Peningkatan Kemampuan Guru
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU
DALAM PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI SUPERVISI AKADEMIS
DI SMP NEGERI/SWASTA KABUPATEN BOYOLALI
Suratno
Dinas Pendidikan Kab. Boyolali
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui keampuhan tindakan yaitu meningkattidaknya kemampuan guru dalam mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah dilaksanakan supervisi akademis di SMP Negeri/Swasta Kab. Boyolali. Jenis penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah bahwa dengan melaksanakan Supervisi Akademis maka kemampuan guru dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia dapat meningkat. Kemampuan guru dalam perencanaan pembelajaran, dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar dan dalam kegiatan evaluasi kegiatan belajar mengajar mengalami peningkatan. Demikian pula kualitas pelaksanaan supervisi akademispun mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pergesaran peningkatan persentase perolehan jawaban dari jawaban tidak pernah, kadang-kandang, sering sampai selalu. Demikian pula terjadi dari jawaban D, C, B sampai A.
PENDAHULUAN
Sekolah sebagai salah satu lemba–ga yang diharapkan mampu menghasilkan manusia berkualitas, maka penyeleng–garaan pendidikan di sekolah harus didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, berdedikasi tinggi, kreatif dan inovatif, sehingga berjalan dengan baik sesuai dengan sistem dan norma yang berlaku (Sedarmayanti, 2001). Peranan manajemen pendidikan dalam memberda–yakan sumberdaya manusia yang dimiliki sekolah sangat penting. Ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas, akan membawa sekolah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Guru merupakan salah satu sum–berdaya manusia di sekolah, yang memiliki peran penting. Proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak akan dapat berjalan jika tidak ada guru. Pemberdayaan guru menjadi tugas penting yang harus dapat diwujudkan oleh kepala sekolah di sekolah, sehingga guru dapat bekerja produktif seperti mengajar dengan penuh tanggung jawab, berusaha menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin dan sebagainya.
Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas guru dan sekolah belum siap mengembangkan silabus dan penilaian secara mandiri, sesuai dengan tuntutan Kurikulum, Direktorat Pendidikan Mene–ngah Umum (Dikmenum) menyiapkan sejumlah pedoman dengan tujuan memberi arah secara teknis bagi guru dan sekolah dalam mengembangkan silabus dan penilaian. Pedoman yang dimaksud terdiri dari Pedoman Umum Pengembangan Silabus, Pedoman Umum Pengembangan Penilaian, serta Pedoman Khusus Pengem–bangan Silabus dan Penilaian untuk setiap mata pelajaran (Depdiknas, 2004).
Berbagai usaha untuk meningkat–kan kualitas guru dan pendidikan guru telah dilaksanakan dengan berbagai ben–tuk. Misalnya, dengan dikembangkannya tiga bentuk sekolah, yaitu sekolah formal mandiri dengan istilah sekolah bertaraf internasional (SBI), sekolah formal standar dengan istilah sekolah standar nasional (SSN), dan sekolah formal reguler. Peng–ajaran dengan sistem contextual teaching learning (CTL), pemanfaatan laboratorium baik IPA maupun bahasa, program sertifikasi guru dalam jabatan, serta pelatihan guru melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) Telkom-Republika. Yaitu, guru tak saja harus pandai tetapi juga kreatif. Usaha-usaha tersebut adalah untuk mencapai hasil yang maksimal dan memuaskan.
Pendidikan Indonesia bisa lebih bermutu bila kondisi para tenaga pen–didiknya terus diperbaiki, baik dalam hal peningkatan mutu, pemerataan penyebar–an, maupun tingkat kesejahteraannya. Menurut Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Fasli Jalal, sebagian besar anak-anak Indonesia hanya memiliki kemampuan menghafal dan tertinggal dalam kemampuan menganalisis serta menyelesaikan masalah. “Anak-anak yang hanya kuat dalam kemampuan menghafal ini biasanya bermental buruh, sehingga tak heran bangsa kita adalah bangsa pekerja,” ujar Fasli saat berkunjung ke redaksi Republika, Selasa (31/7).
Di Kabupaten Boyolali, menurut hasil pengamatan penulis selama melak–sanakan supervisi akademis, dapat diketa–hui bahwa lebih dari 50 persen guru bahasa Indonesia ketika melaksanakan tugas pokoknya belum memahami benar landasan pendidikan dan kurikulum berbasis kompetensi tahun 2006 yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk KTSP pada satuan pendidikan masing-masing. Kebanyakan guru belum mengembangkan sendiri silabus, RPP hingga alat evaluasinya dalam penilaian kelas. Demikian pula dengan proses pembelajarannya, guru belum mempraktekkan model-model atau metode-metode pembelajaran yang menja–di tuntutan saat ini seperti pembelajaran kontekstual, pembelajaran realistik, dan pembelajaran konstruktivisme lainnya.
Fakta menunjukkan bahwa pelak–sanaan program supervisi akademis pada sekolah-sekolah formal kurang berhasil. Pengawas belum optimal melaksanakan perencanaan supervisi akademis, melaksa–nakan supervisi akademis sesuai perenca–naan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan supervisi akademis dan tindak lanjut hasil pelaksanaan supervisi. Yang sering dilakukan adalah pengawas menyampaikan informasi-informasi yang sifatnya umum atau penting baik yang berasal dari dinas, Pemda, LPMP atau dari Depdiknas. Bahkan sering terjadi pengawasan dilakukan sebagai kegiatan seremonial saja, dimana pengawas datang ke sekolah hanya untuk konfirmasi dengan Kepala Sekolah sehing–ga jarang bertemu atau mengadakan pem–binaan terhadap guru. Pengawasan lebih banyak memonitor perangkat pembelajaran saja dan jarang memantau praktek pembelajaran termasuk pembelajaran bahasa Indonesia. Alhasil fungsi supervisi akademik yang seharusnya mampu me–ningkatkan kemampuan profesional guru sebagai upaya mewujudkan pembelajaran yang berkualitas dan pemberdayaan guru tidak tercapai secara optimal.
LANDASAN TEORI
Supervisi Akademis
Supervisi adalah usaha memberi layanan kepada guru-guru baik secara individual atau kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran.
Konsep dasar yang harus dipahami seorang supervisor adalah bahwa supervisi dilakukan secara sistematis (teratur, beren–cana dan kontinu), obyektif (data nyata dari observasi, bukan tafsiran pribadi), dan menggunakan alat pencatat. Supervisi juga membutuhkaan keterampilan dasar seperti hubungan kemanusiaan, keterampilan da–lam proses kelompok, kepemimpinan pendidikan, mengatur personalia sekolah dan evaluasi.
Sedang supervisi akademis dilaksa–nakan bertujuan untuk: (i) mendorong pertumbuhan profeional guru, (ii) me–ngembangkan kepemimpinan demokratis, memecahkan masalah pembelajaran dan memperbaiki dan meningkatkan kemampu–an guru.
Supervisor akademis diharapkan memiliki kompetensi supervisi akademik, yang mencakup konsep prinsip teknologi, teori dasar, karakteristik dalam perkem–bangan di satuan pendidikan dan proses serta inovasi pembelajaran, membimbing guru dalam menyusun silabus mata pelajaran berdasarkan standar isi, standar kompetensi dasar dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP serta menggunakan strategi/ metode/teknik pembelajaran dan bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi peserta didik, juga bertu–gas membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan.
Kemampuan Guru
Kemampuan melaksanakan tugas bagi seorang guru diperoleh melalui proses pendidikan. Kemampuan tersebut sangat diperlukan guna menjalankan fungsi profe–sinya. Dalam pengertian profesionalisme telah tersirat adanya sutau keharusan memiliki kemampuan agar profesi tersebut dapat berfungsi sebaik-baiknya. Dalam hal ini, pekerjaan professional berbeda dengan pekerjaan lainnya karena pekerjaan atau kegiatan tersebut memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang meme–nuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan maupun sikap profesional dalam menjalan–kan fungsi sebagai guru, yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, mem–bimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik di ling–kungan pendidikan dasar dan menengah. Seorang guru yang telah memiliki predikat kompeten akan menguasai tugas pokok dan fungsinya serta cakap dalam melaksanakan tugas secara profesional.
Kerangka Berfikir
Upaya mewujudkan pembelajaran yang bermutu antara lain dapat ditempuh dengan cara meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran yang memiliki peran penting dalam aktivitas belajar mengajar di sekolah. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan atau kompetensi profesional guru perlu digali untuk selanjutnya dilakukan intervensi guna meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran.
Supervisi akademis dilaksanakan untuk memberikan kontribusi yang besar bagi peningkatan mutu pembelajaran para guru melalui suatu bimbingan dan tun–tunan kearah perbaikan dan penyempurna–an proses pembelajaran. Sedang kemam–puan guru dalam pembelajaran menjadi unsur utama bagi tercapainya profe–sionalisme guru.
METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di SMP Negeri/Swasta Kab. Boyolali selama 3 bulan mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2013. Penelitian dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Keadaan sekolahnya beragam. Ada yang berada di daerah pinggiran kota (pedesaan) dengan input siswa memiliki kesadaran untuk belajar yang kurang, ada pula yang di pusat kota kecamatan dengan input siswa biasanya memiliki kesadaran belajar yang lebih tinggi.
Subyek penelitian ini adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dari 10 sekolah sebanyak 15 orang dan seorang Pengawas sebagai peneliti. Adapun sebagai obyek dalam penelitian ini adalah kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia dan pelaksanaan supervisi akademis.
Data yang diambil dalam penelitian tindakan sekolah bersumber antara dari dokumen kegiatan pembelajaran yang pernah dilakukan baik foto kegiatan maupun hasil supervisi kelas oleh Kepala Sekolah, kegiatan-kegiatan yang muncul selama proses supervisi akademis atau aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dan dari keterangan siswa.
Data yang akan diambil selama penelitian tindakan sekolah diperoleh dengan cara melakukan observasi, wawan-cara, dan dokumentasi.
Dalam penelitian tindakan sekolah ini, validasi data dicapai dengan meng-gunakan data triangulation dan instrumen-tal triangulation. Data triangulation atau triangulasi data dilakukan dengan meng-ambil data dari berbagai suasana, waktu, tempat dan jenis. Sedang instrumental triangulation dilakukan dengan mengguna-kan berbagai jenis alat/instrumen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengukuran kemampuan dalam perencanaan KBM
Data tentang kemampuan guru dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar yang diperoleh dari pelaksanaan supervisi akademis pada siklus I dan siklus II meliputi: (1) motivasi guru dalam perencanaan KBM dan (2) kegiatan guru dalam perencanaan KBM yang dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 1 Hasil Pengukuran Motivasi Guru Dalam Perencanaan KBM
Grafik2 Hasil Pengukuran Kemampuan Guru dalam Kegiatan Perencanaan KBM
Hasil pengukuran kemampuan dalam pengelolaan KBM
Data tentang kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar meng-ajar yang diperoleh dari hasil pelaksanaan supervisi akademis pada siklus I dan siklus II meliputi: (1) kemampuan mengelola ke-tertiban, (2) kemampuan mengelola pem-belajaran, (3) kemampuan mengelola alat dan media pembelajaran, (4) kemampuan mengelola ruang, (5) kemampuan menge-lola waktu, (6) kemampuan mengelola individu dan kelompok, dan (7) kemam-puan memimpin kelas. Hasil pengukuran ketujuh kemampuan dalam pengelolaan KBM tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 3 Hasil Pengukuran Kemampuan Guru dalam Mengelola Ketertiban dalam KBM
Grafik 4 Hasil Pengukuran Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Grafik 5 Hasil Pengukuran Kemampuan Guru dalam Mengelola Alat dan Media Pembelajaran
Grafik 6 Hasil Pengukuran Kemampuan Guru dalam Mengelola Ruang
Grafik 7 Hasil Pengukuran Kemampuan Guru dalam Mengelola Waktu
Grafik 8 Hasil Pengukuran Kemampuan Guru dalam Mengelola Individu dan Kelompok
Grafik 9 Hasil Pengukuran Kemampuan Guru dalam Memimpin Kelas
Grafik 10 Hasil Pengukuran Kemampuan Guru dalam Pengelolaan KBM
Hasil pengukuran kemampuan dalam Evaluasi KBM
Data tentang kemampuan guru da-lam evaluasi kegiatan belajar mengajar yang diperoleh dari hasil pelaksanaan su-pervisi akademis pada siklus I dan siklus II meliputi: (1) kemampuan mengelola keter-tiban, (2) kemampuan mengelola pembe-lajaran, (3) kemampuan mengelola alat dan media pembelajaran, (4) kemampuan mengelola ruang, (5) kemampuan menge-lola waktu, (6) kemampuan mengelola indi-vidu dan kelompok, dan (7) kemampuan memimpin dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 11 Hasil Pengukuran Kemampuan Guru dalam Waktu Penilaian
Grafik 12 Hasil Pengukuran Kemampuan Guru dalam Penentuan Jenis Ulangan
Grafik 13 Hasil Pengukuran Kemampuan Guru dalam Penentuan Bentuk Jawaban
Grafik 14 Hasil Pengukuran Kemampuan Guru dalam Penentuan Bentuk Soal
Grafik 15 Hasil Pengukuran Kemampuan Guru dalam Mengambil Sumber Soal
Grafik 16 Hasil Pengukuran Sebab Kesalahan dalam Penilaian
Grafik 17 Hasil Pengukuran Kemampuan Guru dalam Tindak Lanjut Penilaian
Grafik 18 Hasil Pengukuran Kemampuan Guru dalam Penilaian
Hasil Pengukuran Kinerja Supervisor dalam Pelaksanaan Supervisi Akade-mis
Data tentang kinerja supervisor dalam pelaksanaan supervisi akademis dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 19 Hasil Pengukuran Kinerja Supervisor dan Pelaksanaan Supervisi Akademis
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian tindakan sekolah ini dapat disimpulkan bahwa dengan melaksanakan Supervisi Akademis maka kemampuan guru dalam pembe-lajaran mata pelajaran bahasa Indonesia dapat meningkat. Kemampuan guru dalam perencanaan pembelajaran, dalam penge-lolaan kegiatan belajar mengajar dan dalam kegiatan evaluasi kegiatan belajar mengajar mengalami peningkatan. Demiki-an pula kualitas pelaksanaan supervisi akademispun mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pergesaran peningkatan persentase perolehan jawaban dari jawaban tidak pernah, kadang-kandang, sering sampai selalu. Demikian pula terjadi dari jawaban D, C, B sampai A.
Saran
Setelah penelitian ini selesai dilak-sanakan, penulis bermaksud menyam-paikan saran – saran antara lain: 1) kepada teman-teman pengawas, ketika melaksa-nakan supervisi akademis usahakanlah semaksimal mungkin guru mendapatkan perhatian dan bimbingan bagaimana me-rencanakan dan melaksanakan pembela-jaran dan penilaian yang tepat sesuai dengan tuntutan zaman. Sebab berdasar-kan hasil penelitian, masih banyak guru yang belum profesional dalam merencana-kan pembelajaran, melaksanakan pembe-lajaran dan melaksanakan penilaian dalam KBM. 2) Kepada teman-teman Kepala Sekolah, laksanakanlah supervisi akademis dengan sebaik-baiknya. Tempatkan posisi anda sebagai tauladan dalam mengajar yang baik. Ajaklah guru sering-sering berdialog tentang bagaimana meningkat-kan mutu pembelajaran. Wujudkan suatu keadaan dimana guru merasa mengajar adalah bagian dari kehidupannya. Dan mengajar secara profesional menjadi tanggung jawabnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Dharma.2004. Manajemen Supervisi, Petunjuk Praktis Bagi Para Supervisor. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Ali Imron.1995. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Supervisi Pendidikan. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Menengah Pertama
Fernandus H.J.X.1984. Evaluation of Educational Program. Jakarta: National Educational Planning, Evaluation and Curriculum Development.
Hamzah Uno, Dailami Firdaus, dan Herminanto Sofyan.2000. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Alawiyah Press.
Gronlund, N.E & Linn, R.L.1990. Measurement and Evaluation in Teaching. Englewood Clifts: Prentice Hall, Inc.
Made Pidarta.1992. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Mehrens, W.A., ^ Lehmann, I.J.(1973). Measurement and Evaluation in Education and Psychologi. New York: Holt, Rinehart an d Wiston, Inc.
Moh Ezer Usman.2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya.
Ngalim Purwanto. 1987. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Karya.
Suhertian, Piet A.2000. Konsep Dasar dan teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto. 2004. Dasar-dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-undang.2003. UURI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika