Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui Pembiasaan Menggunakan Pertanyaan Penuntun
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FISIKA
POKOK BAHASAN: SIFAT MEKANIS BAHAN (ELASTISITAS)
MELALUI PEMBIASAAN MENGGUNAKAN PERTANYAAN PENUNTUN PADA KELAS X.TKJ-A SEMESTER GENAP
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SMK NEGERI 1 SUMBER, REMBANG – JAWA TENGAH
Eko Suhartono
Guru Fisika Kelas X.TKJ-A SMK Negeri 1 Sumber
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Fisika siswa KELAS X.TKJ-A SMK Negeri 1 Sumber, Rembang – Jawa Tengah melalui pemberian pembiasaan menyelesaikan soal menggunakan pertanyaan berstruktur pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek penelitian sebanyak 36 siswa terbagi dari 23 putri dan 13 putra. Teknik pengumpulan data dengan teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes dengan evaluasi. Teknik non tes dengan angket. Data penelitian berupa prestasi belajar dan motivasi belajar. Teknik analisis data dengan teknik deskriptif komparatif.Hasil penelitian ini adalah pemberian pembiasaan menyelesaikan soal menggunakan pertanyaan berstruktur dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Fisika siswa. Motivasi belajar meningkat dari pasif dan apatis menjadi bersemangat secara mandiri. Hasil belajar dari rata-rata sebesar 3,3 pada Kondisi Awal, menjadi rata-rata sebesar 4,6 pada Siklus I, menjadi rata-rata sebesar 5,56 pada Siklus II dan menjadi rata-rata sebesar 5,81 pada Siklus III.
Kata Kunci: Prestasi Belajar, Fisika, Elastisitas, Pembiasaan, Pertanyaan Penuntun.
PENDAHULUAN
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3, UU RI No 20 Tahun 2003).
Berdasarkan fungsi Pendidikan Nasional tersebut, maka peran guru menjadi kunci keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah, selain bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan di kelas.
Kenyataan di lapangan sering diperoleh kenyataan lain jauh dari yang diharapkan bahwa kebanyakan guru dalam mengajar kurang atau tidak optimal dilihat dari materi yang disampaikan maupun dilihat dari sisi pendekatan penyampaian, sehingga guru dan siswa sering terjebak dalam kondisi pengajaran yang membosankan.
Kondisi pengajaran yang demikian sangat merugikan baik bagi siswa, guru maupun sekolah sebagai institusi, terlebih bagi dunia pendidikan Indonesia pada umumnya, sehingga berdampak sangat krusial bagi Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia ke depan.
Permasalahan pengajaran di sekolah tidak akan berkurang apalagi berhenti dengan sendirinya, tetapi sebaliknya semakin bertambah jenis dan karakter maupun intensitasnya, baik pada kelompok mata pelajaran yang pada umumnya dipandang mudah apalagi pada kelompok yang dipandang sulit, seperti Fisika.
Pada pengajaran Fisika sering ditemukan konsisi pengajaran yang masih tradisionil dan tidak memotivasi, bahkan cenderung membosankan. Kalau bukan karena diujisekolahkan yang sifatnya relatif sulit bagi kebanyakan siswa, maka dapat dipastikan prestasi belajar Fisika rata-rata lebih rendah lagi.
Kehadiran LKS yang diperjualbelikan lewat guru pengajar di satu sisi memang diperlukan dan dibutuhkan oleh siswa maupun guru untuk membantu belajar, sehingga diharapkan prestasi belajar Fisika meningkat. Sebaliknya kehadiran LKS menjadikan berkurangnya peran guru dalam menjelaskan konsep dan pemahamannya karena bagi kebanyakan guru LKS menjadi “alat pengendali” dalam format pemberian latihan dan ugas tanpa terlebih dahulu memeriksanya.
Hasil pengamatan selama mengajar yang sudah dilakukan, berdasar analisa hasil belajar materi sejenis sebelumnya, diskusi dengan guru Fisika yang lain dan pihak Bimbingan Konseling (BK) dapat difahami bahwa hasil belajar Fisika masih jauh dari harapan, yaitu kurang dari 4,0. Dari hasil analisis nilai ulangan harian diketahui rata-rata sebesar 3,3 dengan nilai tertinggi 10 dan nilai terendah 0. Hasil belajar Fisika yang jauh dari harapan tersebut dapat difahami bila dikorelasikan dengan rata-rata NEM siswa yang memang rendah, yang menempati posisi paling rendah dibanding dengan NEM pada program keahlian lainnya.
Berbagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan pengajaran sudah banyak diusahakan, salah satunya adalah pemberian banyak latihan dan tugas. Namun hingga saat ini belum juga berhasil meyakinkan (signifikan). Pada keadaan banyaknya kekurangan kemampuan yang ada di siswa dicoba melakukan tindakan manajemen pengajaran berdasar pembiasaan menggunakan pertanyaan penuntun. Dengan penerapan pemberian pembiasaan menyelesaikan soal menggunakan pertanyaan berstruktur diharapkan siswa dapat menemukan pola dan urutan penyelesaian, hubungan antar konsep serta menemukan dan memupuk kepercayaan diri dalam menyelesaikan soal soal Fisika.
METODE PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di Kelas X.TKJ-A dengan jumlah siswa 36 terbagi dari 23 putri dan 13 putra. Penelitian berlangsung pada Semester Genap tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian berlangsung dalam tiga siklus.
Teknik pengumpulan data dengan teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes dengan evaluasi. Teknik non tes dengan angket. Data penelitian berupa prestasi belajar dan motivasi belajar. Teknik analisis data dengan teknik deskriptif komparatif.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Prestasi belajar pada Kondisi Awal yang masih rendah sesuai dengan pembelajaran yang hanya fokus pada soal-soal latihan saja. Oleh karena itu dilakukan tindakan dalam pembelajaran dengan menggunakan pertanyaan berstruktur.
Deskripsi Siklus I
Prestasi belajar pada Siklus I sebagai berikut: Prestasi belajar pada Siklus I meningkat sesuai dengan tindakan dalam pembelajaran dengan menggunakan pertanyaan berstruktur, yaitu pertanyaan berstruktur secara klasikal.
Deskripsi Siklus II
Prestasi belajar pada Siklus II meningkat sesuai dengan tindakan dalam pembelajaran dengan menggunakan pertanyaan berstruktur, yaitu pertanyaan berstruktur secara invidual.
Deskripsi Siklus III
Prestasi belajar pada Siklus III meningkat sesuai dengan tindakan dalam pembelajaran dengan menggunakan pertanyaan berstruktur, yaitu pertanyaan berstruktur secara aktif.
Pembahasan
Tabel 4.1.1. Rekapitulasi hasil angket.
No | Pertanyaan | Hasil |
1 | Adanya perbedaan cara mengajar | a. Merasakan sangat berbeda = 16,66%
b. Merasakan berbeda = 72,22% c. Tidak Merasakan perberbedaan = 11,11% |
2 | Perasaan diajar dengan cara mengajar yang baru dilaksanakan | a. Menyenangkan = 19,4%
b. Biasa saja = 55,55% c. Membosankan = 5,5% d. Membingungkan = 19,4% |
3 | Kebermaknaan pertanyaan berstuktur dalam penyelesaian soal Fisika | a. Sangat membantu = 33,33%
b. Sebaiknya dipakai = 55,56% c. Tidak membantu = 11,11% |
4 | Ketergantungan pada pertanyaan berstruktur | a. Perlu dipakai = 58,3%
b. Sebaiknya dipakai = 27,7% c. Tidak perlu dipakai = 13,8% |
5 | Berbagai sikap setelah tindakan pembiasaan pertanyaan berstuktur dalam penyelesaian soal Fisika | a. Senang, detail tidak membosankan kadang bingung = 25%
b. Senang karena mau mengulang = 8,3% c. Senang lebih pandai menghitug = 8,3% d. Kurang puas , suara pelan = 8,3% e. Lebih mudah memahami = 8,3% f. Biasa saja = 11,1% g. Khawatir,sulit, agak santai agar tidak tegang = 11,1% h. Wah pasti akan lebih sulit = 11,1% i. Saya tidak tahu apa-apa tentang Fisika = 2,7% j. Saya ingin guru Fisika diganti = 2,7% k. Tidak berpendapat “abstain” = 2,7% |
6 | Perasaan bila dipakai dalam pertanyaan soal | a. Senang = 38,88%
b. Biasa = 47,22% c. Tidak senang = 13,8% |
Pada Kondisi Awal, pembelajaran berlangsung secara tradisionil, menggunakan metode ceramah, lebih banyak berlangsung satu arah dari guru ke siswa, sehingga prestasi belajar yang diperoleh rendah dan ada upaya remedial berulang-ulang setiap kali dilakukan ulangan harian. Untuk itu perlu dilakukan tindakan pembelajaran yang tepat untuk menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik, yaitu dengan memberi “pembiasaan menyelesaikan soal menggunakan pertanyaan berstruktur”. Sesuai dengan tindakan tersebut, prestasi belajar mengalami peningkatan seperti pada analisis nilai ulangan harian sebagai berikut:
Tabel 4.1.12. Analisis hasil belajar.
No | Hasil belajar | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II | Siklus III |
1 | Rata-rata | 3,3 | 4,6 | 5,56 | 5,81 |
2 | Nilai tertinggi | 10 | 10 | 10 | 10 |
3 | Nilai terendah | 0 | 0 | 0 | 3 |
Sedangkan analisis terhadap pembelajaran sebagai berikut:
Tabel 4.1.12. Analisis aspek-aspek dalam pembelajaran.
No | Hasil belajar | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II | Siklus III |
1 | Guru | Mendominasi | Persuasif | Persuasif | Persuasif |
2 | Siswa | Pasif, apatis | Termotivasi | Bersemangat dengan bantuan | Bersemangat secara mandiri |
3 | Komunikasi | Ceramah satu arah | Dua arah | Bermakna | Bermakna dan harmonis |
Sesuai dengan analisis data penelitian di atas, pemberian pembiasaan menyelesaikan soal menggunakan pertanyaan berstruktur dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar. hal tersebut sesuai dengan hasil angket dan hasil belajar.
PENUTUP
Kesimpulan
- Pemberian pembiasaan menyelesaikan soal menggunakan pertanyaan berstruktur dapat meningkatkan motivasi belajar Fisika siswa sesuai dengan sikap siswa dalam pembelajaran dari pasif dan apatis menjadi bersemangat secara mandiri.
- Pemberian pembiasaan menyelesaikan soal menggunakan pertanyaan berstruktur dapat meningkatkan prestasi belajar Fisika siswa sesuai dengan hasil belajar yang semakin meningkat, dari rata-rata sebesar 3,3 menjadi rata-rata sebesar 5,81.
Saran
Saran dari hasil penelitian ini adalah pembiasaan menyelesaikan soal menggunakan pertanyaan berstruktur dilanjutkan pada materi-materi berikutnya dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan teknik komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2014. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Aqib, Zaenal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
—. 2015. Model Model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Proyek Peningkatan Mutu SMU Jakarta.1999. Penelitian Tindakan (Action Research). Jakarta: Depdikbud.
Rooijakkers, AD. 2010. Mengajar dengan Sukses, Petunjuk untuk Merencanakan dan Menyampaikan Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Sukidin, Basrowi dan Surato. 2010. Managemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendikia.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Group.
Undang Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003,(online). https://kelembagaan. ristekdikti.go.id/wp_content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf.
http://Marsaja Word Press.Com/2008/14 Strategi-inkuiri-model-teknik
http://pustaka.UT.ac.id/pustaka/on line.php
https://massofa.wordpress.com/2010/01/25/hakikat-dan-teknik-bertanya-dalam-mengajar/
https://www.konselingindonesia.com/