PERAN ORANG TUA TERHADAP PERENCANAAN KARIR

PESERTA DIDIK SMK NEGERI 2 SUKOHARJO JAWA TENGAH

 

Barokah Utaminingsih

SMK Negeri 2 Sukoharjo

 

ABSTRAK

Orang tua sebagai support system yang pertama dan utama dalam menentukan paradigma sukses setiap anak. Sukses yang dimaksud tidak hanya sukses secara akademis, akan tetapi anak juga harus sukses secara spiritual, emosional, sosial dan jasmani. Orang tua sebagai penopang pertama dan utama keluarga memegang peran penting dalam menentukan arah sukses dan karier anak di masa yang akan datang. Dengan peran orang tua yang aktif lahirlah anak-anak yang sukses dalam berkarir. Pencapaian karir yang maksimal dari si anak dibutuhkan perencanaan karir yang matang. Karir tertinggi (puncak karir) tidak dapat dicapai secara instant, melainkan harus dengan perencanaan matang, karena orang yang berhasil pada umumnya akan melakukan analisa serta mengetahui apa yang menjadi tujuan karirnya, apa yang ia rencanakan serta tindakan yang diambil untuk mencapai karir yang diharapkan.

Kata kunci: Orang tua, perencanaan karir

 

PENDAHULUAN

Bidang karir yang merupakan salah satu ranah bidang bimbingan konseling yang di laksanakan di tingkat SMK. Bidang ini sangat membantu peserta didik untuk merencanakan karir, mempersiapkan karir serta mengembangkan karir sesuai dengan bakat minat serta perkembangan dunia karir. Dunia bisnis dan industri, perguruan tinggi atau studi lanjut. Pengembangan karir merupakan karir karir yang biasanya dipilih oleh pesertra didik setingkat SMK. Untuk mencapai karir yang ingin dicapai tentunya peserta didik haruslah melakukan perencanaan karir. Menurut Super (dalam pratiwi 2010), pada masa-mas tertentu dalam hidupnya individu dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan karier tertentu, yaitu salah satunya Perencanaan garis besar masa depan (Crystalization) yang terjadi pada rentang usia 14- 28 tahun, terutama bersifat kognitif dengan meninjau diri sendiri dan situasi hidupnya. Berdasarkan teori tersebut perencanaan karir pada siswa usia 14-28 dalam hal ini tingkat SMK penting untuk dilakukan dan harus dimulai sedini mungkin, sebagai persiapan karir peserta didik. Sangat dimungkinkan untuk dilakukan pada awal ketika anak sudah menentukan pilihan program jurusan di SMK. Peserta didik ketika memilih jurusan harus sudah mempunyai gambaran apa saja yang dipelajari nantinya, sesuaikah dengan passion yang dimilikinya. Oleh karena itu baik secara langsung maupun tidak langsung perencanaan karir itu sangat mempengaruhi karir peserta didik. Mungkin bagi sebagian peserta didik menganggap karir itu sesuatu yang bisa dicapai tanpa perlu perencanaan dan persiapan, istilah peserta didik jaman miilenial sekarang “Go the flow” jalani apa yang ada sekarang tidak usah buru buru memikirkan yang besok akan terjadi. Oleh karena itu tugas dari guru bimbingan konseling / konselor bekerja sama dengan orang tua mengarahkan peserta didik untuk melakukan perencanaan karirnya.

Faktor orang tua dalam hal ini tidak bisa dilepaskan begitu saja. Peran orang tua sebagai orang terdekat dari anak mempunyai pengaruh yang sangat utama. Perjalanan dan karier pendidikan anak seperti apapun kelak akan kembali ke rumah tangga yang dalam hal ini orang tua juga. Inilah yang harus kita fahami, sehinga perkembangan minat dan bakat anak tidak secara serta merta diserahkan sepenuhnya kepada sekolah, sehingga keluarga seolah-olah lepas tanggung jawab terhadap karir anak. Penelitian Witko, dkk. (2005) menemukan bahwa orang atau individu yang membantu dalam perencanaan karir karir berturut-turut dari rangking tertinggi adalah orang tua, tokoh karier, teman, konselor sekolah, guru, orang yang dipercaya, wali kelas dan lainnya. Dari penelitian ini dapat dilihat bagaimana peran orang tua menempati rangking tertinggi. Pada umumnya Orang tua biasanya juga sudah punya angan – angan kelak karir anaknya seperti apa. Tetapi sebagian besar mereka mengabaikan perencanaan karir, yang seharusnya mereka komunikasikan dengan anak anak mereka. Tanpa terkecuali orang tua yang jauh dari anak-anaknya (merantau) mereka terkadang hanya menyerahkan keputusan dan pengembangan karir pada anak mereka tanpa ada komunikasi tentang karir sang anak. Kesulitan-kesulitan untuk mengambil keputusan karir akan dapat dihindari manakala peserta didik memiliki sejumlah informasi yang memadai tentang hal-hal yang berhubungan dengan dunia karirnya. Untuk itulah, mereka harus mendapatkan bimbingan baik dari sekolah maupun dari oran tuanya guna memperoleh pemahaman yang memadai tentang berbagai kondisi dan karakteristik dirinya, baik tentang bakat, minat, cita-cita, berbagai kekutan serta kelemahan yang ada dalam dirinya. Dalam hal ini, tentunya tidak cukup hanya memahami diri. Namun juga harus disertai akan kondisi yang ada dilingkungannya, seperti kondisi pasar kerja, persyaratan, jenis pekerjaaan, prospek pekerjaan, serta hal-hal lainya yang berhubungan dengan dunia kerja. Sehingga pada kesempatannya peserta didik dapat mengambil keputusan yang terbaik tentang kepastian rencana karir yang akan ditempuhnya kelak.

PENGERTIAN KARIR

Herr dan Crammer dalam Suherman (2009: 29) berpendapat bahwa karir lebih dari sekedar pekerjaan, karir berhubungan dengan bagaimana individu melihat dirinya, karir merupakan perkembangan imdividu. Selanjutnya pengertian karir yang dikemukakan Suherman (2010: 30) dalam konteks Life Span karir dimaknai sebagai perjalanan hidup individu yang bermakna. Kebermaknaan yang dimaksud diperoleh individu melalui integrasi peran, setting, dan peristiwa yang melibatkan pengambilan keputusan- keputusan, komitmen, gaya hidup, dedikasi dan persiapan-persiapan untuk menjalani dan mengakhiri kehidupan.

Berdasarkan pada definisi diatas dapat disimpulkan bahwa karir merupakan manifestasi dari hidup dan kehidupan individu itu sendiri karena karir yang akan diteliti adalah seputar perencanaan karir yang dibuat oleh individu dalam sebuah pendidikan yang nanti harapannya akan diaplikasikan dalam sebuah pekerjaan.

PERENCANAAN KARIR              

Supriatna dan Budiman (2010: 49) berpendapat bahwa perencanaan karir adalah aktivitas siswa yang mengarah pada keputusan karier masa depan. Aktivitas perencanaan karier sangat penting bagi siswa terutama untuk membangun sikap siswa dalam menempuh karier masa depan.

Simamora dalam Atmaja (2014: 63) mengemukakan bahwa perencanaan karir (career planning) adalah suatu proses dimana individu dapat mengidentifikasi dan mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan- tujuan karir. Perencanaan karir melibatkan pengidentifikasian tujuan- tujuan yang berkaitan dengan karir dan penyusunan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Mathis dalam Kumara (2017: 183) mengatakan bawa perencanaan karir individual adalah usaha yang dilakukan individu untuk memajukan tujuan karirnya.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan karir merupakan suatu proses pemilihan sasaran karir serta cara atau tahapan untuk mencapai sasaran karir tersebut yang didasarkan atas potensi yang dimiliki. Sasaran karir yang dipilih merupakan pilihan siswa itu sendiri. Proses pemilihan sasaran karir harus mempertimbangkan potensi yang ada pada diri sendiri.

FAKTOR DAN INDIKATOR PERENCANAAN KARIR

Faktor yang mempengaruhi perencanaan karir berdasarkan teori Kumara (2017: 184) bahwa faktor yang mempengaruhi perencanaan karir adalah (1) faktor internal yang meliputi nilai-nilai kehidupan, taraf intelegensi, bakat khusus, minat, sifat-sifat, pengetahuan, dan keadaan jasmani. (2) Faktor eksternal yang meliputi masyarakat, keadaan sosial ekonomi keluarga, pengaruh keluarga, pendidikan sekolah, pengaruh teman sebaya, dan tuntutan jabatan.

Perencanaan karir dilakukan oleh individu itu sendiri, dan keterampilan individual menjadi fokus analisis sendiri.

Diungkapkan menurut Dillard dalam Prameswari (2013: 11) bahwa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir adalah (1) Self Knowledge, yaitu pengetahuan yang ditandai dengan pengetahuan tentang bakat atau potensi, minat dan ciri kepribadian, (2) Information About Surronding, yaitu pengetahuan tentang lingkungan karir yang dipilih, (3) Taking Responsibility, tanggung jawab terhadap keputusan tersebut.

Faktor sekaligus menjadi indikator dalam merencanakan karir yang diusung oleh Krumboltz dalam Suherman (2009: 78) yaitu (1) Bawaan Genetik dan kemampuan khusus yang disebut juga dengan faktor diri (2) Kondisi – kondisi dan peristiwa lingkungan kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan sekitar yang melatarbelakangi seseorang dalam memutuskan karirnya. Lingkup lingkungan yang tersebut meliputi; (a) sumber keluarga, seperti; latar pendidikan, kemampuan keuangan, nilai, pengharapan keluarga, (b) pengaruh lingkungan tetangga dan masyarakat sekitar (3) Pengalaman-pengalaman belajar Pengalaman belajar dibagi menjadi dua jenis, yaitu belajar instrumental dan asosiatif. Belajar instrumental adalah pengalaman belajar dengan bertindak langsung dalam lingkungan dan mendapatkan hasil dari tindak perbuatannya yang dapat diamati seperti: melakukan interaksi dan mengamati respon lawan bicara, dan asosiatif yaitu pengalaman belajar “dimodel” atau dengan mengamati model seperti: memiliki minat terhadap profesi hakim karena hakim yang tegas dalam mengusut kasus korupsi para pejabat. Pengalaman belajar ini dapat menentukan pemilihan karir dengan mengenali kondisi-kondisi lingkungan dan peristiwa. (4) Keterampilan-keterampilan dalam menghadapi tugas. Kemampuan anak dalam mengolah ketrampilannya untuk menyelesaikan tugas tugasnya.

Indikator yang telah diutarakan oleh Krumboltz kemudian dikembangkan oleh Suherman (2009: 116) mengungkapkan bahwa dalam aspek perencanaan karir terdiri dari indikator-indikator sebagai berikut: (1) mempelajari informasi karir; (2) membicarakan karir dengan orang dewasa; (3) mengikuti pendidikan tambahan (kursus); (4) berpartisipasi dengan kegiatan ekstrakurikuler; (5) mengikuti pelatihan-pelatihan terkait dengan pekerjaan yang diinginkan; (6) mengetahui kondisi pekerjaan yang diinginkan; (7) mengetahui persyaratan pendidikan untuk karir yang diinginkan; (8) dapat merencanakan apa yang harus dilakukan setelah tamat dari sekolah; (9) mengetahui cara dan kesempatan memasuki karir yang diinginkan; (10) mengatur waktu luang secara efektif.

Dimana perencanaan karir ini juga harus disesuaikan dengan fase perkembangan peserta didiknya. Donald Super (dalam Winkel 2013: 632) membagi lima fase perkembangan karir, yaitu: (1) Fase Pengembangan (Growth) usia 0-15 tahun. Pada fase perkembangan ini, anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat, dan kebutuhan kebutuhan yang dipadukan dalam struktur gambaran diri (sefconcept strucure). (2) Fase Eksplorasi (Exploration) usia 15-24 tahun. Pada fase ini, individu atau manusia muda memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat. (3) Fase Pemantapan (Estabilishment) usia 25-44 tahun. Pada tahapan ini ciri utamanya yaitu usaha tekun memantapkan diri melalui seluk-beluk pengalaman selama menjalani karir individu. (4) Fase Pembinaan (Mainenance) usia 45-64 tahun. Pada fase ini, individu yang sudah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan jabatannya. (5) Fase Kemunduran (Decline). Pada fase ini, individu memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan masa jabatannya.

Menurut tahap perkembangan karir dari beberapa ahli, usia siswa SMK temasuk dalam tahap tentatif dan eksplorasi. Tahap Tentatif dengan rentang usia 11 s/d 18 tahun, dimana pada tahap ini individu mulai memahami minat atau kesenangan pada suatu bidang pekerjaan, mengatahui kapasitas atau kemampuan yang dimiliki, serta melihat suatu bidang pekerjaan sesuai dengan niai-nilai yang dianut baik nilai dalam diri maupun masyarakat. Kemudian individu mulai membuat perencanaan pemilihan karirnya menurut aspek minat, kapasitas, dan nilai. Sedangkan fase eksplorasi memiliki rentang usia 15 s/d 24 tahun dimana pada fase ini individu sudah mulai memikirkan alternatif pilihan seperti jabatan, pekerjaan, profesi yang ingin ditekuni. Tetapi individu belum mengambil keputusan langsung. Dari 2 (dua) tahap perkembangan menurut pendapat yang berbeda dapat disimpulkan bahwa usia siswa sekolah menengah kejuruan merupakan tahap usia dimana individu bukan lagi melihat suatu pekerjaan karena kesan dari pekerjaan tersebut, melainkan individu mulai memilih pekerjaan berdasarkan minat, kapasitas atau kemampuan, nilai yang terkandung dari dalam diri individu maupun lingkungan masyarakatnya. Dengan aspek-aspek tersebut individu mulai membuat rencana pilihan karir yang sesuai dengan dirinya.

PERAN ORANG TUA

Pengertian Orang Tua

Pengertian Orang tua adalah ayah dan/atau ibu seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu/ayah dapat diberikan untuk perempuan/pria yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini. Contohnya adalah pada orang angkat (karena adopsi) atau ibu tiri (istri ayah biologis anak) dan ayah tiri (suami ibu biologis anak). Menurut Thamrin Nasution, orang tua merupakan setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu. Jika menurut Hurlock, orang tua merupakan orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan.

Berdasarkan definisi diatas orang tua adalah orang dewasa yang mempunyai hubungan biologis serta sosial serta mempunyai tanggung jawab daam keluarganya dan juga membawa anak ke dewasa baik pertumbuhan serta perkembangannya.

Tanggung Jawab Orang tua

Tanggung jawab orang tua dalam menghasilkan generasi yang tangguh dan berkualitas terhadap masa depannya orangtua memegang peranan penting. Dengan pola asuh, dan pendekatan yang dilakukan orang tua bisa membentuk pola pikir dalam perkembangan pribadi serta emosi anak tersebut. Tugas orang tua melengkapi dan mempersiapkan anak menuju ke kedewasaan dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang dapat membantu anak dalam menjalani kehidupan. Dalam memberikan bimbingan dan pengarahan pada anak akan berbeda pada masing-masing orang tua kerena setiap keluarga memiliki kondisi-kondisi tertentu yang berbeda corak dan sifatnya antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain

John Locke mengemukakan, posisi pertama didalam mendidik seorang individu terletak pada keluarga. Melalui konsep tabula rasa John Locke menjelaskan bahwa individu adalah ibarat sebuat kertas kosong yang bentuk dan coraknya tergantung kepada orang tua bagaimana mengisi kertas kosong tersebut sejak bayi.

Dalam ajaran agama mana pun serta adat istiadat manapun semua mengatur tentang Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Dalam ajaran Islam tanggung jawab orang tua dalam hal pengasuhan, pemeliharaan, dan pendidikan anak menggariskannya sebagai berikut:

(1) Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan akidah (2) Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan akhlak (3) Tanggung jawab pemeliharaan kesehatan anak (4) Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan intelektual

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab orang tua tidak hanya sekedar tanggung jawab sandang dan pangan saja ataupun fisik saja melainkan tanggung jawab besar yang diemban yaitu membentuk pribadi anak menuju ke kedewasaan baik secara fisik dan psikologisnya.

Lima (5) Tipe orang tua berdasarkan cara mendidik anak, antara lain:

  1. Penghukum

Orang tua dengan gaya pengasuhan sepertinini tidak memiliki peraturan jelas, sehingga motitvasi anak melakukan sesuatu atau tidak didasarkan oleh rasa takut kepada orang tuanya. Sebagai penghukum, orang tua cenderung melakukan kontrol negatif, ribut saat anak bermasalah dan tidak bereaksi apa-apa saat anak berbuat positif. Jika mendapatkan masalah dengan ananknya justru berteriak, mengancam, marah-marah, dan mengkritik dengan kata-kata tajam, menghina, bahkan yang paling parah adalah memberikan hukuman fisik. Umumnya yang dikatakan oleh orang tua tipe ini adalah, “Kerjakan ini, awas kalao tidak!”. Tentu saja kalimat itu dilontarkan dengan suara keras dan sikap yang mengancam. Tak ada pilihan, anak akan mengangguk dan emnuruti orang tua. Sepintas tipe ini efektif mengoreksi kesalahan anak atau membuat anak patuh. Padahal tipe ini justru berpotensi melahirkan keinginan memberontak pada diri anak. Ia juga terdorong untuk mudah menyyalahkan orang lain dan kerap berbohong untuk menghindari hukuman.

  1. Pembuat Rasa Bersalah

Orang tua tipe ini selalu menimpakan kesalahan pada anaknya, sehingga membuat anak merasa bersalah. Meski penyampaian kata-katanya lembut, tapi isinya tajam dan menyindir.kata-kata yang dilontarkan umumnya berupa sindiran-sindiran yang menunjukkan ketidak setujuan pada perbuatan anaknya. Terkadang malah memberikan kesan lemah, sakit, dan lain sebagainya yang menimbulkan perasaan tidak nyyaman, kasihan, dan rasa bersalah pada diri anak. Akibatnya, orangtua tipe ini akan menghasilkan anak yang senang menyembunyikan sesuatu alias tidak berterus terang, menyangkal, dan kerap berbohong. Dampaknya, anak akan merasa rendah diri. Contohnya, “Nak, apakah kamu tidak kasihan dengan Mama…Mama, kan, sudah membayar kursus menari itu, sementara kamu sering absen dan malas-malasan.

  1. Teman

Tipe ini membuat anak merasa nyaman ketika berinteraksi dengan orangtuanya. Biasanya, orangtua macam ini banyak tersenyum, sikapnya bersahabat, banyak bercanda, dan banyak membantu anak. Langkah-langkah yang dilakukan orangtua untuk meminta anaknya melakukan sesuatu pun, umumnya dilakukan dalam suasana menyenangkan. Sikap seperti ini tentulah sangat disenangi anak-anak. Hubungan orangtua dan anak pun cukup terjalin erat. Sayangnya, dalam jangka panjang posisi kontrol ini dapat menimbulkan ketergantungan anak pada orang dewasa. Orangtua tipe ini umumnya juga tidak mempunyai harapan atau aturan yang jelas, sehingga anak-anaknya pun sulit memiliki rasa tanggung jawab, selain kerap mengandalkan orangtuanya. Tipe ini tidak buruk sama sekali, tetapi memiliki keterbatasan karena tidak membangun sikap mandiri pada anak. Selain juga dapat membuat anak bersikap lemah, tidak punya arah atau batasan yang akan diambil dalam jangka panjang. Dapat dibayangkan bila anak berhadapan dengan sosok yang tegas atau tidak seramah orangtuanya, atau sebuah lingkungan yang punya aturan ketat, maka kedisiplinannya akan tampak kedodoran.

  1. Pemantau atau Monitor

Tipe orangtua yang seperti ini akan menghadapkan anak pada berbagai peraturan yang jika dipatuhi akan menghasilkan hadiah dan jika dilanggar akan berbuah hukuman. Selain itu, anak juga disodorkan pada konsekuensi positif dan negatifnya. Orangtua tipe ini mengasuh anak dengan memberikan penegasan bahwa masyarakat memiliki aturan dan batasan-batasan berikut konsekuensinya. Ketika anak melakukan kesalahan, orangtua akan berkata, “Ini kesalahanmu dan konsekuensinya kamu harus melakukan ini.” Sebaliknya ketika anak melakukan perbuatan positif, orangtua akan memberikan penghargaan, baik pujian ataupun materi. Orangtua tipe ini misalnya akan berkata, “Sabtu depan jika kalian bersikap baik selama 1 pekan ini, maka kalian akan mendapatkan kesempatan bermain di arena bermain”.

Gaya atau tipe ini sebenarnya jauh lebih baik dibandingkan tiga tipe kontrol sebelumnya (penghukum, pembuat rasa bersalah, dan teman). Apalagi jika orangtua bisa konsisten menerapkan peraturan dan disiplin. Namun bagi anak, kondisi seperti ini bisa jadi akan membosankan. Ada saatnya anak akan mencari cara untuk lepas dari peraturan. Selain juga bukan tidak mungkin anak berbuat baik karena ingin mendengar pujian untuk dirinya ataupun mendapatkan imbalan

  1. Manajer

Orang tua tipe ini sabar melakukan dialog untuk mengomunikasikan nilai-nilai positif pada anak. Anak-anak akan diajak berdiskusi bagaimana membentuk sebuah ikatan keluarga yang harmonis dengan seluruh anggota keluarga. Setiap anak sebagai anggota keluarga akan mendapatkan gambaran tentang nilai, kepercayaan, dan landasan hidup. Seluruh anggota keluarga memahami dan mengetahui posisinya serta mengetahui bagaimana harus bersikap dan menyikapi sesuatu. Istilahnya, orangtua adalah manajer yang membuat kontrak sosial dengan seluruh anggota keluarga. Kontrak ini mengikat seluruh anggota keluarga. Setelah semuanya paham dan jelas, jika terjadi masalah atau harus memecahkan persoalan, maka yang dilakukan adalah dialog. Contoh, “Menurut kamu, bagaimana caranya supaya kesalahan ini tidak terjadi lagi?” Meski tetap memberlakukan aturan dan sistem reward (penghargaan) serta punishment(berupa konsekuensi), orangtua lebih menekankan upaya memperkuat kepribadian anak. Jika sebuah kesalahan terjadi, maka fokusnya adalah perbaikan. Kesalahan itu sudah terjadi dan tidak perlu diperpanjang. Yang menjadi tujuan adalah bagaimana cara memperbaiki kesalahan dan bagaimana peristiwa ini bisa memperkuat pribadi si anak. Dengan begitu, anak akan sadar sendiri, perilakunya yang mana yang salah dan bagaimana memperbaikinya.

PERAN ORANG TUA TERHADAP PERENCANAAN KARIR

Orang tua sebagai orang terdekat dengan anak mempunyai faktor penting dalam perencanaan karir anak. Peran orang tua sebagai pendorong sekaligus sebagai motivator untuk mewujudkan karir yang diidamkan oleh anak. Dengan segala macam tipe orang tua dengan pola asuh dan pendidikan yang diterapkan orang tua hanya mempunyai satu tujuan yaitu harapan untuk anaknya bisa menjadi individu yang berhasil dengan karirnya dan dengan keberhasilan karirnya tersebut sang anak kelak bisa meningkatkan kesehjahteraan hidupnya dan keluarganya. Dimana perencanaan karir ini bisa dimulai dari mempelajari bakat minat anak, sampai proses pemilihan karir.

Adapun peranan orang tua terhadap perencanaan karir anak antara lain:

