Peningkatan Hasil Pembelajaran Melalui Penerapan Model Permainan Gobak Sodor
PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN GERAK LARI
MELALUI PENERAPAN MODEL PERMAINAN GOBAK SODOR
PADA SISWA KELAS III SDN 1 TUKO KECAMATAN PULOKULON
KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER 1
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Sudjono
SD Negeri 1 Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa model permainan gobak sodor untuk pembelajaran gerak dasar lari pada anak kelas III sekolah dasar agar pembelajaran lebih aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan bagi siswa. Untuk memperoleh data yang sesuai maka dalam penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. PTK berbentuk proses pengkajian berdaur, yang menggunakan dua siklus dan terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan reflektif. Instrumen penelitian ini menggunakan ceklis untuk mencatat sikap dan kejadian yang terjadi dalam pembelajaran yang dipandang penting dan telah di tetapkan akan diselidiki. Hasil pengamatan dengan bantuan ceklis memperoleh hasil bahwa persentase kemampuan aspek psikomotor, kognitif, dan afektif dari siswa kelas III SDN 1 Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun 2018/2019 setelah diberikan pembelajaran terjadi peningkatan dari 73,5% pada siklus I menjadi 88,5% pada siklus II. Persentase ketuntasan juga mengalami kenaikan yaitu 65,0% dari jumlah siswa yang ada pada siklus I menjadi 100% pada siklus II. Melalui hasil pengembangan skala kecil dan skala besar, maka dapat disimpulkan bahwa model permainan gobak sodor untuk pembelajaran gerak lari ini layak digunakan dalam proses pembelajaran gerak lari bagi siswa kelas III SDN 1 Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Maka dapat disarankan untuk pembelajaran gerak lari dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran Penjasorkes khususnya atletik nomor lari.
Kata Kunci: Pembelajaran Gerak Lari, Model permainan Gobak sodor
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Paradigma yang berkembang bahwa pembelajaran pendidikan jasmani yang baik bertujuan mengembangkan sikap positif terhadap gerak atau aktivitas jasmani, permainan dan olahraga (affective learning). Dalam penelitian ini, model pembelajaran yang akan digunakan merupakan gerak lari dalam permainan gobak sodor yang telah dimodifikasi baik peraturan maupun bentuk lapangan yang digunakan. Pengembangan model pembelajaran yang baru dalam penelitian ini bertujuan meningkatkan siswa untuk lebih aktif bergerak, dan urgensinya dilakukan penelitian ini agar siswa mampu mengenal lebih dahulu arti penting olahraga pada umumnya dan pendidikan jasmani pada khususnya sehingga tujuan dari pendidikan jasmani dan olahraga dapat tercapai.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa objek dasar teori Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ialah gerak manusia. Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di sekolah dasar terfokus pada pengembangan aspek nilai-nilai dalam pertumbuhan, perkembangan, dan sikap perilaku anak didik, serta peningkatan ketrampilan gerak dasar manusia.
Penyajian materi dengan pendekatan teknik gerak lari pada permainan gobak sodor membuat anak keluar dari suasana penguasaan teknik dasar formal dalam olahraga. Menjadikan seorang guru harus menangani seluruh siswa, dimana waktu yang digunakan tidak efisien.
Dari sudut pandang siswa, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan sangat membosankan karena materi yang diajarkan dari tahun ke tahun tidak berubah atau pada kondisi konstan. Dan dapat membuat anak mengalami ketegangan karena guru memberikan kompetisi dengan target prestasi, sehingga siswa yang mempunyai kemampuan motorik di bawah siswa yang lain merasa keberatan dengan target yang diberikan oleh guru. Tetapi menjadi tidak bermasalah untuk siswa yang mempunyai keterampilan lebih, mereka merasa tertantang dengan target yang diberikan oleh guru.
Dari data perolehan nilai siswa Kelas III SDN 1 Tuko pada pembelajaran sebelumnya masih banyak siswa yang nilainya belum mencapai KKM. Bahkan dari 26 siswa hanya ada 7 siswa yang telah mencapai KKM. Sehingga hanya 27% ketuntasan yang dicapai, padahal target ketuntasan yang akan dicapai adalah 85,00%. Sehingga masih sangat jauh dari yang diharapkan.
Ketertarikan siswa terhadap pembelajaran Penjasorkes sangat diperlukan untuk peningkatan kesegaran jasmani siswa sekolah dasar. Sehingga seorang guru perlu memahami bagaimana metode yang tepat untuk mengajar Penjasorkes. Salah satunya adalah pemberian materi yang tidak monoton. Dalam hal ini pembelajaran gerak lari yang dikembangkan pada permainan gobak sodor dapat digunakan untuk menambah keragaman materi untuk Penjasorkes.
Berdasarkan latar belakang dan pembahasan di atas, maka rumusan masalah yang diteliti adalah “Apakah dengan menerapkan model permainan Gobak Sodor dapat meningkatkan hasil pembelajaran Gerak Lari pada siswa kelas III SDN 1 Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester 1 tahun pelajaran 2018/2019?â€.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil Pembelajaran Gerak Lari dengan menggunakan model permainan Gobak Sodor pada siswa kelas III di SD Negeri 1 Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.
KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
Pengertian Pembelajaran
Darsono (2002: 24–25) secara umum menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai “suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baikâ€.
Sedangkan secara khusus pembelajaran dapat diartikan sebagai berikut.
a) Teori Behavioristik, mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus dan respon (tingkah laku yang diinginkan) perlu latihan, dan setiap latihan yang berhasil harus diberi hadiah dan atau reinforcement (penguatan).
b) Teori Kognitif, menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari.
c) Teori Gestalt, menguraikan bahwa pembelajaran merupakan usaha guru untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa, sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya (mengaturnya) menjadi suatu gestalt (pola bermakna).
d) Teori Humanistik, menjelaskan bahwa pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.
e) Arikunto (1993:12) mengemukakan “pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mengandung terjadinya proses penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap oleh subjek yang sedang belajarâ€.
f) Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajarâ€.
Dari berbagai pendapat pengertian pembelajaran di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara sistematik dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar.
Pengertian model pembelajaran
Model pembelajaran merupakan sebuah rencana yang dimanfaatkan untuk merancang pengajaran. Isi yang terkandung di dalam model pembelajaran adalah berupa strategi pengajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan instruksional. Contoh strategi pengajaran yang biasa guru terapkan pada saat proses belajar mengajar adalah manajemen kelas, pengelompokkan siswa, dan penggunaan alat bantu pengajaran. Pembelajaran yang menempatkan peranan guru sebagai pusat dari proses, antara lain guru berperan sebagai sumber informasi, pengelola kelas dan menjadi figur yang harus diteladani. Masing- masing model memiliki prinsip-prinsip respon, yang artinya guru dapat menanggapi atas apa yang dilakukan siswa dan bagaimana menghargainya. Namun demikian, model yang berbentuk respon itu tidak sama seperti guru dalam memberikan penghargaan kepada siswa dalam bentuk sikap yang tidak memihak kepada salah satu siswa. Selain model-model pembelajaran yang perlu diperhatikan, juga sistem penunjang. Sistem penunjang ini merupakan suatu keadaan yang ada di luar model pembelajaran, namun memberikan dampak dalam menentukan sukses tidaknya model tersebut. Sistem yang dimaksud adalah taraf keterampilan siswa, kapasitas belajar, dan fasilitas belajar untuk mendukung penerapan model tersebut.
Modifikasi Permainan
Menurut Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (2000:31-32) menyatakan bahwa pembelajaran dapat dimodifikasi dengan cara mengurangi struktur permainan yang sebenarnya sehingga pembelajaran strategi dasar bermain dapat diterima dengan relatif mudah oleh siswa.
Permainan Tradisional
Permainan tradisional menurut James Danandjaja (1987) adalah salah satu bentuk yang berupa permainan anak-anak, yang beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun temurun serta banyak mempunyai variasi. Sifat atau ciri dari permainan tradisional anak sudah tua usianya, tidak diketahui asal-usulnya, siapa penciptanya dan dari mana asalnya.
