Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lompat Jauh
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK
MELALUI PENGGUNAAN KARDUS BEKAS
BAGI SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 1 CAWAS
PADA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Mirah Wigati
SMP Negeri 1 Cawas, Kabupaten Klaten
ABSTRAK
Penelitian ini dirancang dengan tujuan untuk: 1) tujuan umum berupa meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok, 2) tujuan khusus untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok melalui penggunaan sarana pembelajaran (kardus bekas). Pelaksanaan penelitian ini dengan menggunakan model tindakan perbaikan yang berlangsung dalam tiga siklus. Setiap siklus tindakan terdiri dari empat tahapan yang berupa; a) Perencanaan, b) Pelaksanaan, c) Pengamatan dan d) Refleksi. Hasil pelaksanaan tindakan perbaikan setiap siklus antara lain ; 1) siklus I terjadi peningkatan nilai rata-rata (mean) sebesar 4,62%, nilai minimal (terendah) 2,17%, nilai maksimal (tertinggi) 5,63%. 2) siklus II peningkatan nilai rata-rata (mean) 3,73%, nilai minimal (terendah) 1,28% dan nilai maksimal (tertinggi) 4,79%. 3) siklus III peningkatan nilai rata-rata (mean) 10,78%, nilai minimal (terendah) 3,78% dan nilai maksimal (tertinggi) 26,76%. Hasil akhir dari pelaksanaan tindakan perbaikan ini dapat disimpulkan terjadi peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok melalui penggunaan sarana pembelajaran (kardus bekas).
Kata kunci: lompat jauh gaya jongkok, sarana pembelajaran (kardus bekas)
PENDAHULUAN
Lompat jauh gaya jongkok meru–pakan salah satu nomor lompat dalam perlombaan atletik. Untuk dapat melakukan lompatan maksimal diperlukan kekuatan otot, panjang tungkai, frekuensi gerakan dan teknik awalan yang sempurna.Untuk mendapatkan hasil lompatan yang jauh diperlukan kekuatan otot yang besar dan kuat, karena kekuatan otot merupakan modal dasar untuk berprestasi maksimal.
Fakta yang terjadi di lapangan menunjukkan masih terdapat beberapa kelemahan dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok. Kekurangberhasilan siswa dalam melakukan lompat jauh terutama berkaitan dengan kurangnya kemampuan dalam mengatur irama langkah, lompatan dan gerakan saat di udara meliputi, (1) kekurangmampuan siswa melakukan langkah-langkah dalam mengambil awalan secara ajeg, sehingga ketika akan menumpu pada balok tumpuan sering merubah langkah atau justru mengurangi kecepatan berlari, (2) kecen–derungan siswa menginginkan lompatan yang jauh dengan mengabaikan sudut lompatan, sehingga badan akan cepat turun dan mengakibatkan hasil lompatan kurang optimal, (3) kekurangmampuan siswa dalan pengembangan gerakan atau gaya lompatan ketika melayang di udara, (4) kecenderungan siswa pada saat melayang di udara pandangan melihat ke bawah.
Faktor-faktor penyebab permasa–lahan-permasalahan tersebut di atas antara lain. Pertama, kekurangtepatan strategi pembelajaran yang dipilih dan diterapkan dalam pembelajaran lompat jauh. Kedua, kurangnya jam belajar mata pelajaran olahraga yang dalam satu minggu hanya 2 (dua) jam, sehingga guru dalam memberikan pembelajaran mengenai tek–nik dasar melompat kurang optimal. Ketiga, siswa kurang memperhatikan feedback yang diberikan oleh guru untuk mem–parbaiki kesalahan atau kekurangan siswa dalam melompat. Keempat, motivasi siswa rendah dalam mengikuti pembelajaran lompat jauh, hal ini tampak pada respon yang mereka berikan ketika guru mengutarakan materi pelajaran yang harus dilakukan. Kelima, penggunaan media dan sumber belajar yang variatif, inovatif, dan evektif kurang dikembangkan dalam pelaksanaan pembelajaran.
Berdasarkan hasil uraian permasa–lahan yang telah terjadi dibutuhkan model pembelajaran dengan penggunaan sarana dan media belajar yang tepat dan sesuai cabang olahraga yang dipelajari. Sehingga diharapkan akan membawa konsekuensi tersendiri sesuai karakteristik, bentuk dan jenis model pembelajaran yang deprogram–kan. Salah satu sarana pembelajaran di dalam mengajar lompat jauh yang bertu–juan untuk meningkatan kemampuan lompat jauh diantaranya dengan pembe–lajaran lompatan dengan sarana kotak kardus.
LANDASAN TEORI
Teknik dasar lompat jauh
Lompat jauh merupakan ketram–pilan gerak berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan satu kali tolakan ke depan sejauh mungkin. Dalam lompat jauh terdapat 3 (tiga) macam gaya, yaitu gaya jongkok, gaya tegak atau snepper dan gaya jalan di udara. Perbedaan ketiga gaya tersebut terletak pada saat badan melayang di udara, jadi mengenai awalan, tumpuan, dan cara melakukan pendaratan pada ketiga gaya tersebut pada prinsipnya sama.
Sujarwadi dan Dwi Sarjiyanto (2009:38) menyatakan bahwa, dalam lom–pat jauh berlaku prinsip menolak sekuat-kuatnya dan melompat sejauh-jauhnya. Dari prinsip ini, ada 4 (empat) teknik dasar yang harus diperhatikan dalam lompat jauh, yaitu 1) teknik awalan, 2) teknik tolakan, 3) teknik sikap badan di udara dan 4) sikap mendarat.
a. Awalan
Gunter Bernhard (1986:67), me–nyatan bahwa, ada tiga macam star dari sikap menutup, star dari sikap langkah membengkok atau sikap tegak, star dengan beberapa langkah atau langkah bebas.
b. Tolakan/Tumpuan
Gerakan lompatan dimulai dengan mengayunkan tungkai ayun setinggi ping–gul dalam posisi ditekuk ke bawah. Gerak–an melompat ini dilakukan bersama dengan bantuan ayunan kedua tangan ke atas.
Tamsir Riyadi (1985:96), menya–takan bahwa, pada saat bertumpu sikap badan agak condong kebelakang, Hal ini membantu timbulnya lambungan yang lebih baik. Sudut lompatan yang baik kurang lebih 45.
Sedangkan Soedarminto (2003: 40), menyatan bahwa, ”Dua faktor penting dalam lompat jauh adalah explosive power waktu bertolak dan sudut tolakan antara 40o – 45o”.
c. Saat melayang atau sikap badan di udara
Jass Jerver (1982:38), menyatan bahwa yang paling penting pada saat me–layang ini adalah melawan rotasi putaran yang timbul akibat take off, juga untuk mendapat posisi dan efisiensi.
Tamsir Riyadi (1985:98), menyata–kan bahwa, ”Gaya dalam lompat jauh meliputi: gaya jongkok di udara, gaya bergantung di udara dan gaya berjalan di udara”. Pada dasarnya ketiga gaya tersebut pelaksanaannya hampir sama, baik awalan, tumpuan dan cara melakukan pendaratan, yang membedakan diantara gaya tersebut terletak pada gerakan pada saat melayang di udara.
Gaya jongkok di udara merupakan salah satu gaya dalam lompat jauh. Dikatakan gaya jongkok di udara, karena pada waktu melakukan gaya lompat jauh ini bila diperhatikan secara seksama gerakan badan pada saat melayang di udara seperti orang sedang melakukan jongkok. Dalam melakukan gaya jongkok ini kedua tungkai ditekuk ke bawah dengan sudut 90o.
d. Pendaratan atau sikap badan wak–tu mendarat
Teknik pendaratan dalam lompat jauh di tandai dengan sikap yang khas, yaitu menyentuh bak pasir dengan kedua kaki. Posisi mendarat yang benar dan baik merupakan suatu lanjutan dari pola melayang, sehingga pada posisinya yang horizontal dari tubuh bagian atas harus setegak mungkin dengan tungkai yang dilempar lurus ke depan. Tangan yang terletak di belakang tubuh sebelum mendarat harus diayunkan ke muka. Hal ini bertujuan untuk memberi bantuan dorong–an badan ke depan, pada waktu akan mendarat badan tidak jatuh ke belakang. Begitu kedua kaki akan menyentuh bak pasir, kedua tangan dan kepala dibawa maju ke depan, bersamaan dengan itu pelompat memeras lutut dan menggeser–kan pinggangnya ke depan. Dalam mela–kukan teknik pendaratan harus dilakukan dengan penuh kesadaran, agar gerakan yang tidak diperlukan dihindarkan. Menda–rat yang baik serta lebih efisien bila sikap badannya hampir duduk.
Penggunaan kotak kardus dalam pembelajaran lompat jauh
Yudha M. Saputra (2001), menya–takan bahwa, lompat jauh akan lebih menarik apabila para siswa menjalani pengalaman untuk melayang jauh. Penga–laman untuk melayang lama dapat dicipta–kan dengan melewati rintangan.
Menurut Yudha M. Saputra (2001), semua rintangan atau penghalang menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa. Mereka akan terangsang untuk mencoba mela–kukan lompatan.
Pembelajaran melompat dengan loncatan-loncatan yang tinggi dan jauh secara sederhana melalui rintangan yang berjenis-jenis (elastik, bilah, peti dan sebagainya). Dengan papan dan bantuan tersebut loncatan menjadi tinggi (Gunter Bernhard, 1986).
a. Hakekat kotak kardus
Kotak kardus merupakan kotak segi empat berbentuk kubus dengan ukur–an panjang 35 cm x lebar 25 cm x tinggi 20 cm. Kotak kardus yang digunakan meru–pakan kotak kardus untuk tempat aqua gelas atau kotak kardus sarimi. Ciri-ciri kotak kardus ini yaitu mudah didapat dan murah harganya, ringan, mudah dipindah-pindahkan, lunak dan tidak membuat siswa sakit bila menendang, serta mudah ditur dan ditumpuk sesuai keinginan.
Kardus merupakan barang lunak dan ringan, sehingga apabila siswa terpak–sa menendang atau kaki menyangkut pada kardus, siswa tidak akan merasa kesakitan atau takut melompati kardus. Untuk lebih menunjang semangat dan motivasi siswa dalam melakukan lompatan, setiap gerakan dilakukan dengan berlomba atau berkompetisi antar teman. Karena dengan semangat berlomba akan menghasilkan dan mengembangkan semangat dan motivasi yang tinggi dalam kegiatan pem–belajaran.
b. Kebaikan dan kelemahan pembe–lajaran lompat menggunakan ko–tak kardus
1) Kebaikan pembelajaran lompat jauh dengan kotak kardus
a) Dapat digunakan untuk memper–baiki langkah-langkah awalan.
b) Dapat digunakan untuk mengem–bangkan kemampuan menolak dan mepertinggi lompatan.
c) Dapat digunakan untuk mem–biasakan siswa menggunakan su–dut lompatan dengan baik.
d) Dapat digunakan untuk merubah kebiasaan siswa yang selalu me–mandang ke bawah menjadi sedikit mendongak ke atas dengan cara menumpuk kardus pada bagian belakang bak lompat.
e) Kardus dapat diatur dan dipindah-pindahkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2) Kelemahan pembelajaran lompat de–ngan menyundul bola
a) Sering merubah dan mengatur kar–dus sehingga banyak menghabis–kan waktu.
b) Latihan lompat dengan menggu–nakan kotak kardus tidak dapat menghasilkan kecepatan lari yang maksimal.
c) Penggunaan kotak kardus dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok.
Hipotesis Tindakan
1. Melalui pemanfaatan kotak kardus dapat meningkatkan nilai lompat jauh gaya jongkok bagi siswa kelas VII F Semester Genap di SMP Negeri 1 Cawas, Kabupaten Klaten Tahun Pela–jaran 2013/2014.
2. Melalui pemanfaatan kotak kardus dapat meningkatkan teknik lompat jauh gaya jongkok bagi siswa kelas VII F Semester Genap di SMP Negeri 1 Ca–was, Kabupaten Klaten Tahun Pela–jaran 2013/2014.
3. Melalui pemanfaatan kotak kardus dapat meningkatkan nilai dan teknik lompat jauh gaya jongkok bagi siswa kelas VII F Semester Genap di SMP Negeri 1 Cawas, Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014.
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan tempat penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014, sedangkan tempat penelitian di SMP Negeri 1 Cawas.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa ke–las VII F, sedangkan objeknya adalah hasil dan teknik lompat jauh melalui peng–gunaan sarana kotak kardus.
Sumber Data
Data kualitatif yang berupa teknik lompat jauh gaya jongkok melalui peng–gunaan sarana kotak kardus pada kondisi awal, siklus I, siklus II dan siklus III. Data kuantitatif nilai teknik dan jarak lompatan lompat jauh gaya jongkok melalui penggunaan sarana kotak kardus pada kondisi awal, siklus I, siklus II dan siklus III.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik untuk mengumpulkan data tersebut di atas meliputi pengamatan, wa–wancara atau diskusi, kajian dokumen dan tes masing-masing siswa.
Alat pengumpulan data berupa; pengamatan: lembar pengamatan; wawan–cara: langsung, terencana; kajian doku–men: buku referensi, kolaborator, nilai kondisi awal; tes: praktek, latihan.
Validasi Data
Data kualitatif dilakukan validasi melalui kolaborator, buku referensi, diskusi. Data kuantitatif dilakukan validasi melalui alat pengumpulan data benar-benar tepat dan sesuai melalui penggunaan kriteria penilaian yang objektif.
Analisis Data
Data kualitatif dilakukan analisis data diskriptif kualitatif, sedangkan data kuantitatif menggunakan analisis data diskriptif komparatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penilaian teknik awalan, tolakan, melayang, mendarat dan jarak lompatan dapat dilihat dari diagram nilai berikut.
Siklus I
Pencapaian nilai siklus I; nilai rata-rata (mean) 282,4, nilai minimal/terendah 235 dan nilai maksimal/tertinggi 338.
Siklus II
Sedangkan dalam siklus II menun–jukkan pencapaian nilai terdiri dari nilai rata-rata (mean) 292,9, nilai minimal/ terrendah 238 dan nilai tertinggi/maksimal 355.
Siklus III
Sedangkan pada siklus III, nilai rata-rata (mean) pada siklus III berdasar–kan diagram 4 sebesar 324,5, nilai terendah/minimal 247 dan nilai terting–gi/maksimal 450.
Simpulan
1. Pembelajaran dengan menggunakan bantuan kardus dapat mengembang–kan langkah-langkah dalam mengambil awalan semakin ajeg dan menum–buhkan kecepatan lari yang maksimal.
2. Pembelajaran dengan menggunakan bantuan kardus dapat membiasakan dengan sudut lompatan yang benar.
3. Pembelajaran dengan menggunakan bantuan kardus dapat meningkatkan teknik dan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok.
4. Terjadi peningkatan nilai rata-rata se–besar 20,22% dari 269,9 pada kondisi awal menjadi 324,5 pada siklus III.
Saran
1. Dalam pembelajaran lompat jauh, guru banyak memberikan kesempatan me–lompat kepada siswa serta memberikan umpan balik atas hasil lompatan yang dilakukan siswa.
2. Agar siswa memiliki motivasi dan minat yang tinggi terhadap kegiatan pembe–lajaran lompat jauh, guru diharapkan dapat berperan sebagai motivator.
3. Guru hendaknya memiliki kreatifitas dan inovatif di dalam menciptakan dan mengembangkan model pembelajaran agar dapat meningkatkan motivasi hasil belajar siswa dan dapat me–ningkatkan partisipasi maksimal siswa dalam kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Bernhard, G. 1986. Atletik. PrinsipDasar Latihan Lompat Tinggi, Jauh, Jangkit dan Lompat Galah. Terjemahan Tim Redaktur Effhar & Dahara Prize Offset. Semarang: Dahara Prize
Mulyono B. 1988. Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Olahraga: Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press
Soedarminto, 1993. Biomekanika Olahraga. Surakarta: Sebelas Maret University Press
Supandi. 1992. Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Proyek Pembinaan Tenaga Pendidikan
Sujarwadi dan Dwi Sarjiyanto. 2009. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untukKelas VII SMP/MTs. Klaten: PT Intan Pariwara
Tamsir Riyadi. 1985. Petunjuk Atletik. Cetakan II. Yogyakarta: FPOK IKIP Yogyakarta.
Yudha M. Saputra. 2001. Dasar-Dasar Ketrampilan Atletik. Jakarta: Penerbit Direktorat Jendral Olahraga.