PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI MATERI KONSEP SUDUT PADA BANGUN RUANG MELALUI METODE PEMBELAJARAN

TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) SISWA KELAS X TB2

SMK NEGERI 1 KARANGAWEN SEMESTER GENAP

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Ruhardi

Guru SMK Negeri 1 Karangawen Demak

 

ABSTRAK

Kegiatan pembelajaran atau pengajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan model untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan model ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari rencana pembelajaran.Dampak nyata yang dihadapi sekolah, misalnya dalam pembelajaran Matematika dan berdasarkan pengalaman mengajar sebagai guru Matematika, proses pembelajaran di SMK Negeri 1 Karangawen belum maksimal, hal ini tercermin dari rendahnya prestasi belajar yang desebabkan oleh beberapa hal diantaranya: (1). Siswa terlalu menganggap remeh pembelajaran Matematika (2). Siswa kurang memahami konsep yang terkandung dalam materi secara menyeluruh sehingga pemahaman setengah-setengah. (3). Siswa kurang belajar dan latihan mengerjakan soal-soal matematika baik disekolah maupun dirumah, (4). Siswa kurang aktif dan kreatif dalam pembelajaran dan cenderung pasif (5). Motivasi, minat dan kemampuan siswa sebagian rendah sehingga menyebabkan kesulitan dalam menyerap materi pelajaran.Sesuai dengan latar belakang masalah dalam penelitian yang diobservasi dalam penelitian, maka masalah PTK ini dapat dirumuskan berikut: “Apakah metode team games tournament dapat meningkatkan pemahaman materi konsep sudut pada bangu ruang pada kelas XTB2 SMK Negeri 1 Karangawen semester genap tahun pelajaran 2019/2020?” Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil-hasil penelitia, maka penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat disimpulkan berikut: (1). Metode team games tournament dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan nilai rata-rata kelas siswa dalam memahami materi konsep sudut pada bangun ruang, (2). Metode team games tournament dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan nilai persentase ketuntasan hasil belajar dalam memahami materi konsep sudut pada bangun ruang, (3). Metode team games tournament dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan nilai aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran untuk memahami materi pelajaran konsep sudut pada bangun ruang, (4). Metode team games tournament untuk memahami materi konsep sudut pada bangun ruang dapat meningkatkan nilai aktivitas guru dalam pembelajaran Matematika.

Kata Kunci: konsep sudut bangun ruang, TGT

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Guru sebagai salah satu unsur pelaku pendidikan berupaya untuk melakukan transformasi ilmu pengetahuan secara terus menerus untuk mencapai tujuan ketuntasan belajar. Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk prestasi belajar siswa melalui berbagai macam metode mengajar dan mendidik sehingga terbentuk generasi bangsa yang mempunyai pengetahuan luas, skill yang tinggi dan kompetensi yang dapat bersaing dalam dunia pendidikan era globalisasi. Hal itu sesuai tujuan dan cita-cita bagi guru ketika melakukan pengajaran klasikal maupun individual. Kegiatan pembelajaran atau pengajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan model untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan model ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari rencana pembelajaran.

Dampak nyata yang dihadapi sekolah, misalnya dalam pembelajaran Matematika dan berdasarkan pengalaman mengajar sebagai guru Matematika, proses pembelajaran di SMK Negeri 1 Karangawen belum maksimal, hal ini tercermin dari rendahnya prestasi belajar yang desebabkan oleh beberapa hal diantaranya: (1). Siswa terlalu menganggap remeh pembelajaran Matematika (2). Siswa kurang memahami konsep yang terkandung dalam materi secara menyeluruh sehingga pemahaman setengah-setengah. (3). Siswa kurang belajar dan latihan mengerjakan soal-soal matematika baik disekolah maupun dirumah, (4). Siswa kurang aktif dan kreatif dalam pembelajaran dan cenderung pasif (5). Motivasi, minat dan kemampuan siswa sebagian rendah sehingga menyebabkan kesulitan dalam menyerap materi pelajaran.

Sebagai bukti otentik, berdasarkan hasil studi awal/pra siklus dalam mata pelajaran Matematika untuk memahami materi konsep sudut pada bangun ruang terdapat hasil yang berbeda-beda. Dari 37 siswa kelas XTB2 SMK Negeri 1 Karangawen dalam memahami materi belum mampu mencapai KKM yang dipersyaratkan oleh sekolah yaitu ≥ 75. Hasil rendahnya prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil ulangan harian studi awal yang mengerjakan soal-soal tentang materi konsep sudut pada bangun ruang, nilai prestasi belajar siswa yang dari nilai rata rata kelas dan nilai presentase ketuntasan hasil belajar siswa masih dibawah nilai indikator yang ditetapkan yaitu ≤ 75. Nilai rata-rata kelas studi awal hanya 68,24, jika nilai tersebut dikonsultasikan dengan nilai indikator yang ditetapkan, maka nilai rata-rata kelas masih kurang (75-68,24) = 6,76. Sedangkan untuk nilai persentase ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 18,92%, jika nilai tersebut dikonsultasikan dengan indikator yang ditetapkan, maka nilai tersebut masih kurang(75%-18,92%) = 56,08%. Sementara itu aktivitas belajar siswa masih belum muncul atau belum sesuai dengan indikator kegiatan pembelajaran karena guru hanya menerapkan metode ceramah dan tugas. Kemudian aktivitas guru belum dilakukan pengamatan karena kegiatan guru cenderung pasif dan monoton.

