PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU

DALAM MENGGUNAKAN MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI SD NEGERI JURANGJERO 2 SEMESTER II KEC. KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Sugiyono

SD Negeri Jurangjero 2

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru di SD Negeri Jurangjero 2 dalam menggunakan media dan sumber pembelajaran. Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus. Pada pra siklus diperoleh rata-rata nilai 73 dengan prosentase 41% pencapaian seluruh guru dalam indikator penelitian penggunaan media dan sumber pembelajaran, pada siklus 1 diperoleh rata-rata nilai 85 dengan prosentase 60% pencapaian seluruh guru dalam indikator penelitian penggunaan media dan sumber pembelajaran, dan pada siklus II diperoleh rata-rata nilai 98 dengan prosentase 93% pencapaian seluruh guru dalam indikator penelitian penggunaan media dan sumber pembelajaran. Jadi ada peningkatan kemampuan guru dalam menggunakan media dan sumber pembelajaran setelah dilakukan Supervisi akademik oleh kepala sekolah SD Negeri Jurangjero 2.

Kata kunci: Media dan sumber pembelajaran, Supervisi akademik

 

PENDAHULUAN

Komponen guru selama ini di anggap sangat mampu mempengaruhi proses pendidikan. Hal itu memang wajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Bagaimanapun bagusnya dan idealnya kurikulum pendidikan, tanpa di imbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka semuanya akan kurang bermakna. Oleh karena itu, untuk mencapai standar proses pendidikan, sebaiknya harus di mulai dengan menganalisis komponen guru terlebih dahulu. Oleh sebab itu, sistem pendidikan memerlukan guru-guru yang profesional, entah itu dalam sifatnya, perilakunya, bahkan kinerjanya.

Berdasarkan hasil supervisi akademik yang dilakukan di SD Negeri Jurangjero 2 Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen diperoleh hasil sebelum penelitian (pra siklus) untuk pelaksanaan media dan sumber belajar guru dengan indikator 1) Analisis Karakteristik Siswa sebesar 57%, 2) Keefektifan dari media dan sumber belajar sebesar 57%, 3) Adanya tujuan dan isi instruksional sebesar 57%, 4) Memanfaatkan lingkungan sekitar sebesar 43%, 5) Kualitas teknis dari media dan sumber belajar sebesar 43%, 6) Adanya strategi pengorganisasian pembelajaran sebesar 43%, 7) Adanya strategi penyampaian sebesar 29%, 8) Adanya strategi pengelolaan pembelajaran sebesar 29%, 9) Adanya pengembangan prosedur pengukuran hasil pembelajaran sebesar 29%, dan 10) Kreatifitas dan inovasi dari media dan sumber belajar sebesar 29%.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan media dan sumber belajar yang dilakukan oleh guru belum maksimal atau belum lengkap. Maka dari itu diperlukan supervisi akademik untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan media dan sumber belajar. Bukan hanya kemampuan guru dalam mengajar yang menentukan kualitas pendidikan tetapi media dan sumber belajar yang dilakukan guru juga menentukan kualitas pendidikan. Dengan keadaan demikian, peneliti sebagai kepala sekolah berusaha untuk memberi supervisi akademik pada guru dalam membuat dan menyusun media dan sumber belajar secara lengkap sesuai dengan tuntutan pada standar dan indikator media dan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan serta keadaan siswa.

Dari empat masalah yang diidentifikasikan di atas, masalahnya dibatasi menjadi: 1) Guru belum paham dalam membuat dan menyusun media dan sumber belajar. 2) Penerapan media dan sumber belajar yang dilakukan guru belum maksimal dan optimal.

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas, diajukan rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah dengan supervisi akademik akan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan media dan sumber belajar?”

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan media dan sumber belajar melalui supervisi akademik di SD Negeri Jurangjero 2 Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2019/2020.

KAJIAN TEORI

Pengertian Guru

Secara etimologi (asal usul kata), istilah ”Guru” berasal dari bahasa India yang artinya ” orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara” Shambuan, Republika, (dalam Suparlan 2005:11). Kemudian Rabindranath Tagore (dalam Suparlan 2005:11) menggunakan istilah Shanti Niketan atau rumah damai untuk tempat para guru mengamalkan tugas mulianya membangun spiritualitas anak-anak bangsa di India.

Poerwadarminta (dalam Suparlan 2005:13) menyatakan, “guru adalah orang yang kerjanya mengajar.” Dengan definisi ini, guru disamakan dengan pengajar. Pengertian guru ini hanya menyebutkan satu sisi yaitu sebagai pengajar, tidak termasuk pengertian guru sebagai pendidik dan pelatih. Selanjutnya Zakiyah Daradjat (dalam Suparlan 2005:13) menyatakan,” guru adalah pendidik profesional karena guru telah menerima dan memikul beban dari orang tua untuk ikut mendidik anak-anak.”

Menurut UU No.20 Tahun 2003 pasal 39 ayat 2 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan, ”pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan menerapkan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.”

Berdasarkan PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan, ”pendidik (guru) harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik, dan bertugas merencanakan dan menerapkan proses pembelajaran.

Media dan sumber belajar

Pengertian Media dan sumber belajar

Media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar”, yakni perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Media pembelajaran bisa dikatakan sebagai alat yang bisa merangsang siswa untuk supaya terjadi proses belajar. Sanjaya (2008) menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi perangkat keras yang dapat mengantarkan pesan dan perangkat lunak yang mengandung pesan.

AECT (Association for Education and Communication Technology) menyatakan bahwa sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar adalah bahan-bahan yang dimanfaatkan dan diperlukan dalam proses pembelajaran, yang dapat berupa buku teks, media cetak, media elektronik, narasumber, lingkungan sekitar, dan sebagainya yang dapat meningkatkan kadar keaktifan dalam proses pembelajaran.

Supervisi akademik

Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai berikut: “Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an envirovment). Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.

Sedangkan Depdiknas (1994) merumuskan supervisi sebagai berikut: “Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik “. Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk itu ada dua hal (aspek) yang perlu diperhatikan: Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan hal-hal yang menunjang kegiatan belajar mengajar.

Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan sebagai berikut “ serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor (Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar”. Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada pembinaan guru, maka tersebut pula “Pembinaan profesional guru” yakni pembinaan yang lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru.

Secara umum kegiatan supervise dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu: supervise umum dan supervise akademik. Supervise umum dilakukan untuk seluruh kegiatan teknis administrasi sekolah, sedangkan supervise akademik lebih diarahkan pada peningkatan kualitas pembelajaran. Pada penelitian ini, pembahasan lebih kepada supervise akademik karena berkaitan dengan penyusunan perangkat perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru.

Tujuan dan fungsi supervisi akademik

Tujuan supervisi akademik adalah: (1) Membantu guru mengembangkan kompetensinya, (2) Mengembangkan kurikulum, (3) Mengembangkan kelompok kerja guru dan membimbing penelitian tindakan kelas (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987)

Model supervisi akademik

Menurut kepada materi Supervisi Akademik pada pelatihan penguatan kemampuan Kepala sekolah oleh Direktorat jenderal peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan kementrian pendidikan nasional tahun 2010, model supervise akademik terbagi ke dalam dua model. (1) Model Supervisi Tradisional, (2) Model Supervisi Kontemporer (Masa kini).

Teknik supervisi akademik

Salah satu tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk melaksanakannya secara efektif, diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, at al: 2007). Oleh sebab itu, setiap kepala sekolah harus memiliki keterampilan teknikal berupa kemampuan menerapkan teknik-teknik supervise akademik yang tepat. Menurut Gwyn (1961) teknik supervise akademik meliputi dua macam, yaitu: individual dan kelompok. (1) Teknik supervisi individual, (2) Kunjungan antar kelas.

Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran pada hakekatnya bersumber dari kajian teoritis dan sering diinformasikan dalam bentuk anggapan dasar. Menurut Arikunto (2010: 104), anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti harus dirumuskan secara jelas. Pembinaan profesi kepada guru adalah kegiatan yang harus secara rutin dan berkelanjutan dilakukan oleh pengawas sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru guna peningkatan kinerja guru yang professional. Namun kenyataan di lapangan pembinaan profesi guru melalui bimbingan lemah. Karena Bimbingan yang dilaksanakan selama ini belum sesuai dengan kebutuhan guru. Bimbingan sering dianggap hanya sebagai kegiatan mencari-cari kesalahan guru dan tidak memberikan solusi atas kekurangan guru sehingga guru segan dan enggan untuk secara transparan menyampaikan kelemahannya kepada kepala sekolah.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang kebenarannya perlu dibuktikan melalui proses penelitian. Berdasarkan landasan teori, bukti-bukti empirik yang diperoleh peneliti sebelumnya dan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:“Melalui Supervisi akademik dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan Media dan sumber belajar Bagi Guru SD Negeri Jurangjero 2 Kecamatan Karangmang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2019/2020.”

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian, jadwal penelitian, dan siklus PTS sebagai berikut:

Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dilaksanakan di SD Negeri Jurangjero 2 Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen. Pemilihan sekolah tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan media dan sumber belajar.

Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2019/2020 mulai 2 Januari 2020 sampai dengan 30 Mei 2020.

Siklus Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan media dan sumber belajar.

Persiapan Penelitian Tindakan Sekolah

Sebelum PTS dilaksanakan, dibuat berbagai input instrument yang digunakan untuk mendapatkan data dan informasi.

Subjek Penelitian

Yang menjadi subyek dalam PTS ini adalah guru-guru di SD Negeri Jurangjero 2 Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen yang berjumlah 7 guru termasuk guru kelas dan guru mata pelajaran.

Sumber Data

Sumber data dalam PTS ini adalah dokumen pelaksanaan media dan sumber belajar yang sudah dibuat guru.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan diskusi. a) Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data atau informasi tentang pemahaman guru terhadap media dan sumber belajar. b) Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data dan mengetahui kompetensi guru dalam menerapkan media dan sumber belajar dengan lengkap. c) Diskusi dilakukan antara peneliti dengan guru.

Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam PTS ini sebagai berikut. (1) Wawancara menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki guru tentang media dan sumber belajar. (2) Observasi menggunakan lembar observasi untuk mengetahui komponen media dan sumber belajar yang telah dibuat dan yang belum dibuat oleh guru.(3) Diskusi dilakukan dengan maksud untuk sharing pendapat antara peneliti dengan guru.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research), yaitu sebuah penelitian yang merupakan kerjasama antara peneliti dan guru, dalam meningkatkan kemampuan guru agar menjadi lebih baik dalam menerapkan media dan sumber belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh guru dalam membuat dan menyusun media dan sumber belajar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus. ”Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1985:63).

Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam Penelitian Tindakan Sekolah, menurut Sudarsono, F.X, (1999:2) yakni: (1) Rencana: Tindakan apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menerapkan media dan sumber belajar secara lengkap. Solusinya yaitu dengan melakukan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi, (4) Refleksi.

Indikator Pencapaian Hasil

Penelitian ini akan diakhiri setelah 75% guru telah mengalami peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan media dan sumber belajar dengan nilai yang diperoleh masing-masing guru adalah ≥ 75.

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Deskripsi Penelitian Kondisi Awal (Pra Siklus)

Dari hasil wawancara terhadap tujuh orang guru, peneliti memperoleh informasi bahwa semua guru (tujuh orang) terdapat beberapa guru yang belum paham bagian/komponen media dan sumber belajar, pada umumnya guru mengadopsi dan mengadaptasi dokumen media dan sumber belajar secara umum, guru juga belum sepenuhnya melengkapi dokumen media dan sumber belajar mereka, mereka setuju bahwa guru harus menggunakan dan menerapkan media dan sumber belajar secara lengkap agar dalam menunjang dan mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan baik.

Berdasarkan hasil observasi pra siklus peneliti terhadap media dan sumber belajar yang dibuat guru, diperoleh informasi/data bahwa masih ada guru yang tidak melengkapi dokumen media dan sumber belajar dengan komponen-komponennya. Dan dari hasil penilaian diperoleh data rata-rata prosentase untuk semua indikator media dan sumber belajar adalah 41% dan rata-rata hasil nilai guru adalah 73.

 

 

 

Tabel 1 Frekuensi Nilai Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Media dan sumber belajar Sebelum Tindakan (Pra Siklus)

NO INTERVAL NILAI FREKUENSI PROSENTASE
1 61-70 3 43%
2 71-80 2 29%
3 81-90 2 29%
4 91-100 0 0%
JUMLAH 7 100%

 

Dari penilaian peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan media dan sumber belajar yang dilakukan sebelum pelaksanaan siklus diketahui bahwa hasilnya masih sangat rendah terbukti dari data perolehan di atas.

Deskripsi Penelitian Siklus 1

Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari selasa, 3 Maret 2020

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siklus 1 pertemuan ke-2 diperoleh data masing-masing indikator penelitian.

Tabel 2. Frekuensi Nilai Peningkatan Kemampuan guru dalam menerapkan Media dan sumber belajar Siklus 1

NO INTERVAL NILAI FREKUENSI PROSENTASE
1 61-70 1 14%
2 71-80 2 29%
3 81-90 2 29%
4 91-100 2 29%
JUMLAH 7 100%

 

Refleksi

Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus 1 pertemuan ke-2 dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan untuk masing-masing indikator penelitian dari kegiatan pra siklus ke siklus 1. Dan dari hasil penilaian yang dilakukan diperoleh data rata-rata prosentase untuk semua indikator media dan sumber belajar adalah 60% dan rata-rata hasil nilai guru adalah 85. Untuk nilai yang diperoleh setiap responden sudah baik yaitu diatas nilai 75, tetapi untuk perolehan nilai pada masing-masing indikator penilaian terdapat beberapa indikator yang belum mencapai target atau indikator keberhasilan sebesar 75%. Maka dari itu dilakukan penelitian lagi dengan tahap yang sama seperti pada siklus 1 pertemuan ke-2 yang akan dilakukan pada siklus II sehingga semua indikator dapat tercapai sesuai dengan indikator keberhasilan.

Deskripsi Penelitian Siklus II

Siklus kedua terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam meningkatkan kemampuan guru antara lain:

Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Selasa, 17 Maret 2020.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siklus II diperoleh data masing-masing indikator penelitian.

Tabel 3 Frekuensi Nilai Peningkatan Kemampuan guru dalam menerapkan Media dan sumber belajar Siklus II

NO INTERVAL NILAI FREKUENSI PROSENTASE
1 61-70 0 0%
2 71-80 0 0%
3 81-90 1 14%
4 91-100 6 86%
JUMLAH 7 100%

 

Refleksi

Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus 1 dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan untuk masing-masing indikator penelitian dari kegiatan siklus 1 ke siklus II. Dan dari hasil penilaian yang dilakukan diperoleh data rata-rata prosentase untuk semua indikator media dan sumber belajar adalah 93% dan rata-rata hasil nilai guru adalah 98. Untuk nilai yang diperoleh setiap responden sudah sangat baik yaitu di atas nilai 75 dan perolehan nilai pada masing-masing indikator penilaian sudah mencapai target atau prosentase nilai melebihi indikator keberhasilan sebesar 75%. Maka dari itu dilakukan penelitian cukup sampai pada siklus II karena nilai sudah mencapai indikator pencapaian. Dan penelitian dikatakan berhasil serta metode yang digunakan sangat efektif dan sesuai.

Pembahasan Hasil Penelitian

Model analisis/pembahasan penelitian tindakan berbeda dengan model analisis/pembahasan penelitian biasa. Dalam Penelitian Tindakan Sekolah, analisis/ pembahasan hasil penelitian dilakukan sejak awal, artinya sejak data hasil penelitian diperoleh pada siklus 1. Dasar pemikiran analisis/pembahasan dalam Penelitian Tindakan Sekolah dilakukan sejak awal dan bertahap, ini disebabkan karena dalam Penelitian Tindakan Sekolah hasil penelitian pada siklus sebelumnya menjadi dasar perencanaan program pada siklus berikutnya. Berikut penulis uraikan laporan hasil pembahasan data penelitian siklus demi siklus penelitian.

Pembahasan Data Siklus 1

Proses analisis/pembahasan data dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini dilakukan dengan cara mengadakan refleksi antara peneliti dan mitra peneliti. Pembahasan dilakukan dengan mengadakan refleksi yakni kegiatan diskusi tentang apa yang telah dilakukan dan membandingkan data hasil di lapangan yang diperoleh pada siklus 1 dengan data-data yang diperoleh sebelum dilakukan siklus 1 (pra siklus).

Berdasarkan hasil refleksi pada tahap ini diperoleh simpulan sementara sebagai berikut: Dilihat dari sisi hasil pre tes dan pos tes menunjukkan adanya peningkatan kemampuan guru-guru SD Negeri Jurangjero 2 Kecamatan Karangmalang tentang peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan media dan sumber belajar di SD Negeri Jurangjero 2 pada tahun 2019/2020. Dan dari hasil penilaian yang dilakukan diperoleh data rata-rata prosentase untuk semua indikator media dan sumber belajar adalah 60% dan rata-rata hasil nilai guru adalah 85. Untuk nilai yang diperoleh setiap responden sudah baik yaitu diatas nilai 75, tetapi untuk perolehan nilai pada masing-masing indikator penilaian terdapat beberapa indikator yang belum mencapai target atau indikator keberhasilan sebesar 75%.

Pembahasan Data Siklus II

Tujuan Penelitian Tindakan Sekolah siklus II lebih memfokuskan pada peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan media dan sumber belajar di SD Negeri Jurangjero 2 pada tahun 2019/2020.

Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus 1 dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan untuk masing-masing indikator penelitian dari kegiatan siklus 1 ke siklus II. Dan dari hasil penilaian yang dilakukan diperoleh data rata-rata prosentase untuk semua indikator media dan sumber belajar adalah 93% dan rata-rata hasil nilai guru adalah 98. Untuk nilai yang diperoleh setiap responden sudah sangat baik yaitu di atas nilai 75 dan perolehan nilai pada masing-masing indikator penilaian sudah mencapai target atau prosentase nilai melebihi indikator keberhasilan sebesar 75%. Maka dari itu dilakukan penelitian cukup sampai pada siklus II karena nilai sudah mencapai indikator pencapaian. Dan penelitian dikatakan berhasil serta metode yang digunakan sangat efektif dan sesuai.

Berdasarkan data dari pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat diketahui bahwa setiap siklus mengalami peningkatan untuk masing-masing indikator komponen pelaksanaan media dan sumber belajar yaitu sebesar 75%. Dan dari data akhir yang diperoleh dari siklus II rata-rata prosentase kemampuan guru dalam menerapkan media dan sumber belajar di SD Negeri Jurangjero 2 adalah 98 dengan prosentase 93% sudah memenuhi indikator keberhasilan yaitu sebesar 75%.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Supervisi akademik dapat meningkatkan motivasi guru dalam membuat dan menyusun media dan sumber belajar dengan tepat. Guru menunjukkan keseriusan dalam memahami, membuat dan menyusun media dan sumber belajar apalagi setelah mendapatkan bimbingan pengembangan/ penyusunan media dan sumber belajar dari peneliti. Informasi ini peneliti peroleh dari hasil pengamatan pada saat mengadakan wawancara dan bimbingan pelaksanaan media dan sumber belajar kepada para guru.
  2. Supervisi akademik dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan media dan sumber belajar. Hal itu dapat dibuktikan dari hasil observasi /pengamatan yang memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan media dan sumber belajar dari pra siklus ke siklus II. Pada pra siklus nilai rata-rata komponen media dan sumber belajar 73 dengan prosentase 41%, siklus I nilai rata-rata komponen media dan sumber belajar 85 dengan prosentase 60% dan pada siklus II 98 dengan prosentase 93%. Jadi, terjadi peningkatan dari masing-masing siklus dan pada tiap-tiap indikator.

Saran

Telah terbukti bahwa dengan supervisi akademik dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan guru dalam menerapkan media dan sumber belajar. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

  1. Motivasi yang sudah tertanam khususnya dalam pelaksanaan media dan sumber belajar hendaknya terus dipertahankan dan ditingkatkan/ dikembangkan.
  2. Media dan sumber belajar yang disusun/dibuat hendaknya mengandung komponen-komponen media dan sumber belajar secara lengkap dan baik karena media dan sumber belajar merupakan acuan/pedoman dalam memahami peserta didik yang nantinya menentukan proses pembelajaran.
55
  • Beberapa dokumen media dan sumber belajar hendaknya dibuat minimal dua rangkap, satu untuk arsip sekolah dan satunya lagi untuk pegangan guru dalam menerapkan media dan sumber belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

  1. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
  2. UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas.
  3. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Fatihah, RM. 2008. Pengertian konseling (Http://eko13.wordpress.com, diakses 19 Maret 2009).

Kemendiknas. 2010. Penelitian Tindakan Sekolah. Jakarta.

  1. Supervisi akademik. Jakarta.

Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

  1. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua