PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SFE

(STUDENT FASILITATOR AND EXPLAINING)

MELALUI PEMBINAAN KELOMPOK BAGI GURU

DI SD NEGERI 3 KARANGHARJO KECAMATAN PULOKULON KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Sulasih

Kepala Sekolah SD Negeri 3 Karangharjo Kecamatan Pulokulon

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Tipe SFE (Student Fasilitator And Explaining) setelah dilakukan pembinaan kelompok dan mendeskripsikan peningkatan penguasan komponen langkah pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Tipe SFE (Student Fasilitator And Explaining) yang dikuasai oleh guru setelah dilakukan pembinaan kelompok. Subjek penelitian ini adalah guru SD Negeri 3 Karangharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan sebanyak 5 guru. Penelitian dilakukan pada semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 selama 4 bulan yaitu bulan Agustus sampai November 2016. Analisis data menggunakan analisis deskriptif komparatif. Keberhasilan tindakan ditentukan apabila semua guru telah mencapai nilai ketrampilan dengan kategori baik, dengan nilai rata-rata minimal lebih dari 3.5 (> 3.5), dengan prosentase penguasaan indikator telah mencapai lebih dari >85% (sangat baik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan nilai rata-rata keterampilan guru dari kegiatan prasiklus (kegiatan sebelum dilakukan tindakan) hingga kegiatan siklus III mengalami peningkatan sebesar 2.03. Nilai rata-rata kegiatan prasiklus sebesar 1.70 setelah dilakukan pembinaan kelompok hingga siklus III menjadi 3.73. Peningkatan prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining dari kegiatan prasiklus hingga siklus III sebesar 50.83%. Prosentase ketercapaian dari kegiatan prasiklus sebesar 42.50% meningkat menjadi 93.33% pada siklus III. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui pembinaan kelompok dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining di SD Negeri 3 Karangharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata kunci: kemampuan guru, pelaksanaan pembelajaran, model pembelajaran SFE, pembinaan kelompok

PENDAHULUAN

Karena pentingnya peran guru dalam mencapai keberhasilan pembelajaran, maka dalam melaksanakan pembelajaran guru perlu menciptakan suasana pembelajaran yang dinamis, interaktif komunikatif dan menyenangkan siswa sehingga dalam proses pembelajaran akan terjadi perubahan sikap dan perilaku siswa. Suasana demikian dapat tercipta apabila guru mampu menerapkan model-model pembelajaran yang berbasis pada keaktifan siswa. Tidak perlu semua model-model pembelajaran harus diterapkan setiap kali guru mengajar, namun setidaknya guru harus pandai memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran metode pembelajaran Kooperatif Tipe SFE (Student Fasilitator And Explaining) yaitu model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada siswa lain. Model pembelajaran ini dipandang efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri, dan sekaligus melatih siswa untuk menguasai materi pembelajaran yang nantinya akan dipresentasikan di depan siswa lainnya.

Namun pada kenyataannya, khususnya di SD Negeri 3 Karangharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan model pembelajaran ini belum pernah dilakukan oleh guru. Berdasarkan hasil pantauan dan wawancara dengan beberapa guru, belum digunakannya model pembelajaran tersebut, karena guru belum memahami langkah-langkah pembelajaran tersebut. Mengingat guru adalah orang yang berpengalaman dalam belajar, tentunya tidak sulit jika guru mau belajar dan mencobanya, sehingga pembinaan akan lebih mudah jika guru pernah melakukan penerapan model tersebut.

Mengingat semua guru belum pernah menerapkan pembelajaran Kooperatif Tipe SFE (Student Fasilitator And Explaining), maka secara bertahap akan dilakukan pembinaan kelompok, sehingga pada waktu tertentu guru telah memiliki ketrampilan menerapkan model pembelajaran tersebut. Agar hasilnya lebih maksimal, maka kegiatan ini dilaksanakan dengan desain penelitian tindakan sekolah (PTS), dengan harapan setelah dilakukan tindakan, maka guru dapat menerapkan model pembelajaran tersebut, sehingga dapat menambah variasi dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Sesuai dengan permasalahan dan tindakan yang akan dilakukan, maka penelitian tindakan sekolah ini mengambil judul: Peningkatan Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SFE (Student Fasilitator And Explaining) Melalui Pembinaan Kelompok bagi Guru di SD Negeri 3 Karangharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.

Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan keterbatasan masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: apakah melalui pembinaan kelompok kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe SFE (Student Fasilitator And Explaining) bagi guru di SD Negeri 3 Karangharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester I tahun 2016/2017 dapat meningkat?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan kemampuan guru di SD Negeri 3 Karangharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester I tahun 2016/2017 dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Tipe SFE (Student Fasilitator And Explaining) setelah dilakukan pembinaan kelompok. (2) Mendeskripsikan peningkatan penguasan komponen langkah pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Tipe SFE (Student Fasilitator And Explaining) yang dikuasai oleh guru SD Negeri 3 Karangharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester I tahun 2016/2017 setelah dilakukan pembinaan kelompok.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Pembinaan Kelompok

Menurut Djam’an Satori (2009:40) dalam desertasinya memberikan arti bahwa, Pembinaan profesional guru adalah sebagai usaha yang sifatnya memberikan bantuan, dorongan dan kesempatan pada pegawai untuk meningkatkan profesionalnya agar mereka dapat melaksanakan tugas utamanya dengan lebih baik, yaitu memperbaiki proses belajar mengajar dan meningkatkan mutu hasil belajar mengajar. Pembinaan guru dilakukan karena adanya tuntutan profesionalisme sesuai dengan perkembangan pendidikan. Artinya, “Profesional guru belum selesai dengan hanya memberikan lisensi mengajar setelah mereka berhasil menamatkan pendidikannya di LPTK…” (Sagala, 2005: 220).

Kompetensi Guru

Sarimaya (2008: 17) mengemukakan kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya. Ditampilkan melalui unjuk kerja. Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.

Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran yang biasa disebut pengajaran adalah suatu proses hubungan mengajar dan belajar antara peserta didik dan guru. Tugas dan tanggung jawab utama seorang pengajar adalah mengelola pengajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif, yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif diantara guru dan peserta didik. Menurut Suparman (2005: 157) pendekatan pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian materi pelajaran, siswa, peralatan, bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sanjaya dalam Rusman (2010:203) Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) adalah kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Teknik pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Student Fasilitator and Explaining (SFE)

Model pembelajaran student facilitator and explaining adalah model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri.

Kerangka Pemikiran

Pembelajaran kooperatif pembelajaran kooperatif tipe Tipe SFE (Student Fasilitator And Explaining), memungkinkan siswa lebih giat belajar, karena siswa berharap untuk dapat mempresentasikan di depan kelas dengan baik. Selain dapat mendorong siswa untuk belajar lebih baik Pembelajaran kooperatif pembelajaran kooperatif tipe Tipe SFE (Student Fasilitator And Explaining) memungkinkan dapat melatih keberanian siswa.

Namun model pembelajaran tersebut masih asing bagi guru SD Negeri 3 Karangharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Hal ini disebabkan guru belum memiliki pemahaman yang baik tentang langkah-langkah pembelajaran tersebut. Melalui pembinaan kelompok diharapkan guru memperoleh pengetahuan teknik pembelajaran kooperatif tipe Tipe SFE (Student Fasilitator And Explaining), yang akhirnya guru berani mencoba dan mengembangkan model pembelajaran tersebut sebagai salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran.

Hipotesis Tindakan

Melalui pembinaan kelompok kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Tipe SFE (Student Fasilitator And Explaining) bagi guru di SD Negeri 3 Karangharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester I tahun 2016/2017 dapat meningkat hingga mencapai kategori baik dengan penguasaan komponen lebih dari 85%.

METODE PENELITIAN TINDAKAN

Desain Penelitian Tindakan

Desain penelitian sangat penting dalam membuat penelitian. Desain penelitian merupakan pedoman dalam melakukan proses penelitian selanjutnya. Sesuai dengan permasalahan di SD Negeri 3 Karangharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan yaitu rendahnya pemahaman guru terhadap pembelajaran kooperatif tipe SFE (Student Fasilitator And Explaining), dan sebagai upaya perbaikan, maka desain yang tepat adalah menggunakan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS).

Subjek dan Obyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru SD Negeri 3 Karangharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan sebanyak 5 guru. Dalam penelitian ini yang menjadi titik perhatian (objek penelitian) adalah peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining yang diukur berdasarkan pelaksanaan komponen pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining yang meliputi: cara Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, cara Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi, cara guru memberikan kesempatan siswa/peserta didik untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta untuk menjelaskan kepada peserta lainnya, cara Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa, cara Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu, dan cara guru menutup pelajaran.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Karangharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan, yang beralamat di Dusun Caluk RT 6/RW 6, Desa Pojok, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan. Penelitian ini dilaksanakan semester I tahun pelajaran 2016/2017, dimulai bulan Agustus sampai dengan bulan Nopember 2016.

Prosedur Penelitian

Sesuai dengan desain penelitian, bahwa penelitian ini terdiri dari siklus-siklus penelitian, yang masing-masing siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Secara rinci langkah perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi pada setiap siklus.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui oberservasi langsung, dan melakukan penilaian terhadap kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining. Penilaian dilakukan oleh peneliti sendiri tanpa kolaborator. Adapun teknik menilai adalah dengan cara memberikan skor pada masing-masing komponen/indikator, dengan menggunakan skor 1 sampai 4.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan lembar observsi dengan mengacu pada penilaian kinerja guru (PK Guru), khususnya aspek kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining.

Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Teknik ini digunakan dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh dari kegiatan prasiklus, siklus pertama, dan siklus kedua, dan seterusnya, sehingga akan diperoleh gambaran kemajuan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining. Analisis data tersebut dilakukan selama proses tindakan dan sesudah penelitian.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan tindakan. Hasil penelitian dikatakan berhasil apabila semua guru telah mencapai nilai ketrampilan dengan kategori baik, dengan nilai rata-rata minimal lebih dari 3.5 (> 3.5), dengan prosentase penguasaan indikator telah mencapai lebih dari >85% (sangat baik).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prasiklus

Kegiatan prasiklus merupakan kegiatan awal tanpa adanya intervensi dari peneliti. Agar guru mau belajar dan berusaha untuk mengembangkan menerapkan pembelajaran yang berbasis pada siswa aktif, maka peneliti menginstruksikan kepada guru untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe SFE (Student Fasilitator And Explaining), walaupun guru sebelumnya belum pernah melakukan pembelajaran tersebut sama sekali. Setelah dilakukan observasi dan dengan menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE, hasilnya direkap, dihitung skor rata-rata dan dibuat kategori nilai. hasil penilaian prasiklus, dapat diketahui bahwa dari lima guru yang dijadikan subjek penelitian, kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE tergolong cukup dengan skor rata-rata sebesar 1.70. Berdasarkan kategorisasi penilaian yang telah ditentukan dari lima guru, yang kesemuanya tergolong cukup.

Untuk mengetahui sejauh mana guru menguasai komponen pembelajaran kooperatif tipe SFE, maka berdasarkan penilaian dilakukan perhitungan prosentase ketercapaian komponen/indikator. Kategorisasi dimaksudkan untuk memberikan gambaran berapa prosen penguasaan guru terhadap pelaksanaan pembelajaran SFE, dengan asumsi semakin tinggi prosentase yang dicapai maka semakin baik guru melaksanakan pembelajaran SFE. Selain itu dengan prosentase ketercapaian maka dapat dianalisis, apakah semua komponen langkah pembelajaran sudah dilakukan dengan baik atau belum. Hasil menunjukan bahwa rata-rata prosentase ketercapaian yang diperoleh guru adalah 42.50%. Dalam kegiatan prasiklus ini guru belum mampu melaksanakan semua indikator pembelajaran kooperatif tipe SFE dengan maksimal. Sehingga perlu dilakukan tindakan dengan menerapkan pembinaan kelompok.

Siklus I

Pelaksanaan observasi dijadwalkan secara bergiliran dari kelas II s.d kelas VI mulai hari Senin sampai dengan hari Jumat. Untuk klas I tidak dilakukan observasi karena guru kelas 1 sekaligus merangkap guru kelas 2. Pelaksanaan observasi dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Agar tidak mengganggu proses pembelajaran, sebelum siswa masuk kelas, peneliti sudah berada di ruang kelas dan menempatkan di belakang siswa. Saat guru melaksanakan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe SFE, mulai dari kegiatan persiapan hingga kegiatan memberi penghargaan kepada siswa, peneliti mengamati semua langkah yang dilakukan oleh guru.

Rekapitulasi nilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE pada siklus I dapat diketahui kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE tergolong baik dengan skor rata-rata sebesar 2.47. Prosentase Ketercapaian komponen/indikator penilaian yang terdiri dari 6 komponen, dari ke 5 guru, hasilnya dapat diketahui skor rata-rata prosentase ketercapaian indikator sebesar 61.67%, dengan skor tertinggi sebesar 65.00%, sedangkan skor terendah sebesar 55.00%, dari prosentase ketercapaian indikator dan skor rata-rata yang dicapai oleh guru, menunjukan bahwa sudah terjadi peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE yang cukup signifikan.

Berdasarkan hasil penilian terhadap guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 2.47 (kategori baik), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 61.67% hal ini berarti kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE belum maksimal. Maka perlu adanya tindakan lanjutan pada siklus II.

Siklus II

Seperti yang dilakukan pada siklus I, pelaksanaan observasi dijadwalkan secara bergiliran dari kelas II s.d kelas VI mulai hari Senin sampai dengan hari Jumat. Untuk klas I tidak dilakukan observasi karena guru kelas 1 sekaligus merangkap guru kelas 2. Pelaksanaan observasi dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Rekapitulasi nilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE pada siklus I dapat diketahui bahwa dari lima guru yang dijadikan subjek penelitian, skor rata-rata sebesar 3.00 (baik). Berdasarkan kategori penilaian yang telah ditentukan dari lima guru, terdapat 1 (satu) guru dengan kategori sangat baik dan 4 (empat) guru tergolong baik. Prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE pada siklus II menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE telah meningkat dibanding tindakan pada siklus I. Guru sudah memahami dan dapat menerapkan langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe SFE dengan baik. Dengan pencapaian nilai rata-rata sebesar 3.00, dengan prosentasi penguasaan indikator mencapai 75.00%.

Berdasarkan hasil penilian terhadap guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 3.00 (kategori baik), dengan prosentasi ketercapaian indikator rata-rata sebesar 75.00%. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun nilai kemampuan guru rata-rata telah mencapai kategori baik (3.00). Hal ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan tindakan perlu ditingkatkan lagi, hingga dapat mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

Siklus III

Seperti yang dilakukan pada siklus II, pelaksanaan observasi dijadwalkan secara bergiliran dari kelas II s.d kelas VI mulai hari Senin sampai dengan hari Jumat. Untuk klas I tidak dilakukan observasi karena guru kelas 1 sekaligus merangkap guru kelas 2. Pelaksanaan observasi dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Hasil penilaian siklus III dapat diketahui bahwa dari tujuh guru yang dijadikan subjek penelitian, skor rata-rata sebesar 3.73 (sangat baik). Berdasarkan kategori penilaian yang telah ditentukan dari lima guru, semuanya telah dapat mencapai kategori sangat baik. Adapun prosentase ketercapaian indikator menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE mencapai nilai rata-rata sebesar 93.33%, skor tertinggi mencapai 95.00%, sedangkan nilai terendah sebesar 90.00%.

Berdasarkan hasil penilian terhadap guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 3.73 (kategori sangat baik), dengan prosentasi ketercapaian indikator rata-rata sebesar 93.33%. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun nilai kemampuan guru rata-rata telah mencapai kategori baik (3.73). Hal ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan tindakan perlu ditingkatkan lagi, hingga dapat mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

PEMBAHASAN

Perbandingan Hasil Penilaian Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SFE Prasiklus dengan Siklus I

Perbandingan nilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 0.77. Peningkatan terjadi pada semua guru.

Perbandingan Hasil Penilaian Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE Siklus I dengan Siklus II

Perbandingan nilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 0,53. Peningkatan terjadi pada semua guru.

Perbandingan Hasil Penilaian Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE Siklus II dengan Siklus III

Perbandingan nilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE siklus II dengan siklus III, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 0.73. Peningkatan terjadi pada semua guru.

Perbandingan Hasil Penilaian Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE Prasiklus dengan Siklus III

Perbandingan nilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE prasiklus dengan siklus III, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 2.03. Peningkatan terjadi pada semua guru.

Perbandingan Prosentase Ketercapaian Indikator Prasiklus dengan Siklus I

Perbandingan prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 19.17%.

Perbandingan Prosentase Ketercapaian Indikator siklus I dengan Siklus II

Perbandingan prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 13.33%. Peningkatan terjadi pada sebagian indikator.

Perbandingan Prosentase Penguasaan Indikator Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE Siklus II dengan Siklus III

Perbandingan prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE siklus II dengan siklus III, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 18.33%. Peningkatan terjadi pada semua indikator.

Perbandingan Prosentase Ketercapaian Indikator Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif SFE Prasiklus dengan Siklus III

Perbandingan prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE prasiklus dengan siklus III, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE dari prasiklus ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 50.83%. Peningkatan terjadi pada sebagian indikator. Berdasarkan perbandingan yang disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik seperti tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa melalui pembinaan kelompok dapat meningkatkan kemampuan guru secara perorangan, kelompok. Peningkatan terjadi pada seluruh aspek penilaian. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tindakan berupa pembinaan kelompok mampu meningkatkan pemahaman guru terhadap komponen/aspek-aspek penilaian kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe SFE.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan sekolah yang dilakukan di SD Negeri 3 Karangharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 tentang kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining dengan menerapkan pembinaan kelompok dapat meningkat dengan maksimal. Peningkatan nilai rata-rata keterampilan guru dari kegiatan prasiklus (kegiatan sebelum dilakukan tindakan) hingga kegiatan siklus III mengalami peningkatan sebesar 2.03. Nilai rata-rata kegiatan prasiklus sebesar 1.70 setelah dilakukan pembinaan kelompok pada siklus I menjadi 2.47 (meningkat sebesar 0.77). Nilai rata-rata kegiatan siklus I sebesar 2.47 meningkat menjadi 3.00 pada siklus II (meningkat sebesar 0.53). Nilai rata-rata kegiatan siklus II sebesar 3.00 meningkat menjadi 3.73 pada siklus III (meningkat sebesar 0.73).

Peningkatan prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining dari kegiatan prasiklus hingga siklus III sebesar 50.83%. Prosentase ketercapaian dari kegiatan prasiklus sebesar 42.50% meningkat menjadi 61.67% pada siklus I (meningkat sebesar 19.17%). Prosentase ketercapaian dari kegiatan siklus I sebesar 61.67% meningkat menjadi 75.00% pada siklus II (meningkat sebesar 13.33%). Prosentase ketercapaian dari kegiatan siklus II sebesar 75.00% meningkat menjadi 93.33% pada siklus III (meningkat sebesar 18.33%).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui pembinaan kelompok dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining di SD Negeri 3 Karangharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.

Saran-Saran

Untuk UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan

Pembinaan profesionalisme guru khususnya terkait dengan ketrampilan mengajar, sebaiknya diikuti dengan tindak lanjut dengan cara mempraktikan langsung di kelas dan diikuti dengan penilaian, sehingga guru dapat merasakan dampak dari pembinaan.

Untuk Kepala Sekolah Lain

Sebaiknya kepala sekolah secara kontinyu memantau perkembangan profesionalisme guru khususnya terkait dengan penerapan model-model pembelajaran.

Untuk Guru

Sebaiknya semangat untuk belajar selalu dikembangkan, dan berani mencoba model-model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk lebih giat belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Djam’an Satori, 2009, MetodologiPenelitianKualitatif, Bandung: ALFABETA

Rusman, 2011, Model-Model Pembelajaran. Rajawali Pers: Jakarta

Sagala Syaiful, 2010, Supervivi pembelajaran dalam profesi pendidikan, Bandung: Alfabeta.

Sarimaya, Farida. 2008. Sertifikasi Guru, Apa, Mengapa dan Bagaimana. Bandung: CV. Yrama Widya.

Suparman, Atwi, 2005, Desain Instruksional, Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka


Â