Peningkatan Kemampuan Guru Melalui Pembinaan Teknik Observatioal Visitation
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU
DALAM MENERAPKAN PENDEKATAN INQUIRY
MELALUI PEMBINAAN TEKNIK OBSERVATIOAL VISITATION
DI SD NEGERI 2 MLOWOKARANGTALUN KECAMATAN PULOKULON
PADA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Prawoto
Kepala Sekolah SD Negeri 2 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil dari upaya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry melalui pembinaan teknik observatioal visitation di pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah (PTS) yang dilakukan di SD Negeri 2 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan, selama 5 (lima) bulan Februari 2017 sampai dengan Juni 2017, dengan subyek penelitian guru di SD Negeri 2 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan sebanyak 6 guru, yaitu guru kelas satu sampai dengan guru kelas VI. Adapun objek penelitian adalah kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan dokumentasi.Instrumen yang digunakan dalam penelitianini berupa lembar observasi. Untuk menganalisa data digunakan teknik analisa deskriptif perbandingan, yaitu mendeskripsikan hasil perbandingan hasil penelitian dari siklus dengan siklus berikutnya. Tindakan dinyatakan berhasil apabila kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry telah mencapai kategori baik, dengan nilai rata-rata telah mencapai lebih dari 10.1 (>10.1), dengan ketercapaian indikator telah mencapai lebih dari 85%, artinya jika semua indikator yang ada telah dilakukan oleh guru dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata dari prasiklus hingga siklus III sebesar 6,8. Prosentasi penguasaan guru terhadap komponen penilaian mengalami peningkatan dari prasiklus ke siklus I ke siklus III meningkat sebesar 46.67%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui observation visitation dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry di SD Negeri 2 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester 2 tahun pelajaran 2016/2017.
Kata kunci: observation visitation, Inquiry
PENDAHULUAN
Guru memiliki peran penting dalam keberhasilan pendidikan, untuk itu guru dituntut untuk memiliki profesionalisme dalam mengemban tugas-tugas sebagai pendidik. Dalam proses pembelajaran guru merupakan kompnen objek sebagai pengajar untuk memberikan materi pelajaran guna terjadi perubahan pada diri siswa, dengan menyampaikan materi pembelajaran atau ketrampilan kepada siswa.
Agar penyampaian materi atau ketrampilan kepada siswa tersebut dapat terlaksana dengan efektif, maka guru harus mampu menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat. Pendekatan pembelajaran yang diterapkan hendaknya mengacu pada penemuan yang terarah dan pemecahan masalah. Penemuan dan pemecahan masalah tersebut merupakan pendekatan yang membantu tercapainya dengan mengacu pada pendekatan pembelajaran yang terkendali, dengan seksama menyusun seri-seri pembelajaran yang memberi urutan pembelajaran terhadap tujuan yang telah dirumuskan. Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu bagian integral yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Berhasil dan tidaknya tujuan pembelajaran dapat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
Salah satu pendekatan yang seharusnya dikuasai oleh guru dengan baik, adalah pendekatan inquiry yaitu pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Pendekatan ini menempetkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas dalam pemecahan masaalah. Siswa ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan inquiry adalah pembimbing belajar dan fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Tugas berikutnya dari guru adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka pemecahan masalah. Dalam kegiatan ini bimbingan dan pengawasan dari guru tetap diperlukan, namun campur tangan dan intervensi guru terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi (Ahmad Sabri, 2007: 11).
Dengan menerapkan pendekatan inquiry dimana siswa berperan subjek dan objek dalam belajar, memungkinkan siswa lebih dapat memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Guru harus memandang pembelajaran sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakuakan kegaiatan belajar. Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar. Dengan demikian siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran siswa lebih banyak berperan daripada guru (Ahmad Sabri, 2007: 11).