Menurut Atik Soepandi, Skar dkk (1985-1986), permainan adalah perbuatan untuk menghibur hati baik yang mempergunakan alat ataupun tidak mempergunakan alat. Sedangkan yang dimaksud tradisional adalah segala sesuatu yang dituturkan atau diwariskan secara turun temurun dari orang tua atau nenek moyang. Jadi permainan tradisional adalah segala perbuatan baik mempergunakan alat atau tidak, yang diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang, sebagai sarana hiburan atau untuk menyenangkan hati.
Pengertian Gobak Sodor
Gobak Sodor adalah suatu permainan di mana satu kelompok orang berusaha menghambat atau menghalangi kelompok orang yang lain sewaktu melintas petak-petak permainan (daerah permainannya). Permainan gobak sodor sebagai salah satu bentuk tingkah laku, sebenarnya memerlukan ketangkasan dalam bermain. Juga dipergunakan perasaan guna mengetahui gerak-gerik dan langkah lawan. Dalam permainan gobak sodor terkandung unsur Penjasorkes yang sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yaitu: 1) Gerak lari, 2) Permainan yang mudah dimainkan, 3) Kelincahan, 4) Menyenangkan, dan 5) Sosialisasi untuk anak-anak agar mereka bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Untuk memainkan permainan gobak sodor tidak memerlukan peralatan dan perlengkapan yang sulit. Adapun tempat yang digunakan adalah sebidang tanah atau tempat bermain yang lapang dan datar. Pada tanah/tempat yang datar dibuat dua jalur atau dua garis petak bujursangkar yang ukurannya disesuaikan dengan jumlah pasangan pemain.
Peraturan dan Cara Bermain Permainan Gobak Sodor
Peraturan dalam permainan gobak sodor tidak jauh berbeda dengan permainan gobak sodor pada umumnya tapi ada sedikit modifikasi agar siswa tidak merasa kesulitan dalam bermain permainan gobak sodor. Adapun peraturannya sebagai berikut:
1. Tim
Satu tim terdiri dari 8 pemain
2. Seragam
Tiap pemain mengenakan seragam olahraga sekolah/kaos olahraga dan bersepatu
3. Waktu Permainan
Waktu pertandingan akan terdiri dari 2 periode (15 menit x 2), jika tim penyerang dapat melewati tim penjaga maka akan berganti posisi bermain sebaliknya.
4. Permulaan dan akhir suatu periode atau permainan
a) Periode pertama dimulai dengan suit, tim yang menang menjadi penyerang terlebih dahulu sedangkan tim yang kalah jaga.
b) Permainan berakhir ketika jam permainan pada babak ke 2 sudah berakhir dan atau babak tambahan berakhir.
5. Cara bermain
a) Setiap garis dijaga oleh 2 orang.
b) Setiap angka mewakili gerak dasar lari jenis apa yang digunakan untuk melewati penjagaan.
Kerangka Berfikir
Berdasarkan uraian di atas didapat satu kerangka berfikir yaitu proses Pembelajaran Gerak Lari pada siswa kelas III SDN 1 Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 dengan menggunakan model permainan Gobak sodor dapat meningkatkan kemampuan aspek psikomotor, kognitif, dan afektif siswa, serta meningkatkan ketuntasan belajar.
Hipotesis
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini berdasarkan kajian pustaka di atas adalah melalui penerapan permainan Gobak sodor dapat meningkatkan hasil pembelajaran gerak lari pada siswa kelas III SDN 1 Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester 1 tahun pelajaran 2018/2019.
METODOLOGI PENELITIAN
Subjek Penelitian.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 1 Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 sebanyak 26 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.
Setting Penelitian.
Pemilihan tempat penelitian ini sangatlah penting dalam kaitanya dengan mempertanggung jawabkan hasil penelitian, dalam penelitian ini lokasi yang dipilih yaitu di halaman SD N 1 Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Hal ini dilatar belakangi bahwa sekolah memiliki halaman sekolah yang cukup luas dan jauh dari jalan raya sehingga memungkinkan dan aman bagi siswa untuk melaksanakan proses pembelajaran dari awal sampai dengan selesai.
Instumen Pengumpulan Data
Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: (1) silabus, (2) RPP,dan (3) Lembar observasi. Sedangkan instrumen evaluasi mencakup 3 aspek yaitu aspek psikomotor, kognitif dan afektif.
Analisis Data
Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses Pembelajaran gerak lari dengan permainan gerak lari.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Siklus I
Dari hasil data analisis dari siklus I, diperoleh prosentase aspek psikomotor dengan prosentase ketuntasan siswa sebesar . Pada aspek kognitif diperoleh prosentase dengan prosentase ketuntasan siswa sebesar Prosentase aspek afektif . Sedangkan prosentase ketuntasan siswa pada aspek afektif yaitu Jadi deskriptif prosentase keseluruhan adalah . Sedangkan prosentase ketuntasan keseluruhan pada siklus I hanya mencapai 62,5 %.
Deskripsi Siklus II
Dari hasil data analisis dari siklus II, diperoleh prosentase aspek psikomotor Sedangkan prosentase ketuntasan siswa pada aspek psikomotor yaitu Pada aspek kognitif prosentase sebesar dengan ketuntasan siswa Pada aspek afektif prosentase sebesar dengan prosentase ketuntasan sebesar Jadi deskriptif prosentase keseluruhan Sedangkan prosentase ketuntasan keseluruhan pada siklus II mencapai 100%.
Pembahasan Hasil Penelitian
Permainan gobak sodor sebagai salah satu bentuk tingkah laku, sebenarnya memerlukan ketangkasan dalam bermain. Juga dipergunakan perasaan guna mengetahui gerak–gerik dan langkah lawan. Dalam permaainan gobak sodor terkandung unsur Penjasorkes yang sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yaitu: 1) Gerak lari, 2) Permainan yang mudah dimainkan, 3) Kelincahan, 4) Menyenangkan, dan 5) Sosialisasi untuk anak–anak agar mereka bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Dari pengamatan dapat diperoleh hasil bahwa prosentase kemampuan aspek psikomotor, kognitif, dan afektif dari siswa kelas III SDN 1 Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester 1 tahun pelajaran terjadi peningkatan yang cukup signifikan.
Untuk ketuntasan siswa, pada siklus I terdapat beberapa siswa yang belum tuntas belajar, pada aspek psikomotor dari 32 siswa terdapat 10 siswa (31,0%) yang masih belum tuntas belajar, dikarenakan dalam pembelajaran ada beberapa siswa yang belum sungguh–sungguh dalam mempraktekkan teknik dasar gerak lari yang dimodifikasi dalam permainan Gobak Sodor. Pada aspek kognitif dari 26 siswa terdapat 17 siswa (53,0%) yang belum tuntas dalam belajar, dikarenakan dalam pembelajaran siklus I penyampaian materi gerak lari yang dimodifikasi dalam permainan Gobak Sodor belum bisa dimengerti dan dipahami sepenuhnya oleh semua siswa. Pada aspek afektif dari 26 siswa terdapat 22 siswa (69,0%) yang belum tuntas belajar, dikarenakan dalam bermain banyak siswa yang belum mematuhi tatacara dan peraturan gerak lari, lebih mengutamakan individu / kurang bekerjasama dalam tim dan anak lebih emosional sehingga cenderung bermain kasar tanpa mengedepankan sportifitas.
