PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU KELAS RENDAH

DI DABIN 1 KORWIL BIDDIK KECAMATAN JAPAH

KABUPATEN BLORA DALAM MEMANFAATKAN

LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

MELALUI DISKUSI KELOMPOK KERJA GURU

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Alip Mintarto

Pengawas SD Korwil Biddik Kecamatan Japah

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan tenaga pendidik dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar bagi siswa.Indikator kemampuan guru yang digunakan adalah 1) kegiatan pendahuluan, 2) Kegiatan inti, 3) Kemampuan Guru Mengaitkan materi dengan lingkungan sekolah, 4) Kemampuan guru memberikan contoh-contoh nyata yang ada di lingkungan sekolah, 5) Kemampuan membuat evaluasi berkaitan dengan pemanfaatan lingkungan, dan 6) menutup pelajaran.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, belangsung selama tigabulan, sejak bulan Februari 2020 hingga Mei 2020. Tempat penelitian adalah Dabin 1 Kecamatan Japah Kabupaten Blora, dan subjek penelitian adalah guru-guru di Dabin 1 Kecamatan Japah.Peneliti menggunakan observasi dan wawancara untuk mengumpulkan data. Sedangkan Trianggulasi metode digunakan untuk menguji keabsahan data.Hasil dari penelitian hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa peningkatan kompetensi guru kelas I, II, dan III dalam menyusun perangkat pelajaran di Dabin I Korwil Biddik Kecamatan Japah Kabupaten Blora dapat ditempuh dengan menerapkan metode kerja kelompok. Kenyataan tersebut dibuktikan dengan peningkatan aspek-aspek yang menjadi indikator peningkatan kompetensi guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pada aspek kesiapan perangkat pembelajaran yang dibawa oleh guru terbukti meningkat cukup signifikan dari angka 65,00 dan hanya masuk dalam kategori cukup (C) pada siklus pertama menjadi 78,57 dan masuk dalam kategori baik (B) pada siklus kedua. Penilaian Validasi Teoritik Per KD terhadap RPP yang dibuat oleh guru terbukti meningkat dari rata-rata 63,33 dan hanya masuk dalam kategori cukup (C) pada siklus pertama menjadi 84,17 dan masuk dalam kategori baik (B), dan pada aspek terakhir, yaitu peningkatan pencapaian parameter dalam menyusun perangkat pembelajaran meningkat dari rata-rata 43,89 pada siklus pertama menjadi 50 pada siklus kedua.

Kata kunci: Kemampuan Guru, Manfaat Lingkungan, Sumber Belajar, Kelompok Kerja Guru.

 

PENDAHULUAN

Lingkungan merupakan sumber belajar yang paling efektif dan efisien serta tidak membutuhkan biaya yang besar dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Karena hal ini senada dengan peryataan dan penuturan dari (Depdiknas 1990:9) yang mengemukakan bahwa belajar dengan menggunakan lingkungan memungkinkan siswa menemukan hubungan yang sangat bermakna antara ide-ide abstrak dan penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata, konsep dipahami melalui proses penemuan, pemerdayaan dan hubungan. Pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam kelas, tetapi juga dapat dilakukan di luar kelas (out door education) dengan memanfaatkan lingkungan sebagai laboraturium alam (hamzah, 2011:137).

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh pengawas sekolah, selama ini para guru kurang dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Lingkungan sekolah tidak lebih hanya digunakan sebagai tempat bermain-main siswa pada saat istirahat. Selain itu, guru lebih sering memilih mengajar siswa di dalam kelas, meskipun siswa jenuh berada di dalam kelas.

Observasi awal yang dilakukan di kelas rendah di Dabin 1 Korwil Biddik Kecamatan Japah Kabupaten Blora, guru-guru di sekolah tersebut memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar hanya dua sampai tiga kali dalam satu semester. Guru lebih sering menyajikan pelajaran di dalam kelas walaupun materi yang disajikan berkaitan dengan lingkungan sekolah. Dari hasil observasi, sebagian besar guru mengaku enggan mengajak siswa belajar di luar kelas, karena alasan susah mengawasi. Selain itu ada guru yang menyampaikan bahwa mereka tidak bisa dan tidak tahu dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

Untuk mengatasi hal itu perlu adanya diskusi kelompok diantara para guru kelas dalam bentuk KKG untuk mendiskusikan masalah pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

Dalam kegiatan diskusi Kelompok Kerja Guru tersebut para guru bisa membagi pengalaman dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Diskusi kolompok memiliki dampak yang positif bagi guru yang tingkat pengalamannya rendah maupun yang tingkat pengalamannya tinggi.

 Rumusan Masalah

  1. Apakah melalui diskusi kelompok kemampuan guru kelas rendah di Dabin 1 dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dapat meningkat?
  2. Bagaimana hasil pembelajaran yang dilaksanakan guru kelas rendah setelah memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai salah satu sumber belajar siswa?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah:

Secara umum yang menjadi tujuan dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru kelas rendah di Dabin 1 dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

  1. Meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaranmelalui pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
  2. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
  3. Meningkatkan hasil balajar siswa dalam proses pembelajaran melalui pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

 

 

Kajian Teori dan Hipotesis

Kompetensi Guru

Dalam dunia pendidikan, guru adalah merupakan faktor vital dalam pelaksanaan pendidikan, karena ia akan dapat memberikan makna terhadap masa depan siswa. Untuk mewujudkan semua itu, guru diberikan tugas dan tanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan. Undang-Undang Repuplik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pada pasal 35 menyebutkan, Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil belajar, membimbing dan melatih siswa, serta melaksanakan tugas tambahan (Anonim,2005:21)

Standar kompetensi guru meliputi tiga komponen yaitu: 1) Pengelolaan pembelajaran, 2) Pengembangan potensi dan 3) Penguasaan akademik (Anonim 2003:11). Masing-masing komponen kompetensi mencakup seperangkat kemampuan. Guru sebagai pribadi yang utuh harus memiliki sikap dan kepribadian yang positif. Sikap dan kepribadian tersebut senantiasa melekat pada setiap komponen kompetensi yang menunjang profesi guru.

Untuk memperoleh gambaran yang terukur pada pemberian nilai setiap kompetensi, maka perlu diterapkan kinerja setiap kompetensi. Kinerja kompetensi terlihat dalam bentuk indikator. (Anonim, 2003:12).

Guru adalah tenaga fungsional yang bertugas khusus untuk mengajar, mendidik, melatih dan menilai hasil pembelajaran peserta didik serta efektifitas mengajar guru. Tugas guru adalah profesional, maka dari itu diharapkan dapat melaksanakan tugas dengan baik. Karena profesi menurut Sikun Pribadi dalam bukunya Etty menyatakan bahwa “ Profesi itu pada hakekatnya status pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya pada status jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa”. (Etty, 2003: 2) Profesi merupakan pernyataan atau janji terbuka oleh seorang profesional. Dengan demikian pernyataan profesional mengandung makna yang terbuka, sungguh-sungguh yang keluar dari lubuk hatinya dan mengandung norma-norma atau nilai-nilai yang etis, sehingga pernyataan yang dibuatnya baik bagi orang lain juga baik bagi dirinya.

Profesional guru sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya adalah:

  1. Mampu menyusun Rancana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
  2. Mampu mengkontruksi tes hasil belajar yang berkualitas.
  3. Terampil menyajikan bahan ajar di kelas dan di luar kelas, profesional dalam mengevaluasi hasil belajar.

Guru profesional semestinya bersungguh-sunguh dalam melaksanakan tugasnya dan guru dalam bertugas hendaknya disiplin, objektif, jujur, bertanggung jawab, kreatif, inovatif serta berkinerja.

Profesionalisme dan komitmen guru menurut Flanangan dalam hand out oleh Maba menyebutkan ada 4 dimensi antara lain: Demensi 1, demensi 2, demensi 3, dan demensi 4 (Maba: 2007: 2) antara lain:

Dimensi 1 Profesional tinggi dan Komitmen rendah (P: + dan K:-) adalah guru mampu mempersiapkan bahan ajar (RPP), pintar menyajikan bahan ajar sehingga siswa mengerti, tetapi kurang disiplin (suka terlambat, malas, subjektif, sore memberi les, malam hari tidak jelas pekerjaannya.)

Dimensi 2 Profesional tinggi dan Komitmen tinggi (P: + dan K: +) adalah guru mempu menyusun RPP dan terampil menyajikan bahan ajar. Guru ideal (pintar ngajar, sistematis, rajin, disiplin, objektif, guru selalu ada dihati siswa. Bila tidak mengajar, doa siswa baik (semoga selamat, semoga dilindungi Tuhan, di murahkan rejekinya oleh Tuhan dll).

Dimensi 3 Profesional rendah dan Komitmen rendah (P:-dan K:-) adalah guru kurang mampu menyusun RPP dan kurang terampil menyajikan bahan ajar, sehingga siswa menjadi bingung, guru malas, subjektif, kurang tepat menjadi guru, lebih cocok alih profesi, Guru hanya diminta siswa, bila tidak masuk doa siswa selalu jelek-jelek.

Dimensi 4 Profesional rendah dan Komitmen tinggi (P:-dan K: +) adalah guru kurang mampu menyusun RPP dan kurang terampil menyajikan bahan ajar, tapi guru rajin, disiplin, dan objektif serta selalu mengutamakan kepentingan siswa (kombinasi matreo sentrismen dengan paedo sentrisme).

Lingkungan sebagai Sumber Belajar

Pengertian Lingkungan

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkung di suatu daerah.

Dalam literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan prilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotic (benda mati), dan budaya manusia.

Lingkungan hidup adalah system yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk ruang dengan perilakunya yang menentukan perkehidupan serta kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya. Manusia dalam lingkungan hidup memiliki peran yang utama dalam memelihara maupun mengubah lingkungan, bahkan manusia sendiri yang dapat merusak lingkungannya. (Gurniawan Kamil Pasya: 2010)

Pengertian Sumber Belajar

Menurut Asspciation Education Comunication and Tehnology (AECT) (As’ari, 2007) sumber belajar yaitu berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.

Sumber belajar menurut Asspciation Education Comunication and Tehnology (AECT) (Suratno, 2012) meliputi semua sumber yang dapat digunakan oleh pelajar baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan untuk memberikan fasilitas belajar. Sumber itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, tehnik dan tata tempat.

Sujana (Suratno, 2012), menuliskan bahwa pengertian sumber belajar bias diartikan secara sempit dan secara luas. Penegrtian secara sempit diarahkan pada bahan-bahan cetak. Sedangkan secara luas tidak lain adalah daya yang bias dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung mapupun tidak langsung.

Pengetian Lingkungan sebagai Sumber Belajar

Lingkungan yang ada di sekitar anak-anak kita merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses hasil pendidikan yang berkualitas. Jumlah sumbe belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan.

Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh tempat dan dinding kelas. Selain itu kebenarannya juga akurat, sebab anak dapat mengalami secara langsung.

Pembelajaran di Luar Kelas

Proses belajar mengajar di dalam kelas tidak selamanya efektif tanpa adanya alat peraga sebagai pengalaman pengganti yang dapat memperkuat pemahaman siswa siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan, tetapi minimnya alat peraga yang tersedia menyebabkan guru perlu menanamkan materi. Sedangkan di lingkungan sekitar cukup potensial dijadikan sebagai sumber beajar sebagai pengalaman langsung yang tidak begitu saja dilupakan oleh siswa, karena lingkungan tersebut,udah untuk diketahui oleh siswa. Lingkungan sebagai sumber belajar dikemukakan oleh Semiawan dkk (1989: 96) sebagai berikut:

Sebenarnya kita sering melupakan sumber belajar yang terdapat di lingkungan kita, baik di sekitar sekolah maupun di luar lingkungan sekolah, betapun kecil atau terpencil suatu sekolah sekurang-kurangnya memiliki empat jenis yang sangat kaya dan bermanfaat, yaitu:

  • Masyarakat desa atau kota di sekeliling sekolah
  • Lingkungan fisik di sekitar sekolah
  • Bahan sisa yang tidak terpakai dan barang bekas yang terbuang, yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, namun kalau kita olah dapat bermanfaat sebagai sumber dan alat bantu belajar mengajar
  • Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi di masyarakat cukup menarik perhatian siswa. Ada peristiwa yang mungkin tidak dapat dipastikan akan berulang kembali. Jangan lewatkan peristiwa itu tanpa ada catatan dalam buku atau pikiran siswa.
  • Cukup banyak tersedia sumber dan alat bantu belajar mengajar di luar dinding sekolah kita, bawalah sesuatu dari lingkungan ke dalam kelas. Bawalah siswa dari kelas ke lingkungan luar. Biarlah mereka asyik belajar dengan lingkungannya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan lingkungan sangat baik bagi penanaman materi pelajaran pada siswa. Hanya saja perlu ditekankan di sini bahwa media yang khusus disediakan yaitu yang berhubungan dengan lingkungan fisik yang berada di lingkungan sekitar mereka. Selanjutnya bahwa dalam proses belajar mengajar hubungannya dengan sumber belajar di luar kelas, Sulaiman (1981: 13: 14) mengemukakan sebagai pengalaman nyata bukan pengalaman dengan kata-kata ataupun pengalaman pengganti, ia mengemukakan:

Tidak seperti pengalaman dengan kata-kata, pengalaman nyata sangat efektif untuk mendapatkan suatu pengertian, karena pengalaman nyata itu mengikut sertakan semua indera dan akal. Pengalaman nyata ini adalah cara yang wajar dan memuaskan dalam proses belajar. Kalau semua orang bisa mendapat pengalaman nyata dan mempunyai kecerdasan yang dapat menyerap pengertian yang menyeluruh dari segala segi tentang semua pengalaman itu, ia akan sanggup mengembangkan pengertian yang sebaik-baiknya tentang semua yang dialaminya itu.

Pengalaman langsung sangat bermanfaat sekali bagi pengajaran yang memerlukan pembuktian di lapangan, tetapi pengalaman langsung ini tidak semua sekolah dapat memanfaatkannya, karena tidak semua sekolah memiliki lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan untuk memperkuat materi pelajaran yang disampaikan sehingga sangat beruntung bagi sekolah yang memiliki lingkungan yang sesuai dengan materi pelajaran

Dengan demikian jelas bahwa pengajaran di luar kelas banyak keuntungannya dibandingkan dengan pengajaran hanya di dalam kelas saja, karena lingkungan yang ada di sekitar sekolah dan sekitar tempat tinggal siswa dapat dijadikan media pengajaran yang berguna. Apalagi untuk melakukan pengajaran di luar kelas tersebut tanpa atau sedikit biaya yang diperlukan, sehingga tidak memberatkan siswa untuk melakukannya.

Pemanfaatan Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar

Nilai-nilai kegunaan sumber belajar masyarakat adalah: (1) menghubungkan kurikulum dengan kegiatan-kegiatan masyarakat akan mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah sosial; (2) menggunakan minat-minat pribadi peserta didik akan menyebabkan belajar lebih bermakna baginya; (3) mempelajari kondisi-kondisi masyarakat merupakan latihan berpikir ilmiah (scientif methode); (4) mempelajari masyarakat akan memperkuat dan memperkaya kurikulum melalui pelaksanaan praktis didalam situasi sesungguhnya; (5) peserta didik memperoleh pengalaman langsung yang kongkrit, realistis dan verbalisme. (Douglas dan Mill dalam Rusyan 2001: 152).

Pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar mengarahkan anak pada peristiwa atau keadaan yang sebenarnya atau keadaan yang alami sehingga lebih nyata, lebih faktual dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Manfaat nyata yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan lingkungan ini adalah: (1) menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari anak, (2) memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna (meaningful learning), (3) memungkinkan terjadinya proses pembentukan kepribadian anak, (4) kegiatan belajar akan lebih menarik bagi anak, dan (5) menumbuhkan aktivitas belajar anak (learning aktivities). (Badru Zaman, dkk. 2005)

Manfaat lingkungan sebagai sumber belajar: 1) menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di lingkungan, 2) memberikan pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih konkrit, tidak verbalistik. 3) karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka benda-benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal ini juga sesuai dengan konsep pembelajaran kontektual (Contextual Learning). 4) pelajaran lebih aplikatif, materi belajar yang diperoleh siswa melalui lingkungan sebagai sumber belajar kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung karena siswa akan sering menemui benda-benda atau peristiwa serupa dalam kehidupan sehari-hari, 5) lingkungan sebagai sumber belajar memberikan pengalaman langsung kepada siswa, siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah. 6) lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan siswa biasanya mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan sumber belajar yang dikemas (didesain, contoh: buku) (Eko Hari Sutopo: 2009).

Diskusi Kelompok Kerja Guru

Kelompok Kerja Guru (KKG) adalah bentuk kegiatan yang beranggotakan guru-guru kelas, dimana tujuan kegiatannya adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi mereka sesuai kelas yang dipegang. Bentuk kegiatan KKG bisa berupa diklat, simulasi, diskusi atau yang lainnya.

Kemudian diskusi kelompok adalah suatu kegiatan belajar yang dilakukan secara bersama-sama. Diskusi kelompok pada dasarnya memecahkan persoalan secara bersama-sama. Artinya setiap anggota turut memberikan sumbangan pemikiran dan pendapat dalam memecahkan persoalan tersebut. Diskusi kelompok adalah suatu kegiatan belajar untuk memecahkan persoalan secara bersama-sama, sehingga akan memperoleh hasil yang lebih baik. (Tabrani dan Daryani dalam Kasianto,2004).

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa diskusi kelompok adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai pengalaman individu dalam interaksinya dengan lingkungan yang dilakukan secara bersama-sama atau berkelompok.

Ischak.SW dan Warji R. (dalam Kasianto,2004) mengemukakan beberapa petunjuk dalam pelaksanaan diskusi kelompok, yaitu:

  1. Pilihlah teman yang cocok untuk bergabung dalam belajar kelompok. Jumlah setiap kelompok terdiri dari 5 hingga 7 orang.
  2. Tetapkan siapa sebagai pemimpin yang akan memimpin jalannya diskusi atau belajar kelompok.
  3. Hentaskan persoalan satu persatu dengan memberi kesempatan kepada anggota untuk mengajukan pendapatnya. Dari pendapat yang masuk dikaji bersama-sama mana yang paling tepat. (Ischak.SW dan Warji R. dalam Kasianto,2004).

Dari uraian di atas, maka di dalam pelaksanaan diskusi kelompok perlu diperhatikan pembentukan kelompok, penetapan pimpinan kelompok, penetapan masalah yang akan dibahas dan pencatatan kesimpulan hasil diskusi kelompok

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian kajian pustaka dan kerangka berfikir di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui diskusi kelompok kerja guru kemampuan guru kelas rendah di Dabin 1 Kecamatan Japah Kabupaten Blora dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dapat meningkat.

Jadwal Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dilakukan selama Empat bulan, sejak bulan Februari 2020 hingga Mei 2020.

Penelitian Tindakan Sekolah ini berlokasi di Dabin 1 Kecamatan Japah Kabupaten Blora, yang ditujukan pada guru kelas I, II dan III.Adapun alasan utamanya adalah dari hasil pengamatan (Observasi) dan informasi dari guru,bahwa hampir semua guru kurang dan bahkan tidak pernah memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

Metode Pengumpulan Data

Dalam Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:

Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar (Sutopo, 2002: 64). Dalam Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini, observasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan guru kelas I, II dan III dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007: 186). Dalam Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini, wawancara dilakukan untuk mengetahui kemampuan guru kelas I, II dan III dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

Metode Dokumentasi

Pengawas sekolah juga mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Dokumentasi berupa data-data yang diperoleh dari sekolah, misalnya profil sekolah, data siswa, daftar nilai hasil evaluasi, dan foto-foto selama penelitian.(Iskandar, 2008:73).

Dokumen-dokumen tersebut diolah untuk menjadi materi dalam penyusunan laporan sesuai dengan rumusan masalah.

Metode Tes

Metode tes merupakan salah satu alat, cara, dan langkah-langkah yang sistematik digunakan dalam mengukur sejumlah perilaku tertentu siswa (Ruminiati, 2007:3-18).

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan guru dalam mengajar siswa dalam proses belajar mengajar.

Validasi Data

Dalam Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini digunakan teknik trianggulasi untuk menguji keabsahan data. Patton (Sutopo, 2002: 78) menyebutkan ada empat macam teknik trianggulasi, yaitu trianggulasi data (data triangualtion), trianggulasi peneliti (investigator triangulation), trianggulasi metodologis (methodological triangulation), dan trianggulasi teoritis (theoritical angulation). Teknik trianggulasi yang dipilih untuk menguji keabsahan data adalah Trianggulasi Metode. Trianggulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari metode yang berbeda. Data-data yang diperoleh dengan Observasi dan Wawancara kemudian dibandingkan kesesuaiannya.

Analisis Data

Analisis data adalah suatu cara menganalisis data yang diperoleh selama peneliti mengadakan penelitian. Sehingga akan diketahui kebenaran suatu penelitian.

Data hasil kemampuan guru dianalisa dengan rumus:

%

Keterangan:

N = persentase kemampuan guru, A = skor yang diperoleh, B = jumlah skor yang diamati

Adapun kriteria penilaian pada setiap aspeknya adalah:

1= kurang, 2= cukup, 3= baik, 4= sangat baik

Hasil perhitungan dideskripsikan sesuai dengan skala penilaian kemampuan guru sebagai berikut.

Tabel 3.2. Skala Penilaian Kemampuan Guru

Pencapaian Tujuan Pembelajaran Kualifikasi Tingkat Keberhasilan Pembelajaran
85-100% Sangat Baik (SB) Berhasil
65-84% Baik (B) Berhasil
55-64% Cukup (C) Tidak Berhasil
0-54% Kurang (K) Tidak Berhasil

(Aqib, 2009:161)

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindalan kelas yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

  1. Penyusunan perangkat pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam upaya peningkatan kompetensi guru dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana yang dilaksanakan pada kegiatan penelitian pada guru kelas I, II, dan III di Dabin I Korwil Biddik Kecamatan Japah Kabupaten Blora dengan menerapkan metode kerja kelompok.
  2. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa peningkatan kompetensi guru kelas I, II, dan III dalam menyusun perangkat pelajaran di Dabin I Korwil Biddik Kecamatan Japah Kabupaten Blora dapat ditempuh dengan menerapkan metode kerja kelompok. Kenyataan tersebut dibuktikan dengan peningkatan aspek-aspek yang menjadi indikator peningkatan kompetensi guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pada aspek kesiapan perangkat pembelajaran yang dibawa oleh guru terbukti meningkat cukup signifikan dari angka 65,00 dan hanya masuk dalam kategori cukup (C) pada siklus pertama menjadi 78,57 dan masuk dalam kategori baik (B) pada siklus kedua. Penilaian Validasi Teoritik Per KD terhadap RPP yang dibuat oleh guru terbukti meningkat dari rata-rata 63,33 dan hanya masuk dalam kategori cukup (C) pada siklus pertama menjadi 84,17 dan masuk dalam kategori baik (B), dan pada aspek terakhir, yaitu peningkatan pencapaian parameter dalam menyusun perangkat pembelajaran meningkat dari rata-rata 43,89 pada siklus pertama menjadi 50 pada siklus kedua.
  3. Dari 3 kegiatan penilaian yang dilakukan berdasarkan jenis indikator yang berbeda-beda pula, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya kompetensi guru dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar telah meningkat dari pertemuan-pertemuan sebelumnya.Hal ini dibuktikan dengan hasil yang diperoleh pada ketiga aspek penilaian yang dilakukan yang mencapai kriteria dan indikator keberhasilan pada pelaksanaan siklus kedua.

Saran

Dari simpulan tersebut di atas, disarankan kepada.guru-guru khususnya guru kelas I, II dan III di Dabin I Kecamatan Jiken Kabupaten Blora, adalah sebagai berikut:

  1. Guru disarankan untuk lebih aktif dalam mengkondisikan pembelajaran, dapat menggunakan metode-metode pembelajaran yang inovatif yang dapat menarik minat siswa dalam pembelajaran agar materi yang diajarkan dapat tersampaikan dengan baik.
  2. Siswa disarankan semangat dalam belajar, lebih aktif dalam pembelajaran, dan lebih giat dalam belajar. Serta senang dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kooperatif sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
  3. Para guru khususnya guru sekolah dasar, hendaknya berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan menerapkan inovasi pembelajaran agar pembelajaran lebih efektif serta mampu memotivasi siswa dalam belajar
  4. Siswa hendaknya dapat meningkatkan hasil belajarnya yaitu belajar dengan giat, dan aktif dalam pembelajaran, dan guru hendaknya memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajar mereka, dan menerapkan model-model pembelajaran inovatif.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 1986. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Bina Aksaran.

Badru Zaman, dkk. 2005. Media dan Sumber Belajar TK. Buku Materi Pokok PGTK 2304. Modul 1-9. Jakarta Universiats Terbuka.

Danim, Sudarwan, 1994, Tranformasi Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri, 1994, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Usaha Nasional, Surabaya.

Ekowati, Endang. 2001. Stategi Pembelajaran Kooperatif. Modul Pelatihan Guru Terintegrasi Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.

Imron, Ali, 1995, Pembinaan Guru di Indonesia, Pustaka Jaya, Jakarta.

Kasianto, I Wayan 2004 Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dengan Pendekatan Diskusi Kelompok. Laporan Penelitian Kelas. Tidak dipublikasikan

Roestiyah, NK, 1986, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Bina Aksara, Jakarta.