Walaupun penerapan pendekatan inquiry merupakan alternatif pendekatan yang mudah diterapkan, dan memungkinkan pembelajaran menjadi lebih aktif, namun pada kenyataannya, khususnya di SD Negeri 2 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan, guru belum banyak tertarik untuk menerapkan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi saat dilakukan ujicoba penerapan pendekatan inquiry, sebagaian besar guru belum memiliki kemampuan yang baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru, diketahui bahwa permasalahan tersebut timbul, sebagai akibat kurangnya pengetahuan dan pemahaman guru terhadap langkah pembelajaran inquiry. Guru sering menggunaka pendekatan kontekstual, dan cenderung terpaku dengan pendekatan yang telah biasa dilakukan. Oleh sebab itu sebagai agar guru memiliki kemampuan untuk memilih dan menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran dengan tepat, maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan guru, khususnya dalam menerapkan pendekatan inquiry.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melakukan pembinaan guru. Berbagai teknik pembinaan dapat dilakukan, mengingat karakteristik permasalahan terkait dengan penerapan pendekatan inquiry adalah spesifik, artinya antara guru yang satu dengan lainnya memiliki permasalahan yang berbeda, maka pembinaan yang oleh peneliti dianggap tepat adalah dengan teknik pembinaan individual model observation visitation, yaitu suatu teknik pembinaan individual dengan cara mengunjungi subjek penelitian saat melaksanakan pembelajaran, dan dilanjutkan dengan percakapan pribadi.
Mengingat tindakan ini termasuk tindakan perbaikan kinerja guru, maka rancangan tindakan yang tepat adalah dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan sekolah (PTS), yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam sekolah-sekolah yang berada dalam binaan kepala sekolah, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kualitas dalam kegiatan pembelajaran. Adapun judul yang sesuai dengan permasalahan, upaya, waktu dan tempat penelitian, adalah: “Upaya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry melalui pembinaan teknik observatioal visitation di pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, dan pembatasan masalah seperti tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah hasil dari upaya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry melalui pembinaan teknik observatioal visitation di pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil dari upaya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry melalui pembinaan teknik observatioal visitation di pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran oleh Sukirman (2008: 6) pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Suparman (2005: 157) pendekatan pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian materi pelajaran, siswa, peralatan, bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pendekatan pembelajaran sebagai suatu pendekatan dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik dapat menguasai isi pelajaran atau tujuan yang diharapkan. Salah satu keterampilan dalam mengajar yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah dapat memilih berbagai pendekatan dalam mengajar dan menggunakan pendekatan tersebut sesuai dengan tujuan pengajaran yang hendak dicapai.
Pendekatan Inquiry
Menurut Roestiyah (2008: 75) inquiry adalah istilah dalam bahasa Inggris, yang artinya suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Secara umum inquiry adalah proses dimana para saintis mengajukan pertanyaan tentang alam dunia ini dan bagaimana mereka secara sistematis mencari jawabannya (Suparno, 2007: 65). Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2006: 196), inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Kompetensi Guru
Menurut Purwadarminto (1999: 405) kompetensi adalah kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan. Kompetensi meliputi pengulangan kembali fakta-fakta dan konsep-konsep sampai pada keterampilan motorik lanjut hingga pada perilaku-perilaku pembelajaran dan nilai-nilai profesional. Kompetensi menurut Uno (2007: 63) adalah karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan menjadi cara-cara berperilaku dan berfikir dalam segala situasi, dan berlangsung dalam periode waktu yang lama. Suparlan (2006: 85) menjelaskan bahwa standar kompetensi guru adalah ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan.
Pembinaan Teknik Observational Visitation
Pembinaan dengan teknik observational visitation adalah seorang supervisor mengunjungi kelas di mana guru sedang mengajar. Dalam perkunjungan supervisor mengobservasi kegiatan-kegiatan kelas selama pelajaran berlangsung. Hasil observasi itu kemudian dibicarakan bersama-sama guru yang bersangkutan (Sahertian, 2010: 76).
