PENINGKATAN KEBERANIAN MELAKUKAN GULING DEPAN

MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA PESERTA DIDIK

KELAS VI SDN PUNJULHARJO SEMESTER 1

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Eko Sya’roni

Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) Kelas VI SDN Punjulharjo

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keberanian dan meningkatkan pembelajaran senam lantai guling depan pada peserta didik Kelas VI SDN Punjulharjo semester 2 tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Tempat penelitian dilaksanakan di SDN Punjulharjo, Kec. Rembang, Kab. Rembang pada bulan Agustus sampai bulan September tahun 2016. Subyek penelitian adalah peserta didik Kelas VI di SDN Punjulharjo, Kec.Rembang, Kab. Rembang yang berjumlah 24 peserta didik. Alat pengumpulan data adalah lembar penilaian keberanian melakukan guling depan. Teknik analisis data dilakukan dengan analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Prosedur penelitian adalah tindakan dengan Model Siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu Perencanaan, Tindakan, Pengamatan dan Refleksi. Hasil penelitian adalah 1) Pendekatan bermain dapat meningkatkan keberanian melakukan guling dan 2) Siklus I peserta didik dalam kategori sangat berani hanya 3 peserta didik (12,5%), berani sebanyak 7 peserta didik (29,2%), cukup berani sebanyak 9 peserta didik (37,5%), dan kurang berani sebanyak 5 peserta didik (20,8%) mengalami peningkatan pada Siklus II, yaitu sangat berani sebanyak 5 peserta didik (20,8%), berani sebanyak 13 peserta didik (54,2%), cukup berani sebanyak 4 peserta didik (16,7%) dan kurang berani sebanyak 2 peserta didik (8,3%).

Kata Kunci:   Pendidikan Jasmani Olaahraga dan Kesehatan (PJOK), Keberanian, Senam Lantai, Permainan / Bermain.

 

PENDAHULUAN

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh, namun perolehan keterampilan dan perkembangan lain yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus sebagai tujuan. Melalui pendidikan jasmani, peserta didik disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan beraktivitas (Suherman, 2000: 1).

Senam dengan istilah lantai merupakan gerakan atau bentuk latihannya dilakukan di atas lantai dengan beralaskan matras. Salah satu contoh senam lantai adalah gerakan dengan melakukan guling depan. Sikap senam lantai guling depan dimulai dengan jongkok dengan kedua kaki agak dibuka dan kedua tumit diangkat lalu kedua telapak tangan diletakkan pada matras dan kedua lengan lurus dan sejajar dengan bahu. Kemudian gerakannya dimulai dengan mengangkat pinggul keatas sehingga kedua lutut lurus dan berat badan berada pada kedua tangan sambil membengkokkan kedua siku ke samping, masukan kepala diantara kedua tangan sampai seluruh pundak mengenai matras dan pinggul di dorong ke depan pelan-pelan. Kemudian sikap akhir dimulai dengan jongkok dan kedua lutut diangkat dan kedua lengan lurus kedepan sorong keatas kemudian berdiri tegak.

Berdasarkan pengamatan saat proses pembelajaran PJOK dalam materi guling depan di Kelas VI terlihat banyak peserta didik yang pasif dan kurang antusias dalam proses pembelajaran. Hal itu dapat dilihat dari aktivitas peserta didik yang banyak duduk, mengobrol, gaduh dan peserta didik yang mencoba mempraktikan materi senam lantai guling depan hanya sedikit jumlahnya. Hal ini dapat diartikan bahwa minat peserta didik terhadap materi senam lantai guling depan masih rendah. Selain itu, terdapat beberapa peserta didik yang masih sulit melakukan gerakan senam lantai guling depan karena peserta didik merasa malu dan takut. Selain kurangnya keberanian masalah lain juga muncul, diantaranya koordinasi dan kontrol gerak yang kurang baik karena diawali dengan perasaan takut, faktor keselamatan menurun karena kepercayaan didi hilang karena adanya perasaan takut, kedisiplinan peserta didik menurun sehingga enggan melakukan guling depan karena perasaan takut. Untuk mengatasi rasa takut peserta didik, seorang guru harus mampu menggunakan pendekatan pembelajaran yang menyenangkan, guna mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran guling depan melalui bermain merupakan salah satu cara untuk mengatasi rasa takut peserta didik dalam melakukan guling depan. Dari pembelajaran senam khususnya guling depan pada Kelas VI di SDN Punjulharo Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang, dari 24 peserta didik 45% berani melakukan guling depan dan 55% masih takut untuk melakukan guling depan, sehingga nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 75 belum tercapai. Dari permasalahan yang ada maka penulis tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Peningkatan Keberanian Melakukan Guling Depan melalui Pendekatan Bermain pada Peserta didik Kelas VI SDN Punjulharjo Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2010: 20), ada empat tahapan penting dalam penelitian tindakan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi

Subyek penelitian ini adalah peserta didik Kelas VI SDN Punjulharjo Kec. Rembang, Kab. Rembang pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 24 peserta didik. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Punjulharjo pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 pada bulan Agustus – September 2016.          

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui lembar observasi keberanian peserta didik dalam melakukan guling depan. Adapun teknik pengumpulan datanya berupa format pengamatan keberanian guling depan dengan level keberanian: sangat berani, berani, cukup berani, kurang berani.

Analisa data dilakukan dengan cara merefleksi hasil observasi dan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan peserta didik di lapangan dan diolah menjadi kalimat yang bermakna dan dianalisis. Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan deskripsi komparatif, yaitu dengan membandingkan data kuantitatif pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.

 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Siklus I

Pertemuan pertama, dimulai dengan pemanasan, yaitu penguluran dan permainan melempar gelang. Sebelum melakukan latihan guling depan, terlebih dahulu penulis menjelaskan dan memberikan contoh kegiatan pembelajaran guling depan dengan bermain gajah berjalan. Pertemuan kedua adalah melakukan evaluasi pembelajaran, yaitu penilaian keberanian setiap peserta didik dan hasilnya dicatat pada lembar pengamatan.

Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung mulai dari pemanasan, melakukan guling depan dengan pendekatan bermain gajah berjalan hingga pendinginan. Berikut adalah hasil penilaian keberanian peserta didik pada Siklus I:

Tabel 1. Penilaian Keberanian Peserta Didik pada Siklus I.

No

Kategori

Jumlah

Persentase

1

Sangat berani

3

12,5 %

2

Berani

7

29,2 %

3

Cukup berani

9

37,5 %

4

Kurang berani

5

20,8 %

5

Ketuntasan

10 (41,7%)

 

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada Siklus I ini peserta didik yang berada dalam level kurang berani hanya 5 orang atau 20,8% dan level cukup berani sebanyak 9 orang atau 37,5%. Dengan demikian ketuntasan pada Siklus I sebesar 41,7%.

Deskripsi Siklus II

Pertemuan pertama, pembelajaran pada Siklus II hampir sama dengan Siklus I, yang membedakan adalah jenis permainan yang digunakan. Pada pertemuan pertama peserta didik berlatih guling depan dengan permainan gerobak dorong. Pertemuan kedua melakukan evaluasi pembelajaran, yaitu penilaian keberanian setiap peserta didik dan hasilnya dicatat pada lembar pengamatan. Sebelum melakukan evaluasi atau penilaian, terlebih dahulu guru memberikan contoh guling depan dengan bermain gerobak dorong dan semua peserta didik melakukan guling depan kembali baru kemudian dilakukan evaluasi.

Hasil observasi kemampuan gerak peserta didik pada Siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2. Penilaian Keberanian Peserta Didik pada Siklus II.

No

Kategori

Jumlah

Persentase

1

Sangat berani

5

20,8 %

2

Berani

13

54,2 %

3

Cukup berani

4

16,7 %

4

Kurang berani

2

8,3 %

5

Ketuntasan

18 (75%)

 

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada Siklus II ini peserta didik yang berada dalam level kurang berani hanya 2 orang atau 8,3%, level cukup berani sebanyak 4 orang atau 16,7%, level berani 13 orang atau 54,2% dan level sangat berani sebanyak 5 orang atau 20,8%. Dengan demikian ketuntasan pada Siklus II sebesar 75%.

 

 

Pembahasan

Hasil evaluasi pada Siklus I sudah menunjukkan peningkatan keberanian peserta didik. Hal ini dapat terlihat dari ketuntasan pada Siklus I mencapai 41,7% atau 10 peserta didik yang telah memenuhi indikator keberhasilan. Walaupun sudah mengalami peningkatan tetapi masih belum memenuhi kriteria keberhasilan. Oleh karena penulis masih melakukan perbaikan pembelajaran pada Siklus II dengan permainan yang berbeda, yaitu gerobak dorong.

Sama halnya dengan Siklus I, pada Siklus II ini persiapan dan kegiatan sama seperti Siklus I, yang membedakan hanyalah pendekatan permainan yang digunakan. Pada Siklus II peserta didik sudah lebih nyaman dan sudah bisa beradaptasi dengan pendekatan yang dilakukan oleh guru, sehingga peserta didik lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Peserta didik mengikuti semua yang dicontohkan oleh guru dan semuanya mencoba melakukan guling depan dengan cara bermain gerobak dorong. Untuk menilai keberanian peserta didik dalam melakukan guling depan, pada pertemuan kedua dilakukan penilaian guling depan yang nantinya dijadikan bahan evaluasi pembelajaran apakah berhasil atau tidak.

Dari hasil evaluasi pada Siklus II, keberanian peserta didik mengalami peningkatan yang signifikan. Berikut adalah perbandingan penilaian keberanian peserta didik pada Siklus I dan Siklus II:

Tabel 3. Perbandingan Penilaian Keberanian Peserta Didik tiap Siklus0

No

Kategori

Siklus I

Siklus II

1

Sangat berani

3(12,5%)

5 (20,8 %)

2

Berani

7 (29,2%)

13 (54,2 %)

3

Cukup berani

9 (37,5%)

4 (16,7 %)

4

Kurang berani

5 (20,8%)

2 (8,3 %)

5

Ketuntasan

10 (41,7%)

18 (75%)

 

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan ketuntasan peserta didik. Pada Siklus II, ketuntasan sudah mencapai 75%, sehingga telah memenuhi kriteria keberhasilan oleh karena itu perbaikan pembelajaran dihentikan pada Siklus II ini.

PENUTUP

Kesimpulan

1.     Pendekatan bermain dapat meningkatkan keberanian melakukan guling depan pada peserta didik Kelas VI SDN Punjulharjo Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.

2.     Melalui pendekatan bermain terjadi peningkatan keberanian dalam melakukan guling depan pada setiap siklus. Siklus I peserta didik dalam kategori sangat berani hanya 3 peserta didik (12,5%), berani sebanyak 7 peserta didik (29,2%), cukup berani sebanyak 9 peserta didik (37,5%), dan kurang berani sebanyak 5 peserta didik (20,8%) mengalami peningkatan pada Siklus II, yaitu sangat berani sebanyak 5 peserta didik (20,8%), berani sebanyak 13 peserta didik (54,2%), cukup berani sebanyak 4 peserta didik (16,7%) dan kurang berani sebanyak 2 peserta didik (8,3%).

 

 

Saran

1.     Bagi Peserta didik

Peserta didik diharapkan untuk berlatih secara mandiri, sehingga dapat mengurangi rasa takut terutama dalam melakukan guling depan.

2.     Bagi Guru

a.     Guru harus mengembangkan pengetahuannya mengenai kegiatan-kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan guling depan, sehingga dapat memberikan pembelajaran yang lebih bervariasi bagi peserta didik dan tidak membuat peserta didik bosan.

b.     Guru hendaknya senantiasa memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menciptakan ide-ide baru dan memupuk rasa percaya diri peserta didik tidak hanya mampu meniru, tetapi juga mampu mengembangkan bahkan menciptakan ide.

3.     Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap terutama media pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik, sehingga peserta didik termotivasi untuk selalu belajar dan mengembangkan kemampuannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Aditya Media.

BNSP. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Debdikbud.

Edi, P. 2012. Peningkatan Pembelajaran Servis Bawah Melalui Pendekatan Bermain Dalam Permainan Bola Voli Mini Pada Siswa Kelas IV MI MA’ARIF Bandungrejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Skripsi. Yogyakarta: FIK UNY.

Findley, P. Diakses dalam http://www.indoskrisi.com

Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Herman, S. 2007. Permainan Kecil di Sekolah Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Indra. 2010. Pengertian Keberanian. Diakses dalam http://www.indoskripsi.com. Diunduh pada tanggal 14 Januari 2017.

Lestari, T.I. 2009. Peningkatan efektivitas pembelajaran senam lantai melalui pendekatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (Pakem). Skripsi. Yogyakarta: FIK UNY.

Lutan, R.2004. Strategi Pembelajaran Penjas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mahendra, A. 2001. Pembelajaran Senam di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Muhajir. 2004. Pendidikan Jasmani Teori dan Praktek. Jakarta: Erlangga.

Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Debdikbud.

Paturusi, A. 2012. Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: Rineka Cipta.

Samsudin, 2008. Pengertian Pendidikan Jasmani. http://wijayalabs.blogspot.com/2007/11/. Diakses tangggal 14 Januari 2017.

Suherman, A. 2000. Dasar-dasar Penjaskes. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sulistyaningsih, D. 2015. Peningkatan pembelajaran senam lantai guling depan melalui permainan pada siswa kelas IV SD Negeri Nogotirto Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman DIY Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. FIK UNY.

Syahara, S. 2008. Pembelajaran Senam dan Aktivitas Ritmik. Jakarta: Depdiknas.

Wijayanto, C.2011.Penggunaan sarana bidang miring sebagai upaya menumbuhkan motivasi belajar guling depan pada pembelajaran senam lantai. Skripsi. Yogyakarta. FIK UNY.