  1. Orang tua dalam hal ini rumah tangga sebagai sarana pengembangan minat dan bakat anak. Orang tua yang menunjang karier anak adalah rumah tangga yang didalamnya terjadi sinergi antara potensi, keinginan dan harapan anak dan orang tua. Perjalanan dan karier pendidikan anak seperti apapun kelak akan kembali juga ke orang tuanya ataupun rumah tangganya. Inilah yang harus kita fahami, sehinga perkembangan minat dan bakat anak tidak secara serta merta diserahkan sepenuhnya kepada sekolah, sehingga keluarga seolah-olah lepas tanggung jawab terhadap karier
  2. Orang tua dengan cara dan kemampuan komunikasi yang diterapkan akan lebih bisa diterima arahan-arahan terhadap anak
  3. Ketrampilan kerjasama dengan sekolah. Pemahaman bahwa semua tanggung jawab pendidikan dan moral anak adalah sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, merupakan pemahaman yang harus diubah. Karena dengan pemahaman tersebut orang tua akan lepas tanggung jawab terhadap pendidikan anaknya. Justru ketrampilan yang harus ada pada orang tua adalah ketrampilan untuk bekerja sama dengan sekolah dalam mentukan karier anak sesuai dengan yang di cita-citakan.
  4. Orang tua sebagai support system yang pertama dan utama dalam menentukan paradigma sukses setiap anak. Sukses yang dimaksud tidak hanya sukses secara akademis, akan tetapi anak juga harus sukses secara spiritual, emosional, sosial dan jasmani. Sebagai penopang pertama dan utama keluarga memegang peran penting dalam menentukan arah sukses dan karier anak di masa yang akan datang. Sukses pendidikan itu sendiri antara lain: bertaqwa, berkepribadian matang, berilmu mutakhir dan berprestasi, mempunyai rasa kebangsaan, dan berwawasan.
  5. Ranah profesi yang ada di dunia kerja. Pekerjaan atau karier yang kelak akan dijalani harus dipikirkan dengan serius dengan pertimbangan-pertimbangan. Khusus (bakat, keinginan, dll) tanpa melupakan peluang karier apa yang paling tepat dan banyak dibutuhkan dalam informasi ini, karena bukanlah hoki atau kebetulan belaka, tapi benar-benar merupakan pilihan hidup yang harus dipertimbangkan dengan serius.
  6. Pola asuh yang menunjang sangat menunjang dalam pengembangan karier dan pendidikan anak adalah pola asuh yang demokratis, disiplin, cinta kasih sayang dan berpegang teguh pada agama yang kuat.
  7. Bentuk komunikasi yang digunakan. Tipologi komunikasi orang tua yang harus dilakukan adalah tipologi komunikasi gabungan antara tipe, idea, tipe people, tipe tindakan dan tipe proses.
  8. Kepribadian orang tua yang sesuai dalam membentuk jati diri anak. Tidak ada dual standar (standar ganda) kepribadian dalam rumah tangga, anak tidak boleh begini sedangkan orang tua boleh, anak harus begini, orang tua boleh begitu.
  9. Mengingatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Iman dan Taqwa merupakan kata kunci disamping peningkatan kemampuan lainya. Dua hal ini akan memberikan dasar pijakan bagi setiap manusia. Dengan iman dan taqwa kita akan dapat menghadapi setiap situasi dan kemungkinan dengan emosi yang stabil. Dengan iman dan taqwa pula kita dapat terus survive di era informasi ini dengan hasil yang maksimal dan tidak mudah terbawa arus.

DAFTAR PUSTAKA

Herr,E.l, dan Cramer, S.H.1979. Career Guidance Through the Life Span. Boston title: Brown and Company

Mastur, Triyono. 2014. Materi Layanan Klasikal Bimbingan dan Konseling Bidang Bimbingan Karier. Yogyakarta: Paramitra Publishing

Munandir.1996. Program Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta: Depdikbud Direktorat jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik

Prameswari, Ananda Karina. 2013. Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa. Skripsi. Bandung: FKIP Universitas Pendidikan Indonesia. http: //repository.upy.ac.id/1669/1/Artikel.pdf diunduh tanggal 07 Agustus 2019

. 2013. Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa. Skripsi. Bandung: FKIP Universitas Pendidikan Indonesia. http: //repository.upy.ac.id/1669/1/Artikel.pdf diunduh tanggal 07 Agustus 2019

Suherman, U. 2009. Konseling Karir Sepanjang Rentang Kehidupan. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia

Witko, Kim., Bernes, Kerry B., Magnusson, Kris, dan Bardick, Angela D..2005. Senior High School Career Planning: What Students Want. Journal Of Educational Enquiry. Vol. 6.(1): 3-29. http: //proquest.umi.com / pqd web, diakses 11 Agustus 2019

https: //id.wikipedia.org/wiki/Orang_tua

https: //nakita.grid.id/read/027664/5-tipe-orangtua-anda-yang-mana?page=all

https: //www.kompasiana.com/achmadsaefudin/5a4c120ecaf7db6f2c027703/peran-orang-tua-dalam-membimbing-karier-anak?page=all

https: //www.konselingindonesia.com/read/220/teori-karier-donald-super.html