Peningkatan Kemampuan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual
PENINGKATAN KEMAMPUAN HITUNG LUAS
DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA KELAS VIII-A
SMP NEGERI 1 PUCAKWANGI KABUPATEN PATI SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Sriyatun
Guru Matematika SMP Negeri 1 Pucakwangi Kabupaten Pati
ABSTRAK
Materi bangun ruang sisi datar merupakan salah satu materi pokok mata pelajaran matematika yang harus dipahami siswa SMP/MTs sesuai dengan standar kompetensi kelulusannya. Materi ini terdapat di kelas VIII semester genap pada kurikulum KTPS 2006. Namun pada kenyataannya materi bangun ruang sisi datar ternyata tidak mudah dikuasai oleh siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Pucakwangi. Terutama dalam menghitung luas dan volume. Hal ini terbukti dari siswa kelas VIII-A terdapat 28 siswa. Terdapat 20 anak yang mendapatkan nilai di bawah 70 dalam arti nilai mereka kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 70. Ini berarti 71% siswa belum menguasai perhitungan luas dan volume bangun ruang. Para siswa masih melakukan banyak kesalahan dalam menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan luas dan volume. Siswa mengalami kesalahan pada soal yang bersifat aplikatif dan soal cerita. Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Pucakwangi Tahun 2017/2018 dan (2) untuk mengetahui peningkatan hasil kemampuan hitung bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Pucakwangi Tahun 2017/2018. Penelitian ini menggunakan setting penelitian tindakan kelas yang dirancang untuk dua siklus. Tiap siklus terdiri atas tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan hasil pengamatan, Jika dilihat dari rata-rata kelas nilai hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan 65.2. Setelah dilakukan tindakan kemudian meningkat menjadi 73 pada siklus I dan meningkat kembali pada siklus II sehingga menjadi 81.6. atau sebaliknya terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yang semula 16 siswa (57%) pada pra siklus, menurun menjadi 10 siswa (36%) pada siklus I bahkan dalam siklus II semakin menurun hingga menjadi 2 siswa (7%). Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: (1) pelaksanaan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) berjalan baik sehingga dapat membantu untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII-A Tahun 2017/2018, (2) Hasil Kemampuan Hitung bangun ruang sisi datar dapat meningkat melalui pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
Kata kunci: Pembelajaran kontekstual (CTL), Aktivitas, Kemampuan Hitung
PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut seseorang untuk dapat menguasai informasi dan pengetahuan yang ada (Hermawan,2007: 41) sehingga diperlukan suatu kemampuan memperoleh, memilih, dan menge-lola informasi.Kemampuan-kemampuan terse-but harus didasari oleh pemikiran yang kritis, sistematis, dan logis, karena kemampuan tersebut sangat penting dalam menganalisa, mengevaluasi segala argumen untuk mampu membuat keputusan yang rasional dan bertanggungjawab. Oleh karena itu diperlukan suatu program pendidikan yang dapat mengembangkan kemampu-an berpikir kritis, sistematis dan logis. Salah satu program pendidikan yang dapat mengembang-kan kemampuan tersebut adalah matematika.
Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan tertua dan dianggap sebagai induk atau alat dan bahasa dasar banyak ilmu. Matematika terbentuk dari penelitian bilangan dan ruang yang merupakan suatu disiplin yang berdiri sendiri dan tidak merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam. Rusefendi (2006) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memajukan daya pikir serta analisa manusia.Matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu alam, teknik, kedokteran atau medis, ilmu sosial seperti ekonomi, dan psikologi.Matematika mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang ditandai memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi sesuai dengan tuntutan kebutuhan.
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan teknologi (Susanto, 2013: 185). Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang bertujuan mendidik siswa untuk mampu berpikir logis, analitis, sistematis, kritis serta kreatif memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan.Akan tetapi, kenyataannya masih ada anggapan bahwa matematika adalah salah satu mata pelajaran yang menakutkan, sulit dipahami dan kurang menarik bagi siswa pada setiap satuan pendidikan.Kesalahan yang sering terjadi pada peserta didik adalah kesalahan dalam memahami konsep. Padahal dalam matematika pemahaman konsep merupakan hal utama yang harus tertanam sebelum sampai pada penalaran dan komunikasi serta pemecahan masalah (Agung, 2009: 2).
Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta persaingan global maka peningkatan mutu pendidikan matematika di semua jenis dan jenjang pendidikan harus selalu diupayakan.Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menyempurnakan kurikulum pendidikan.
Materi bangun ruang sisi datar merupakan salah satu materi pokok mata pelajaran matematika yang harus dipahami siswa SMP/MTs sesuai dengan standar kompetensi kelulusannya.Materi ini terdapat di kelas VIII semester genap pada kurikulum KTPS 2006.Bangun ruang sisi datarberisi materi yang meliputi sisi, luas, volume dan jarring-jaring. Sebagai salah satu contoh yaitu pada materi kubus dan balok dimana siswa harus mampu menentukan panjang diagonal sisi dan diagonal ruang dari kubus dan balok. Dari sisi-sisi tersebut maka dibuatlah jaring-jaring daripada kubus dan balok.
Namun pada kenyataannya materi bangun ruang sisi datar ternyata tidak mudah dikuasai oleh siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Pucakwangi.Terutama dalam menghitung luas dan volume.Hal ini terbukti dari siswa kelas VIII-A terdapat 28 siswa.Terdapat 20 anak yang mendapatkan nilai di bawah 70 dalam arti nilai mereka kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 70. Ini berarti 71% siswa belum menguasai perhitungan luas dan volume bangun ruang. Para siswa masih melakukan banyak kesalahan dalam menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan luas dan volume. Siswa mengalami kesalahan pada soal yang bersifat aplikatif dan soal cerita.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kesalahan siswa, hal ini juga berpengaruh pada jenis-jenis kesalahan siswa. Kesalahan yang sistematis dan konsisten terjadi disebabkan oleh tingkat penguasaan materi yang kurang pada siswa. Sedangkan kesalahan yang bersifat insidental adalah kesalahan yang bukan merupakan akibat dari rendahnya tingkat penguasaan materi pelajaran, melainkan oleh sebab lain misalnya: kurang cermat dalam membaca untuk memahami maksud soal, kurang cermat dalam menghitung atau bekerja secara tergesa-gesa karena merasa diburu waktu yang tinggal sedikit (Sukirman, 2012: 16).
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti dalam bentuk Penelitian Tindakan kelas dengan mengambil judul “Peningkatan Kemampuan Hitung Luas dan Volume Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Pada Kelas VIII-A SMP Negeri 1 Pucakwangi Kabupaten Pati Semester II Tahun
Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut. Secara umum penulisan ini bertujuan untuk memberikan pemikiran dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika di SMP Negeri 1 Pucakwangi Pati. Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan kemampuan hitung luas dan volume bangun ruang sisi datarpada pembelajaran Matematika bagi siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Pucakwangi Pati.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah sebagai berikut. Bagi guru manfaatnya adalah dengan penelitian tindakan ini guru memperoleh solusi tentang pembelajaran Matematika materi luas dan volume bangun ruang sisi datar yang selama ini dianggap sulit bisa diatasi dengan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning), guru memperoleh banyak pengalaman untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika, dan guru mendapat masukan mengenai model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi anak.
Bagi siswa penelitian ini berguna untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran Matematika materi luas dan volume bangun ruang sisi datar; meningkatkan keterampilan sosial siswa dalam bergaul di lingkungan sosialnya; dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada umumnya. Bagi sekolah penelitian ini bermanfaat untuk meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika; tumbuhnya motivasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran yang bermutu; dan tumbuhnya pembelajaran siswa aktif di sekolah.
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Kemampuan Hitung
Kemampuan adalah suatu kecakapan atau potensi yang dimiliki oleh seoranguntuk melakukan suatu tindakan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakandapat dilaksanakan sekarang.Kemampuan adalah kata yang sudah mengalamiafiksasi (pengimbuhan) dengan kata dasar mampu berarti sanggup. Di dalamkamus besar Indonesia, kemampuan berasal dari kata “mampu†yang berarti kuasa(bisa,sanggup) melakukan sesuatu, dapat berada, kaya, mempunyai hartaberlebihan.Kemampuan adalah suatu kesanggupan, kecakapan kekuatan dalammelakukan sesuatu.Seorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatuyang ia lakukan (KBBI, 1990).
Woodworth dan Marquis dalam Sumadi Suryabrata (1998: 160) mengungkapkan bahwa definisi ability (kemampuan) pada tiga arti, yaitu Achievement, merupakan potensial ability yang dapat diukur langsung dengan alatatau test tertentu; Capacity, merupakan potensial ability yang dapat diukur secara tidak langsungmelalui pengukiran terhadap kecakapan individu, dimana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan dasar dan training (pelatihan) yang intensif dan pengalaman; dan Aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat diungkapkan atau diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu.
Menurut Chaplin (2009) ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Sedangkan menurut Robbins (2008) kemampuan bisa merupakankesanggupan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek. Senada dengan hal itu, Sunato dan Hartono (2008) menyatakan, bahwa kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Dari definisi kemampuan tersebut maka kemampuan seseorang dapat ditingkatkan dengan cara dilatih terus.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menghitung yaitu faktor fisik, psikologi, neurologis, semantik dan linguistik (Rena M.S., 2015: 80). Faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa juga organ yanglain seperti kepala, tangan dan muka pun dimanfaatkan dalam berbicara. Faktor psikologi yaitu memberikan andil yang cukup besar terhadap kelancaran berbicara. Stabilisasi emosi, tidak hanya berpengaruh terhadap keruntutan informasi yang dibicarakan. Faktor neurologis yaitu jaringan saraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga, dan organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas pembelajaran. Faktor semantik yaitu yang berhubungan dengan makna setiap simbol bahasayang diucapkan mewakili maksud tertentu. Faktor linguistik atau penguasaan tentang hal kebahasaan seperti struktur katadan kalimat sangat berperan akan pembentukan makna dalam pembelajaran.
Menghitung atau berhitung berarti membuat suatu perhitungan (D. Kerami dan C. Sitanggang, 2003:100). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menghitung berasal dari kata hitung yangberarti mengerjakan hitungan (menjumlahkan, mengurangi, mengalikan, membagi, memperbanyak, dan sebagainya).
Menurut Dali S. Naga dalam Mulyono Abdurrahman berhitung atau menghitung adalah cabang matematika yang berkenaan dengan hubungan-hubungan bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian (M. Abdurrahman, 2003: 253).Berhitung merupakan bagian dari komponen mengenai konsep bilangan, lambang bilangan atau angka. Anak diharapkan mengenal konsep bilangan, lambang bilangan atau angka, sehingga mampu untuk berhitung dengan baik dan benar. Berhitung sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari di sekitar tempat tinggal, sekolah, tempat umum dan di mana saja (Lusi D.M., 2014: 89-90).
Pembelajaran Matematika
Matematika adalah pengetahuan logik, berhubungan dengan bilangan dan terorganisir secara sistematis. Karakteristik matematika menurut Soedjadi dan Masriyah (Suyitno, 2004: 52) antara lain matematika mempunyai objek kajian yang abstrak, berdasarkan pada kesepakatan-kesepakatan, menggunakan pola pikir deduktif, dijiwai dengan kebenaran konsistensi.
Objek langsung matematika (Suyitno, 2004: 52) adalah sebagai berikut. Fakta, yakni konvensi-konvensi sembarang dalam matematika. Konsep, adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi penggolongan. Prinsip, adalah pola hubungan fungsional di antara konsep-konsep. Skill, adalah keterampilan mental untuk menjalankan prosedur/algoritma guna menyelesaikan suatu masalah matematika.
Sedangkan objek tak langsung matematika menurut Frederick (Suyitno, 2004: 52) ada 7 macam, yaitu bukti teorema (theorm proving); pemecahan masalah (problem solving); transfer belajar (transfer of learning); pengembangan intelektual (intellectual development); kerja individu (working individually); kerja kelompok (working in groups); dan sikap positif (positive attitudes).
Menurut Suyitno (2004: 2) pembelajaran matematika adalah proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dengan mengajarkan matematika kepada peserta didik yang di dalamnya terkandung upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik dalam mempelajarai matematika. Untuk itu matematika di sekolah perlu difungsikan sebagai wahana untuk menumbuhkembangkan kecerdasan, kemampuan serta membentuk kepribadian peserta didik.
Pada pembelajaran matematika, peserta didik dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh dan bukan contoh diharapkan peserta didik mampu menangkap pengertian suatu konsep. Selanjutnya dengan abstraksi ini peserta didik dilatih membuat perkiraan, terkaan atau kecenderungan berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus (generalisasi). Dalam proses penalarannya, dikembangkan pola pikir induktif maupun deduktif. Namun proses itu harus disesuaikan dengan perkembangan kemampuan peserta didik, sehingga pada akhirnya akan sangat membantu kelancaran proses pembelajaran matematika di sekolah (Suherman, 2003: 57).