Bertumpu pada permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan memilih judul: Peningkatan kemampuan memahami materi konsep sudut pada bangun ruang melalui metode pembelajaran team games tournament (TGT) siswa kelas XTB2 SMK Negeri 1 Karangawen semester genap tahun pelajaran 2019/2020. Agar masalah penelitian tindakan kelas ini dapat diukur dan dapat dinilai baik proses maupun hasilnya, maka aspek yang dioservasi dalam penelitian tindakan kelas ini difokuskan pada empat aspek dan indikator, yakni: 1) aspek nilai rata-rata kelas,2) nilai presentase ketuntasan hasil belajar siswa, 3) aspek aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan 4) aspek aktivitas guru dalam pembelajaran.

 

 

Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah dalam penelitian yang diobservasi dalam penelitian, maka masalah PTK ini dapat dirumuskan berikut: “Apakah metode team games tournament dapat meningkatkan pemahaman materi konsep sudut pada bangu ruang pada kelas XTB2 SMK Negeri 1 Karangawen semester genap tahun pelajaran 2019/2020?”

Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan rumusan diatas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini dapat dinyatakan sebagai berikut:“Ingin meningkatkan kemampuan memahami materi konsep sudut pada bangun ruang melalui metode team games tournament pada kelas XTB2 SMK Negeri 1 Karangawen semester genap tahun pelajaran 2019/2020?”

Manfaat Penelitian

Bagi Guru Matematika (a).Dapat meningkatkan kualitas dan inovasi pembelajaran Matematika melalui team games tounamen. (b).Dapat meningkatkan aktivitas belajar mengajarnya dalam pembelajaran klasikal. (c). Dapat mengembangkan katrampilan dalam menerapkan model pembelajaran team games tounamen yang mampu menstimulus siswa meningkatkan kreativitas berpikir dan meningkatkan aktivitas belajarnya.                      

Bagi Siswa (a). Dapat meningkatkan prestasi belajar, dan meningkatkan presentase ketuntasan hasil belajarnya dalam memahami materi konsep sudut pada bangun ruang. (b). Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Matematika. (c). Dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar lebih aktif dan kreatif dalam memahami materi pelajaran yang dikembangkan dalam dalam kurikulum Matematika.

KAJIAN PUSTAKA

Metode Pembelajaran Team Games Tournamen (TGT)

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau metode pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcemen.Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggungjawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Ada 5 komponen utama dalam TGT yaitu: Penyajian Kelas, Kelompok (team), Game, Turnamen dan Time recognize (penghargaan kelompok)

Tempat, Subjek dan Prosedur Penelitian

  Tempat penelitian ini di SMK Negeri 1 Karangawen semester genap tahun pelajaran 2019/2020, dan subjeknya ialah seluruh siswa kelas XTB2 yang berjumlah 37 orang.

PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi

 

 

Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan indikator penetapan keberhasilan atau penetapan ketuntasan pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Adapun indikator kinerja dalam penelitian ini dapat dijelaskan berikut: (1). Semakin peningkatnya nilai rata-rata kelas, minimal mencapai nilai 75 (KKM Matematika) kategori baik. (2). Semakin meningkatnya nilai presentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa, minimal mencapai nilai 75% (KKM Matematika) kategori baik. (3). Semakin meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran, minimal mencapai nilai 3,5 kategori baik. (4). Semakin meningkatnya aktivitas guru dalam pembelajaran, minimal mencapai nilai 3,5 kategori baik.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus 1

Siklus 1 dilaksanakan pebruari 2020.untuk alokasi waktu yang disediakan adalah 2 jam pelajaran (2 x 45 menit = 90 menit). Tahap-tahap penelitian pada siklus I ini adalah sebagai berikut:

Perencanaan (Planning)

(1).Analisis kurikulum, termasuk diantaranya adalah analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. (2). Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses mengajar. (3). Menentukan materi yang akan diterapkan sebagai implementasi tindakan dalam kelas, yaitu: konsep sudut pada bangun ruang, (4). Mengembangkan RPP, (5). Menyusun dan mengembangkan soal-soal ulangan harian, lembar observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam pembelajaran. (6). Menyiapkan sumber belajar relevan, yaitu buku paket Matematika, LKS Matematika yang relevan (berlaku sesuai dengan kurikulum). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dikembangkan pada siklus 1 sebagai implementasi tindakan perbaqikan pembelajaran.

Tindakan (Acting)

Pelaksanaan kegiatan tindakan mengacu pada RPP

Pengamatan (Observating)

Aspek yang diobservasi dalam penelitian ini ada empat aspek yaitu: 1) nilai rata-rata kelas, 2) persentase ketuntasan hasil belajar, 3) aktivitas siswa dalam pembelajaran, 4) aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran. Pengamatan hasil tindakan baik proses maupun hasil mengacu pada indikator kinerja yang telah ditetapkan. Untuk mempermudah kerja analisis, maka hasil observasi aspek pertama dan aspek kedua dijadikan satu pembahasan.

Secara rinci hasil observasi tindakan siklus I dapat dijelaskan berikut: (1). Nilai Rata-rata Kelas: Untuk mempermudah kerja analisis, maka terlebih dahulu dibuatkan pedoman analisis nilai rata-rata kelas. (2). Persetase Ketuntasan Hasil Belajar: Indikator kinerja untuk nilai rata-rata kelas minimal = 75 kategori baik, dan indikator kinerja untuk persentase ketuntasan hasil belajar minimal = 75% kategori baik.

Hasil analisis nilai rata-rata kelas dan nilai persentase ketuntasan hasil belajar pada siklus I sebagai berikut: (a).Nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa = 70,41 kategori cukup. Jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja rata-rata kelas minimal = 75, maka nilai tersebut kurang = 4,95 nilai. (b). Nilai persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai = 13 siswa (39,86%) kategori sangat kurang. Jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja nilai persentase ketuntasan hasil belajar minimal = 75%, maka nilai tersebut kurang = 39,86%.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran

Aspek aktivitas siswa dalam pembelajaran yang diobservasi adalah frekuensi kemauan mengerjakan soal pembahasan didepan kelas, frekuensi kemauan mengajukan pertanyaan kepada guru atas inisiatif sendiri, frekuensi kemauan menjawab pertanyaan dari guru atas nisiatif sendiri.

Pedoman analisis untuk aspek aktivitas siswa dalam pembelajaran jika nilai frekuensi maksimal = 5, dan frekuensi minimal = 1, maka rangenya = 5 – 1 = 4. Jika besar interval kelas ditetapkan = 5 maka dengan menggunakan range jumlah kelasnya = 4/5 = 0.8. Setelah ditetapkan besar interval kelas, dan diketahui jumlah kelasnya selanjutnya dapat dibuatkan pedoman analisis aktivitas siswa dalam pembelajaran baik frekuensi kemauan mengerjakan soal pembahasan di depan kelas, frekuensi kemauan mengajukan pertanyaan kepada guru atas inisiatif sendiri, frekuensi kemauan menjawab pertanyaan dari guru atas inisiatif sendiri.

Dapat dianalisis berikut: (a).Frekuensi kemauan mengerjakan soal pembahasan didepan kelas = 3 siswa kategori cukup. Jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja minimal = 3.5, maka nilai tersebut kurang 0.5 nilai. (b).frekuensi kemauan mengerjakan pertanyaan kepada guru atas inisiatif sendiri = 2 siswa kategori rendah. Jika dikonsultasikan dengan indicator kinerja minimal = 3.5, maka nilai tersebut kurang 1.5 nilai. (c).frekuensi kemauan menjawab pertanyaan dari guru atas inisiatif sendiri = 2 siswa kategori rendah. Jika dikonsultasikan dengan indicator kinerja minimal = 3.5, maka nilai tersebut kurang 1.5 nilai. (d).Nilai rata-rata poin a), b) dan c) = 2.3 kategori rendah. Jika dikonsultasikan dengan indicator kinerja minimal = 2.5, maka nilai tersebut kurang 1 nilai.

Aktivitas Guru dalam Pembelajaran

Ada 3 aspek yang diobservasi berkaitan dengan aktivitas guru dalam pembelajaran, yaitu:1) kesesuaian RPP dengan pelaksanaan,a) pra pembelajaran, b) Kegiatan inti, dan c) penutup, 2) upaya pemberian motivasi kepada siswa, dan 3) pengelolaan kelas.

Pedoman analisisnya berdasarkan perhitungan sebagai berikut: jika nilai maksimal = 5, dan nilai minimal = 1, maka rangenya = 5 – 1 = 4. Jika besar interval kelas ditetapkan = 5 maka dengan menggunakan range jumlah kelasnya = 4/5 = 0.8.

Indikator kinerja aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran ditetapkan minimal = 3.5 kategori tinggi.

Dapat dianalisis bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran siklus 1 memiliki nilai rata-rata total = 3.07 kategori cukup. Jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja aktivitas guru dalam pembelajaran minimal = 3.5, maka nilai tersebut kurang 0.43 nilai

Refleksi (Reflekting)

1) Nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa = 70,41 kategori cukup. Jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja rata-rata kelas minimal = 75, maka nilai tersebut kurang = 4,95 nilai. Nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa tersebut jika dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa pada studi awal ada peningkatan sebesar 70,41 – 68,24 = 2.17 nilai. Peningkatan nilai rata-rata kelas dari studi awal ke siklus I tersebut merupakan efek dari tindakan metode team games tournament dalam pembelajaran Matematika.

2) Nilai persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai=13 siswa (35,14%) Jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja persentase ketuntasan hasil belajar minimal = 75%, maka nilai tersebut kurang = 39,86%. Nilai persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa tersebut jika dibandingkan dengan nilai persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa pada studi awal ada peningkatan sebesar 35,14%-18,92% = 16,22%. Peningkatan nilai persentase ketuntasan hasil pelajar dari studi awal ke siklus I tersebut merupakan efek dari hasil tindakan metode team games tornament dalam pembelajaran Matematika.

3) Nilai aktivitas siswa dalam pembelajaran nilai rata-rata = 2,3 kategori rendah, nilai tersebut jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja nilai aktivitas siswa dalam pembelajaran minimal = 3.5, maka nilai tersebut masih kurang 1 nilai. Nilai aktivitas belajar yang dicapai siswa tersebut jika dibandingkan dengan nilai aktivitas belajar siswa yang dicapai siswa pada studi awal ada peningkatan sebesar 2,3 – 0 = 2,3 nilai. Peningkatan nilai aktivitas belajar siswa dari studi awal ke siklus I tersebut merupakan efek dari tindakan metode team games tournament dalam Matematika.

4) Nilai aktivitas guru dalam pembelajaran = 3.07 kategori cukup, nilai tersebut jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja aktivitas guru dalam pembelajaran minimal = 3.5, maka nilai tersebut masih kurang 0.43 nilai. Nilai aktivitas guru dalam pembelajaran ini tidak dapat dibandingkan dengan nilai aktivitas guru dalam pembelajaran studi awal aktivitas guru dalam pembelajaran belum dioservasi.

Berdasarkan hasil analisis diatas dapat dilihat dampak kebaikan tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus I sebagai berikut: (1). Pelaksanakan RPP sebagai besar telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. (2). Dibandingkan dengan data temuan studi awal, aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus I ini sudah mulai meningkat, hal ini berarti dampak diterapkan team games tournament guru cukup efektif dalam meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran.(3).Dengan diterapkannya team games tournament menjadikan usaha mengelola kelas dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru Matematika pada siklus I mempunyai pengaruh yang cukup positif terhadap proses maupun hasil belajar.(4).Semua aspek yang diobservasi menunjukkan gejala peningkatan yang cukup berarti jika dibandingkan dengan hasil atau data temuan studi awal, walaupun secara umum hasilnya belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam penelitian.

Berdasarkan hasil evaluasi yang menunjukkan semua aspek yang dinilai belum mampu mencapai indikator kinerja, maka diperlukan adanya replanning (perencanaan ulang), perbaikan tindakan(tindakan ulang) dan pengamatan ulang agar permasalahan tersebut dapat teratasi.

Perencanaan ulang (replanning), tindakan ulang dan pengamatan ulang sebagaimana dimaksud di atas dapat diikuti penjelasannya pada siklus 2 dibawah ini.

Siklus 2

Siklus 2 dilaksanakan Pebruari 2020 untuk alokasi waktu yang disediakan adalah 2 jam pelajaran (2 x 45 menit = 90 menit). Tahap-tahap penelitian pada siklus 2 ini adalah sebagaimana seperti pada siklus 1, yakni Perencanaan (Planning), Tindakan (Acting)

Pengamatan (Observating)

Aspek yang diobservasi dalam penelitian ini ada empat aspek yaitu: 1) nilai rata-rata kelas, 2) persentase ketuntasan hasil belajar, 3) aktivitas siswa dalam pembelajaran, 4) aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran. Pengamatan hasil tindakan baik proses maupun hasil mengacu pada indikator yang ditetapkan.

Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas kepada 37 siswa kelas XTB2 di SMK Negeri 1 Karangawen dalam menyelesaikan soal-soal materi pelajaran konsep sudut pada bangun ruang dapat diperoleh data berikut: nilai rata-rata kelas dan nilai persentase ketuntasan hasil belajar pada siklus 2 sebagai berikut: (a).Nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa = 71,22 kategori cukup. Jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja rata-rata kelas minimal = 75, maka nilai tersebut kurang = 3,78 nilai. (b).Nilai persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai = 19 siswa (51,35%) kategori sangat kurang. Jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja nilai persentase ketuntasan hasil belajar minimal = 75%, maka nilai tersebut kurang = 23,65%.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran

Aspek aktivitas siswa dalam pembelajaran yang diobservasi adalah frekuensi kemauan mengerjakan soal pembahasan didepan kelas, frekuensi kemauan mengajukan pertanyaan kepada guru atas inisiatif sendiri, frekuensi kemauan menjawab pertanyaan dari guru atas nisiatif sendiri. Pedoman analisis untuk aspek aktivitas siswa dalam pembelajaran sama dengan indicator yang ditetapkan pada siklus 1. Indikator kinerja aktivitas siswa dalam pembelajaran ditetapkan minimal =3,5 kategori tinggi. Aktivitas siswa dalam pembelajaran khususnya frekuensi kemauan mengerjakan soal pembahasan didepan kelas,frekuensi kemauan mengajukan pertanyaan kepada guru atas inisiatif sendiri, frekuensi kemauan menjawab pertanyaan dari guru atas inisiatif sendiri, berdasarkan hasil observasi kolaborator melalui lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran (a).Frekuensi kemauan mengerjakan soal pembahasan didepan kelas = 3 siswa kategori cukup. (b).Frekuensi kemauan mengerjakan pertanyaan kepada guru atas inisiatif sendiri = 3 siswa kategori cukup. (c).Frekuensi kemauan menjawab pertanyaan dari guru atas inisiatif sendiri = 3 siswa kategori cukup. (d).Nilai rata-rata poin a), b) dan c) = 3 siswa kategori cukup..

Aktivitas Guru dalam Pembelajaran

Ada 3 aspek yang diobservasi berkaitan dengan aktivitas guru dalam pembelajaran, yaitu (1) kesesuaian RPP dengan pelaksanaan,a) pra pembelajaran, b) Kegiatan inti, dan c) penutup, (2) upaya pemberian motivasi kepada siswa, dan (3) pengelolaan kelas. Pedoman analisis aktivitas guru dalam pembelajaran sama dengan indikator yang telah ditetapkan pada siklus I. Indikator kinerja aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran ditetapkan minimal = 3.5 kategori tinggi. Berdasarkan tabel dapat dianalisis bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran siklus 2 memiliki nilai rata-rata total = 3.3 kategori cukup. Jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja aktivitas guru dalam pembelajaran minimal = 3.5, maka nilai tersebut kurang 0.2 nilai.

Refleksi (Reflekting)

