Peningkatan Kemampuan dan Aktivitas Peserta Didik Melalui Model Project Based Learning
PENINGKATAN KEMAMPUAN DAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK
PADA MATERI MOMENTUM DAN IMPULS DALAM PEMBUATAN ROKET AIR MELALUI MODEL PROJECT BASED LEARNING
Lina Marliyana
Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Cimahi
ABSTRAK
Berhasilnya kegiatan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya adalah faktor guru, karena gurulah yang secara langsung dapat mempengaruhi, mengarahkan dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan peserta didik. Dalam permasalahan ini, guru berperan penting dalam memilih dan menentukan model pembelajaran yang tepat serta sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Dari pengamatan penulis di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4 Kota Cimahi masih banyak peserta didik yang kemampuannya dalam mata pelajaran fisika masih rendah yaitu 17% pesera didik yang mendapat nilai diatas KKM yang ditetapkan. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis mencoba melakukan penelitian di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4 Cimahi dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) dalam proses pembelajarn Momentum dan Impuls dengan membuat Roket Air. Tujuan dari penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah: (1) untuk menggambarkan kemampuan dan aktivitas peserta didik dalam materi momentum dan impuls dengan menggunakan model Project Based Learning), (2) untuk mengetahui proses peningkatan kemampuan dan aktivitas peserta didik dalam materi mmentum dan impuls dengan menggunakan model Project Based Learning), (3) untuk mengukur besarnya peningkatan kemampuan dan aktivitas peserta didik dalam materi mmentum dan impuls dengan menggunakan model Project Based Learning. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik dalam bentuk Action Research. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) pada proses pembelajaran aktivitas serta persentase ketuntasan peserta didik dalam membuat proyek roket air menjadi lebih meningkat, yaitu dari 17% pada pra siklus menjadi 53% pada siklus I dan jauh lebih meningkat lagi menjadi 100% pada siklus II. Dari deskripsi di atas, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) dapat meningkatkan kemampuan dan aktivitas peserta didik dalam materi momentum dan impuls. Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model dalam proses pembelajaran fisika di sekolah.
Kata kunci: Model Pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning), Kemampuan peserta didik, proyek roket air
Pendahuluan
Pola pikir kurikulum 2013 mengembangkan penguatan pembelajaran aktif – mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan pendekatan saintifik). Penggunaan model pembelajaran seperti: Inquiry, Discovery Learning, Problem Based Learning dan Project Based Learning merupakan model-model pembelajaran yang dikembangkan pada kurikulum 2013.
Pelajaran fisika umumnya merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh peserta didik dikarenakan banyak rumus-rumusnya, kemampuan serta keaktifan peserta didiknyapun rendah. Kenyataan di lapangan khususnya di SMAN 4 Cimahi di kelas XI IPA-2 dengan peserta didik berjumlah 36 orang dan KKM Fisika 75 dapat dibuktikan dari hasil ulangan harian rata-rata nilainya 50 jauh dibawah nilai KKM. Peserta didik yang mendapat nilai dibawah KKM ada 30 orang, maka 83% peserta didik tidak dapat menyerap materi dengan baik. Berdasarkan observasi peneliti bahwa peserta didik kurang antusias dalam mengikuti mata pelajaran fisika.
Hasil belajar dan keaktifan peserta didik pada mata pelajaran fisika masih rendah dikarenakan pada umumnya pengajar fisika masih menggunakan metode konvensional yaitu siswa sebagai objek dari awal sampai akhir kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi kurang menarik bahkan membosankan. Kurikulum 2013 dituntut menggunakan pendekatan saintifik, dimana peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi dan menggunakan pengetahuan. Maka pengajar mata pelajaran fisika dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik, materi pembelajaran harus berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu. Untuk memotivasi peserta didik agar aktif dalam mencari dan mengolah pengetahuan diupayakan melakukan percobaan pada waktu kegiatan belajar mengajar, pada kenyataannya dalam melakukan percobaan tidak cukup waktu dalam 2 jam pelajaran. Oleh karena itu supaya dapat menerapkan aplikasi dari materi yang telah dipelajarinya, maka peserta didik diberi tugas dalam pembuatan suatu produk dan waktunya pun diluar tatap muka sehingga merupakan tugas mandiri.
Materi momentum dan impuls pada mata pelajaran fisika penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dapat dengan mudah terlihat hasilnya, seperti; terjadi tolakan senapan terhadap orang saat setelah penembakan, gaya dorong gas pada balon setelah ikatan balon dilepas, dan lain-lain. Sebagai pengajar fisika berharap peserta didik dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi kehidupan. Penerapan materi momentum dan impuls dalam kehidupan sehari-hari salah satunya adalah gaya dorong semburan gas pada roket.
Penulis dalam kegiatan belajar mengajar ini akan menggunakan model pembelajaran project based learning dalam pembuatan roket air. Pada proses pembelajarannya peserta didik mencari informasi dari berbagai sumber tentang roket air dan mempraktekkannya. Diharapkan peserta didik dengan membuat roket air akan melatih peserta didik untuk berfikir kritis, memiliki sikap ilmiah dan dapat memecahkan permasalahan yang terjadi sampai dapat membuat karya atau produk yang bermanfaat bagi manusia. Sesuai dengan definisi belajar yang dikemukakan oleh Morgan (1978), belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Alasan menggunakan model pembelajaran ini menekankan pada proses pembelajaran jangka panjang, peserta didik terlibat secara langsung dengan berbagai isu dan persoalan kehidupan sehari-hari, belajar bagaimana memahami dan menyelesaikan persoalan nyata, bersifat interdisipliner, dan melibatkan siswa sebagai pelaku mulai dari merancang, melaksanakan dan melaporkan hasil kegiatan (student centered).
Oleh karena itu penulis mencoba mengangkat masalah ini menjadi suatu penelitian tindakan kelas dengan judul “ Peningkatan Kemampuan dan Aktivitas Peserta Didik pada Materi Momentum dan Impuls dalam Pembuatan Roket air melalui Model Project Based Learning di Kelas XI IPA-2 SMAN 4 Cimahi “
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini diuraikan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah model Project Based Learning dapat meningkatkan kemampuan dan aktivitas peserta didik dalam materi momentum dan impuls ?
2. Bagaimanakah proses peningkatan kemampuan dan aktivitas belajar peserta didik dalam materi momentum dan impuls sebelum dan sesudah menggunakan model Project Based Learning ?
3. Seberapa besar peningkatan kemampuan dan aktivitas peserta didik dengan menggunakan model Project Based Learning ?
Dengan menggunakan model pembelajaran project based learning, maka kemampuan dan aktivitas peserta didik kelas XI IPA-2 di SMAN 4 Cimahi pada materi momentum dan impuls menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Kajian Teori
Model Project Based Learning
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual dan operasional pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan dan budaya. Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat dilakukan dengan model pembelajaran antara lain inquiry learning, discovery learning, problem based learning dan project based learning.
Beberapa definisi model pembelajaran berbasis proyek, diantaranya adalah sebagai berikut:
Menurut Joel L Kleint et. Al (2009). Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah strategi pembelajaran yang memberdayakan peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru berdasar pengalamannya melalui berbagai presentasi.
Menurut Thomas (2000). Pembelajaran berbasis proyek atau project based learning merupakan tugas-tugas komplek yang didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan yang menantang atau permasalahan yang melibatkan para peserta didik di dalam desain, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, atau aktivitas investigasi, memberi peluang para peserta didik untuk bekerja secara otonomi dengan periode waktu yang lama, dan akhirnya menghasilkan produk-produk yang nyata atau presentasi-presentasi.