Setelah dilakukan perbaikan kegiatan pembelajaran pada siklus II, siswa yang belum tuntas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Ketuntasan Belajar pada Siklus I dan Siklus II
Siklus |
Jumlah Siswa Belum Tuntas |
|||||
Aspek Psikomotor |
Prosentase |
Aspek Kognitif |
Prosentase |
Aspek Afektif |
Prosentase |
|
Siklus I |
10 |
31,0% |
17 |
53,0% |
22 |
69,0% |
Siklus II |
5 |
16,0% |
10 |
31,0% |
8 |
25% |
Pada aspek psikomotor diberikan peragaan teknik dasar yang lebih meningkat, sehingga dalam penilaian siswa bisa mempraktekkan gerakan teknik dasar dengan benar. Pada aspek kognitif guru lebih detail menerangkan materi permainan gerak lari yang dimodifikasi dalam permainan Gobak Sodor dengan membandingkan dengan permainan Gerak Lari sebenarnya, sehingga siswa menjadi lebih cepat memahami dan mengerti. Pada aspek afektif guru lebih menjelaskan tentang peraturan dan tata cara bermain yang baik, dengan cara memupuk kepercayaan lebih menghargai teman satu tim, bermain dengan tidak menciderai lawan, menghargai keputusan wasit dan bisa menerima kekalahan, sehingga dalam pembelajran gerak lari siswa terlihat lebih sportif dan bisa bekerja sama dalam tim.
Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran gerak lari melalui penerapan permainan Gobak Sodor pada siswa kelas III SD Negeri 1 Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai yang diharapkan.
Adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam Pembelajaran Gerak Lari menggunakan permainan Gobak Sodor pada siswa kelas III SD Negeri 1 Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 tidak lepas dari baiknya strategi pembelajaran yang digunakan guru, di mana menggunakan permainan Gobak Sodor menjadikan kegiatan Pembelajaran gerak lari sesuai dengan karakteristik fisik siswa, di mana peralatan yang digunakan sesuai dengan kemampuan fisik dan ukuran tubuh siswa serta peraturan yang digunakan disusuaikan dalam kebutuhan belajar siswa menjadikan hasil belajar yang dicapai siswa menjadi optimal.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Setelah dilakukan analisis data penelitian mengenai proses pembelajaran gerak lari di SDN 1 Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 maka dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa Pembelajaran Gerak Lari yang dimodifikasi melalui penerapan permainan Gobak Sodor pada siklus I dan siklus II prosentase mengalami peningkatan dari 71,25 % menjadi 88,5 %. Begitu juga dengan prosentase ketuntasan pada siklus I hanya mencapai 62,5 % dari jumlah siswa yang ada. Dan pada siklus II mengalami kenaikan menjadi 100%.
Dari hasil penelitian ini diharapkan guru dapat terus meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani dengan memberikan berbagai model pembelajaran dengan menerapkan permainan agar siswa merasa tertarik pada pembelajaran yang sedang diajarkan guru dan siswa melakukan pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan karakteristiknya masing-masing.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas maka saran yang dapat diberikan peneliti antara lain:
1. Bagi guru, di sekolah dapat mengembangkan model–model pembelajaran gerak lari yang lebih menarik dan efektif.
2. Bagi siswa, setelah mengikuti pembelajaran gerak lari dengan menerapkan permainan Gobak Sodor diharapkan lebih memacu minat siswa untuk mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
3. Bagi sekolah, agar mencukupi sarana dan prasarana serta alat-alat olahraga sehingga kegiatan pembelajaran berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Amung Ma’mun dan Yudha M Saputra. 2000. Perkembangan gerak dan Belajar Gerak. Jakarta: Depdiknas
Atik Soepandi, Skar dkk. (1985–1986). Pengertian Permainan Tradisional. Online at http://www.google.com/#q=pengertian+permainan+tradisional (accesed 20/09/13)
Darsono,. 2000. Belajar pembelajaran. Semarang: Ikip Semarang Press
Depdiknas, Suharsimi A, Suhardjono dan Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
H.J.S. Husdarta. 2009 Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta.
Mulyasa E. 2009. Kurikulum berbasis kompetensi, konsep, karakteristik dan implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Phill Yanuar Kiram. 1992. Belajar Motorik. Jakarta: Dirjen Dikti. Sucipto, dkk. 2000. Sepak Bola. Jakarta: Depdiknas
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Yoyo Bahagia dan Adang Suherman. 2000. Prinsip–prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta: Depdiknas