Berdasarkan hasil observasi dan analisis selanjutnya dapat dievaluasi dampak tindakan siklus 2 sebagai berikut: (a).Nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa = 71,22 kategori cukup. Jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja rata-rata kelas minimal = 75, maka nilai tersebut kurang = 3,78 nilai. Nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa tersebut jika dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa pada siklus 1 ada peningkatan sebesar 71,22 – 70,41 = 0.81 nilai. Peningkatan nilai rata-rata kelas dari studi awal ke siklus 2 tersebut merupakan efek dari tindakan metode team games tournament dalam pembelajaran Matematika. (b).Nilai persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai = 19 siswa (51,35%) Jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja persentase ketuntasan hasil belajar minimal = 75%, maka nilai tersebut kurang = 23,65%. Nilai persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa tersebut jika dibandingkan dengan nilai persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa pada siklus I ada peningkatan sebesar 51,35%-35,14% = 16,21%. Peningkatan nilai persentase ketuntasan hasil pelajar dari studi awal ke siklus I tersebut merupakan efek dari hasil tindakan metode team games tornament dalam pembelajaran Matematika. (c).Nilai aktivitas siswa dalam pembelajaran nilai rata-rata = 3 kategori cukup, nilai tersebut jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja nilai aktivitas siswa dalam pembelajaran minimal = 3.5, maka nilai tersebut masih kurang 0.5 nilai. Nilai aktivitas belajar yang dicapai siswa tersebut jika dibandingkan dengan nilai aktivitas belajar siswa yang dicapai siswa pada siklus I ada peningkatan sebesar 3-2,3 = 0,07 nilai. Peningkatan nilai aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus 2 tersebut merupakan efek dari tindakan metode team games tournament dalam Matematika. (d).Nilai aktivitas guru dalam pembelajaran = 3.3 kategori cukup, nilai tersebut jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja aktivitas guru dalam pembelajaran minimal = 3.5, maka nilai tersebut masih kurang 0.2 nilai. Nilai aktivitas guru dalam pembelajaran ini tidak dapat dibandingkan dengan nilai aktivitas guru dalam pembelajaran studi awal aktivitas guru dalam pembelajaran belum dioservasi.

Berdasarkan hasil analisis diatas dapat dilihat dampak kebaikan tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus I sebagai berikut: (1).Pelaksanakan RPP sebagai besar telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. (2).Dibandingkan dengan data temuan studi awal siklus I, aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus 2 ini sudah mulai meningkat, hal ini berarti dampak diterapkan team games tournament guru cukup efektif dalam meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. (3).Dengan diterapkannya team games tournament menjadikan usaha mengelola kelas dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru Matematika pada siklus 2 mempunyai pengaruh yang cukup positif terhadap proses maupun hasil belajar. (4).Semua aspek yang diobservasi menunjukkan gejala peningkatan yang cukup berarti jika dibandingkan dengan hasil atau data temuan studi awal, walaupun secara umum hasilnya belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam penelitian.

Sementara itu kelemahan yang muncul pada siklus 2 dapat dijelaskan berikut: (1).Masih terdapatnya siswa yang memiliki minat rendah dalam pembelajaran dengan indikasi masih terdapat rendahnya minat siswa dalam pembelajaran berlangsung. (2).Metode team games tournament yang diterapkan guru Matematika dalam pembelajaran siklus 2 belum semuanya dapat dilakukan sesuai rencana. (3).Sebelum siswa belum memiliki pengetahuan awal yang memadai dalam pembelajaran, dikarenakan belum mempersiapkan diri dalam belajar dirumah. (4).Masih terdapatnya siswa yang enggan atau malu pada antusias dan menjawab pertanyaan guru, walaupun sebenarnya mereka mempunyai keinginan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan guru.

Berdasarkan hasil evaluasi yang menunjukkan semua aspek yang dinilai belum mampu mencapai indikator kinerja, maka diperlukan adanya replanning (perencanaan uang), perbaikan tindakan (tindakan ulang) dan pengamatan ulang agar permasalahan tersebut dapat teratasi. Perencanaan ulang (replanning), tindakan ulang dan pengamatan ulang sebagaimana dimaksud di atas dapat diikuti penjelasannya pada siklus 3 dibawah ini.

Siklus 3

Siklus 3 dilaksanakan pebruari 2020.untuk alokasi waktu yang disediakan adalah 3 jam pelajaran (3 x 45 menit = 135 menit). Sebagaimana siklus 1 dan 2, maka tahap – tahap penelitian pada siklus 3 ini adalah sebagai berikut: Perencanaan (Planning); Peneliti dan kolaborator mendiskusikan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus 3, menyusun dan memperbaiki RPP secara rinci yang akan diterapkan dalam tindakan. Tindakan (Acting) ; Pelaksanaan kegiatan tindakan mengacu pada RPP

Pengamatan (Observating)

Sebagaimana siklus 1 dan siklus 2, aspek yang diobservasi dalam siklus 3 ini ada empat aspe, yaitu: 1) Nilai rata-rata kelas, 2) persentase ketuntasan hasil belajar, 3) aktivitas siswa dalam pembelajaran, 4) aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran. Pengamatan hasil tindakan baik proses maupun hasil mengacu pada indikator kinerja yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil analisis hasil tindakan metode team games tournament pada siklus 3 berikut: (a). Nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa = 82,30 kategori baik. Jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja rata-rata kelas minimal = 75, maka nilai tersebut kurang = 7,30 nilai. (b). Nilai persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai = 37 siswa (100%) kategori amat baik. Jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja nilai persentase ketuntasan hasil belajar minimal = 75%, maka nilai tersebut kurang =25%.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran

Aspek aktivitas siswa dalam pembelajaran yang diobservasi dan indikator kinerja aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus 3 adalah sama dengan yang dilakukan pada siklus 1 dan siklus 2. Berdasarkan hasil analisis berikut: (1).Frekuensi kemauan mengerjakan soal pembahasan didepan kelas = 5 siswa kategori amat tinggi. Nilai tersebut jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja minimal = 3.5, maka nilai tersebut lebih tinggi 1.5 nilai. (2).Frekuensi kemauan mengerjakan pertanyaan kepada guru atas inisiatif sendiri = 4 siswa kategori tinggi. Nilai tersebut jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja minimal = 3.5, maka nilai tersebut lebih tinggi 0.5 nilai. (3).Frekuensi kemauan menjawab pertanyaan dari guru atas inisiatif sendiri = 4 siswa kategori tinggi. Nilai tersebut jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja minimal = 3.5, maka nilai tersebut lebih tinggi 0.5 nilai. (4).Nilai rata-rata poin a), b) dan c) = 4 siswa kategori tinggi. Nilai ini jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja minimal = 3.5, maka nilai tersebut lebih tinggi 0.5 nilai.

Aktivitas Guru dalam Pembelajaran

Aspek aktivitas guru dalam pembelajaran dan indikator kinerja aktivitas guru dalam pembelajaran siklus 3 sama dengan pada siklus 1 dan siklus 2.

Berdasarkan analisis bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran siklus 3 memiliki nilai rata-rata total = 4.3 kategori tinggi. Jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja aktivitas guru dalam pembelajaran minimal = 3.5, maka nilai tersebut lebih tinggi 0.8 nilai

 

Refleksi (Reflekting)

Berdasarkan hasil observasi dan analisis selanjutnya dapat dievaluasi dampak tindakan siklus 3 sebagai berikut: (1).Nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa pada siklus 2 = 82,30 kategori baik. Jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja rata-rata kelas minimal = 75, maka nilai tersebut lebih besar atau ada peningkatan 7,30 nilai. jika dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas pada studi awal, maka nilai tersebut ada peningkatan sebesar 82,30 – 68,24 = 14,06 nilai. Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas yang dicapai siklus 1nilai tersebut ada peningkatan sebesar = 82.30 – 70,41 = 11,89 nilai. Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa pada siklus 2 nilai tersebut ada peningkatan sebesar = 82,30 – 71,22 = 11,08 nilai. Hal ini berarti peningkatan nilai rata-rata kelas dari studi awal ke siklus 2 selanjutnya ke siklus 3 tersebut merupakan efek dari tindakan metode team games tournament dalam pembelajaran Matematika. (2).Persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai = 37 siswa (100%) Jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja persentase ketuntasan hasil belajar minimal = 75%, maka nilai tersebut lebih besar atau meningkat 25% jika dibandingkan dengan nilai persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa pada studi awal, maka nilai tersebut ada peningkatan sebesar = 100%-18,92% = 81,08%. Jika dibandingkan dengan nilai persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa pada siklus 1, nilai tersebut ada peningkatan sebesar = 100%-35,14% = 64,86%. Jika dibandingkan dengan nilai persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa siklus 1, nilai tersebut ada peningkatan sebesar 100%-51,35% = 48,65%. Hal ini berarti peningkatan nilai persentase ketuntasan hasil belajar dari studi awal ke siklus I ke siklus 2 selanjutnya ke siklus 3 tersebut merupakan efek dari hasil tindakan metode team games tornament dalam pembelajaran Matematika. (3).Nilai aktivitas siswa dalam pembelajaran = 4 kategori tinggi, jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja nilai aktivitas siswa dalam pembelajaran minimal = 3.5, maka nilai tersebut lebih besar atau meningkat 1 nilai. Nilai aktivitas belajar yang dicapai siswa tersebut jika dibandingkan dengan nilai aktivitas belajar siswa yang dicapai pada studi awal ada peningkatan sebesar 4-0 = 4 nilai. Jika dibandingkan dengan nilai aktivitas belajar yang dicapai siswa pada siklus I, maka nilai tersebut ada peningkatan sebesar = 4 – 2,3 = 1,7 nilai.jika dibandingkan dengan nilai aktivitas belajar siswa pada siklus 2, maka nilai tersebut ada peningkatan sebesar = 4 – 3 = 1 nilai. Hal ini berarti peningkatan nilai aktivitas belajar siswa dari studi awal ke siklis 1, ke siklus 2 selanjutnya siklus 3 tersebut merupakan efek dari tindakan metode team games tournament dalam pembelajaran Matematika. (4).Nilai aktivitas guru dalam pembelajaran = 4.3 kategori tinggi. Jika dikonsultasikan dengan indikator kinerja aktivitas guru dalam pembelajaran minimal = 3.5, maka nilai tersebut lebih besar atau meningkat 0.8 nilai. Jika dibandingkan nilai aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus 1 maka nilai tersebut ada peningkatan sebesar = 4.3 – 3.07 = 0.93 nilai. Jika dibandingkan nilai aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus 2, maka nilai tersebut ada peningkatan sebesar = 4.3 – 3.3 = 1 nilai. Hal ini berarti peningkatan nilai aktivitas guru dalam pembelajaran dari siklus 1 ke siklus 2 dan ke siklus 3 tersebut merupakan efek dari tindakan metode team games tournament dalam pembelajaran Matematika.

Berdasarkan hasil analisis diatas dapat dilihat dampak nilai tambah atau kebaikan tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus 3 sebagai berikut: (1). RPP pada siklus 3 ini dapat dilaksanakan sesuia dengan rencana sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan lancar, tertib dan kondusif, disamping itu guru mampu mengelola kelas dengan baik. (2).Perbaikan metode team games tournament diterapkan pada siklus 3 ini telah mampu mendorong minat dan motivasi belajar siswa, sehingga siswa berfokus pada penjelasan materi pelajaran. (3).Dibandingkan dengan data temuan studi awal, siklus 1 dan siklus 2 maka nilai rata-rata kelas hasil ulangan harian dan persentase ketuntasan hasil belajar pada siklus 3 meningkat secara positif dan berarti.(4).Dibandingkan dengan data temuan studi awal, siklus 1 dan siklus 2 maka nilai aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus 3 meningkat secara positif dan berarti.(5).Dibandingkan dengan siklus 1 dan siklus 2 maka nilai aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus 3 meningkat secara positif dan berarti.(6).Pada siklus 3 ini telah terjadi pembelajaran model pakem baik dari sisi guru dan siswa, sehingga kualitas pembelajaran baik dari segi proses maupun hasil jauh lebih baik dan lebih meningkat dibandingkan dengan studi awal, siklus 1 dan siklus 2. (7). Pada siklus 3 ini kelemahan – kelemahan yang muncul dapat diatasi dengan baik sehingga pelaksanaan tindakan sesuai dengan RPP.

Pembahasan

Pembahasan untuk seluruh hasil penelitian dapat dilihat pada tabel perbandingan hasil penelitian berikut.

Tabel 4.14 Perbandingan Hasil Tindakan Penelitian

Aspek Pra siklus Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Nilai rata-rata kelas 68,24 70,41 71,22 82,50
Nilai persentase ketuntasan hasil belajar 18,92% 35,14% 51,35 100%
Nilai rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran 0 2,3 3 4
Nilai rata-rata aktivitas guru dalam pembelajaran Belum dinilai 3.07 3,3 4,51

 

Bertumpu pada hasil analisis dan evaluasi serta refleksi di atas, maka dapat dibahas hasilnya dari studi awal, siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 secara keseluruhan sebagai berikut: (1).Hasil studi awal diperoleh data nilai rata-rata kelas 68,24 kategori cukup < 75 (KKM), dengan persentase ketuntasan hasil belajar = 18,92% kategori sangat rendah < 75%, sementara itu belum ada aktivitas dalam pembelajaran yang sesuai dengan indikator pembelajaran. (2).Nilai rata-rata kelas yang dicapai pada siklus 1 = 70,41 kategori cukup < 75. Persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa = 13 siswa (35,14%)<75%. Jika dikonsultasikan dengan indicator kinerja persetase ketuntasan hasil belajar minimal = 75% maka nilai tersebut kurang = 35%. Nilai persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa tersebutjika dibandingkan dengan nilai persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa pada studi awal ada peningkatan sebesar 35,14% – 18,92% = 16,22%. Peningkatan nilai persentase ketuntasan hasil belajar dari studi awal ke siklus 1 tersebut merupakan efek dari tindakan metode team games tournament dalam pembelajaran Matematika. Nilai aktivitas siswa dalam pembelajaran nilai rata-rata = 2,3 kategori rendah < 3,5. Nilai aktivitas belajar yang dicapai siswa tersebut jika dibandingkan dengan nilai aktivitas belajar siswa yang dicapai siswa pada studi awal ke siklus 1 tersebut merupakan efek dari tinakan metode team games tournament dalam pembelajaran Matematika. Nilai aktivitas guru dalam pembelajaran = 3.07 kategori cukup < 3,5. Nilai aktivitas guru dalam pembelajaran ini tidak dapat dibandingkan dengan nilai aktivitas guru dalam pembelajaran studi awal, karena pada pembelajaran studi awal nilai aktivitas guru dalam pembelajaran belum diobservasi. (3).Nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa = 71,22 kategori baik > 75. Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas pada studi awal, maka nilai tersebut ada peningkatan sebesar 71,22 – 68,24 = 2,98 nilai. Jika dibandingkan nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa pada siklus 1, nilai tersebut ada peningkatan sebesar 71,22 – 70,41= 0,81 nilai. Hal ini berarti peningkatan nilai rata-rata kelas dari studi awal ke siklus 1 selanjutnya ke siklus 2 tersebut merupakan efek dari tindakan metode team games tournament dalam pembelajaran Matematika. Persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa pada siklus 2 =19 siswa (51,35%) < 75%. Jika dibandingkan dengan nilai persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa pada siklus 1, nilai tersebut ada peningkatan sebesar 51,35%-35,14% = 16,21%. Hal ini berarti peningkatan nilai persentase ketuntasan hasil belajar dari studi awal ke siklus 1 selanjutnya ke siklus 2 tersebut merupakan efek dari hasil tindakan metode team games tornament dalam pembelajaran Matematika. Nilai aktivitas siswa dalam pembelajaran nilai rata-ratanya = 3 kategori tinggi < 3,5, nilai aktivitas belajar yang dicapai siswa pada studi awal ada peningkatan sebesar 3 – 0 = 3 nilai. Jika dibandingkan dengan nilai aktivitas belajar yang dicapai siswa pada siklus1, maka nilai tersebut ada peningkatan 3-2,3 = 0,07 nilai. Hal ini berarti peningkatan nilai aktivitas belajar siswa dari studi awal ke siklus I selanjutnya ke siklus 2 tersebut merupakan efek dari tindakan metode team games tournament dalam Matematika (4).Nilai rata-rata kelasyang dicapai siswa pada siklus 3 = 82,50 kategori baik > 75 Jika didibandingkan dengan rata-rata kelas pada studi awal, maka nilai tersebut ada peningkatan sebesar 82,50 – 68,24 = 14,06 nilai. Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa pada siklus 1, nilai tersebut ada peningkatan sebesar = 82.50 – 70,41 = 11,89 nilai. Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa pada siklus 2 nilai tersebut ada peningkatan sebesar = 82,50 – 71,22 = 2,98 nilai. Hal ini berarti peningkatan nilai rata-rata kelas dari studi awal ke siklus 1 ke siklus 2 selanjutnya ke siklus 3 tersebut merupakan efek dari tindakan metode team games tournament dalam pembelajaran Matematika. Persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa pada siklus 2 = 37 siswa (100%) > 75%. Jika di bandingkan dengan nilai persentase ketuntasan hasil belajar pada studi awal, maka nilai tersebut ada peningkatan sebesar = 100%-18,92% = 81,08%. Jika dibandingkan dengan nilai persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa pada siklus 1, nilai tersebut ada peningkatan sebesar = 100%-35,14% = 51%. Jika dibandingkan dengan nilai persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa siklus 1, nilai tersebut ada peningkatan sebesar 100%-51,35% = 48,65%. Hal ini berarti peningkatan nilai persentase ketuntasan hasil belajar dari studi awal ke siklus I ke siklus 2 selanjutnya ke siklus 3 tersebut merupakan efek dari hasil tindakan metode team games tornament dalam pembelajaran Matematika. Nilai aktivitas siswa dalam pembelajaran nilai rata-ratanya = 4 kategori tinggi > 3,5, Nilai aktivitas belajar yang dicapai siswa tersebut jika dibandingkan dengan nilai aktivitas belajar siswa yang dicapai pada studi awal ada peningkatan sebesar 4-0 = 4 nilai. Jika dibandingkan dengan nilai aktivitas belajar yang dicapai siswa pada siklus I, maka nilai tersebut ada peningkatan sebesar = 4 – 2,3 = 1,7 nilai.Jika dibandingkan dengan nilai aktivitas belajar yang dicapai siswa pada siklus 2, maka nilai tersebut ada peningkatan sebesar = 4 – 3 = 1 nilai. Hal ini berarti peningkatan nilai aktivitas belajar siswa dari studi awal ke siklis 1, ke siklus 2 selanjutnya ke siklus 3 tersebut merupakan efek dari tindakan metode team games tournament dalam Matematika.Nilai aktivitas guru dalam pembelajaran = 4.3 kategori tinggi > 3,5. Jika dibandingkan nilai aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus 1, maka nilai tersebut ada peningkatan sebesar = 4.3 – 3.07 = 0.93 nilai. Jika dibandingkan nilai aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus 2, maka nilai tersebut ada peningkatan sebesar = 4.3 – 3.3 = 1 nilai. Hal ini berarti peningkatan nilai aktivitas guru dalam pembelajaran dari siklus 1 ke siklus 2 dan ke siklus 3 tersebut merupakan efek dari tindakan metode team games tournament dalam pembelajaran Matematika.

Simpulan

Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil-hasil penelitia, maka penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat disimpulkan berikut: (1). Metode team games tournament dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan nilai rata-rata kelas siswa dalam memahami materi konsep sudut pada bangun ruang, dengan bukti empiris sebagai berikut: nilai rata-ratakelas yang dicapai siswa pada studi awal = 68,24(cukup), maka siklus 1 meningkat menjadi = 70,41 (cukup), pada siklus 2 meningkat lagi menjadi = 71,22 (cukup) dan pada siklus 3 meningkat lagi menjadi = 82,30 (tinggi), (2). Metode team games tournament dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan nilai persentase ketuntasan hasil belajar dalam memahami materi konsep sudut pada bangun ruang, dengan bukti empiris sebagai berikut: nilai persentase ketuntasan hasil belajar pada studi awal = 18,92% (amat kurang), maka siklus 1 meningkat menjadi = 35,14% (kurang), pada siklus 2 meningkat lagi menjadi =51,35% (kurang) dan pada siklus 3 meningkat lagi menjadi = 100% (amat baik). (3). Metode team games tournament dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan nilai aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran untuk memahami materi pelajaran konsep sudut pada bangun ruang, dengan bukti empiris sebagai berikut: nilai aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran pada studi awal = 0 nilai (sangat rendah), pada siklus 1 meningkat menjadi = 2,3 nilai (rendah), pada siklus 2 meningkat lagi menjadi = 3 nilai (cukup) dan pada siklus 3 meningkat lagi menjadi = 4 nilai (amat tinggi) (4). Metode team games tournament untuk memahami materi konsep sudut pada bangun ruang dapat meningkatkan nilai aktivitas guru dalam pembelajaran Matematika, dengan bukti empiris sebagai berikut: nilai aktivitas guru dalam pembelajaran pada studi awal belum di nilai, nilai aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus 1 = 3,07 nilai (cukup), pada siklus 2 = 3,3 nilai (cukup) dan pada siklus 3 meningkat lagi menjadi = 4,3 nilai (amat tinggi).

Saran

Saran-saran sebagai rekomendasi umum yang perlu disampaikan adalah saran-saran berikut: (1). Agar nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa dalam memahami materi konsep sudut pada bangun ruang meningkat, hendaknya guru Matematika dalam pembelajaran menerapkan team games tournament dengan baik. (2). Agar nilai ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa dalam memahami materi konsep sudut pada bangun ruang meningkat, hendaknya guru mata pelajaran Matematika dalam pembelajaran menerapkan team games tournament dengan baik. (3). Agar aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat, hendaknya guru Matematika dalam pembelajaran menerapkan team games tournament dengan baik. (4). Agar aktivitas guru Matematika dalam pembelajaran meningkat, hendaknya dalam pembelajaran menerapkan team games tournament dengan baik. (5). Bagi guru atau peneliti lain yang memilih masalah sejenis terutama treatment team games tournament dalam pembelajaran untuk penelitian tindakan kelas, hendaknya dalam menerapkan team games tournament memperbanyak deskripsi catatan agar siswa lebih aktif dalam mengajukan argumentasi dalam pemecahan masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Herdian.2011.Model Pembelajaran Inovatif,Jakarta:Wahana Prima.

Krismanto, Al. dan Danuri,M.2008.Pembelajaran Sudut dan Jarak dalam Ruang Dimensi Tiga,

Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Mulyasa, E. 2001. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara

Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D, Bandung: Alfabeta

Suharjono. 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

Syah, Muhibbin.2006. Psikologi Belajar, Jakarta: Wacana Ilmu

Zamroni. 2007. Manajemen Pendidikan Suatu Usaha Meningkatkan Mutu Sekolah, Yogyakarta: Ombak