PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS

TENTANG KENAMPAKAN ALAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS

PADA SISWA KELAS V-B SDN KEDUNGJENAR

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Siti Noer Roidah

SDN Kedungjenar Kecamatan Blora

 

ABSTRAK

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi kenampakan alam melalui penerapan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions pada siswa Kelas V-B SDN Kedungjenar Kecamatan Blora Kabupaten Blora tahun pelajaran 2017/2018. Penelitian dilaksanakan di Kelas V-B SDN Kedungjenar Kecamatan Blora Kabupaten Blora dengan jumlah siswa 35 anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak 2 siklus yang dalam setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumen, pengamatan, dan tes tertulis. Untuk memvalidasi data yang dikumpulkan, dibuat lembar pengamatan dan kisi-kisi soal ulangan. Hasil penelitian, pada kondisi awal keaktifan belajar siswa rendah dan nilai rata-rata 62,29. Dari KKM yang ditetapkan yaitu 70, jumlah siswa yang mampu mencapai KKM sebanyak 18 anak (51,43%). Pada siklus I keaktifan belajar siswa agak tinggi dan nilai rata-rata ulangan harian 69,14. Jumlah siswa yang mampu mencapai KKM menjadi 22 anak (62,86%). Pada siklus II keaktifan belajar siswa tinggi dan nilai rata-rata ulangan harian 77,14. Jumlah siswa yang mencapai KKM 30 anak (85,71%).

Kata Kunci: keaktifan belajar, hasil belajar, pembelajaran IPS, student team achievement divisions

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembelajaran IPS tidak hanya menuntut siswa untuk memahami apa yang telah dipelajari, tetapi juga harus mampu memberikan contoh-contoh sosial yang nyata di lingkungan masyarakat seputar materi yang disampaikan. Hal ini         berguna untuk   membawa keberhasilan bagi siswa dalam bermasyarakat dan proses menuju kedewasaan.

Hasil observasi yang peneliti lakukan di SDN Kedungjenar Kecamatan Blora dapat diketahui bahwa pembelajaran IPS masih terpusat pada guru, dan siswa cenderung pasif. Berdasarkan dokumen daftar nilai, hasil belajar IPS materi kenampakan alam tergolong rendah. Dari data rekap nilai ulangan harian siswa, diketahui bahwa dari 35 siswa, baru 18 siswa (51,43%) yang sudah mendapatkan nilai di atas KKM yaitu 70,00. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 17 siswa (48,57%) masih di bawah KKM. Rata-rata ulangan harian siswa juga sangat rendah yaitu 62,29. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa, yang akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPS, adalah model pembelajaran kooperatif model STAD (Student Team Achievement Divisions). Pembelajaran kooperatif model STAD memungkinkan terciptanya situasi belajar yang menyenangkan, meningkatkan interaksi dan kerjasama siswa baik terhadap kelompoknya maupun terhadap guru, serta menciptakan situsi belajar mengajar yang kondusif.

Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah yang tersirat di latar belakang, ditetapkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a.     Apakah model pembelajaran Student Team Achievement Divisions dapat meningkatkan keaktifan belajar IPS materi kenampakan alam pada siswa Kelas V-B SDN Kedungjenar Kecamatan Blora Tahun Pelajaran 2017/2018?

b.     Apakah model pembelajaran Student Team Achievement Divisions dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi kenampakan alam pada siswa Kelas V-B SDN Kedungjenar Kecamatan Blora Tahun Pelajaran 2017/2018?

Tujuan Peneitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah secara umum untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Lebih khusus penelitian ini bertujuan untuk:

a.     Meningkatkan keaktifan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi kenampakan alam pada siswa Kelas V-B SDN Kedungjenar Kecamatan Blora Tahun Pelajaran 2017/2018 melalui penerapan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions.

b.     Meningkatkan keaktifan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi kenampakan alam pada siswa Kelas V-B SDN Kedungjenar Kecamatan Blora Tahun Pelajaran 2017/2018 melalui penerapan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions.

Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat terutama bagi siswa yaitu menciptakan kebiasaan-kebiasaan positif seperti kebiasaan bekerja sama dalam kelompok, aktif dalam kegiatan belajar mengajar, bersosialisasi, mengemukakan pendapat, dan sebagainya dan bagi guru sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran kepada siswa dengan menerapkan model pembelajaran STAD dalam rangka meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS. Bagi sekolah diharapkan mampu meningkatkan kwalitas dan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sekolah karena hasil belajar siswa yang membanggakan.

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Kajian Pustaka

Keaktifan Belajar

Menurut Anton M. Mulyono (2001: 26), Aktivitas artinya “kegiatan/keaktivan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nonfisik, merupakan suatu aktivitas. Belajar menurut Oemar Hamalik (2001: 28), adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Jika seseorang telah belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut.

Selanjutnya Sardiman (2011: 22) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”. Dalam proses interaksi ini terkandung dua maksud yaitu: a) proses Internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar, b) proses ini dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera ikut berperan.

Dari uraian tentang belajar di atas peneliti berpendapat bahwa dalam belajar terjadi dua proses yaitu: a) perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang sedang belajar, b) interaksi dengan lingkungannya, baik berupa pribadi, fakta, dsb.

Berdasarkan pendapat diatas disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.

Paul D. Dierich, dalam (Oemar Hamalik 2001: 172) mengklasifikasikan aktivitas belajar atas delapan kelompok, yaitu: kegiatan-kegiatan visual, lisan (oral), mendengarkan, menulis, menggambar, metrik, mental dan emosional.

Berdasarkan pengertian aktivitas tersebut di atas, bahwa dalam belajar sangat dituntut keaktifan siswa. Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan.

Hasil Belajar

Belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik (Sardiman 2011: 21). Belajar dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Muhibin 2009: 68).

Piaget dalam Wina (2006: 123) berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subjek maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna.

Dari berbagai pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku yang dilakukan secara sengaja oleh guru kepada siswa melalui pengalaman belajar secara langsung sehingga anak mendapatkan pengetahuan yang bermakna.

Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nilai. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar.

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Apabila dikaitkan dengan belajar, maka pengertian prestasi akan mengarah pada hasil belajar yang telah dicapai. Hasil belajar merupakan suatu proses mental yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebiasaan, atau sikap yang diperoleh, disimpan, dan dilaksanakan dengan menimbulkan tingkah laku menetap.

Hasil belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses belajar. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark dalam Nana Sudjana (2005: 40) bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungannya. Selain faktor kemampuan siswa terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi, seperti motivasi, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Salah satu lingkungan belajar yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah kualitas pengajaran. Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana (2009: 22) secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Pembelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang bersifat terpadu (integrated) dari sejumlah mata pelajaran. Dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik sehingga pengorganisasian materi/bahan pelajaran disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik, dan kebutuhan peserta didik (Sapriya 2009: 8).

Pembelajaran IPS adalah proses membangun pemahaman tentang isi bahan kajian IPS pada diri siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran IPS merupakan proses memadukan berbagai pengetahuan sosial yang membahas, menyoroti, menelaah, mengkaji gejala, atau masalah sosial dari berbagai aspek kehidupan.

Pengorganisasian materi mata pelajaran IPS untuk jenjang SD/MI menganut pendekatan terpadu (integrated), artinya materi pelajaran yang dikembangkan dan disusun tidak mengacu pada disiplin ilmu yang terpisah melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata (factual/real) peserta didik sesuai dengan karakteristik usia, tingkat perkembangan berpikir, dan kebiasaan bersikap dan berperilakunya (Supriya, 2009: 194).

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu komponen pendidikan yang menekankan pada pembentukan aspek kepribadian dan tingkah laku siswa dalam kehidupan sosialnya. Melalui ilmu pengetahuan sosial, anak didik dan dibina kualitas kemanusiaannya selaras dengan nilai-nilai dalam masyarakat, sehingga dapat dijadikan dasar bagi anak dalam segala kepribadian dan tingkah lakunya.

Pembelajaran Kooperatif Model STAD

Menurut Wina (2006: 242), pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Stahl mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar (Etin 2007: 5).

Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2011: 58) menyatakan unsur-unsur pembelajaran kooperatif antara lain: 1) Saling Ketergantungan Positif (Positive Interdependence), 2) Tanggung Jawab Individual (Personal Responsibility), 3) Interaksi tatap muka (Face to Face Promotive Interaction), 4) Komunikasi Antar Anggota (Interpersonal Skill), dan 5) Pemrosesan Kelompok (Group Processing).

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan pada tim yang beranggotakan empat sampai lima orang yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, maupun tingkat kemampuannya (prestasinya). Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai materi tersebut. Pada tahap akhir, siswa dikenai kuis dengan catatan siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu. STAD terdiri dari lima komponen utama. Kelima komponen tersebut adalah presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim (Slavin 2009: 143).

Setiap penggunaan metode dalam pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, demikian pula dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif model STAD memiliki banyak keunggulan yaitu: pembelajaran menjadi aktif, siswa lebih mudah memahami konsep, kemampuan siswa dapat terbangun, meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik dan membantu siswa menumbuhkan berfikir kritis. Selain itu pembelajaran kooperatif model STAD memberikan pengaruh yang besar terhadap kemajuan siswa ke arah pengembangan nilai, sikap, dan tingkah laku yang memungkinkan mereka dapat berpartisipasi dalam kelompoknya sebab dalam STAD siswa dihadapkan pada kondisi kelompok yang heterogen dimana siswa harus belajar bagaimana mengemukakan pendapat, memberi kesempatan kepada teman untuk berpendapat, bagaimana menghargai pendapat teman satu timnya, saling mengoreksi kesalahan dan saling membetulkan satu sama lainnya.

Selain kelebihan-kelebihan di atas, STAD juga mempunyai kelemahan-kelemahan seperti halnya dengan kelemahan yang ada dalam pembelajaran kooperatif lainnya. Kelemahan tersebut adalah ramai, alokasi waktu yang kurang mencukupi, guru mengalami kesulitan dalam menciptakan situasi belajar kooperatif, siswa kurang dapat bekerjasama dengan teman yang tidak akrab, serta adanya dominasi dari siswa yang pandai.

Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal, guru sebagai peneliti belum menerapkan pembelajaran kooperatif model STAD, keaktifan dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi kenampakan alam masih rendah. Pada siklus I dan Siklus II, peneliti menerapkan pembelajaran kooperatif model STAD. Keaktifan dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi kenampakan alam meningkat. Apabila dibandingkan keaktifan dan hasil belajar kondisi awal dengan hasil pembelajaran pada siklus I, ternyata keaktifan dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi kenampakan alam pada siklus I terjadi peningkatan. Demikian juga pada Siklus II, setelah dilakukan pengamatan dan tes formatif di akhir pembelajaran, keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi kenampakan alam juga terjadi peningkatan.

Berdasarkan penjabaran diatas diduga bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi kenampakan alam bagi siswa Kelas V-B SDN Kedungjenar tahun pelajaran 2017/2018.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori serta kerangka berpikir tersebut maka peneliti mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:

a.     Melalui penerapan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions dapat meningkatkan keaktifan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi kenampakan alam pada siswa Kelas V-B SDN Kedungjenar Kecamatan Blora tahun pelajaran 2017/2018.

b.     Melalui penerapan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi kenampakan alam pada siswa Kelas V-B SDN Kedungjenar Kecamatan Blora tahun pelajaran 2017/2018.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kedungjenar Kecamatan Blora Kabupaten Blora. Sebagai subjek penelitian adalah siswa Kelas V-B dengan jumlah siswa 35 anak terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan mulai Juli sampai dengan bulan Oktober 2017. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2017/2018.

Dalam penelitian ini ada tiga teknik pengumpulan data yaitu teknik dokumen, pengamatan dan teknik tes tertulis. Data keaktifan belajar Pra Siklus diambil dari dokumen portofolio. Data hasil belajar IPS Pra Siklus diambil dari dokumen daftar nilai ulangan harian. Data keaktifan belajar Siklus I dan II diambil dari lembar pengamatan Siklus I dan II. Data hasil belajar IPS Siklus I dan II diambil dari hasil tes tertulis pada akhir siklus I dan II. Terdapat tiga data keaktifan belajar IPS yaitu data keaktifan belajar IPS Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II. Demikian juga dengan data hasil belajar IPS, juga terdapat tiga data yaitu data hasil belajar IPS Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II. Data-data tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan teknik deskriptif komparatif dilanjutkan dengan refleksi.

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi permasalahan yang dijadikan objek penelitian, peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Deskripsi Pra Siklus

Pembelajaran pra siklus menunjukkan proses dan hasil belajar yang rendah. Metode ceramah sangat mendominasi pembelajaran. Siswa hanya sebagai obyek pembelajaran. Dari jurnal pembelajaran diketahui kualitas pembelajaran sangat jauh dari ideal. Data keaktifan belajar siswa pada pembelajaran pra siklus antara lain: 1) Guru sudah melakukan apersepsi namun kurang sesuai dengan materi yang akan dipelajari, 2) Penyampaian materi sudah cukup jelas, 3) Pembelajaran lebih banyak menggunakan metode ceramah, 4) Guru belum memberikan LKS yang sesuai, 5) Siswa masih banyak yang pasif, 6) Sebagian besar siswa kurang antusias, dan 7) Pembelajaran didominasi beberapa siswa saja.

Pada akhir pembelajaran, ketika dilakukan ulangan, hasil yang dicapai masih jauh dari yang diharapkan. Dari 35 siswa, yang tuntas belajar (nilainya > 70) hanya 18 anak (51,43%). Sisanya, sejumlah 17 anak (48,57%) tidak tuntas belajar. Rata-rata nilai ulangan siswa adalah 62,29.

Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan tabel hasil ulangan harian yang dilakukan pada akhir pembelajaran Pra Siklus:

Tabel Hasil Ulangan Pembelajaran Pra Siklus

Nilai

Jumlah

%

Ket

30

2

5,71%

TT

40

4

11,43%

TT

50

5

14,29%

TT

60

6

17,14%

TT

70

11

31,43%

T

80

5

14,29%

T

90

2

5,71%

T

 

Dari tabel hasil ulangan di atas, berikut ini dapat disajikan tabel tingkat ketuntasan belajar pada pembelajaran Pra Siklus:

Tabel Ketuntasan Belajar Pra Siklus

Ketuntasan

Jumlah Siswa

Persentase

Tuntas

18

51,43%

Tidak Tuntas

17

48,57%

Jumlah

35

100%

 

Deskripsi Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada bulan Agustus 2017 dalam 3 kali pertemuan. Data keaktifan belajar yang dikumpulkan pada saat pembelajaran antara lain adalah: 1) Guru sudah melakukan apersepsi dan sesuai dengan materi yang akan dipelajari, 2) penyampaian materi sudah cukup jelas, 3) pembelajaran sudah menggunakan metode Student Team Achievement Divisions, 4) guru sudah memberikan LKS yang sesuai, 5) siswa masih banyak yang pasif dalam kegiatan diskusi, 6) beberapa siswa masih kurang antusias, 7) pembelajaran masih didominasi beberapa siswa saja.

Di akhir pembelajaran, dilakukan ulangan harian. Rata-rata nilai ulangan harian pada Siklus I adalah 69,14. Jumlah siswa yang mampu memenuhi KKM yang ditentukan adalah 22 anak (62,86%), sementara 13 anak (37,14%) masih dibawah KKM.

Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan tabel hasil ulangan harian yang dilakukan pada akhir pembelajaran Siklus I:

 

 

 

 

 

Tabel Hasil Ulangan Pembelajaran Siklus I

Nilai

Jumlah

%

Ket

40

3

8,57%

TT

50

5

14,29%

TT

60

5

14,29%

TT

70

9

25,71%

T

80

7

20,00%

T

90

4

11,43%

T

100

2

5,71%

T

 

            Dari tabel hasil ulangan di atas, berikut ini dapat disajikan tabel tingkat ketuntasan belajar pada pembelajaran Siklus I:

Tabel Ketuntasan Belajar Siklus I

Ketuntasan

Jumlah Siswa

Persentase

Tuntas

22

62,86%

Tidak Tuntas

13

37,14%

Jumlah

35

100%

 

Deskripsi Siklus II

Pelaksanaan Siklus II pada bulan September 2017 dalam 3 kali pertemuan. Data keaktifan belajar yang dikumpulkan pada saat pembelajaran antara lain adalah: guru sudah melakukan apersepsi dan sesuai dengan materi yang akan dipelajari, 2) penyampaian materi sudah cukup jelas, 3) pembelajaran sudah menggunakan metode Student Team Achievement Divisions, 4) guru sudah memberikan LKS yang sesuai, 5) siswa aktif dalam kegiatan diskusi, 6) semua siswa antusias dalam pembelajaran, 7) semua siswa terlibat dan ikut berperan dalam pembelajaran.

Di akhir pembelajaran, dilakukan ulangan harian. Rata-rata nilai ulangan harian pada Siklus II adalah 77,14. Jumlah siswa yang mampu memenuhi KKM adalah 30 anak (85,71%), sementara 5 anak (14,29%) masih dibawah KKM.

Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan tabel hasil ulangan harian yang dilakukan pada akhir pembelajaran Siklus II:

Tabel Hasil Ulangan Pembelajaran Siklus II

Nilai

Jumlah

%

Ket

50

3

8,57%

TT

60

2

5,71%

TT

70

12

34,29%

T

80

8

22,86%

T

90

5

14,29%

T

100

5

14,29%

T

 

Dari tabel hasil ulangan di atas, berikut ini dapat disajikan tabel tingkat ketuntasan belajar pada pembelajaran Siklus II:

Tabel Ketuntasan Belajar Siklus II

Ketuntasan

Jumlah Siswa

Persentase

Tuntas

30

85,71%

Tidak Tuntas

5

14,29%

Jumlah

35

100%

 

 

Pembahasan

Keaktifan Belajar

Berdasar data keaktifan belajar yang diperoleh, pada kondisi awal keaktifan belajar siswa rendah. Pada Siklus I sudah mulai ada peningkatan dan pada Siklus II keaktifan belajar siswa sudah tinggi. Berikut ini tabel perbandingan keaktifan belajar siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II.

Tabel Keaktifan Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

a.    Guru sudah melakukan apersepsi namun kurang sesuai dengan materi yang akan dipelajari

b.    Penyampaian materi sudah cukup jelas.

c.    Pembelajaran lebih banyak menggunakan metode ceramah.

d.    Guru belum memberikan LKS yang sesuai.

e.    Siswa masih banyak yang pasif.

f.                Sebagian besar siswa kurang antusias.

g.    Pembelajaran didominasi beberapa siswa saja.

a.    Guru sudah melakukan apersepsi dan sesuai dengan materi yang akan dipelajari.

b.    Penyampaian materi sudah cukup jelas.

c.    Pembelajaran menggunakan model STAD

d.    Guru sudah memberikan LKS yang sesuai.

e.    Siswa masih banyak yang pasif dalam kegiatan diskusi

f.                Beberapa siswa masih kurang antusias

g.    Pembelajaran masih didominasi beberapa siswa

a.    Guru sudah melakukan apersepsi dan sesuai dengan materi yang akan dipelajari.

b.    Penyampaian materi sudah cukup jelas.

c.    Pembelajaran menggunakan model STAD

d.    Guru sudah memberikan LKS yang sesuai.

e.    Siswa aktif dalam kegiatan diskusi

f.                Semua siswa antusias dalam pembelajaran

g.    Semua siswa terlibat dan ikut berperan dalam pembelajaran

 

Hasil Belajar

Pada pembelajaran pra siklus, guru belum menerapkan model pembelajaran STAD. Hasil belajar pada saat dilakukan ulangan harian menunjukkan jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 18 anak (51,43%) dan rata-rata nilainya 62,29. Pada pembelajaran siklus I, guru sebagai peneliti menerapkan model pembelajaran STAD. Berdasarkan hasil belajar Siklus I, siswa yang berhasil tuntas belajar adalah 22 anak (62,86%). Hasil ulangan harian menunjukkan nilai rata-rata siswa adalah 69,14. Kekurangan atau kelemahan yang ditemukan pada siklus I disempurnakan pada tindakan siklus II. Berdasarkan hasil belajar pada siklus II, siswa yang berhasil tuntas belajar adalah 30 anak (85,71%). Hasil ulangan harian menunjukkan nilai rata-rata siswa adalah 77,14.

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dikumpulkan, di akhir penelitian peneliti menyimpulkan bahwa:

a.     Penerapan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions dapat meningkatkan keaktifan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi kenampakan alam pada siswa Kelas V-B SDN Kedungjenar Kecamatan Blora tahun pelajaran 2017/2018.

b.     Penerapan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi kenampakan alam pada siswa Kelas V-B SDN Kedungjenar Kecamatan Blora tahun pelajaran 2017/2018.

 

 

Saran

a.     Disarankan kepada peserta didik untuk turut aktif dalam pembelajaran, terutama ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan harapan hasil belajar yang diraih dapat meningkat.

b.     Dengan berhasilnya penelitian ini, disarankan kepada teman-teman guru untuk turut serta menerapkan model pembelajaran kooperatif yang disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.

c.     Pihak sekolah diharapkan selalu membantu apabila ada guru yang berinisiatif melakukan penelitian tindakan kelas serta memberikan apresiasi positif karena muara dari dilakukannya penelitian tindakan kelas adalah meningkatnya kwalitas pendidikan di sekolah.

d.     Kepada pihak perpustakaan diharapkan dapat menyimpan laporan hasil penelitian tindakan kelas ini dengan harapan nantinya dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan referensi guru lain dalam melakukan penelitian tindakan kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Anton M Mulyono. 2000. Kamus Besar Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: P.T. Bumi Aksara

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers

Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning, alih bahasa Lita, Cet. 3. Bandung: Nusa Media

Solihatin, Etin. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar. Bandung: Sinar Baru Aglesindo

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada