Peningkatan Kemampuan Memahami Melalui Active Learning Teknik Test Questions
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI CERITA FIKSI MELALUI ACTIVE LEARNING TEKNIK TEST QUESTIONS
BAGI SISWA KELAS VI SD NEGERI BOGOREJO KECAMATAN SEDAN KABUPATEN REMBANG DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JAWA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Bahrudin
Guru Bahasa Jawa Kelas VI SD Negeri Bogorejo
ABSTRAK
Kemampuan siswa Kelas VI SD Negeri Bogorejo dalam memahami isi cerita fiksi sangat rendah. Hasil tersebut disebabkan proses pembelajaran yang tidak ideal. Permasalahan tersebut diatasi melalui active learning teknik tes questions. Penelitian dilaksanakan 2 siklus bersama siswa Kelas VI SD Negeri Bogorejo berjumlah 21 anak. Pengumpulan data dengan teknik tes, observasi dan dokumentasi. Analisis data dengan teknik deskripsi kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan proses pembelajaran mencerminkan indikator: interaktif, inspiratif, memotivasi, menantang dan menyenangkan. Proses pembelajaran mengalami perubahan kurang signifikan dengan indikator perubahan sebesar 27%. Kemampuan siswa mengalami peningkatan cukup signifikan karena memoperoleh peningkatan sebesar 44%. Kesimpulan akhir membuktikan bahwa active learning teknik test questions dapat mengubah proses pembelajaran menjadi lebih berkualitas dan dapat meningkatkan kemampuan memahami isi cerita fiksi bagi siswa Kelas VI SD Negeri Bogorejo Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019.
Kata Kunci: Memahami Isi Cerita Fiksi, Active Learning, Teknik Test Questions, Proses Pembelajaran.
PENDAHULUAN
Pengalaman dalam pembelajaran Bahasa Jawa pada materi kemampuan memahami isi cerita fiksi menunjukkan kompetensi siswa Kelas VI SD Negeri Bogorejo sangat rendah. Mayoritas siswa belum mampu mencapai nilai akhir setara dengan KKM. Berdasarkan hasil penilaian akhir, siswa yang memperoleh nilai 70 atau lebih hanya ada 7 siswa atau sebesar 33% dari 21 siswa. Selebihnya memperoleh nilai kurang dari 70. Dengan demikian, penulis sebagai guru gagal memenuhi target ketuntasan belajar klasikal, sehingga dikategorikan kurang ideal dalam proses pembelajaran.
Kegagalan memenuhi target ketuntasan belajar klasikal disebabkan oleh kesalahan yang bersifat manusiawi (human error) dalam proses pembelajaran. Penulis melaksanakan proses pembelajaran secara monoton dan berpusat pada aktifitas guru (teacher oriented). Siswa hanya diberi penjelasan, kemudian mengerjakan tugas hingga selesai. Tidak ada kesempatan berkomunikasi bagi siswa, baik dengan guru maupun dengan siswa lainnya. Suasana proses pembelajaran sangat menjenuhkan bagi siswa. Perlu ada tindakan untuk mengubah proses pembelajaran menjadi lebih representatif bagi siswa.
Pembelajaran melalui active learning teknik test quistions menjadi alternatif untuk meningkatkan kemampuan memahami isi cerita fiksi bagi siswa Kelas VI SD Negeri Bogorejo. Proses pembelajaran dilaksanakan melalui kegiatan siswa aktif membuat pertanyaan tentang cerita fiksi, kemudian ditukar antarsiswa dan dijawab bersama. Jawaban dari siswa dapat dijadikan acuan untuk meringkas isi cerita fiksi. Penulis berharap melalui active learning teknik test quistions mengubah paradigma pembelajaran berorientasi pada aktifitas siswa (student oriented), sehingga dapat meningkatkan kemampuan memahami isi cerita fiksi.
Perbaikan pembelajaran kemampuan memahami isi cerita fiksi perlu dilakukan karena merupakan salah satu materi esensial dalam pembelajaran Bahasa Jawa. Perbaikan diupayakan melalui pembelajaran active learning teknik test quistions. Penerapan pembelajaran mengikuti pendapat Bonwell dan Eson (dalam Warsono dan Hariyanto, 2014: 5), “Pembelajaran active learning merupakan model pembelajaran yang berfokus pada aktifitas siswa sebagai penanggung jawab belajar. Pembelajaran dapat menciptakan kemandirian siswa dalam proses pembelajaran. Teknik test questions merupakan salah satu wujud dari active learning”. Dalam proses pembelajaran siswa dituntut aktif membuat pertanyaan untuk dijawab oleh siswa yang lain.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas. Tindakan (PTK) dengan menerapkan active learning teknik test quistions dalam pembelajaran Bahasa Jawa. Dengan PTK tersebut diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran dan mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi cerita fiksi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Bogorejo Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang, tepatnya pada Kelas VI. Penelitian ini dilangsungkan pada Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019, dan terbagi menjadi 2 siklus. Pelaksanaan penelitian setiap hari Rabu dan Jumat sesuai jadwal pelajaran.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Bogorejo Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang. Subjek penelitian ini adalah 21 siswa yang terdiri dari 12 laki-laki dan 9 perempuan.
Teknik pengumpulan data dengan tes, pengamatan dan dokumentasi. Alat pengumpulan data adalah tes tertulis, lembar dokumentasi dan dokumen. Sedangkan teknik analisis data dengan teknik deskripsi kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian dirancang dengan pendekatan PTK melalui tahapan meliputi: perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Penelitian berlangsung dalam 2 siklus.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Pada pembelajaran Kondisi Awal, penulis belum mencerminkan kreativitas dan inovatif. Pembelajaran tidak didukung dengan media pembelajaran. Berjalan monoton dan tidak ada variasi. Pembelajaran berlangsung secara konvensional. Rekapitulasi skor pembelajaran sebesar 52%. Sedangkan nilai rata-rata kelas sebesar 61 dengan 7 siswa atau sebesar 33% dari 21 siswa.
Penulis menyadari kegagalan dalam proses pembelajaran berdampak pada kemampuan siswa. Siswa tidak mampu memperoleh nilai setara dengan KKM. Kegagalan tersebut merupakan kesalahan secara pribadi sebagai guru yang bersifat manusiawi (human error). Oleh karena itu, perlu melakukan tindakan untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan untuk meningkatkan kemampuan memahami isi cerita fiksi. Hal ini mutlak harus dilakukan karena materi cerita fiksi merupakan materi esensial dalam pembelajaran Bahasa Jawa.
Deskripsi Siklus I
Pada pembelajaran Siklus I, siswa dibagi menjadi 4 kelompok, terdiri dari 3 kelompok dengan 5 anggota dan 1 kelompok dengan 6 anggota. Siswa dan kelompoknya membuat pertanyaan tentang cerita fiksi, yaitu hanya 1 pertanyaan yang paling sulit dan menjawabnya bersama kelompok. Pembelajaran dilanjutkan dengan membuat 1 pertanyaan secara individual dan menjawabnya bersama kelompok. Pembelajaran dilanjutkan dengan presentasi secara berurutan oleh perwakilan kelompok dan pembahasan. Sedangkan rekapitulasi skor pembelajaran sebesar 79%. Sedangkan nilai rata-rata kelas sebesar 78 dengan 15 siswa atau sebesar 71% dari 21 siswa.
Deskripsi Siklus II
Pada pembelajaran Siklus II, siswa dibagi menjadi 5 kelompok, terdiri dari 4 kelompok dengan 4 anggota dan 1 kelompok dengan 5 anggota. Penulis menyiapkan 2 cerita fiksi. Sebagian kelompok menerima cerita fiksi pertama dan sebagian kelompok menerima cerita fiksi kedua, kemudian membuat pertanyaan hanya 1 pertanyaan yang paling sulit dan menjawabnya bersama kelompok. Pembelajaran dilanjutkan dengan membuat pertanyaan secara individual dan menjawabnya bersama kelompok. Pembelajaran dilanjutkan dengan bertukar cerita fiksi, sehingga masing-masing kelompok menerima cerita fiksi yang berbeda dan membuat pertanyaan tersulita bersama kelompok yang dilanjutkan dengan membuat pertanyaan secara individual. Pembelajaran dilanjutkan dengan presentasi secara berurutan oleh perwakilan kelompok dan pembahasan. Sedangkan rekapitulasi skor pembelajaran sebesar 93%. Sedangkan nilai rata-rata kelas sebesar 90 dengan 21 siswa atau sebesar 100% dari 21 siswa.
Pembahasan
Data pengamatan Kondisi Awal menunjukkan proses pembelajaran kurang berkualitas. Dari keseluruhan kegiatan pembelajaran, skor terendah adalah 2 dan skor tertinggi 3. Apabila dipersentase, skor hasil pengamatan memperoleh sebesar 52%, berarti proses pembelajaran cukup berkualitas. Akan tetapi, indikator pembelajaran yang sesuai Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tidak tercermin dalam keseluruhan kegiatan. Proses pembelajaran berpusat pada aktifitas guru (teacher centered learning). Siswa tidak menjadi subjek pembelajaran, tetapi menjadi objek yang harus mengikuti kehendak guru. Oleh karena itu, guru perlu melakukan sebuah tindakan yang representatif untuk memperbaiki proses pembelajaran yang membuat posisi siswa sebagai subjek pembelajaran.
Data hasil tes tertulis pada Kondisi Awal menunjukan siswa yang memperoleh nilai > 75 atau tuntas belajar sebanyak 7 siswa atau sebesar 33%. Yang memperoleh nilai < 75 atau belum tuntas belajar sebanyak 14 siswa atau sebesar 66%. Memperoleh rarta-rata kelas mencapai 61 dan berada di bawah KKM sebesar 70. Nilai tertinggi mencapai angka 80 yang diperoleh 2 siswa berinisial MAZ dan NIA. Sedangkan nilai terendah mencapai angka 40 yang diperoleh 2 siswa berinisia UAK dan MIS. Berdasarkan catatan khusus, sebagian besar siswa tidak menyelesaikan tugas individu dan tugas tindak lanjut. Ketika mengikuti tes tertulis banyak siswa yang kurang fokus, sehingga hasil akhir memperoleh kategori cukup rendah. Hasil tersebut menunjukkan kemampuan siswa Kelas VI SD Negeri Bogorejo Kecamatan Sedan tergolong sangat rendah karena mayoritas siswa belum mencapai nilai setara KKM.
Hasil pengamatan Siklus I memperoleh data yang menunjukkan pembelajaran berjalan cukup berkualitas. Akan tetapi, ada kegiatan yang belum mencerminkan indikator secara sempurna, sehingga memperoleh skor terendah 2. Ada sebagian kegiatan yang mencerminkan indikator secara sempurna, sehingga memperoleh hasil skor 5 dan merupakan skor tertinggi. Bila dipersentase mencapai 74%, berarti proses pembelajaran cukup berkualitas. Akan tetapi, dari catatan khusus ada sebagian siswa yang berkeliaran ketika menyelesaikan tugas kelompok, bahkan dengan beragam alasan berani meinggalkan kelas. Siswa belum terinspirasi untuk meminta tugas dan masih menunggu tugas dari guru karena komunikasi kurang menyeluruh selama proses pembelajaran. Kondisi tersebut menunjukkan pembelajaran di Kelas VI SD Negeri Bogorejo Kecamatan Sedan perlu adanya tindakan lanjutan agar memperoleh hasil yang maksimal.
Hasil analisis nilai tes tertulis pada Siklus I menunjukkan cukup seimbang antara rata-rata kelas dan persentase ketuntasan belajar. Siswa yang tuntas belajar atau memperoleh hasil akhir > 75 sebanyak 15 siswa atau sebesar 71% dan siswa yang memperoleh hasil akhir < 75 sebanyak 6 siswa atau sebesar 29%. Sedangkan rata-rata kelas mencapai angka 78. Nilai tetinggi mencapai angka 100 yang diperoleh 4 siswa berinisial MAZ, NIA, OR dan UN. Sedangkan nilai terendah mencapai angka 50 yang diperoleh 3 siswa berinisial MCN, NIS dan ZR. Berdasarkaan catatan khusus ada siswa yang belum mampu menyelesaikan tugas individual dan tugas tindak lanjut. Ketika tes tertulis, ada siswa yang tidak fokus dalam menjawab pertanyaan. Maka dari itu, peneliti harus melakukan penelitian lanjutan untuk menganalisis peningkatan kemampuan siswa.
Pengamatan pada Siklus II menunjukkan proses pembelajaran sangat berkualitas. Keseluruhan kegiatan pembelajaran mencerminkan indikator secara sempurna dan memperoleh skor 5 yang merupakan skor tertinggi. Ada kegiatan mencerminkan indikator kurang sempurna, sehingga memperoleh skor 4 dan merupakan skor terendah. Rata-rata skor mencapai angka 4,6 dan persentase skor mencapai 93%. Secara umum, teramati tidak ada siswa yang tidak menyelesaikan tugas. Ada sebagian kecil siswa yang perlu bimbingan khusus dari guru agar tidak mengganggu kelompok lain atau siswa lain. Berarti penulis sebagai guru berhasil melaksanakan pembelajaran yang ideal. Penelitian pun dihentikan pada Siklus II dan tidak ada penelitian lanjutan.
Hasil tes tertulis pada Siklus II menunjukkan kemampuan memahami isi cerita fiksi dari siswa Kelas VI SD Negeri Bogorejo Kecamatan Sedan barada pada kategori sangat tinggi. Hasil analisis tes tertulis menunjukkan rata-rata kelas mencapai 90 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 100%. Semua siswa berjumlah 21 sudah memperoleh nilai akhir sebesar > 75 dan tuntas belajar. Tidak ada siswa yang belum tuntas atau memperoleh nilai akhir sebesar < 75. Nilai tertinggi mencapai angka 100 yang diperoleh 8 siswa berinisial: AI, MMZ, MAZ, NIA, OR, UN, VI dan RA. Nilai terendah mencapai 70 yang diperoleh 5 siswa berinisial: MCN, MAB, NPS, UAK, dan ZR. Oleh karena itu penulis tidak perlu melakukan penelitian lajutan.
Perubahan proses pembelajaran mulai terjadi pada Siklus I dan Siklus II. Dalam instrumen pengamatan, Kondisi Awal skor tertinggi 3 meningkat menjadi 5 pada Siklus I dan Siklus II. Akan tetapi untuk skor terendah terjadi perubahan pada Siklus II, yaitu pada Kondisi Awal dan Siklus I sebesar 2 dan menjadi 4 pada Siklus II. Kekurangan dan masalah dalam pembelajaran diperbaiki antarsiklus. Siswa sacara khusus tercatat melakukan kesalahan pada Kondisi Awal dan Siklus I, baik secara individual maupun kelompok tidak terlihat lagi dalam Siklus II. Ada perbaikan perilaku seketika dalam Siklus I melalui bimbingan. Pada Siklus II tidak ada kesalahan fatal yang tampak dalam pembelajaran.
Peningkatan kemampuan siswa tercermin pada ketuntasan belajar. Dari Kondisi Awal ke Siklus I peningkatan ketuntasan belajar cukup drastis dari 33% menjadi 71%. Rata-rata kelas juga mengalami peningkatan, tetapi tidak terlalu drastis. Perolehan nilai tertinggi dan terendah mangalami peningkatan dari setiap siklus. Pada Siklus I sudah ada siswa yang meraih nilai sempurna atau 100 sebanyak 4 siswa. Pada Siklus II meningkat cukup drastis, yaitu sebanyak 8 siswa yang memperoleh nilai 100. Secara umum, menunjukkan siswa memiliki kompetensi karena meraih nilai setara KKM.
Proses pembelajaran di Kelas VI SD Negeri Bogorejo Kecamatan Sedan mencerminkan indikator interkatif, inspiratif, memotivasi, menyenangkan dan menantang. Hal tersebut terindikasi pada hasil pengamatan yang telah dianalisis dengan persentase. Persentase skor hasil pengamatan pada Kondisi Awal sebesar 52%, Siklus I sebesar 79% dan Siklus II sebesar 93%. Peningkatan dari Kondisi Awal ke Siklus I sebesar 27% dan Siklus I ke Siklus II sebesar 14%. Perhitungan peningkatan = = 14%. Persentase peningkatan x 100 = 27%. Hasil tersebut menunjukkan peningkatan kategori kurang signifikan berada pada kisaran 24% – 49%.
Kemampuan memahami isi ceirta fiksi dari siswa Kelas VI SD Negeri Bogorejo Kecamatan Sedan terlihat pada perolehan rata-rata kelas dan ketuntasan belajar. Rata-rata nilai siswa dari Kondisi Awal ke Siklus I meningkat sebesar 17 dan Siklus I ke Siklus II sebesar 12. Perhitungan peningkatan rata-rata sebesar = = 13. Persentase sebesar = 21%. Hasil ketuntasan belajar dari Kondisi Awal ke Siklus I meningkat sebesar 38% dan Siklus I ke Siklus II sebesar 29%. Perhitungan peningkatan = = 22%. Persentase peningkatan x 100 = 66%. Perhitungan peningkatan kemampuan siswa menjadi = = 44% dan menunjukkan peningkatan kurang signifikan berada pada kisaran 24% – 49%.
Dengan mencarmati hasil penelitian yang terpapar di atas menunjukkan bahwa penulis telah berhasil dalam melaksanakan penelitian meskipun peningkatan kurang signifikan. Dalam konsep PTK tidak besaran yang menjadi ukuran, tetapi cukup ada peningkatan. Yang paling utama dalam penelitian ada peningkatan berapa pun peningkatannya.
PENUTUP
Kesimpulan
- Proses pembelajaran kemampuan mamahami isi cerita fiksi melalui active learning teknik tes questuins di Kleas IV SD Negeri Bogorejo mengalami perubahan dengan indikator peningkatan sebesar 27%.
- Kemampuan memahami isi cerita fiksi melalui active learning teknik test question bagi siswa kelas VI SD Negeri Bogorejo mengalami peningkatan sebesar 44%.
Saran
Bagi Siswa
Semua siswa disarankan serius dan aktif mengikuti pembelajaran. Sintak pembelajaran dijalani sesuai dengan metode yang diterapkan oleh guru. Membuat suasana kelas tenang, kondusif dan tidak gaduh. Harus memiliki insiatif dan menghadapi tantangan pembelajaran tanpa menunggu perintah dan tugas dari guru. Untuk meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran, siswa harus tekun belajar.
Bagi Guru
Setiap guru diharapkan memunculkan ide kreatif dan inovatif setiap melaksanakan proses pembelajaran. Selalu menciptakan pembelajaran aktif agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal. Mengoptimalkan sarana yang tersedia sebagai media pembelajaran untuk menciptakan pemahaman siswa menjadi konkret. Harus mampu mengubah paradigma pembelajaran interaktif, inspiratif, memotivasi, menantang dan menyenangkan.
Bagi Kepala Sekolah
Kepala sekolah diharapkan selalu memberikan fasilitas kepada guru untuk melakukan penelitian. Membimbing guru untuk pelaksanaan pembelajaran ideal. Memberikan respon positif berupa reward kepada guru yang berhasil dalam menjalankan tupoksi. Mengubah pola pikir lebih inovatif dalam mengelola pembelajaran guru. Mampu menjadi teladan bagi warga sekolah melalu tindakan reflektif.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2018. Sekitar Masalah Sastra (Ed) http://www.blogsenisastra.com (online) diakses tanggal 30 September 2018.
Arthamin, Mohammad Sonhaji. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Burhanuddin. 2018. Pendekatan Active Learning sebagai Alternatif untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran (Ed) http://www.bolgeducation.com (online) diakses tanggal 10 Oktober 2018.
Hamalik, Oemar. 2016. Proses Belajar – Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hariyadi. 2012. Konsep Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa di Sekolah Dasar. Tuban: Mulya Abadi.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajamada University Press.
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah (Ed) Pelaksanaan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Subyantoro. 2012. Peneltian Tindakan Kelas, Teori dan Praktik Referensi bagi Guru. Semarang: UNNES Press.
Sudrajat, Ahmad. 2018. Materi dan Konsep Bahasa dan Sastra Jawa untuk Sekolah Dasar (Ed) http://www.smacepiring.com (online) diakses tanggal 10 Oktober 2018.
Sumardjo, Jacob dan Saini K.M. 2012. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Surya, Muhammad. 2018. Istilah-istilah dalam Proses Pembelajaran yang harus Dikenal oleh Guru (Ed) http://www.blogeducation.com (online) diakses tanggal 10 Oktober 2018.
Uno, Hamzah B. dan Mohamad, Nurdin. 2014. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta: Bumi Aksara.
Warsono dan Hariyanto. 2014. Pembelajaran Aktif, Teori dan Assesment. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yahmin, Moh. 2015. Teori dan Metode Pembelajaran. Malang: Madani.