata skor 2,75 dan meningkat menjadi 3,13 pada siklus II; (3) Pemilihan sumber belajar/media pembelajaran pada siklus I mencapai rata-rata skor 3 dan pada siklus II tidak mengalami peningkatan rata-rata skornya tetap 3; (4) Skenario/kegiatan pembelajaran pada siklus I mencapai rata-rata skor 2,88 dan meningkat menjadi 3 pada siklus II; (5) Penilaian hasil belajar pada siklus I mencapai rata-rata skor 3 dan meningkat menjadi 3,15 pada siklus II; (6) Rata-rata skor IPKG 1 pada siklus I mencapai 3,06 dan meningkat menjadi3,22 pada siklus II, artinya terjadi peningkatan sebesar 0,16.

Berdasarkan rekapitulasi skor kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran terlihat adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II pada setiap aspek penilaian, uraiannya sebagai berikut: (1) Pra pembelajaran pada siklus I mencapai rata-rata skor 3,25 dan meningkat menjadi 4 pada siklus II; (2) Membuka pembelajaran pada siklus I mencapai rata-rata skor 2,75 dan meningkat menjadi 3,25 pada siklus II; (3) Kegiatan inti pembelajaran pada siklus I mencapai rata-rata skor 2,65 dan meningkat menjadi 3,14 pada siklus II; (4) Penutup pembelajaran pada siklus I mencapai 2,5 dan meningkat menjadi 3,15 pada silklus II; (5) Rata-rata IPKG 2 pada siklus I mencapai rata-rata skor 2,79 dan meningkat menjadi 3,38 pada siklus II, artinya terjadi peningkatan sebesar 0,59.

Berdasarkan rekapitulasi nilai hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II pada pembelajaran pecahan dengan menerapkan pendekatan matematika realistik, terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa dan jumlah siswa yang mencapai KKM juga meningkat. Pada pertemuan ke-1 siklus I siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 4 orang siswa (30,77%) dan yang mencapai KKM sebanyak 9 orang siswa (69,23%), sedangkan pada pertemuan ke-2 siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 3 orang (23,08%) dan yang mencapai KKM sebanyak 10 orang siswa (76,92%). Rata-rata nilai siklus I mencapai 68,47. Pada siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa dan jumlah siswa yang mencapai KKM juga meningkat. Pada pertemuan ke-1 jumlah siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 1 orang (7,69%) dan siswa yang mencapai KKM mencapai 12 orang siswa (92,3%). Pada pertemuan ke-2 jumlah siswa yang nilainya mencapai KKM telah mencapai 100%, terdiri dari 4 orang siswa (30,77%) memperoleh nilai 66,7;

2 sebanyak 2 orang siswa (15,39%) memperoleh nilai 83,3; dan sebanyak 7 orang siswa (53,84%) memperoleh nilai 100. Rata-rata nilai pada siklus II mencapai 82,83 dan artinya terjadi peningkatan nilai sebesar 14,36 jika dibandingkan dengan siklus I.

Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus II, peneliti dan guru kolaborator memutuskan untuk menghentikan penelitian karena telah terjadi peningkatan nilai yang cukup berarti dan jumlah siswa yang nilainya mencapai KKM juga meningkat hingga mencapai 100%. Dengan demikian penerapkan pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran pecahan kelas VI C SD Katolik Bhaktyarsa

 

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan pelaksanaan, hasil, dan pembahasan dalam penelitian tindakan kelas tentang peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran pecahan dengan menerapkan Pendekatan Matematika Realistik di kelas VI C dapat disimpulkan bahwa (1) Penerapan pendekatan matematika realistik pada pembelajaran pecahan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP. Hal ini dapat dilihat pada perolehan rata-rata skor IPKG 1 pada siklus I dan Siklus II. Pada pertemuan ke-1 siklus I mencapai rata-rata skor 3,03 dan pada pertemuan ke-2 mencapai rata-rata skor 3,08. Pada siklus II terjadi peningkatan yaitu pada pertemuan ke-1 mencapai rata-rata skor 3,13 dan pada pertemuan ke-2 mencapai rata-rata skor 3,31. Rata-rata skor pada siklus I sebesar 3,06 dan rata- rata skor pada siklus II mencapai 3,22 artinya meningkat sebesar 0,16; (2) Penerapan pendekatan matematika realistik pada pembelajaran pecahan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada perolehan rata-rata skor IPKG 2. Pada pertemuan ke-1 siklus I mencapai rata-rata skor 2,48 dan pada pertemuan ke-2 mencapai rata-rata skor

3,09. Pada siklus II terjadi peningkatan yaitu pada pertemuan ke-1 mencapai rata- rata skor 3,27 dan pada pertemuan ke-2 mencapai rata-rata skor 3,49. Rata-rata skor pada siklus I sebesar 2,79 dan rata-rata skor pada siklus II mencapai 3,38 artinya terjadi peningkatan sebesar 0,59; (3) Penerapan pendekatan matematika realistik pada pembelajaran pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. hal ini dapat dilihat pada perolehan rata-rata nilai siswa pada siklus I sebesar 68,47 yaitu pada pertemuan ke-1 rata-rata nilai siswa mencapai 60,00 dan pada pertemuan ke-2 mencapai 76,94. Pada siklus II rata-rata nilai siswa sebesar 82,83 yaitu pada pertemuan ke-1 rata-rata nilai siswa mencapai 78,46 dan pada pertemuan ke-2 mencapai 87,19. Terjadi peningkatan rata-rata nilai siswa sebesar 14,36 antara siklus I dan siklus II.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti ingin menyampaikan beberapa saran yaitu (1) Guru hendaknya senantiasa melaksanakan penelitian tindakan kelas agar dapat memperbaiki diri dalam melaksanakan pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi professional; (2) Guru hendaknya lebih kreatif dan inovatif dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa; (3) Pendekatan Matematika Realistik sangat tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi pecahan karena lebih memudahkan siswa dalam memahami konsep matematika khususnya pecahan; (4) Pentingnya memberikan pembelajaran matematika yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan bagi siswa karena dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsudin Makmun. (2009). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

BSNP. (2006). Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Gatot Muhsetyo.(2008). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nana Syaodih Sukmadinata. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya

Nyimas Aisyah.(2008). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas

Pupuh Fathurrohman. (2009). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama

Rochiati Widiaatmaja.(2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya

Saminanto.(2010). Ayo Praktik PTK. Semarang: Ra Sail Media Group Sumiati & Asra. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima Suyadi. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Diva