Gatot M. Mengemukakan dalam Duyanti (2013: 5), pembelajaran matematika adalahproses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaiankegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentangbahan matematika yang dipelajari. dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses pembelajaran melalui serangkaian kegiatan yang terancang sehingga peserta didik memperoleh suatu pengetahuan dan pemahaman tentang suatu konsep atau bahan matematika yang dipelajari.
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Model Pembelajaran CTL menurut Sanjaya (2006) menyatakan bahwa belajar dalam CTL bukan hanya sekadar duduk, mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Lebih jauh ia mengupas bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga siswa didorong untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Sedangkan Blanchard dalam Trianto (2007), mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya.
Sedangkan Trianto (2007) mengemukakan bahwa CTL adalah pembelajaran yang terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga dan warga masyarakat. Sejalan dengan hal di atas, Muslich (2007) menjelaskan bahwa landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal tetapi mengkonstruksi atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta yang mereka alami dalam kehidupannya.
Elaine B. Johnson dalam (Nurhadi, 2004: 34) mengatakan pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Lebih lanjut, Elaine mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan kontes dari kehidupan sehari-hari siswa.
Menurut Depdiknas (2006; 18) pendekatan kontekstual adalah konsep yang membantu guru mengaitkan materi pembelajaran yang diajarkan dengan situasi dunia nyata sisw danmendorong siswa membuat hubungn antara pengetahuan yang dimiliknya dengan penerapannya dalam dunia nyata. Pendapat senada dikemukakan oleh Sufanti (2010: 43) yang menyatakan bahwa pendekatan kontekstual merupakan proses pendidikan atau pembelajaran yang holistic dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan nyata.
Kerangka Berpikir Penelitian
Proses pembelajaran siswa seringkali kurang didorong untuk mengembangakan kemampuan berpikir dan hanya diarahkan kepada kemampuan untuk menghapalkan informasi. Otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut memahami informasi yang diingatnya, apalagi menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Berhitung merupakan ketrampilan dalam matematika berupa operasi dan prosedur yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah diantaranya mengurangi, menjumlahkan, mengalikan, dan membagi. Kesalahan siswa dalam melakukan perhitungan diakibatkan oleh ketidakmampuan siswa dalam melakukan operasi aljabar, termasuk memanipulasi operasi, dan melakukan perhitungan yang salah.
Materi bangun ruang sisi datar merupakan salah satu materi pokok mata pelajaran matematika yang harus dipahami siswa SMP/MTs sesuai dengan standar kompetensi kelulusannya. Materi ini terdapat di kelas VIII semester genap pada kurikulum KTPS 2006. Bangun ruang sisi datar berisi materi yang meliputi sisi, luas, volume dan jarring-jaring. Sebagai salah satu contoh yaitu pada materi kubus dan balok dimana siswa harus mampu menentukan panjang diagonal sisi dan diagonal ruang dari kubus dan balok. Dari sisi-sisi tersebut maka dibuatlah jaring-jaring daripada kubus dan balok.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoritik diatas maka hipotensis tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut. “Dengan menggunakan pembelajaran Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan kemampuan hitung siswa pada pembelajaran matematika materi luas dan volume bangun ruang sisi datarâ€.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama empat bulan dimulai dari Februari sampai dengan bulan Mei 2018 pada semester genap tahun pelajaran 2017/2018. Pada tahun pelajaran ini berlaku kurikulum KTSP 2006. Penelitian ini dilakukan diSMP Negeri 1 Pucakwangi,yang beralamat diJalan Raya Pucakwangi – Juana No. 7 Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati. Merupakan tempat peneliti bertugas sebagai guru mata pelajaran Matematika di sekolah tersebut.
Sebagai Subjek penelitian yang peneliti lakukan adalah siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Pucakwangi tahun Pelajaran 2017/2018. Dengan jumlah siswa sebanyak 28 siswa. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa. Adapun bentuk datanya adalah nilai hasil belajar materi luas dan volume bangun ruang sisi datar. Nilai hasil belajar diperoleh dari penilaian tes tertulis. Selain itu ditunjang oleh Perangkat pembelajaran yang dibuat guru; Buku sumber pelajaran; Masukan, saran dari observer yang dilakukan sebelum, selama, dan sesudah tindakan penelitian.
Alat pengumpul data dalam penelitian ini berupa lembar obsevasi aktivitas belajar siswa dan soal tes tertulis materi luas dan volume bangun ruang sisi datar. Teknik pengumpulan datanya adalah melakukan observasi aktivitas belajar dengan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dalam kelompok belajar dan melakukan penilaian tes tertulis materi luas dan volume bangun ruang sisi datar.
Teknik analisis data yang dipakai menggunakan bentuk diskripsi kualitatif dan kuantitatif. Data yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan dianalisis untuk memperoleh kesimpulan tentang kemajuan keaktifan siswa serta hasil belajar siswa. Siswa dikatakan berhasil jika memperoleh nilai ulangan harian mencapai KKM 75 atau telah tuntas klasikal 85%. Siswa dikatakan aktif jika aktivitas belajarnya masuk kategori baik (76-88)
Kegiatan penelitian tindakan sekolah dilaksanakan melalui beberapa tahap, yang diuraikan sebagai berikut: (1) Persiapan: (a) meminta izin kepada kepala sekolah dalam Penelitian Tindakan Kelas, (b) melakukan observasi di lapangan, dan (c) melakukan wawancara terhadap siswa dan guru (observer); dan (2) Tahap pelaksanaan tindakan ada 2 siklus, langkah-langkah kegiatan pada setiap siklus adalah sebagai berikut: 1) Perencanaan (Planning), 2) Pelaksanaan Tindakan (Action), 3) Pengamatan (Observation), dan 4) Refleksi (Reflection).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal (Pra Siklus)
Pembelajaran matematika pada materi luas dan volume bangun ruang sisi datar, sebelum dilaksanakan penelitian tindakan, diawali dengan menjelaskan materi pelajaran melalui metode ceramah. Akibatnya siswa cenderung pasif dan kurang antusias dalam pembelajaran. Dengan kata lain, motivasi siswa untuk belajar menjadi kurang. Selanjutnya, guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya. Siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Kemudian siswa diminta untuk latihan mengerjakan soal dengan dibimbing guru. Sebagian besar siswa masih merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal. Hal ini dikarenakan siswa belum menguasai kemampuan hitung materi luas dan volume bangun ruang sisi datar.
Peneliti mendapatkan data kemampuan hitungluas dan volume bangun ruang sisi datar kelas VIII-Amasih berada di bawah kriteria minimal yang diharapkan. Rata-rata kemampuan hitung luas dan volume bangun ruang sisi datar kelas VIII-A hanya mencapai nilai 65. Sedangkan kriteria minimal dari hasil belajar matematika yang diharapkan yaitu sebesar 70.
Data menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang mendapatkan nilai amat tinggi. Ditunjukkan oleh nilai yang terendah 35 dan nilai tertinggi 85 , nilai rata-rata kemampuan hitung pada luas dan volume bangun ruang sisi datar ini 65. Hal ini menunjukkan bahwa belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal, dengan standar nilai ketuntasan minimal(KKM ≥ 70).
Secara klasikal, siswa yang telah memenuhi kriteria minimal/ketuntasan belajar adalah sebanyak 12 siswa (43%). Sedangkan 16 siswa (57%) lainnya masih belum memenuhi kriteria minimal/belum tuntas belajar yang diharapkan. Hal ini berarti siswa kelas VIII-A memiliki nilai rata-rata kemampuan hitung luas dan volume bangun ruang sisi datar pada kondisi awal secara masih sangat rendah.
Siklus I
Data tentang Hasil Belajar Siswa
Proses belajar mengajar pada siklus Imengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada prasiklus/kondisi awal, sehingga kesalahan atau kekurangan pada prasiklus tidak terulang lagi pada siklus I. Pada tahap ini guru sudah menggunakan metode pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)dengan menggunakan powerpoint sebagai media pembelajaran.Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes evaluasi.
Tabel Rekapitulasi hasil Pengamatan proses belajar Siswa
Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran pada siklus 1 tersebut diatas diketahui bahwarata-rata pada setiap aspek sudah menunjukkan peningkatan, terutama dalam hal bekerja sama dalam kelompok diskusi, meskipun masih banyak yang belum berani bertanya dan hal menghargai pendapat teman masih kurang. sering kali jika ada teman yang menjawab salah masih disoraki. Jika diklasifikasi proses pembelajaran pada kemampuan hitung luas dan volume bangun ruang sisi datar masih belum memiliki aktifitas yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari persentase hasil pengamatan pada proses pembelajaran tersebut di atas, diketahui bahwa persentase aktifitas belajar siswa pada Siklus 1 dengan kualifikasi amat baik 0 siswa (0%), baik 14 siswa (50%), cukup 13 siswa (46.4%) dan kualifikasi kurang sebanyak 1 siswa (3.6%). Lebih jelas ditunjukkan diagram dan tabel berikut:
Tabel Persentase pengamatan aktifitas belajar siswa pada Siklus 1
Berdasarkan pengamatan menunjukkan adanya peningkatan aktifitas belajar meskipun masih sangat kecil, hal ini dapat didiskripsikan bahwa suasana belajar sudah mulai kondusif, meski masih ada yang ramai dan kurang tertib; masih ada peserta didik yang tidak memperhatikan pada saat guru menjelaskan; peserta didik terkesan masih bingung dan belum terbiasa dengan penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning); masih ada peserta didik yang belum dapat menuliskan gagasan secara tertulis dan memecahkan permasalahan secara individu; interaksi peserta didik dalam melakukan diskusi kelompok masih kurang, karena peserta didik belum terbiasa bekerja dalam kelompok; kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam kelompok masih rendah. Mereka masih bergantung pada pasangannya; pada saat penyajian hasil diskusi hanya beberapa kelompok saja yang berani maju. Mereka hanya menuliskan hasilnya di papan tulis dan belum berani menyampaikan secara lisan; peserta didik belum berani memberi tanggapan terhadap hasil diskusi karena masih malu-malu dan waktu yang tidak memungkinkan.
Demikian juga dengan hasil belajar pada siklus I menggunakan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) mulai tampak ada peningkatan hasilnya. Dari hasil tes kemampuan hitung pada luas dan volume bangun ruang sisi datar pada siklus I terlihat bahwa nilai terendah adalah 50 dan nilai yang tertinggi 90 serta nilai rata-rata 73.Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil tes kemampuan hitung siswa kelas VIII-ASMP Negeri 1 Pucakwangi. Demikian juga terlihat adanya peningkatan ketuntasan belajar yaitu sebanyak 18 siswa(64%) dengan kategori tuntas belajar karena mendapat nilai diatas KKM, dan sebanyak 10 siswa(36%) dengan kategori belum tuntas karena mendapat nilai dibawah KKM.
Siklus II
Data Hasil Belajar
Proses pembelajaran pada siklus II sudah tampak semakin meningkat Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sudah menunjukkan kemajuan yang signifikan, sehingga proses pembelajaran menjadi maksimal, perubahan ini dikarenakan peneliti konsultasi dengan teman sejawat masalah pembelajaran siklus I. Kekurangan dalam pembelajaran peneliti lengkapi pada siklus II sehingga mencapai hasil yang maksimal, dan itu membuahkan hasil yang sangat menggembirakan.
Tabel Rekapitulasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II
Adapun aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada siklus II ini ditunjukkan pada tabel diatas, siswa yang mendapat nilai amat baik 8 anak (28.6%), yang mendapat nilai baik 16 anak (57.1%) dan yang mendapat nilai cukup sebanyak 4 anak (14.3%).
Dari hasil tes kemampuan hitung pada luas dan volume bangun ruang sisi datar sosial pada siklus II terlihat bahwa nilai terendah adalah 50 dan nilai yang tertinggi 100 serta nilai rata-rata 81,6. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil tes kemampuan hitung siswa kelas VIII-ASMP Negeri 1 Pucakwangi. Demikian juga terlihat adanya peningkatan ketuntasan belajar yaitu sebanyak 26 siswa (93%) dengan kategori tuntas belajar karena mendapat nilai diatas KKM, dan sebanyak 2 siswa (7%) dengan kategori belum tuntas karena mendapat nilai di bawah KKM.
Refleksi siklus II adalah Berdasarkan refleksi pada siklus II dihasilkan hal-hal sebagai berikut: suasana belajar sudah kondusif; semua peserta didik memperhatikan pada saat guru menjelaskan; peserta didik sudah tidak bingung dan sudah terbiasa dengan penerapan model pembelajaran pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning); peserta didik dapat menuliskan gagasan secara tertulis dan memecah kan permasalahan secara individu; interaksi peserta didik dalam melakukan diskusi kelompok peserta didik sudah baik,sudah menjadi terbiasa bekerja dalam kelompok; kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam kelompok sudah tidak bergantung pada pasangannya; pada saat penyajian hasil diskusi sudah saling berebut untuk yang maju; dan peserta didik sudah berani memberi tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok lain.
PEMBAHASAN
Proses pembelajaran dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan hitung siswa materi luas dan volume bangun ruang sisi datar sosial, karena nilai rata-rata hasil ulangan harian dengan nilai terendah 35 dan nilai tertinggi 85. Dari 28 siswa, sebanyak 16 siswa atau 57% belum mencapai ketuntasan minimal dan sebanyak 12 siswa atau 43% yang sudah mencapai nilai ketuntasan minimal, dengan standar nilai ketuntasan minimal (KKM ≥ 70).
Dari kondisi awal yang semula masih didominasi siswa yang belum tuntas maka diperbaiki dengan penerapan metode pembelajaran yang baru sehingga pada siklus I banyaknya anak yang belum tuntas menjadi 10 siswa atau sebesar 36%, Artinya ada penurunan jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan sebesar 21%.Sedangkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada kondisi awal sebanyak 12 siswa atau sebesar 43%, pada siklus I menjadi sebanyak 18 siswa atau sebesar 64%. Artinya terjadi peningkatan sebesar 21%. Nilai rata-rata hasil belajar dari kondisi awal sampai dengan siklus I terjadi peningkatan dari nilai rata-rata hasil belajar dari 65 menjadi 73 dengan nilai peningkatan 8.Hal ini dapat dilihat dari grafik berikut:
Berdasarkan tabel di atas nilai aktivitas belajar pada siklus I dan siklus II terjadi peningkatan tiap aspeknya. Peningkatan tertinggi yng terjadi pada siklus I siswa antusias belajardengan nilai rata-rata 67 menjadi 94 pada siklus II sehingga ada peningkatan skor sebesar 27. Kemudian diikuti mampu bekerja samapada siklus I dengan nilai rata-rata 71 menjadi 93 pada siklus II dengan peningkatan skor sebesar 22, berani bertanya dari 64pada siklus I menjadi 77 pada siklus II ada peningkatan sebesar 13. Peningkatan juga dapat diketahui dari nilai rata-rata berani memberi tanggapan siswa pada siklus I sebesar 70 menjadi 77 ada peningkatan sebesar 7. Dan nilai berani mempresentasikan hasil diskusi yang semula 67 pada siklus I menjadi 73 pada siklus II atau terjadi peningkatan sebanyak 7.Secara keseluruhan aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan yang signifikan.
Dengan adanya peningkatan aktivitas belajar, pasti akan mempengaruhi peningkatan hasil belajar. Hal itu dapat dilihat dari tabel hasil belajar siswa berikut ini:
Dilihat dari tabel diatas tercatat bahwa ketuntasan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Persentase dan jumlah siswa yang tuntas nilai hasil belajar sebelum dilakukan tndakan, yang tuntas belajar sebanyak 10 anak atau sebesar 42% dan pada siklus I sebanyak 15 anak atau sebesar 63%, di siklus II meningkat menjadi 20 anak atau sebesar 83% , sedangkan banyaknya persentase dan jumlah siswa yang belum tuntas pada Pra siklus 14 anak (58%),pada siklus I turun menjadi 9 anak (38%) dan pada siklus II sebanyak 4 anak (17%).
Model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dalam hal kemampuan hitung pada materi luas dan volume bangun ruang sisi datar kelas VIII-A semester genapSMP Negeri 1 Pucakwangi.
Dari segi aktivitas belajar jumlah siswa dan persentase pada siklus I ke siklus IImengalami peningkatan dengan pencapaian nilai amat baiktidak adameningkat menjadi 8 siswa (29.6%), dengan kualifikasi baik dari14 siswa(50%) pada siklus I, dan mengalami peningkatan menjadi 16 siswa (59.3%) dengan kualifikasi baik sebaliknya terjadi penurunan jumlah siswa dan persentasenya, yang belum mencapai nilai baik yaitu dengan kualifikasicukup 13 siswa (46.4%)pada siklus I turun menjadi 4 siswa (14.8%) pada siklus II,dan kualifikasi kurang sebanyak 1 siswa (3.6%)pada siklus I turun menjadi tidak ada pada siklus II, artinya sudah lebih dari 85% siswa yang memperoleh nilai aktivitas belajar minimal baik.
Jika dilihat dari rata-rata kelas nilai hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan 65.2. Setelah dilakukan tindakan kemudian meningkat menjadi 73 pada siklus I dan meningkat kembali pada siklus II sehingga menjadi 81.6. atau sebaliknya terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yang semula 16 siswa (57%) pada pra siklus, menurun menjadi10 siswa (36%) pada siklus I bahkan dalam siklus II semakin menurun hingga menjadi 2 siswa (7%).Artinya rata-rata nilai hasil belajar siswa telah melebihi kriteria ketuntasan minimal (KKM).
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada dua siklus Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dalam hal kemampuan hitung pada materi luas dan volume bangun ruang sisi datar kelas VIII-A semester genap SMP Negeri 1 Pucakwangi.Dari segi aktivitas belajar jumlah siswa dan persentase pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dengan pencapaian nilai amat baik tidak ada meningkat menjadi 8 siswa (29.6%), dengan kualifikasi baik dari 14 siswa (50%) pada siklus I, dan mengalami peningkatan menjadi 16 siswa (59.3%) dengan kualifikasi baik sebaliknya terjadi penurunan jumlah siswa dan persentasenya, yang belum mencapai nilai baik yaitu dengan kualifikasi cukup 13 siswa (46.4%) pada siklus I turun menjadi 4 siswa (14.8%) pada siklus II, dan kualifikasi kurang sebanyak 1 siswa (3.6%) pada siklus I turun menjadi tidak ada pada siklus II, artinya sudah lebih dari 85% siswa yang memperoleh nilai aktivitas belajar minimal baik.
Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dalam hal kemampuan hitung pada materi luas dan volume bangun ruang sisi datar. Jika dilihat dari rata-rata kelas nilai hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan 65.2. Setelah dilakukan tindakan kemudian meningkat menjadi 73 pada siklus I dan meningkat kembali pada siklus II sehingga menjadi 81.6 . atau sebaliknya terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yang semula 16 siswa (57%) pada pra siklus, menurun menjadi 10 siswa (36%) pada siklus I bahkan dalam siklus II semakin menurun hingga menjadi 2 siswa (7%). Artinya rata-rata nilai hasil belajar siswa telah melebihi kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan, dan sekaligus sebagai bahan uraian penutup laporan ini, antara lain:
1. Bagi Sekolah, penelitian dengan model pembelajaran kontekstual membantu dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
2. Bagi Guru, diharapkan guru matematika sebaiknya menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif, efektif dan tidak monoton sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa ikut aktif dan dapat meningkatkan prestasi belajar; hasil penelitian ini hendaknya dapat digunakan sebagai refleksi bagi guru dan kepala sekolah; dan dengan diterapkannya model pembelajaran kontekstual ini seyogyanya sekolah dalam hal ini kepala sekolah member kesempatan kepada guru untuk mengadakan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) antar sesama guru semapel dalam satu sekolah untuk menentukan metode yang tepat dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Bagi Siswa, hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, dan meningkatkan usaha belajar sehingga dapat memperoleh hasil yang optimal; dan dapat mengaplikasikan hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Agung P. 2009. Eksperimentasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Motivasi Belajar Peserta Didik SMP Kelas VIII Di Kabupaten Sragen.Tesis. Surakarta: Program PascaSarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Chaplin J.P. 2009. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
D. Kerami, Sitanggang, C. 2003. Kamus Matematika. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Depdiknas.
Duyanti. 2013. Artikel Penelitian: Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Operasi Hitung Campuran Menggunakan Kantong Bilangan di Kelas I Sekolah Dasar. Pontianak: Universitas Tanjung Pura.
Hermawan, T. 2007. Pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa SMP. Jurnal Cakrawala Pendidikan. Vol. 1 Hal.41-62.
Johnson ELaine B. 2006. Contextual Teaching and Learning: menjadikan kegiatan belajar-mengajar mengasyikan dan bermakna. Bandung: Mizan Learning Center.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Lisnawaty Simanjuntak, dkk. 1993. Metode Mengajar Matematika 1. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rena M.S. 2015. Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menentukan Rata-rata Hitung Dengan Menggunakan Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share) Di Kelas XII Akomodasi Perhotelan 1 SMK Negeri 8 Medan. Jurnal Peluang. Volume 3 Nomor 2.
Robbins SP., dan Judge. 2008. Perilaku Organisasi Jilid 2. Jakarta: Salemba.
Ruseffendi. 2006. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika. Bandung: Tarsito.
Sukirman, Silvia. 2012. Tuntunan Belajar di Perguruan Tinggi. Jakarta: Pelangi Cendikia
Sumadi Suryabrata. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.