Peningkatan Kemampuan Guru Melalui Workshop Dan Pembinaan Individu
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU
DALAM PELAKSANAAN PENILAIAN PROYEK
MELALUI WORKSHOP DAN PEMBINAAN INDIVIDU
BAGI GURU SD DABIN I UPTD PENDIDIKAN
KECAMATAN WIROSARI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Purwanti
Pengawas SD Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Wirosari
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian proyek melalui workshop dan pembinaan individu bagi Guru klas IV SD Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Wirosari Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan sekolah. Subjek penelitian ini adalah Guru klas IV SD Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan yang berjumlah 10 (sepuluh) guru. Penelitian dilakukan di SD Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan pada semester II Tahun pelajaran 2017/2018 tepatnya mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2018. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan dokumentasi. Analisis data dengan analisa deskriptif komparatif, yaitu analisis dengan cara membandingkan hasil antar siklus. Penelitian dikatakan berhasil apabila nilai rata-rata kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek telah melebihi 6,67 dengan ketercapaian aspek penilaian pelaksanaan penilaian proyek telah mencapai lebih dari 85% (>85%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan melalui workshop dan pembinaan individu bagi guru kelas IV SD Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan pada semester II tahun pelajaran 2017/2018 dapat meningkat dengan maksimal. Peningkatan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II dari 4,9 menjadi 9,1 (meningkat sebesar 4,2). Peningkatan prosentase ketercapaian indikator dari prasiklus ke siklus II, meningkat dari 49% menjadi 91% (meningkat sebesar 42%).
Kata kunci: Workshop, penilaian proyek, pembinaan individu.
PENDAHULUAN
Sistem penilaian kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), perbedaan penilaian KTSP lebih dominan untuk mengukur aspek pengetahuan, sedangan penilaian berdasarkan kurikulum 2013 mengukur semua aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dalam kurikulum 2013 mengisyarakatkan penggunaan penilaian otentik (authentic assesment), dimana siswa dinilai kesiapannya, proses, dan hasil belajar secara utuh.
Terdapat hal yang baru bagi guru dalam melaksanakan penilaian pada kurikulum 2013, yaitu penialian aspek sikap dan aspek ketrampilan. Khususnya penilaian aspek ketrampilan guru dapat melaksanakan dengan berbagai cara diantaranya adalah melalui penilaian proyek, yaitu cara penilaian yang dilakukan dengan melakukan pengamatan dan penilaian terhadap tugas-tugas proyek tertentu yang dikerjakan siswa pada periode waktu tertentu. Seperti penilaian produk, penilaian proyek juga tidak hanya berfokus pada hasil akhir proyek dalam bentuk produk akhir tertentu, melainkam juga berfokus pada seluruh proses penyelesaian proyek dari aspek persiapan proyek, pengerjaan proyek, hingga hasil proyek berupa laporan proyek. Penilaian proyek umumnya dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran berorientasi proyek.
Oleh karena penilaian otentik khususnya penilaian proyek merupakan hal yang baru bagi guru, maka perlu adanya pembinaan yang lebih spesifik, walaupun secara umum guru telah diberikan bekal tentang kurikulum 2013, namun dalam praktiknya guru masih mengalami berbagai kesulitan. Hal ini tercermin pada saat dilakukan uji coba penerapan penilaian proyek bagi guru klas IV di Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Wirosari pada semester I Tahun Pelajaran 2017/2018 terhadap 10 (sepuluh) Guru, dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja guru dalam melaksanakan penilaian proyek yang terdiri dari 10 (sepuluh) indikator, diperoleh nilai rata-rata sebesar 4,9 (cukup). Dari 10 indikator baru 49% dapat dikuasi oleh guru. Prosentase penguasaan indikator tertinggi sebesar 60% dan terendah 40%.
Kenyataan tersebut di atas dapat dimaklumi karena penilaian otentik aspek ketrampilan khususnya melalui penilaian proyek belum terbiasa dilakukan oleh guru, sehingga perlu dilakukan pembinaan khusus. Teknik pembinaan yang dipandang sesuai dengan persoalan yang ada adalah melui workshop yang dilanjutkan dengan pembinaan individu. Workshop dimaksudkan untuk memberikan pemahaman lebih baik tentang penilaian proyek, sedangkan pembinaan individu dimaksudkan untuk lebih memaksimalkan hasil pembinaan.
Mengingat permasalahan dan tujuan pembinaan adalah untuk meningkatkan kinerja guru, maka desain yang tepat adalah menggunakan penelitian tindakan sekolah, sekaligus untuk kegiatan pengambangan profesionalisme dengan judul penelitian: “Peningkatan kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek melalui workshop dan pembinaan individu bagi guru SD Dabin I UPTD pendidikan Kecamatan Wirosari Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian proyek melalui workshop dan pembinaan individu Bagi Guru SD Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Wirosari Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018?.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian proyek melalui workshop dan pembinaan individu bagi Guru klas IV SD Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Wirosari Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kompetensi Guru
Sarimaya (2008: 17) mengemukakan kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya. Ditampilkan melalui unjuk kerja. Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Berdasarkan pengertian tersebut, maka Standar Kompetensi Guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan.
Penilaian Otentik
Fadlillah (2014: 202) penilaian sebagai kegiatan yang tidak terpaku berupa angka semata, namun dapat berupa deskripsi kalimat yang menjelaskan tentang kemampuan secara menyeluruh dalam bentuk yang mudah dipahami. Penilaian sebagai bagian integral dalam pembelajaran. Penilaian kemampuan merupakan semua kumpulan penilaian autentik. Namun kumpulan semua penilaian kemampuan, belum tentu itu merupakan penilaian autentik. Penilaian autentik mengarah pada penilaian yang nyata dalam proses dan produknya, dan membawakan hal yang kontekstual. Johnson (2012: 166) kemudian mengatakan penilaian autentik memberikan kesempatan lugs kepada siswa untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari dan yang telah dikuasai selama proses pembelajaran.
Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dibuat seiring dengan kemerosotan karakter bangsa Indonesia pada akhir-akhir ini. Korupsi, penyalahgunaan obat terlarang, pembunuhan, kekerasan, premanisme, dan lain-lain adalah kejadian yang menunjukkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia yang rendah serta rapuhnya fondasi moral dan spiritual kehidupan bangsa (Mulyasa, 2013:14). Selain itu, penyebab perlunya mengembangkan kurikulum 2013 adalah beberapa hasil dari riset internasional yang dilakukan oleh Global Institute dan Programme for International Student Assessment (PISA) merujuk pada suatu simpulan bahwa prestasi peserta didik Indonesia tertinggal dan terbelakang (Mulyasa, 2013:60).
Workshop
Workshop pendidikan adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terdiri dari petugas-petugas pendidikan yang memecahkan problema yang dihadapi melalui percakapan dan bekerjasecara kelompok maupun bersifat perseorangan Kegiatan workshop bertujuan untuk meningkatkan pemahaman guru terhadap penggunaan media pembelajaran berbasisi IT dalam pembelajaran; b) meningkatkan keterampilan guru agar kreatif dan inovatif dalam menentukan strategi pembelajaran (Iskandar, 2012: 68).
Pembinaan
Menurut Moekijat (2009: 20) pembinaan yang menunjukkan pada setiap usaha untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang, dengan memberikan informasi dan mempengaruhi sikap. Sikap yang dimaksudkan adalah perubahan positif yang lebih bersifat meningkatkan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan kecakapan. Daradjat (2006), “Pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun nonformal yang terlaksana secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang utuh selarasâ€. Imran (1995) mengelompokkan pembinaan guru menjadi tiga macam pembinaan.
Kerangka Pemikiran
Oleh karena penilaian otentik khususnya penilaian proyek merupakan hal yang baru bagi guru, maka perlu adanya pembinaan yang lebih spesifik, walaupun secara umum guru telah diberikan bekal tentang kurikulum 2013, namun dalam praktiknya guru masih mengalami berbagai kesulitan.
Kenyataan tersebut di atas dapat dimaklumi karena penilaian otentik aspek ketrampilan khususnya melalui penilaian proyek belum terbiasa dilakukan oleh guru, sehingga perlu dilakukan pembinaan khusus. Teknik pembinaan yang dipandang sesuai dengan persoalan yang ada adalah melui workshop yang dilanjutkan dengan pembinaan individu.
Mengingat permasalahan dan tujuan pembinaan adalah untuk meningkatkan kinerja guru, maka desain yang tepat adalah menggunakan penelitian tindakan sekolah. Melalui workshop dan pembinaan individu yang dilaksanakan menggunakan desain penelitian tindakan sekolah, maka guru akan memperoleh pemahaman dan ketrampilan dalam melaksanakan ketrampilan proyek.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui workshop dan pembinaan individu mampu meningkatkan kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan bagi guru kelas IV SD Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan semester II tahun pelajaran 2017/2018 dengan maksimal.
METODE PENELITIAN TINDAKAN
Desain Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan sekolah merupakan suatu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru, dalam penelitian ini kinerja yang akan ditingkatkan adalah kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan bagi guru di SD Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.
Subjek dan Obyek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah guru klas IV SD Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan, yang berjumlah 10 (sepuluh) guru. Dipilihnya subjek penelitian tersebut dengan alasan, karena klas IV telah mulai dilaksanakan kurikulum 2013, sehingga guru perlu mempersiapkan diri untuk melaksanakan penilaian outentik termasuk penilaian aspek ketrampilan. Adapun subyek penelitian terdiri dari guru klas IVdari SDN 1 Wirosari, SDN 2 Wirosari, SDN 3 Wirosari, SDN 4 Wirosari, SDN 6 Wirosari, SDN 7 Wirosari, SDN 8 Wirosari, SDN 10 Wirosari, SDN 1 Dapurno, dan SDN 2 Dapurno.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di SD Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan, yang terdiri dari 10 (sepuluh) SD binaan. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II Tahun pelajaran 2017/2018, selama 6 (enam) bulan tepatnya mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2018, dengan jadwal penelitian seperti terlampir.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan gambaran dari langkah yang akan dilakukan dalam penelitian, disusun secara bertahap dari satu siklus ke siklus berikutnya. Siklus I dilakukan berdasarkan permasalahan yang ditemukan hasil pengamatan prasiklus. Tindakan situs I ke situs berikutnya merupakan upaya-upaya untuk memperbaiki kekurangan yang ada berdasarkan hasil refleksi siklus sebelumnya, tindakan akan berakhir apabila guru telah mencapai kemampuan yang ditetapkan pada indikator kinerja yang. Setiap siklus dilakukan dalam 4 (empat) langkah, yaitu (1) perencanaan awal, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan (4) refleksi.
Teknik Analisa Data
Teknik yang digunakan dalam menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Teknik ini digunakan dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh dari kegiatan prasiklus, siklus pertama, siklus kedua, dan siklus ke tiga, sehingga akan diperoleh gambaran kemajuan kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan.
Indikator Kinerja
Penelitian dikatakan berhasil apabila nilai rata-rata kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan yang meliputi kegiatan persiapan, kegiatan pelaksanaan/penyajian, dan tindak lanjut telah mencapai tingkat keberhasilan dengan skor rata > 6,67 dengan ketercapaian aspek penilaian pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan telah mencapai lebih dari 85% (>85%).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Prasiklus
Penilaian proyek dilakukan terhadap pembelajaran dengan tema “pahlawankuâ€, pada kegiatan tersebut guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 – 6 siswa. Setiap kelompok ditugaskan oleh guru untuk memilih tema yang sudah disiapkan oleh guru. Pengamatan dilakukan kegiatan awal hingga kegiatan akhir pembelajaran. Pengamatan dilakukan 2 (dua) kali pertemuan, yaitu pada saat guru memberikan tugas untuk menilai indikator yang terkait dengan perencanaan, pengamatan kedua dilakukan untuk menilai kinerja guru dalam menilai pelaksanaan proyek, dan umpan balik. Kegiatan observasi prasiklus seperti dokumentasi terlampir.
Hasil pengamatan awal menunjukkan adanya berbagai permasalahan. Hal ini tercermin dari hasil penilaian awal terhadap 10 (sepuluh) guru yang dijadikan subjek penelitian seperti terlampir. Rekapitulasi seperti terlampir. Ringkasan hasil pengamatan prasiklus dapat diketahui bahwa skor rata-rata dari 10 (sepuluh) guru yang dijadikan sampel penelitian dalam melaksanakan penilaian proyek sebesar 4,9 (kategori cukup). Berdasarkan rekapitulasi hasil pengamatan prasiklus, selanjutnya dapat dihitung prosentase ketercapaian indikator, yang menggambarkan penguasaan guru terhadap langkah-langkah pelaksanaan penilaian proyek. Rekapitulasi hasil menunjukan bahwa rata-rata prosentase ketercapaian yang diperoleh guru adalah 49%. Hal ini menunjukkan bahwa saat dilakukan pengamatan awal (prasiklus) guru belum dapat melaksanakan penilaian proyek dengan baik, seluruh komponen belum dilakukan dengan baik.
Siklus I
Pelaksanaan observasi sebanyak 2 (dua) kali tersebut disebabkan pada pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan oleh guru dalam 2 (dua) kali pertemuan, sehingga peneliti harus melakukan pengamatan sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan peneliti saat melakukan observasi terekan pada dokumentasi terlampir. Hasil pengamatan siklus I seperti terlampir. Selanjutnya berdasarkan hasil penilaian tersebut, dilakukan rekapitulasi seperti terlampir. Ringkasan hasil penilaian siklus I menunjukkan bahwa skor rata-rata yang dicapai oleh 10 (sepuluh) guru sebesar 6,7 (kategori baik), dengan skor tertinggi 8 (delapan) dan skor terendah 6 (enam). Berdasarkan hasil penilaian tersebut, selanjutnya peneliti menghitung prosentase ketercapaian indikator seperti yang dilakukan pada siklus sebelumnya. Hasil perhitungan prosentase ketercapaian indikator siklus I, menunjukkan bahwa skor rata-rata prosentase ketercapaian indikator sebesar 67%, dengan prosentase tertinggi sebesar 80%, sedangkan prosentase terendah sebesar 50%.
Berdasarkan ringkatan hasil penilaian, dan perhitungan prosentase ketercapaian indikator, menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek dibandingkan dengan prasiklus terjadi peningkatan, dengan skor rata-rata sebesar 6,7 (kategori baik) dan prosentase ketercapaian indikator sebesar 67%, namun masih dibawah indikator kinerja yang ditentukan yaitu 85%.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek setelah dilakukan pembinaan mengalami peningkatan. Namun peningkatannya belum dapat mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Untuk itu perlu dilakukan tindakan lanjutan pada siklus II dengan teknik pembinaan yang sama, dengan lebih memfokuskan pada kelemahan guru yang tercermin dari prosentase ketercapaian indikator.
Siklus II
Pelaksanaan observasi sebanyak 2 (dua) kali tersebut disebabkan pada pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan oleh guru dalam 2 (dua) kali pertemuan, sehingga peneliti harus melakukan pengamatan sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan peneliti saat melakukan observasi terekan pada dokumentasi terlampir. Hasil pengamatan siklus I seperti terlampir. Selanjutnya berdasarkan hasil penilaian tersebut, dilakukan rekapitulasi seperti terlampir. Selanjutnya peneliti menghitung prosentase ketercapaian indikator seperti yang dilakukan pada kegiatan prasiklus dan siklus I. Secara ringkas hasil perhitungan prosentase ketercapaian indikator siklus II menunjukkan bahwa skor rata-rata prosentase ketercapaian indikator sebesar 91%, dengan prosentase tertinggi sebesar 100%, sedangkan prosentase terendah sebesar 80%.
Berdasarkan ringkatan hasil penilaian, dan perhitungan prosentase ketercapaian indikator, menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan ke II dengan workshop dan pembinaan individu, kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan mengalami peningkatan, hingga mencapai skor rata-rata sebesar 9,1 (kategori baik), dan prosentase ketercapaian indikator meningkat hingga 91%. Namun jika dibanding dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan skor rata-rata dan prosentase ketercapaian tersebut sudah dapat mencapai indikator yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan telah berhasil dan sudah maksimal, untuk itu tidak perlu dilanjutkan.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan di atas, maka dapat dilakukan analisis dengan membandingkan hasil penilaian kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan dan perbandingan prosentasi penguasaan indikator antar siklus seperti di bawah ini.
Perbandingan Hasil Penilaian Kemampuan Guru dalam pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan Prasiklus ke siklus I
Perbandingan nilai kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan dari kegiatan prasiklus ke siklus Imenunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 1,8., yaitu dari prasiklus sebesar 4,9 pada siklus I meningkat menjadi 6,7. Nilai tertinnggi prasiklus sebesar 6, nilai tertinggi siklus I meningkat menjadi 8, nilai terendah prasiklus 4, pada siklus I meningkat menjadi 6. Peningkatan terjadi pada semua guru.
Perbandingan Hasil Penilaian Kemampuan Guru dalam pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan Siklus I ke siklus II
Perbandingan nilai kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan siklus I ke siklus II, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 2,4. Hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan workshop dan pembinaan individu pada siklus II, kemampuan secara perorangan maupun kelompok mengalami peningkatan.
Perbandingan Hasil Penilaian Kemampuan Guru dalam pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan prasiklus ke siklus II
Perbandingan nilai kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan siklus II dengan siklus III, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 4,2. Hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan workshop siklus II guru semakin memahami langkah penilaian otentik.
Perbandingan Prosentase Ketercapaian Indikator Prasiklus ke siklus I
Perbandingan prosentase ketercapaian indikator penilaian kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan prasiklus ke siklus I menunjukkan bahwa prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 18%. Hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan pembinaan siklus I berupa workshop dan pembinaan individu, pemahaman guru terhadap langkah penilaian otentik semakin baik. Bertambahnya pemahaman guru terhadap langkah penilaian otentik tersebut disebabkan oleh tambahnya pengetahuan guru melalui workshop dan pembinaan individu.
Perbandingan prosentase ketercapaian indikator siklus I ke siklus II
Perbandingan prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 24%. Peningkatan terjadi pada semua indikator, artinya setelah dilakukan pembinaan siklus II guru semakin memahami langkah penilaian proyek. Pada siklus I, guru belum dapat menyampaikan rubrik penilaian kepada siswa dengan baik, tetapi setelah dilakukan pembinaan, penyampaian rubrik penilaian kepada siswa dapat disampaikan dengan baik, demikian halnya dengan aspek-aspek lainnya.
Perbandingan prosentase ketercapaian indikator prasiklus ke siklus II
Perbadingan prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan prasiklus dengan siklus II, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan dari prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 42%. Peningkatan terjadi pada seluruh indikator. Artinya setelah dilakukan pembinaan sebanyak 2 (dua) kali workshop dan 2 (dua) kali pembinaan individu melalui percakapan pribadi, kinerja guru dalam melaksanakan penilaian proyek sudah dapat mencapai indikator yang telah ditetapkan.
Berdasarkan perbandingan yang disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik seperti tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa melalui workshop dan pembinaan individu dapat meningkatkan kemampuan guru secara perorangan maupun kelompok. Peningkatan terjadi pada seluruh aspek penilaian. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tindakan berupa workshop dan pembinaan individu mampu meningkatkan pemahaman guru terhadap komponen/aspek-aspek penilaian kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan melalui workshop dan pembinaan individu bagi guru kelas IV SD Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan pada semester II tahun pelajaran 2017/2018 dapat meningkat dengan maksimal.
Peningkatan tersebut terjadi baik dari nilai rata-rata maupun dari prosentase ketercapaian indikator. Peningkatan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 4,9 menjadi 6,7 (meningkat sebesar 1,8). Nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II dari 6,7 menjadi 9,1 (meningkat sebesar 2,4). Secara keseluruhan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II dari 4,9 menjadi 9,1 (meningkat sebesar 4,2).
Peningkatan prosentase ketercapaian indikator dari prasiklus sebesar 49% pada siklus I meningkat menjadi 67% (meningkat sebesar 18%). Dari siklus I sebesar 67% meningkat pada siklus II menjadi 91% (meningkat sebesar 24,00%), secara keseluruhan prosentase ketercapaian indikator dari prasiklus ke siklus II, meningkat dari 49% menjadi 91% (meningkat sebesar 42%). Hal ini membuktikan bahwa tindakan perbaikan berupa workshop dan pembinaan individu dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian proyek dan mampu meningkatkan pemahaman guru terhadap langkah-langkah dalam pelaksanaan penilaian proyek pada penilaian otentik aspek keterampilan.
Saran-Saran
Untuk UPTD Pendidikan Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan
Diharapkan pada waktu yang akan datang disusun program pembinaan guru khususnya tentang penilaian otentik, tidak hanya aspek ketrampilan dengan penilaian proyek, tetapi pada aspek-aspek lainnya.
Untuk Kepala Sekolah
Diharapkan kepala sekolah khususnya di Dabin I UPTD Pendidikan Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan secara bertahap dapat melaksanakan pembinaan guru khususnya tentang penilaian otentik, dan tidak terbatas pada aspek ketrampilan saja, tetapi pada aspek pengetahuan dan aspek sosial perlu dipahami dengan baik.
Untuk Guru
Diharapkan guru memiliki keinginan yang kuat dalam mengembangkan profesionalismenya melalui belajar mandiri, agar cepat menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi, khususnya pada dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Imran. 2005. Pembinaan Guru Di Indonesia. Jakarta. Pustaka Jaya
Darajat, 2006. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Fadlillah, M. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs, & SMA/MA. Yogyakarta: PT Ar-ruzz Media
Iskandar Agung. 2012. Panduan Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru. Jakarta: Bestari Buana Murni
Moekijat, 2009, Tata Laksana Kantor, Bandung: Mandar Maju
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sarimaya, Farida. 2008. Sertifikasi Guru, Apa, Mengapa dan Bagaimana. Bandung: CV. Yrama Widya.