Pembinaan menekankan manusia pada segi praktis, pengembangan sikap, kemampuan, dan kecakapan (Hawi, 2013: 74). Menurut Moekijat (2009: 20) pembinaan yang menunjukkan pada setiap usaha untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang, dengan memberikan informasi dan mempengaruhi sikap. Sikap yang dimaksudkan adalah perubahan positif yang lebih bersifat meningkatkan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan kecakapan. Menurut Sutisna (2003: 13) pembinaan personil ialah proses perbaikan prestasi (performa) personel melalui pendekatan-pendekatan yang menekankan realisasi diri, pertumbuhan diri dan perkembangan diri. Pembinaan meliputi kegiatan-kegiatan yang diarahkan kepada perbaikan dan pertumbuhan kesanggupan, sikap, keterampilan dan pengetahuan dari pada anggota organisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Pustaka menjelasan bahwa Pembinaan berasal dari kata “bina†yang berarti pelihara, mendirikan atau mengusahakan supaya lebih baik, lebih maju dan lebih sempurna. Sedangkan kata pembinaan berarti proses atau usaha dan kegiatan yang dilakukan secara berhasil guna memperoleh hasil yang baik (Rohim, 2011).
Kerangka Pemikiran
penerapan pendekatan inquiry merupakan alternatif pendekatan yang mudah diterapkan, Namun berdasarkan evaluasi saat dilakukan ujicoba penerapan pendekatan inquiry, sebagaian besar guru belum memiliki kemampuan yang baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melakukan pembinaan guru dengan teknik observation visitation, yaitu suatu teknik pembinaan individual dengan cara mengunjungi subjek penelitian saat melaksanakan pembelajaran, dan dilanjutkan dengan percakapan pribadi dalam bentuk penelitian tindakan sekolah.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: melalui pembinaan teknik observational visitation mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry di SD Negeri 2 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester 2 tahun pelajaran 2016/2017.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Menurut Lewin (dalam Sugiyono, 2010: 48) menyebutkan: “penelitian tindakan merupakan suatu kegiatan dalam situasi yangbersifat sfesifik dengan tujuan untuk mendiagnosis masalah yang bersifat spesiflk puladengan disertai upaya konkrit untuk memecahkannyaâ€. Selain itu penelitian tindakan juga merupakan suatu proses yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok yang menghendaki perubahan dalam situasi tertentu untuk menguji prosedur yang diperkirakan akan menghasilkan perubahan (Suwarsih, 2007: 66).
Tempat dan Waktu Penelitian
PTS ini dilakukan di SD Negeri 2 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan yang beralamat di Dusun Karangtalun RT 3/RW 3, Desa Mlowokarangtalun, Kecamatan Pulokulon. Penelitian dilakukan pada semester 2 tahun ajaran 2016/2017, selama 5 (lima) bulan Februari 2017 sampai dengan Juni 2017.
Subjek dan Objek Penelitian
Subyek penelitian tindakan sekolah ini adalah guru di SD Negeri 2 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan pada semester 2 tahun ajaran 2016/2017, sebanyak 6 guru, yaitu guru kelas satu sampai dengan guru kelas VI. Adapun objek penelitian adalah kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi yaitu data yang diperoleh dari pengamatan langsung dari peristiwa yang berkaitan dengan kompetensi guru dalam menerapkan pendekatan inquiry, berupa telaah dokumentasi, dengan mengacu pada lembar observasi yang disusun berdasarkan langkah pembelajaran inquiry yang benar. Hasilnya dinilai dalam lembar observasi. Hasil pengamatan akan dipergunakan guna menata langkah-langkah perbaikan pada siklus berikutnya.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan sekolah dimulai dari tahap perencanaan, dilanjutkan pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Tindakan siklus I, merupakan refleksi dari hasil yang dicapai pada prasiklus, tindakan siklus II, merupakan refleksi dari tindakan siklus I. Adapun langkah perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi siklus I, dan II, adalah sebagai berikut:
Perencanaan tindakan meliputi: peneliti merencanakan bentuk tindakan yaitu dengan menggunakan pembinaan individu teknik observational visitation, yaitu suatu teknik pembinaan secara individu dengan cara mengunjungi kelas, dan hasil pengamatan selama kunjungan digunakan sebagai bahan percakapan pribadi. Peneliti merencanakan jadwal tindakan observational visitation. Peneliti merencanakan jadwal observasi
Berdasarkan rencana yang telah disusun, peneliti melaksanakan tindakan kunjungan ke kalas dan percakapan pribadi (observation visitation). Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menerapkan pendekatan inquiry. Pelaksanaan observation visitation dilakukan pada jam ke 1 hingga jam ke 3, dan hasil pengamatan digunakan sebagai pembinaan guru melalui percakapan pribadi saat siswa istirahat.
Observasi bertujuan untuk menilai kinerja guru dalam menerapkan pendekatan inquiry, dengan mengacu pada langkah-langkah metode inquiry menurut Kindsvatter dkk (dalam Suparno, 2007: 66) yaitu: identifikasi dan klarisikasi persoalan, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menyimpulkan. Pemberian skor kinerja guru dalam berkomunikasi dengan peserta didik menggunakan skor 1, 2, atau 3 sesuai dengan unjuk kerja guru dalam menerapkan pendekatan inquiry.
Berdasarkan hasil observasi, hasilnya direfleksikan untuk tindakan berikutnya. Refleksi dilakukan dengan melakukan rekapitulasi data hasil penilaian, menghitung skor rata-rata dan prosentase ketercapaian indikator, selanjutnya dibandingkan dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Berdasarkan perbandingan tersebut selanjutnya peneliti melakukan langkah berikutnya.
Teknik Analisis Data
Untuk menganalisa data digunakan teknik analisa deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan untuk memberi gambaran tentang hasil yang dicapai oleh guru setelah tindakan dilaksanakan. Langkah melakukan analisis yaitu dengan melakukan rekapitulasi hasil kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry, menghitung skor rata-rata dan prosentase ketercapaian, selanjutnya membandingkan hasil siklus-siklus sebelumnya dan indikator ketercapaian.
Indikator Keberhasilan Penelitian
Tindakan dinyatakan berhasil apabila kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry telah mencapai kategori baik, dengan nilai rata-rata telah mencapai lebih dari 10.1 (>10.1), dengan ketercapaian indikator telah mencapai lebih dari 85%, artinya jika semua indikator yang ada telah dilakukan oleh guru dengan baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prasiklus
Hasil pengamatan prasiklus seperti terlampir (lampiran 1). Berdasarkan hasil prasiklus tersebut, selanjutnya dilakukan rekapitulasi data, menghitung jumlah skor, dan prosentase ketercapaian masing-masing indikator, hasilnya seperti terlampir (lampiran 2). Ringkasan hasil rekapitulasi data hasil penilaian terhadap kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry, dapat diketahui bahwa hasil penilaian terhadap 6 (enam) guru dalam menerapkan pendekatan inquiry tergolong cukup dengan skor rata-rata sebesar 7.0. Berdasarkan kategorisasi penilaian yang telah ditentukan dari enam guru terdapat 2 guru yang tergolong kurang.
Untuk mengetahui sejauh mana guru menguasai komponen penerapan pendekatan inquiry, dapat dilihat dari prosentase ketercapaian komponen/indikator. Kategorisasi dimaksudkan untuk memberikan gambaran berapa prosen penguasaan guru terhadap komponen penerapan pendekatan inquiry, dengan asumsi semakin tinggi prosentase yang dicapai maka semakin baik pelaksanaan pendekatan inquiry. Selain itu dengan prosentase ketercapaian maka dapat dianalisis, apakah semua komponen langkah pembelajaran sudah dilakukan dengan baik atau belum. Hasil prosentase ketercapaian indikator/ komponen kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry menunjukan bahwa rata-rata prosentase ketercapaian yang diperoleh guru adalah 45.56%. artinya hasil penilaian prasiklus menunjukkan bahwa guru belum mampu melaksanakan semua indikator. Sehingga perlu dilakukan tindakan pembinaan. Adapun pembinaan yang akan dilakukan adalah dengan teknik observasional visitation (observasional visita), dalam tahap siklus-siklus penelitian mulai dari siklus I, hingga tindakan berhasil. Dokumentasi kegiatan peneliti pada siklus I seperti terlihat pada foto terlampir (foto 1).
Selanjutnya agar guru mengetahui hasil penialain tersebut, pada hari Sabtu, tanggal 4 Februari 2017, mulai jam 12:30 sampai dengan jam 14:00, peneliti mengadakan rapat guru untuk menyampaikan hasil pengamatan dan menyampaikan informasi tentang tindakan yang akan dilakukan. Daftar hadir seperti terlampir (lampiran 3). Dokumentasi seperti foto terlampir (foto 2).
Siklus I
Hasil penilaian siklus I seperti terlampir (lampiran 4). Berdasarkan hasil penilaian tersebut, selanjutnya peneliti melakukan rekapitulasi data, menghitung jumlah skor, dan prosentase ketercapaian indikator, hasilnya seperti terlihat pada lampiran (lampiran 5). Secara ringkas rekapitulasi data hasil penilaian kinerja guru dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan inquiry dapat diketahui kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry tergolong cukup dengan skor rata-rata sebesar 9.7. Prosentase Ketercapaian komponen/indikator penilaian yang terdiri dari 5 komponen, dari ke 6 guru, hasilnya dapat diketahui skor rata-rata prosentase ketercapaian komponen sebesar 64.44%, dengan skor tertinggi sebesar 77.78%, sedangkan skor terendah sebesar 55.56%. aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan inquiry seperti terlihat pada foto terlampir (foto 7).
Berdasarkan hasil penilian terhadap guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 9.7 (kategori cukup), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 64.44%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry telah menunjukkan adanya perkembangan, namun jika dibandingkan dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, hasil tersebut belum mencapai nilai rata-rata dan prosentase yang ditetapkan. Sehingga perlu adanya upaya lanjutan dengan memperbaiki permasalahan baru yang timbul.
Adapun permasalahan baru yang timbul tercermin dari ketercapaian komponen yang masih rendah, yaitu indikator: 5 (lima) yaitu tentang membuat kesimpulan (55,56%), indikator 6 (enam) yaitu tentang membuat hipotesis, dan indikator 8 (delapan) yaitu tentang menganalisis data, yang baru mencapai 61,11%. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan indikator lainnya masih perlu ditingkatkan.
Dari hasil penilaian prosentase tertinggi yang baru mencapai 77,78% masih memungkinkan untuk ditingkatkan hingga mencapai indikator yang telah ditetapkan, demikian pula dengan skor rata-rata yang baru mencapai 9,7 masih memungkinkan untuk ditingkatkan melalui tindakan lanjutan berupa pembinaan teknik ovservational visitation (observational visita).
Berdasarkan hasil penilaian tersebut, selanjutnya pada tanggal 11 Maret 2017, peneliti memanggil semua guru untuk mengikuti rapat yang dimulai jam 12:30 sampai jam 14:00. Pada kesempatan tersebut menyampaikan hasil penilaian kepada guru, dan memberikan masukan-masukan seperlunya kepada guru. Daftar hadir rapat guru tanggal 11 Maret 2017 seperti terlampir (lampiran 6). Dokumentasi rapat guru seperti terlampir (foto 8).
Siklus II
Hasil penilaian siklus II seperti terlampir (lampiran 7). Berdasarkan hasil penilaian tersebut, selanjutnya peneliti melakukan rekapitulasi data, menghitung jumlah skor, dan prosentase ketercapaian indikator, hasilnya seperti terlihat pada lampiran (lampiran 8). Secara ringkas rekapitulasi data hasil penilaian kinerja guru dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan inquiry dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry tergolong baik dengan skor rata-rata sebesar 12.7. Prosentase Ketercapaian komponen/indikator penilaian yang terdiri dari 5 komponen, dari ke 6 guru, hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry telah meningkat dibanding dengan siklus I. Artinya pemahaman guru tentang langkah pembelajaran inquiry telah meningkat hingga mencapai prosentasi rata-rata 83,33%.
Berdasarkan hasil penilian terhadap guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 12.7 (kategori baik), dengan prosentasi ketercapaian komponen rata-rata sebesar 83.33%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry telah menunjukkan adanya perkembangan yang cukup singifikan, namun jika dibandingkan dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, hasil tersebut belum mencapai nilai rata-rata dan prosentase yang ditetapkan. Sehingga perlu adanya upaya lanjutan dengan memperbaiki permasalahan baru yang timbul.
Adapun permasalahan baru yang timbul tercermin dari ketercapaian komponen yang masih rendah, yaitu indikator: 6 (enam) yaitu tentang membuat hipotesis, indikator 8 (delapan) tentang menganalisis data, dan indikator 9 (sembilan) tentang menyimpulkan, yang hasilnya belum maksimal (77,78%).
Dari hasil penilaian prosentase tertinggi telah mencapai 94,44% dn skor terendah 77,78%, demikian pula dengan skor rata-rata telah mencapai 12,7 (baik), dengan demikian telah terjadi peningkatan prosentase rata-rata, prosentase tertinggi, prosentase terendah, maupun skor rata-rata. Namun prosentase ketercapaian komponen belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan yaitu (lebih dari 85%), sehingga masih perlu dilakukan tindakan lanjutan berupa pembinaan teknik ovservational visitation (observational visita) siklus III.
Berdasarkan hasil penilaian tersebut, selanjutnya pada tanggal 15 April 2017, peneliti memanggil semua guru untuk mengikuti rapat yang dimulai jam 12:30 sampai jam 13:30. Pada kesempatan tersebut menyampaikan hasil penilaian kepada guru, dan memberikan masukan-masukan seperlunya kepada guru, menyampaikan ucapan terima kasih kepada guru, serta memberikan motivasi kepada guru. Daftar hadir rapat guru seperti terlampir (lampiran 9). Dokumentasi rapat guru seperti terlampir (foto 12).
Siklus III
Hasil penilaian siklus III seperti terlampir (lampiran 10). Berdasarkan hasil penilaian tersebut, selanjutnya peneliti melakukan rekapitulasi data, menghitung jumlah skor, dan prosentase ketercapaian indikator, hasilnya seperti terlihat pada lampiran (lampiran 11). Secara ringkas rekapitulasi data hasil penilaian kinerja guru dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan inquiry siklus III dapat diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 13.8 (baik). Berdasarkan kategori penilaian yang telah ditentukan dari enam guru, semuanya telah dapat mencapai kategori baik. Adapun prosentase ketercapaian komponen hasil penilaian terhadap kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan inquiry, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 13.8 (kategori baik), dengan prosentasi ketercapaian komponen rata-rata sebesar 92.22%. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan inquiry, telah melebihi indikator keberhasilan yang ditetapkan, dengan demikian tidak perlu dilakukan tindakan berikutnya.
PEMBAHASAN
Perbandingan Hasil Penilaian Kemampuan Guru dalam Menerapkan Pendekatan Inquiry
Perbandingan nilai kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry prasiklus dengan siklus I, dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry terjadi peningkatan baik secara individu maupun kelompok yang ditunjukkan dengan peningkatan skor rata-rata dari 7,0 menjadi 9,7 atau meningkat sebesar 2,7. Peningkatan skor tertinggi dari 9 menjadi 11 atau meningkat sebesar 2, dan peningkatan skor terendah dari 5 menjadi 8 atau meningkat sebesar 3. Perbandingan nilai kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry siklus I dengan siklus II, dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry terjadi peningkatan baik secara individu maupun kelompok yang ditunjukkan dengan peningkatan skor rata-rata dari 9,7 menjadi 12,,7 atau meningkat sebesar 3. Peningkatan skor tertinggi dari 11 menjadi 14 atau meningkat sebesar 3, dan peningkatan skor terendah dari 8 menjadi 12 atau meningkat sebesar 4.
Perbandingan nilai kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry siklus II dengan siklus III, dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry terjadi peningkatan baik secara individu maupun kelompok yang ditunjukkan dengan peningkatan skor rata-rata dari 12,7 menjadi 13,8 atau meningkat sebesar 1,2. Peningkatan skor tertinggi dari 14 menjadi 14 atau tidak terjadi peningkatan, dan peningkatan skor terendah dari 12 menjadi 13 atau meningkat sebesar 1. Tidak meningkatnya skor tertinggi, dan rendahnya peningkatan skor rata-rata dan skor terendah, menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry telam maksimal.
Perbandingan nilai kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry prasiklus dengan siklus III, dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry dari prasiklus ke siklus III terjadi peningkatan baik secara individu maupun kelompok yang ditunjukkan dengan peningkatan skor rata-rata dari 7 menjadi 13,8 atau meningkat sebesar 6,8. Peningkatan skor tertinggi dari 9 menjadi 14 atau meningkat sebesar 5, dan peningkatan skor terendah dari 5 menjadi 13 atau meningkat sebesar 8.
Perbandingan Prosentase Ketercapaian Komponen
Perbandingan prosentase ketercapaian komponen kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry prasiklus dengan siklus I, dapat diketahui bahwa penguasaan atau pemahaman guru terhadap komponen penilaian pendekatan inquiry dari prasiklus ke siklus I terjadi peningkatan baik peningkatan pada setiap komponen maupun komponen keseluruhan yang ditunjukkan dengan peningkatan prosentase ketercapaian rata-rata dari 45,56% menjadi 64,44% atau meningkat sebesar 18,89%. Peningkatan prosentase tertinggi dari 55,58% menjadi 77,78% atau meningkat sebesar 22,20%, dan peningkatan prosentase terendah dari 38,89% menjadi 55,56% atau meningkat sebesar 16,67%.
Perbandingan prosentase ketercapaian komponen kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry siklus I dengan siklus II, dapat diketahui bahwa penguasaan atau pemahaman guru terhadap komponen penilaian pendekatan inquiry dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan baik peningkatan pada setiap komponen maupun komponen keseluruhan yang ditunjukkan dengan peningkatan prosentase ketercapaian rata-rata dari 64,44% menjadi 83,33%% atau meningkat sebesar 18,89%. Peningkatan prosentase tertinggi dari 77,78% menjadi 94,44% atau meningkat sebesar 16,66%, dan peningkatan prosentase terendah dari 55,56% menjadi 77,78% atau meningkat sebesar 22,22%.
Perbandingan prosentase ketercapaian komponen kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry siklus II dengan siklus III dapat diketahui bahwa penguasaan atau pemahaman guru terhadap komponen penilaian pendekatan inquiry dari siklus II ke siklus III terjadi peningkatan baik peningkatan pada setiap komponen maupun komponen keseluruhan yang ditunjukkan dengan peningkatan prosentase ketercapaian rata-rata dari 83,33% menjadi 92,22%% atau meningkat sebesar 8,89%. Untuk prosentase tertinggi tidak mengalami peningkatan, dan peningkatan prosentase terendah dari 77,78% menjadi 88,89% atau meningkat sebesar 11,11%.
Perbandingan prosentase ketercapaian komponen kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry prasiklus dengan siklus III dapat diketahui bahwa penguasaan atau pemahaman guru terhadap komponen penilaian pendekatan inquiry dari prasiklus ke siklus III terjadi peningkatan baik peningkatan pada setiap komponen maupun komponen keseluruhan yang ditunjukkan dengan peningkatan prosentase ketercapaian rata-rata dari 45.56% menjadi 92,22%% atau meningkat sebesar 46.67%. Peningkatan prosentase ketercapaian tertinggi dari 50% meningkat menjadi 94,44% atau terjadi peningkatan sebesar 44,44%, dan peningkatan prosentase terendah dari 38,89% menjadi 88,89% atau meningkat sebesar 50%. Dengan demikian setelah dilakukan tindakan sebanyak 3 (tiga) kali tindakan berupa observatinal visitation, kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry dapat meningkat hingga mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, seperti yang dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa melalui observation visition, yaitu kunjungan kelas yang dilanjutkan dengan percakapan pribadi dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry di SD Negeri 2 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017. Peningkatan terjadi pada semua komponen penilaian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata dari prasiklus hingga siklus III. Secara rinci peningkatan nilai rata-rata adalah sebagai berikut: nilai rata-rata prasiklus sebesar 7.0, pada siklus I meningkat menjadi 9.7, artinya terjadi peningkatan sebesar 2.7. setelah dilakukan tindakan siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 12.7, artinya terjadi peningkataan sebesar 3.0, dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 13,8 artinya meningkat sebesar 1.2. Dengan demikian terjadi nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus III sebesar 6,8.
Prosentasi penguasaan guru terhadap komponen penilaian mengalami peningkatan dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 45.56% menjadi 64.44% atau meningkat sebesar 18.89%, dari siklus I ke siklus II meningkat dari 64.44% menjadi 83.33% atau meningkat sebesar 18.89%, dari siklus II ke siklus III meningkat dari 83.33% menjadi 92.22% atau meningkat sebesar 8.89%, dengan demikian setelah dilakukan tindakan terjadi peningkatan dari prasiklus sebesar 45.56%, pada siklus III meningkat menjadi 92.22% atau meningkat sebesar 46.67%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui observation visitation dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry di SD Negeri 2 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester 2 tahun pelajaran 2016/2017.
Implikasi
Adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry sebagai akibat dari pelaksanaan pembinaan dengan teknik observation visitation, memiliki dampak positif terhadap pelaksanaan tugas-tugas guru, dengan demikian jika pembinaan dilakukan dengan teknik yang tepat, maka kinerja guru dapat meningkat. Hal ini berdampak positif terhadap keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas sebagai pendidik.
Saran-Saran
Untuk UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan
Sebaiknya dalam melakukan pembinaan profesionalisme guru, UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon, khususnya Pengawas menggunakan teknik-teknik yang bervariatif, dan lebih mengedepankan teknik bimbingan individual, agar dapat tercipta komunikasi yang lebih efektif. Selain itu melalui pembinaan teknik individual, guru lebih leluasa dalam menyampaikan kesulitan dalam melaksanakan tugas.
Untuk Kepala Sekolah Lain
Sebaiknya pembinaan guru yang bersifat khusus, kepala sekolah menggunakan teknik individual, karena hal ini terbukti lebih efektif. Namun apabila pembinaan bersifat umum, sebaiknya dilakukan pembinaan kelompok.
Untuk Guru
Sebaiknya guru selalu lebih banyak melakukan inovasi pembelajaran, dengan menerapkan berbagai pendekatan, dan model yang mendorong siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sabri, 2007, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Ciputat: Quantum Teaching
Hawi, A. 2013. Kompetensi Guru PAI. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Moekijat, 2009, Tata Laksana Kantor, Bandung: Mandar Maju
Poerwadarminta, W.J.S. 1999. Kamus Bahasa Indonesia. Balai Pustaka; Jakarta
Roestiyah, 2008, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2008
Rohim, Abdul. 2011. Pembinaan Kompetensi Profesional Guru di SMP Cipondoh Tanggerang. Website: Pembinaan Kompetensi Mengajar.pdf
Sahertian, P.A. 2010. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung: CV Alfabeta
Sukirman, Dadang. 2008. Pembelajaran Mikro. Bandung: UPI Press.
Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing
Suparman, Atwi, 2005, Desain Instruksional, Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka
Suparno, Paul, 2007, Metodologi Pembelajaran Fisika, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma,
Sutisna, Oteng, 2009, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktik Profesional, Bandung: Angkasa.
Suwarsih Madya, 2007, Teori dan Praktik Penelitian Tindakan, Bandung: Alfabela.
Uno, Hamzah B, 2007, Profesi Kependidikan, Prolem, solusi, dan reformasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Wina Sanjaya, 2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana