Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Dengan Metode Kooperatif Model TGT
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG
DENGAN PENERAPAN METODE KOOPERATIF MODEL TGT
BAGI SISWA KELAS VI SDN 1 SONOKIDUL
KECAMATAN KUNDURAN KABUPATEN BORA
TAHUN PELAJARAN 2014 – 2015
Nenny Suharni
SD Negeri 1 Sonokidul Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora
ABSTRAK
Tujuan penelitian Untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika materi bangun ruang di SDN 1 Sonokidul Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian dilakukan pada semester I tahun pelajaran 2014/2015 selama 5 bulan.Penelitian ini dilakukan di kelas VI SDN 1 Sonokidul Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora.Karena peneliti merupakan guru kelas VI di SDN 1 Sonokidul kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Prosedur penelitian langkah pertama menentukan metode yang digunakan dalam penelitian.Peneliti menggunakan metode penelitian tindakan.Langkah kedua menentukan tindakan yaitu 2 tindakan dalam 2 siklus tindakan dalam penelitian menggunakan pendekatan kooperatif mode TGT ( Team Games Tournament). Langkah ketiga menentukan tahapan – tahapan dalam siklus ada 4 tahapan yaitu: 1. Membuat perencanaan tindakan (planning). 2. Melakukan tindakan sesuai dengan yang direncanakan (acting). 3. Melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan (observing). 4. Melakukan analisis deskripsi komparatif dilanjutkan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran melalui pendekatan kooperatif mode TGT ( Team Games Tournament) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar bagi siswa SDN 1 Sonokidul Semester I materi bangun ruang tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini dibuktikan keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat dari kondisi awal rata-rata siswa 46,4 menjadi 70,5 pada kondisi akhir.
Kata Kunci: keaktifan belajar matematika, hasil belajar matematika,Metode Kooperatif Model TGT
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Dalam pembelajaran matematika agar mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa. Tujuan pembelajaran matematika adalah melatih cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten.
Pembelajaran matematika tidak juga tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktiviitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas matematika dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. (Hartoyo, 2000: 24).
Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu ada metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Adapun metode yang dimaksud adalah metode pembelajaan kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. Felder, (1994: 2).
Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadanâ€. (Sulaiman dalam Wahyuni 2001: 2).
Rendahnya keaktifan siswa dalam bertanya dan rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas VI SDN 1 Sonokidul Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora pada semester I tahun pelajaran 2014/2015 hal ini terbukti ketika siswa disuruh bertanya tidak ada yang mengacungkan jarinya untuk bertanya, berarti siswa sudah jelas semua. Padahal dalam kenyataan ketika guru memberikan soal ulangan harian nilai siswa semua masih di bawah KKM.
Guru dalam menyampaikan materi bangun ruang ini menggunakan metode ceramah sehingga ketika guru menyampaikan materi ini siswa ada yang bicara dengan temannya sendiri ada siswa yang memegangi rambutnya, ada yang bermain ballpoint-nya sehingga perhatian siswa tidak fokus pada materi yang disampaikan gurunya.
Di akhir peneletian tindakan kelas ini diharapkan keaktifan siswa dalam bertanya meningkat sehingga hasil belajar matematika materi bangun ruang ini juga meningkat.
Peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif model TGT ( Team Games Tournament ) dengan harapan keaktifan dan hasil belajar matematika kelas VI SDN 1 Sonokidul Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora semester I tahun pelajaran 2014/2015 dapat meningkat.
Rumusan Masalah
Apakah melalui penerapan metode kooperatif model TGT (Team Games Tournament) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika materi bangun ruang bagi siswa kelas VI SDN 1 Sonokidul Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora pada semester I tahun pelajaran 2014 / 2015 ?
Tujuan Penelitian
Melalui penerapan metode kooperatif model TGT ( Team Games Tournament ) untuk meningkatkan keaktifan dalam bertanya dan hasil belajar matematika siswa kelas VI SDN 1 Sonokidul Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2014/2015.
KAJIAN TEORI
Keaktifan Belajar Matematika
(Aunurrahman 2009: 119) dikutip dari http://rujukanskripsi.blogspot.com Keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosi dan fisik.Siswa merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah yang positif saat lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk perkembangan keaktifan itu Sedangkan menurut (Sudjana,2001:72), dikutip dari http://rujukanskripsi.blogspot.com keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam (1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3) bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (4) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah; (5) melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal; serta (6) menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.
(Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja 2004: 36) dikutip dari http://rujukanskripsi.blogspot.comkeaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat bekerja, giat berusaha, mampu bereaksi dan beraksi, sedangkan arti kata keaktifan adalah kesibukan atau kegiatan.Sedangkan menurut (Mulyasa, 2008: 158) Dalam mengkategorikan keaktifan, dapat ditinjau dari dua hal yaitu keaktifan dapat digolongkan menjadi keaktifan jasmani dan keaktifan rohani. Keaktifan jasmani maupun rohani meliputi (1) keaktifan indera yaitu pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain; (2) keaktifan akal; serta (3) keaktifan ingatan. Keaktifan juga termasuk dalam sumber pembelajaran yang merupakan kombinasi antara suatu teknik dengan sumber lain
Hasil Belajar Matematika
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa “suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan mengajar dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK)-nya dapat dicapai “ (Djamarah dkk, 2006: 105).
Gagne mengelompokkan hasil belajar ke dalam lima kategori, yaitu: 1) informasi verbal adalah kemampuan untuk memberikan tanggapan khusus terhadap stimulus yang relatif khusus (Dick&Carey, 1990;2) keterampilan intelektual. Menurut Dick & Carey dalam Asep Herry Hermawan (2008:21) keterampilan intelektual adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk melakukan kegiatan kognitif yang unik. Contoh kemampuan yang tergolong keterampilan intelektual diantaranya adalah kemampuan menerapkan rumus dalam menghitung luas segitiga, mengelompokkan binatang ke dalam kelompok amfibi dan reptil, menggunakan jenis-jenis kalimat dalam menulis karangan, dan menggunakan tanda baca dalam sebuah kalimat; 3) strategi kognitif. Strategi kognitif mengacu pada kemampuan mengontrol proses internal yang dilakukan oleh individu dalam memilih dan memodifikasi cara berkonsentrasi, belajar, mengingat, dan berfikir (Gagne dkk, 1992). Salah satu contoh strategi kognitif untuk mengingat adalah memoric system.; 4) sikap-sikap adalah kemampuan siswa dalam menentukan pilihan atau bertindak sesuai dengan sistem nilai yang diyakini. Contoh hasil belajar sikap bekerjasama dalam mengerjakan tugas, bersikap kritik dan pendapat orang lain, mematuhi peraturan sekolah; 5) keterampilan motorik. Keterampilan motorik mengacu pada kemampuan melakukan gerakan atau tindakan yang terorganisasi yang direfleksikan melalui kecepatan, ketepatan, kekuatan, dan kehalusan (Gagne dkk, 1992)
Dari definisi tersebut, hasil belajar, dan matematika, maka dapat dirangkai sebuah kesimpulan bahwa hasil belajar matematika adalah merupakan tolak ukur atau patokan yang menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran matematika setelah mengalami pengalaman belajar yang dapat diukur melalui tes.
Tujuan diberikannya Matematika pada jenjang pendidikan dasar pada hakikatnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umumnya yaitu: (1) mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif; (2) mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan Matematika dan pola pikir Matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Jadi tujuan umum ini terutama menekankan pada penataan nalar siswa, pembentukan sikap siswa dan keterampilan siswa untuk menerapkan Matematika.
Pada tingkat SD tujuan khususnya pengajaran Matematika adalah untuk: (1) menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari: (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihkan gunakan, melalui kegiatan Matematika; (3) mengembangkan kemampuan dasar Matematika sebagai bekal belajar lebih lenjut; (4) membentuk sikap logis, kritis, kreatif, cermat, dan disiplin.
Agar kedua jenis tujuan di atas dapat tercapai, maka materi inti mata pelajaran Matematika yang disajikan di SD meliputi Aritmatika (berhitung), Pengantar Aljabar, Geometri, pengukuran, dan kajian data (pengantar statiska). Di antara materi ini yang menjadi perhatian utama untuk disajikan adalah penguasaan bilangan, termasuk berhitung.
Pendekatan Kooperatif Model TGT ( Team Games Tournament )
Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif mode TGT sebagai berikut:
1. Kelompokkan siswa dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga sampai dengan lima orang. Anggota-anggota kelompok dibuat heterogen meliputi karakteristik kecerdasan, kemampuan awal matematika, motiviasi belajar, jenis kelamin, atupun latar belakang etnis yang berbeda.
2. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan presentasi guru dalam menjelaskan pelajaran berupa paparan masalah, pemberian data, pemberian contoh. Tujuan peresentasi adalah untuk mengenalkan konsep dan mendorong rasa ingin tahu siswa.
3. Pemahaman konsep dilakukan dengan cara siswa diberi tugas-tugas kelompok. Mereka boleh mengerjakan tugas-tugas tersebut secara serentak atau saling bergantian menanyakan kepada temannya yang lain atau mendiskusikan masalah dalam kelompok atau apa saja untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Para siswa tidak hanya dituntut untuk mengisi lembar jawaban tetapi juga untuk mempelajari konsepnya. Anggota kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap belum selesai mempelajari materi sampai semua anggota kelompok memahami materi pelajaran tersebut.
4. Siswa memainkan pertandingan-pertandingan akademik dalam tournament mingguan dan teman sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain. Pertandingan indiviidual ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaaan siswa terhadap suatu konsep dengan cara siswa diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang dimiliki sebelumnya.
5. Hasil pertandingan selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya dan poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan untuk membentuk skor kelompok.
6. Setelah itu guru memberikan pernghargaan kepada kelompok yang terbaik prestasinya atau yang telah memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan disini dapat berupa hadiah, sertifikat, dan lain-lain.
Gagasan utama dibalik model TGT adalah untuk memotiviasi para siswa untuk mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang disajikan oleh guru. Jika para siswa menginginkan agar kelompok mereka memperoleh penghargaan, mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari materi yang diberikan. Mereka harus mendorong teman meraka untuk melakukan yang terbaik dan menyatakan suatu norma bahwa belajar itu merupakan suatu yang penting, berharga dan menyenangkan.
Hipotesis Tindakan
Melalui pendekatan kooperatif model TGT ( Team Games Tournament ) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika materi bangun ruang bagi siswa kelas VI SDN 1 Sonokidul Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora pada Semester I tahun pelajaran 2014 / 2015.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di kelas VI SDN 1 Sonokidul Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora.Karena peneliti merupakan guru kelas VI di SDN 1 Sonokidul kecamatan Kunduran Kabupaten Blora.
Penelitian dilakukan pada semester I tahun pelajaran 2014/2015 selama 5 bulan dengan rincian sebagai berikut: a. Bulan Juli digunakan untuk menyusun proposal Penelitian Tindakan kelas (PTK). b. Bulan Agustus digunakan untuk menyusun instrument penelitian. c. Bulan September digunakan untuk penyusunan tindakan siklus I dan siklus II. d. Bulan Oktober digunakan untuk analisis data. e. Bulan Nopember digunakan untuk pembahasan/diskusi f. Bulan Desember digunakan untuk menyusun laporan dan hasil kegiatan.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI dengan jumlah 8 siswa.Siswa laki-laki 1 siswa dan perempuan 7 siswa.
Keaktifan siswa dalam belajar matematika materi bangun ruang rendah begitu juga hasil belajar siswa materi bangun ruang juga rendah maka peneliti menggunakan metode pendekatan kooperatif model TGT ( Team Games Tournament ).
Data keaktifan siswa dalam belajar matematika materi bangun ruang kondisi awal. Dikumpulkan menggunakan teknik dokumentasi. Alatnya berupa dokumen catatan tentang keaktifan siswa belajar matematika materi bangun ruang; (2) data hasil belajar matematika materi bangun ruang kondisi awal. Dikumpulkan menggunakan teknik dokumentasi. Alatnya berupa dokumen daftar nilai; (3) data keaktifan siswa dalam belajar matematika materi bangun ruang siklus I. Dikumpulkan dengan teknik observasi. Alatnya berupa lembar observasi; (4) data hasil belajar matematika materi bangun ruang siklus I. dikumpulkan dengan teknik tes. Alatnya berupa butir soal; (5) data keaktifan siswa dalam belajar matematika materi bangun ruang siklus II. Dikumpulkan dengan teknik observasi. Alatnya berupa lembar observasi; (6) data hasil belajar matematika materi bangun ruang siklus II. dikumpulkan dengan teknik tes. Alatnya berupa butir soal.
Validitas data keaktifan belajar matematika siswa baik keaktifan belajar matematika siswa siklus I maupun keaktifan belajar matematika siswa siklus II yang dikumpulkan menggunakan teknik observasi supaya datanya valid perlu melibatkan observer teman sejawat yang dikenal dengan kolaborasi.
Validasi data hasil belajar matematika siswa baik hasil belajar matematika siswa siklus I maupun hasil belajar matematika siswa siklus II yang diperoleh menggunakan teknis tes supaya datanya valid divalidasi isinya dengan cara menyusun kisi-kisi sebelum butir soal dibuat.
Terdapat 3 data keaktifan belajar matematika siswa yaitu data keaktifan belajar siswa kondisi awal, data keaktifan belajar matematika siswa siklus I dan data keaktifan belajar matematika siswa siklus II.Keaktifan belajar matematika kondisi awal dengan keaktifan belajar matematika siklus I mengalami peningkatan dari kondisi awal tidak ada siswa yang bertanya pada siklus I ada 2 anak yang bertanya.Keaktifan belajar siklus I dengan keaktifan belajar siklus II juga mengalami peningkatan dari siklus I ada 2 siswa yang bertanya pada siklus II ada 5 siswa yang bertanya. Keaktifan belajar kondisi awal dengan keaktifan belajar kondisi akhir / siklus II mengalami peningkatan, dari kondisi awal tidak ada siswa yang mau bertanya pada kondisi akhir / siklus II ada siswa yang bertanya sebanyak 5 siswa. Dari paparan kondisi diatas dinyatakan bahwa perlu diadakan nya siklus I dan siklus II.
Terdapat 3 data hasil belajar matematika siswa yaitu data hasil belajar matematika siswa kondisi awal, data hasil belajar matematika siswa siklus I dan data hasil belajar matematika siswa siklus II. Hasil belajar matematika kondisi awal dengan hasil belajar matematika siklus I diharapkan meningkat dari kondisi awal nilai rata-rata siswa 6,5. diharapkan pada siklus I rata-rata siswa meningkat menjadi 6,0. Hasil belajar matematika siklus I dengan hasil belajar matematika siklus II diharapkan meningkat dari 6,0 menjadi 6,5. Hasil belajar matematika kondisi awal dengan hasil belajar matematika kondisi akhir/siklus II diharapkan meningkat dari rata-rata siswa 46,4 menjadi 6,5. Dari uraian di atas maka perlu diadakan siklus I dan siklus II.
Langkah pertama menentukan metode yang digunakan dalam penelitian.Peneliti tidak menggunakan penelitian kondisional, peneliti tidak menggunakan penelitian kondisional tetapi peneliti menggunakan metode penelitian tindakan.Langkah kedua menentukan tindakan minimal 2 tindakan dalam 2 siklus tindakan dalam penelitian menggunakan pendekatan kooperatif model TGT ( Team Games Tournament ). Langkah ketiga menentukan tahapan – tahapan dalam siklus ada 4 tahapan yaitu: 1. Membuat perencanaan tindakan (planning). 2. Melakukan tindakan sesuai dengan yang direncanakan (acting). 3. Melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan (observing). 4. Melakukan analisis deskripsi komparatif dilanjutkan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Diskripsi Data Keaktifan Siswa Dalam Belajar Matematika
Rendahnya keaktifan siswa dalam bertanya dan rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas VI SDN 1 Sonokidul Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora pada semester I tahun pelajaran 2014/2015 hal ini terbukti ketika siswa disuruh bertanya tidak ada yang mengacungkan jarinya untuk bertanya, berarti siswa sudah jelas semua, padahal dalam kenyataan ketika guru memberikan soal ulangan harian nilai siswa semua masih dibawah KKM.
Pada kondisi guru melakukan pembelajaran dengan metode ceramah.Saat guru menyampaikan materi kelihatannya anak –anak diam memperhatikan, saat guru bertanya apakah sudah jelas anak-anak tidak ada yang menjawab, saat guru bertanya apakah ada yang ingin ditanyakan anak-anak tidak ada yang bertanya.
Diskripsi Data Hasil Belajar Matematika
Guru dalam menyampaikan materi bangun ruang ini menggunakan metode ceramah sehingga ketika guru menyampaikan materi ini siswa ada yang bicara dengan temannya sendiri ada siswa yang memegangi rambutnya, ada yang bermain bolpoinnya sehingga perhatian siswa tidak fokus pada materi yang disampaikan gurunya.Dari 8 siswa hanya ada 1 siswa yang nilainya tuntas KKM.Jadi keberhasilanya hanya 12,5%.
Diskripsi Data Siklus I
Data keaktifan belajar matematika siklus I
Pada siklus I keaktifan siswa sedikit mengalami peningkatan dari kondisi awal tidak ada yang bertanya pada siklus I ini ada 2 siswa yang bertanya.
Data hasil belajar matematika siklus I
Pada siklus I hasil belajar matematika siswa meningkat dari kondisi awal tidak ada siswa yang tuntas pada siklus ini 4 siswa tuntas KKM.
Dari kondisi awal keaktifan siswa rendah ke siklus I keaktifan siswa dalam belajar matematika mengalami penigkatan.
Berdasarkan kondisi awal nilai rata-rata ulangan harian adalah 46,4 sedangkan pada siklus I nilai rata-rata ulangan harian adalah 67,5 apabila dibandingkan nilai ulangan harian pada siklus I mengalami peningkatan.
Simpulan:
Melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif model TGT ( Team Games Tournament ) dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada SDN 1 Sonokidul Semester I materi bangun ruang tahun pelajaran 2014 / 2015. Berdasarkan pada kondisi awal nilai rata – rata ulangan harian 46,4 menjadi 67,5 meningkat 50% pada siklus I.
Diskripsi Data Siklus II
Hasil pengamatan keaktifan siswa belajar matematika siklus II
Pada siklus II keaktifan siswa mengalami peningkatan dari siklus I hanya ada 2 siswa yang tidak bertanya. Pada siklus II ini sebagian besar siswa sudah berani bertanya.
Hasil pengamatan nilai ulangan matematika siswa siklus II
Pada siklus II ini nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan dari siklus I. pada siklus I nilai rata-rata siswa 67,5 sedangkan pada siklus II nilai rata-ratanya menjadi 70,5.
Kesimpulan:
Dari kondisi Siklus I siswa sudah berani untuk bertanya sedangkan pada siklus II sebagian besar siswa sudah berani bertanya baik kepada guru maupun pada teman sejawat jika mengalami kesulitan.
Berdasarkan kondisi Siklus I nilai rata-rata ulangan harian adalah 67,5 sedangkan pada siklus II nilai rata-rata ulangan harian adalah 70,5.Dari 8 siswa hanya 1 anak yang belum tuntas KKM.Jadi pada siklus II tingkat keberhasilanya mencapai 87,5%.
PENUTUP
Simpulan
1. Melalui pendekatan model pembelajaran kooperatif model TGT ( Team Games Tournament ) dapat meningkatkan keaktifan siswa belajar matematika pada SDN 1 Sonokidul Semester I materi Bangun Ruang tahun pelajaran 2014/2015. Dari kondisi awal keaktifan siswa belajar matematika rendah kekondisi akhir keaktifan siswa belajar matematika tinggi. Meningkat secara teoretik maupun secara empiric
2. Melalui pendekatan model pembelajaran kooperatif model TGT ( Team Games Tournament ) dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada SDN 1 Sonokidul Semester I materi Bangun Ruang tahun pelajaran 2014/2015. Dari kondisi awal hasil belajar matematika rata-rata 46,4 ke kondisi akhir 70,5 meningkat 87,5%
3. Melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif model TGT ( Team Games Tournament ) dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada SDN 1 Sonokidul Semester I materi bangun ruang tahun pelajaran 2014 / 2015. Berdasarkan pada kondisi awal nilai rata-rata ulangan harian 46,4 menjadi 67,5 meningkat 50% pada siklus I dan berdasarkan pada kondisi Siklus I nilai rata-rata ulangan harian 67,5 meningkat menjadi 70,5 naik 37,5% pada siklus II.
Saran
1. Bagi Siswa
Perlu penggunaan model pembelajaran kooperatif model TGT ( Team Games Tournament ) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika materi bangun ruang SDN 1 Sonokidul semester I tahun pelajaran 2014/2015.
2. Teman sejawat
Perlu penggunaan model pembelajaran kooperatif model TGT ( Team Games Tournament ) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika materi bangun ruang SDN 1 Sonokidul; Sekolah: perlu melengkapi alat peraga lain yang kemungkinan dibutuhkan dalam pembelajaran
3. perpustakaan
Hasil penelitian harus diarsipkan untuk dijadikan literature supaya bisa dijawab teman sejawat.
DAFTAR PUSTAKA
Felder, Richard M. 1994. Cooperative Learning in Technical Corse, (online), (Pcll\d\My% Document\Coop% 20 Report.
KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha Nasional.
Wahyuni, Dwi. 2001. Studi Tentang Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Matematika. Malang: Program Sarjana Universitas Negeri Malang.
http://rujukanskripsi.blogspot.com,2014, hakekat matematika, http://rujukanskripsi.blogspot.com/2014/06/kajian-teori-hakekat-hasil-belajar-matematika, di akses pada 20/9/2014 pukul 1:30 AM