Menurut Mahanal (2009). Pembelajaran berbasis proyek atau project based learning adalah pembelajaran dengan menggunakan proyek sebagai metode pembelajaran. Para peserta didik bekerja secara nyata, seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan produk secara realistis
Menurut Kamdi (2007). Pembelajaran berbasis proyek atau project based learning mendukung proses konstruksi pengetahuan dan pengembangan kompetensi produktif, pembelajaran yang secara aktual muncul dalam bentuk-bentuk keterampilan okupasional / tehnikal (technical skills) dan keterampilan sebagai pekerja yang baik (employability skills)
Menurut Corebima (2009). Pembelajaran berbasis proyek atau project based learning memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja (performance) secara umum peserta didik melakukan kegiatan, mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka, melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah dan mensintesis informasi
Menurut Depdiknas (2003: 7) menegaskan bahwa pembelajaran berbasis project based learning merupakan pendekatan pembelajaran yang membutuhkan suatu pembelajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi suatu materi pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkonstruk (membentuk pembelajarannya) dan mengkulminasikannya dalam pruduk nyata.
Menurut Bern dan Erickson (2001: 7) menegaskan bahwa pembelajaran berbasis project based learning merupakan pendekatan yang memusat pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin, melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya, mendorong siswa untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran dan pada akhirnya menghasilkan karya nyata.
Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran) dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penelitian (discovery learning). Agar peserta didik menghasilkan karya konstektual baik individu maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis proyek (project based learning). Demikian pula pada Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang standar penilaian mengatakan bahwa seorang prndidik untuk menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja yaitu penilaian yang menuntut siswa mendemontrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek dan penilaian portopolio. Untuk penilaian proyek yang dilakukan oleh seorang pendidik, menurut standar penilaian adalah dilakukan setiap akhir bab atau tema pelajaran.
Dari beberapa uraian di atas mengenai pengertian model pembelajaran berbasis proyek dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Pembelajaran proyek akan membuat peserta didik menjadi lebih aktif, kreatif, inovatif serta termotivasi untuk belajar sehingga dapat dengan mudah memahami apa yang diajarkan oleh pendidik dan hasil belajar peserta didik akan menjadi lebih baik.
Pembelajaran berbasis proyek atau project based learning memiliki karakteristik, diantaranya sebagai berikut:
a. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja
b. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik
c. Peserta didik menesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan
d. Peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan
e. Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu
f. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan
g. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif
h. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan
Kemampuan dan Aktivitas
Menurut Stepen P Robbins (2003:52), kemampuan adalah suatu kapasitas individu untuk melaksanakan tugas dalam pekerjaan tertentu. Menurut Soelaiman (2007: 112), kemampuan adalah sifat yang dibawa lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang yang dapat menyelesaikan pekerjaannya, baik secara mental ataupun fisik. Menurut Mc Shane dan Glinow dalam Buyung (2007:37) Kemampuan adalah kecerdasan-kecerdasan alami dan kapabilitas dipelajari yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
Kemampuan kognitif adalah penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan melalui pengalaman sendiri. Menurut Anas Sudijono (2001: 49) ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Robert M Gagne dalam W.S Winkel (1996: 102) juga menyatakan bahwa ruang gerak pengaturan kegiatan kognitif adalah aktivitas mentalnya sendiri. Lebih lanjut Gagne menjelaskan bahwa pengaturan kegiatan kognitif mencakup penggunaan konsep dan kaidah yang telah dimiliki terutama bila sedang menghadapi suatu problem.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif adalah penampilan yang dapat diamati dari aktivitas mental (otak) untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman sendiri. Pengaturan aktivitas mental dengan menggunakan kaidah dan konsep yang telah dimiliki yang kemudian direpresentasikan melalui tanggapan, gagasan atau lambang.
Kemampuan motorik (motorik skills) berkaitan dengan serangkaian gerak-gerik jasmaniah dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu. W.S Winkel (1996: 339) memaparkan biarpun belajar keterampilan motorik mengutamakan gerakan-gerakan seluruh otot, urat-urat dan persendian dalam tubuh, namun diperlukan pengamatan melalui alat-alat indera dan pengolahan secara kognitif yang melibatkan pengetahuan dan pemahaman.
Dalam fisafat, aktivitas adalah suatu hubungan khusus manusia dengan dunia Suatu proses yang dalam perjalanannya manusia menghasilkan kembali dan mengalihwujudkan alam, karena ia membuat dirinya sendiri subjek aktivitas dan gejala-gejala alam sebagai objek aktivitas.
Dalam psikologi, aktivitas adalah sebuah konsep yang mengandung arti fungsi individu dalam interaksinya dengan sekitarnya. Aktivitas psikis adalah hubungan khusus dari benda hidup dengan lingkungan. Aktivitas psikis eksternal terdiri dari operasi-operasi yang spesifik manusia dengan objek-objek yang ada yang dipengaruhi oleh lengan, jari dan kaki. Aktivitas psikis internal berlangsung dalam pikiran, dengan menggunakan tindakan-tindakan mental di mana manusia beroperasi dengan gambaran-gambaran dinamisnya.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan dan aktivitas merupakan kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan.
Pembelajaran kemandirian membutuhkan suatu keaktifan peserta didik, seperti: mengerjakan tugas, menanggapi pekerjaan teman, mendengarkan penjelasan, melakukan percobaan
Metode Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMAN 4 Cimahi yang beralamat di jalan Kihapit Barat No. 323 Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan.Yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA – 2 dengan jumlah 36 orang yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.Kelas XI IPA – 2 pada mata pelajaran fisika sebanyak 30 orang dari 36 siswa mendapat nilai di bawah KKM kira-kira sekitar 83% peserta didik belum tuntas serta kurangnya aktivitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran fisika, oleh karena itu memerlukan penanganan yang segera.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. Waktu yang diperlukan untuk pembelajaran konsep momentum dan impuls adalah 8 jam pelajaran. Dalam satu minggu mata pelajaran fisika terdiri dari 4 jam pelajaran, berlangsung selama 4 x 45 menit. Maka dalam seminggu berlangsung dua kali pertemuan.
Hasil Penelitian
Kegiatan Pendahuluan
Sebelum melakukan tindakan dalam penelitian, penulis melakukan observasi awal di kelas. Hasil observasi menunjukkan hasil kemampuan peserta didik dalam mata pelajaran fisika masih tergolong rendah serta aktivitas peserta didiknyapun kurang aktif. Oleh karena itu maka penulis menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) pada materi momentum dan impuls di kelas XI IPA – 2 SMAN 4 Cimahi. Proses pembelajaran dimulai dengan mengadakan tes awal di kelas XI IPA – 2 untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik. Nilai tes awal dijadikan acuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik setelah digunakan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning).
Tabel 4.1 Data Hasil Belajar Peserta Didik pada Pra Siklus
Rata-rata |
50 |
Nilai Tertinggi |
80 |
Nilai Terendah |
30 |
Ketuntasan |
17% |
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat terlihat bahwa peserta didik hanya memperoleh nilai rata-rata 50 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 30 dan peserta didik yang hasil kemampuan belajarnya ≥ KKM ada 6 orang atau 17% dari nilai KKM yang ditetapkan di kelas XI IPA adalah 75, sedangkan peserta didik yang nilainya di bawah KKM masih sangat banyak yaitu 30 orang atau 83% dari jumlah peserta didik 36 orang. Hal ini memberikan gambaran bahwa hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran fisika sangat rendah sehingga perlu perbaikan dalam model pembelajaran.
Siklus I
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam 2 x pertemuan, pertemuan pertama tentang Momentum dan Impuls yang dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 3 oktober 2015 jam ke 3 – 4 pukul 08.30 – 10.00 WIB
Pertemuan kedua tentang Hukum Kekekalan Momentum, dilaksanakan pada: hari sabtu tanggal 10 oktober 2015 Jam ke: 3– 4, pukul: 08.30 – 10.00 WIB
Keaktifan peserta didik tersebut dapat dilihat dengan adanya respon peserta didik selama kegiatan belajar mengajar.
Data mengenai keaktifan peserta didik pada siklus I menunjukkan bahwa masih banyak peserta didik yang belum aktif mengikuti proses pembelajaran, sehingga perbaikan proses kegiatan pembelajaran harus dilakukan pada siklus berikutnya.
Aktivitas guru pada saat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada kegiatan inti, penutup dan saat proses belajar mengajar ada pada kriteria baik yakni 79,8%, dapat dikatakan belum mencapai maksimal artinya harus ditingkatkan lagi langkah-langkah dalam kegiatan belajar mengajarnya.
Hasil belajar peserta didik pada materi momentum dan impuls pada siklus I dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Peserta Didik pada Siklus I
Rata-rata |
69 |
Nilai Tertinggi |
85 |
Nilai Terendah |
45 |
Ketuntasan |
53% |
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa nilai rata-rata 69 dengan nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 85. Peserta didik yang hasil belajarnya sama dengan atau lebih dari KKM sebanyak 19 orang (53%) dari nilai KKM 75. Dan berdasarkan grafik 4.4 tampak peserta didik yang belum tuntas berwarna merah sebanyak 17 orang (47%) dari jumlah keseluruhan peserta didik adalah 36 orang dan peserta didik yang sudah tuntas berwarna biru sebanyak 19 orang (53%). Hal ini memberikan gambaran bahwa perolehan hasil belajar peserta didik pada siklus I sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan perolehan hasil belajar pada pra siklus.
Pelaksanaan tes uji coba roket dilaksanakan pada hari kamis tanggal 15 oktober 2015, Jam ke: 1 – 2, pukul: 07.00 – 08.30 WIB. Hasil uji coba roket peserta didik pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Data perolehan uji coba roket pada siklus I
No. |
Nama Kelompok |
Score |
Ket |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
|||
1. |
Abi Legawa dkk
|
|
v |
|
|
Daya dorong, jangkauan dan ketinggian roket sebagian kecil bagus |
2. |
Alfia dkk
|
|
v |
|
|
Daya dorong, jangkauan dan ketinggian roket sebagian kecil bagus |
3. |
Bobby R dkk |
|
|
v |
|
Daya dorong, jangkauan dan ketinggian roket sebagian besar bagus |
4. |
Brilliant dkk
|
v |
|
|
|
Daya dorong, jangkauan dan ketinggian roket tidak bagus |
5. |
Devin dkk |
|
v |
|
|
Daya dorong, jangkauan dan ketinggian roket sebagian kecil bagus |
6. |
Robbi dkk |
|
|
v |
|
Daya dorong, jangkauan dan ketinggian roket sebagian besar bagus |
7. |
Yosef dkk |
|
|
|
v |
Daya dorong, jangkauan dan ketinggian roket sangat bagus |
Berdasarkan tabel 4.3 peserta didik yang berhasil uji coba roket yang memiliki daya dorong roketnya bagus sehingga jangkauan roket cukup jauh dan mencapai ketinggian roket yang cukup tinggi hanya 1 kelompok (14%), uji coba roket yang memiliki daya dorong roketnya cukup bagus tapi jangkauan atau ketinggiannya masih kurang jauh ada 2 kelompok (29%) dan yang kurang daya dorong roketnya serta yang tidak ada daya dorong roketnya ada 4 kelompok (57%). Hal ini menunjukkan bahwa perolehan hasil uji coba roket masih harus diperbaiki lagi
Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, Pertemuan pertama tentang tumbukan yaitu tumbukan lenting sempurna akan dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 22 oktober 2015, jam ke 1 – 2 , pukul 07.00 – 08.30 WIB
Pertemuan kedua tentang tumbukan tidak lenting sempurna dan tumbukan lenting sebagian yang akan dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 24 oktober 2015, jam ke 3 – 4, pukul 08.30 – 10.00 WIB
Aktivitas guru pada saat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada kegiatan inti, penutup dan saat proses belajar mengajar ada pada kriteria baik sekali yakni 92,8%, dapat dikatakan kegiatan belajar mengajarnya sudah baik sekali sesuai dengsn RPP dan peserta didik mengikuti kegiatan belajar dengan baik.
Uji kompetensi dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 31 oktober 2015 jam ke 3 – 4 pukul 08.30 – 10.00. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada materi tumbukan pada siklus II dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.
Rata-rata |
78 |
Nilai Tertinggi |
90 |
Nilai Terendah |
75 |
Ketuntasan |
100% |
Berdasarkan tabel 4.4 dan nilai rata-rata 77,6 dengan nilai terendah 75 dan nilai tertinggi 90. Peserta didik dengan perolehan ≥ kkm dilihat pada grafik berwarna biru sebanyak 36 orang dari jumlah peserta didik 36 orang (100%). Hal ini memberikan gambaran bahwa hasil belajar peserta didik pada siklus II sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengkan perolehan hasil belajar pada siklus I.
Pelaksanaan tes uji coba roket pada siklus II dilaksanakan pada hari kamis tanggal 29 oktober 2015 jam ke 1 – 2 pukul 07.00 – 08.30. Untuk mengetahui hasil uji coba roket peserta didik dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini
Tabel 4.5 Data perolehan uji coba roket pada siklus II
No |
Nama Kelompok |
Score |
Ket |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
|||
1. |
Abi Legawa dkk
|
|
|
v |
|
Daya dorong, jangkauan dan ketinggian roket sebagian besar bagus |
2. |
Alfia dkk
|
|
|
v |
|
Daya dorong, jangkauan dan ketinggian roket sebagian besar bagus |
3. |
Bobby R dkk
|
|
|
|
v |
Daya dorong, jangkauan dan ketinggian roket sangat bagus |
4. |
Brilliant dkk
|
|
|
|
v |
Daya dorong, jangkauan dan ketinggian roket sangat bagus |
5. |
Devin dkk
|
|
|
v |
|
Daya dorong, jangkauan dan ketinggian roket sebagian besar bagus |
6. |
Robbi dkk
|
|
|
v |
|
Daya dorong, jangkauan dan ketinggian roket sebagian besar bagus |
7. |
Yosef dkk
|
|
|
|
v |
Daya dorong, jangkauan dan ketinggian roket sangat bagus |
Berdasarkan tabel 4.5 Hasil uji coba roket sudah berhasil, yakni dengan kriteria baik dan amat baik, artinya roket memiliki daya dorong yang cukup besar sehingga jangkauan dan ketinggian yang dicapai roket cukup jauh dan tinggi.
Setelah menggunakan model pembelajaran berbasis proyek terdapat beberapa peserta didik menjadi sangat perhatian dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran fisika
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian selama dua siklus yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan aktivitas peserta didik pada materi momentum dan impuls terlihat pada pelaksanaan siklus pertama dan kedua telah menunjukkan hal-hal berikut: pada proses pembelajaran fisika khususnya pada materi momentum dan impuls dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) bahwa jumlah peserta didik yang tuntas mengalami peningkatan, hal tersebut menunjukkan hasil tes peserta didik pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Ditinjau dari segi interaksi antara peserta didik dengan guru dengan pendekatan saintifik telah dilaksanakan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa telah ada peningkatan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran momentum dan impuls. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata nilai hasil tes dari pra siklus, siklus I dan siklus II yang tersaji pada tabel 4.6 beriku ini
Tabel 4.6 Rekapitulasi hasil tes pra siklus, siklus I dan siklus II
Nilai |
N i l a i |
|
||
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
|
|
Rata-rata |
50 |
69 |
78 |
|
Nilai Tertinggi |
80 |
85 |
90 |
|
Nilai Terendah |
30 |
45 |
75 |
|
Ketuntasan |
17% |
53% |
100% |
Nilai terendah pada pra siklus adalah 30 kemudian meningkat menjadi 45 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 75 pada siklus II. Selanjutnya nilai tertinggi pada pra siklus adalah 80 kemudian meningkat lagi menjadi 85 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 90 pada siklus II.
Pada pra siklus hanya 17% atau 6 orang peserta didik yang memperoleh nilai di atas KKM yang kemudian pada siklus I meningkat menjadi 53% atau 19 orang peserta didik yang nilainya di atas KKM selanjutnya pada siklus II menjadi 100% atau 36 orang peserta didik yang nilainya di atas KKM.
Data keaktifan peserta didik menunjukkan bahwa pada siklus I ada 16,7% atau 6 peserta didik yang aktif, 38,9% atau 14 peserta didik yang cukup aktif dan 44,4% atau 16 peserta didik yang tidak aktif pada saat pembelajaran. Setelah guru memperbaiki hasil refleksi pada siklus I, maka pada siklus II didapat 28% atau 10 peserta didik yang aktif, 64% atau 23 peserta didik cukup aktif dan 8,3% atau 3 peserta didik tidak aktif pada saat pembelajaran. Dengan banyaknya peserta didik yang aktif pada saat pembelajaran menunjukkan bahwa guru saat menerangkan materi momentum dan impuls dengan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) sudah berhasil melibatkan peserta didik dalam pembelajaran
Berdasarkan grafik 4.7 dapat dilihat bahwa pada siklus I sebagian besar kelompok mengalami peningkatan di siklus II, hal tersebut menunjukkan bahwa peserta didik berhasil dalam melakukan uji coba roket, yakni menghasilkan daya dorong roket yang kuat sehingga jangkauan roketnya jauh dan mencapai ketinggian yang cukup tinggi.
Dilihat dari data-data di atas, seperti: hasil belajar peserta didik dan aktivitas peserta didik dan guru menunjukkan bahwa dari siklus I mengalami peningkatan di siklus II. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) dapat meningkatkan kemampuan dan aktivitas peserta didik pada materi momentum dan impuls.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Adapun penulis dapat kemukakan simpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) pada materi momentum dan impuls dapat meningkatkan hasil belajar berupa kemampuan peserta didik dalam proses belajar mengajar
2. Penerapan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) dapat menjadi variasi model pembelajaran yang membuat peserta didik termotivasi dalam belajar, sehingga aktivitas belajar peserta didik menjadi jauh lebih baik.
3. Hasil belajar berupa kemampuan peserta didik dalam proses belajar mengajar sebelum menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) memiliki nilai terendah 45 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 75 pada siklus II. Sedangkan nilai tertinggi 85 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 90 pada siklus II
Saran
Setelah selesai melakukan penelitian, saran yang dapat penulis ajukan sebagai berikut:
1. Bagi Guru bahwa metode pembelajaran ini dapat diterapkan dalam rangka meningkatkan kemampuan hasil belajar peserta didik
2. Bagi Sekolah agar memberikan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kelancaran pengembangan profesionalisme guru
3. Bagi Dinas agar memberikan penghargaan kepada guru yang melakukan penelitian
DAFTARPUSTAKA
Ariska Putri, Eka (2014). Model Pembelajaran Berbasis Proyek / Project Based Learning (PJBL) dalam Pembelajaran Sejarah. http://ariskaputri88.blogspot.co.id/2014/12/model-pembelajaran-berbasis-proyek.html Diakses pada tanggal 15 agustus 2015 pukul 22.00 WIB
Kanginan, Marthen (2013). Fisika untuk SMA Kelas XI Semester Ganjil. Jakarta: Erlangga
Komalasari, Kokom (2013). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama
Komara, Endang (2014). Belajar dan Pembelajaran Interaktif . Bandung: PT Refika Aditama
Mulyasa (2008). Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan menyenamgkan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Muslihuddin (2014). Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas & Sekolah. Bandung: Rizqi Press
Suprijono, Agus (2012). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Widyantini, Theresia (2014). Artikel Penerapan Model Project Based Learning (Model Pembelajaran Berbasis Proyek) dalam Materi Pola Bilangan Kelas VII. http://scholar.google.co.id. Diakses pada tanggal 15 agustus 2015 pukul 22.00 WIB
______________BAB II Kajian Teori. Eprints.uny.ac.id/8549/3/BAB% 202-06504241020.pdf
____________ Metode Pembelajaran Berbasis Proyek. http://mettaadnyana.blogspot.co.id/2014/06/metode-pembelajaran-pembelajaran.html Diakses pada tanggal 15 agustus 2015 pukul 22.00 WIB