Peningkatan Kemampuan Menyimak dan Kreativitas Melalui Media Audio (Tape Recorder) Bagi Siswa Kelas VI SDN 1 Ngandong Kecamatan Eromoko Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK DAN KREATIVITAS MELALUI MEDIA AUDIO (TAPE RECORDER) BAGI SISWA KELAS VI SDN 1 NGANDONG KECAMATAN EROMOKO SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015
PARWANTO
SD Negeri 1 Ngandong Kabupaten Wonogiri
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menyimak dan kreatifitas bagi bagi Siswa Kelas VI SDN 1 Ngandong Kecamatan Eromoko Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui penggunaan audio (tape recorder). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di Kelas VI SDN 1 Ngandong Kecamatan Eromoko Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 selama 3 (tiga) bulan. Subjek penelitian adalah siswa Kelas VI SDN 1 Ngandong Kecamatan Eromoko Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 Kabupaten Wonogiri yang terdiri dari 9 orang siswa. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan ini pada intinya mengacu pada desain penelitian yang digunakan, yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan 4) refleksi hasil tindakan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan media audio tape recorder dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan menyimak dan kreatifitas bagi Siswa Kelas VI SDN 1 Ngandong Kecamatan Eromoko Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kemampuan menyimak dan ketuntasan belajar siswa serta kreatifitas siswa. Berdasarkan hasil tes sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran, nilai rata-rata kemampuan menyimak dna kreatifitas siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Hal ini diketahui dari nilai yang diperoleh pada kondisi awal sebesar 51,11 meningkat menjadi 66,22 pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 77,33 pada akhir Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 22,22% pada kondisi awal meningkat menjadi 55,56% pada akhir tindakan siklus I, kemudian meningkat menjadi 88,89% pada akhir tindakan Siklus II. Kreatifitas siswa pada pra sikus masih sangat rendah dapat ditingkatkan pada Siklus I mendapat nilai rata-rata 3,67 atau 73(cukup) dan meningkat lagi menjadi 4,11 atau 82(baik) pada akhir Siklus II.
Kata Kunci: Kemampuan menyimak, kreatifitas, media audio tape recorder
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan mahluk individual sekaligus mahluk sosial. Oleh karena itu, manusia harus bergaul dan berhubungan dengan manusia lain. Sebagai mahluk sosial, manusia serimg memerlukan orang lain untuk memahami apa yang sedang dipikirkan, apa yang dirasakan, dan apa yang diinginkan, pemahaman terhadap pikiran, kehendak dan perasaan orang lain dapat dilakukan dengan menyimak.
Banyak pilihan yang menganggap bahwa menyimak merupakan keterampilan yang paling penting diantara keterampilan-keterampilan lain. Melalui aktivitas ini, siswa memperoleh kosakata yang gramatika, disamping tentunya pengucapan yang baik ( Azis dan Alwasilah, 1996 : 82 ). Selanjutnya, Astuti ( 2002 : 3 ) menyatakan bahwa †keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dipelajari untuk menunjang kemampuan berbahasa yang baik. Kemampuan menyimak yang baik bisa memperlancar komunikasi karena komunikasi tidak akan berjalan dengan lancar jika pesan yang sedang diberikan atau diterima tidak dimengertiâ€. Dan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa keterampilan menyimak sangatlah perlu diberikan kepada siswa. Dengan menguasai keterampilan menyimak, maka siswa dapat memperoleh informasi dari bahan simakan sehingga memicu kreatifitas siswa. Namun dalam pencapaian harapan tersebut, banyak hambatan atau kendala dalam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah pada umumnya. Seperti kenyataan yang dihadapi bahwasanya kemampuan siswa dalam menyimak, khususnya mengungkapkan kembali isi cerita sangat kurang sehingga kratifitas siswapun juga cenderung sangat rendah.
Rendahnya kreatifitas siswa dan keterampilan menyimak diduga berasal dari faktor siswa dan guru. Dari siswa, disebabkan oleh beberapa faktor antara lain mereka tidak memeiliki keberanian dalam mengungkapkan kembali isi berita, kosakata yang digunakan masih kurang, kurangnya motivasi dan aksi siswa dalam pembelajaran menyimak. Sedangkan dari faktor guru sebagai akibat dari belum efektifnya strategi pengajaran yang digunakan. Dalam proses belajar mengajar sebelumnya, peneliti hanya menggunakan teknik dikte (imla) pada pengajaran mengungkapkan kembali isi cerita dalam pengajaran menyimak, sehingga siswa cenderung merasa bosan dalam menerima pelajaran menyimak.
Rendahnya penguasaan keterampilan menyimak siswa khususnya materi menceritakan kembali cerita drama pendek yang dilisankan terbukti dari 9 siswa kelas VI SDN 1 Ngandong Kecamatan Eromoko Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 hanya 2 dari 9 siswa yang mendapat nilai >KKM yang telah ditatapkan yakni 70.
Untuk mengatasi rendahnya kreatifitas serta kemampuan siswa mengungkapkan kembali isi cerita dalam pengajaran menyimak, maka perlu mencari upaya pemecahanya. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti mencoba menggunakan media audio berupa tape recorder. Alasan peneliti menggunakan media audio ini dengan pertimbangan media mudah diperoleh dan dapat menunjang peneliti dalam pengajaran menyimak. Harapan peneliti dalam penelitian tindakan dengan mengunakan media audio (tape recorder), kemampuan mengungkapkan kembali isi cerita dalam pengajaran menyimak serta kreatifitas siswa dapat meningkat.
Untuk menguji efektivitas media audio, khususnya tape-recorder ini, maka peneliti akan mengkaji dalam suatu penelitian tindakan kelas dengan formulasi judul yaitu: â€Peningkatan kreativitas dan kemampuan menyimak melalui media audio (tape recorder) bagi Siswa Kelas VI SDN 1 Ngandong Kecamatan Eromoko Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015â€.
Perumusan Masalah
1. “Apakah penggunaan audio (tape recorder) dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan menyimak bagi Siswa Kelas VI SDN 1 Ngandong Kecamatan Eromoko Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015?â€
2. “Apakah penggunaan audio (tape recorder) dapat meningkatkan kemampuan menyimak bagi Siswa Kelas VI SDN 1 Ngandong Kecamatan Eromoko Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015?â€
Tujuan Penelitian
Merujuk pada perumusan masalah, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk :
1. Meningkatkan kreatifitas bagi Siswa Kelas VI SDN 1 Ngandong Kecamatan Eromoko Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui penggunaan audio (tape recorder).
2. Meningkatkan kemampuan menyimak bagi Siswa Kelas VI SDN 1 Ngandong Kecamatan Eromoko Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui penggunaan audio (tape recorder).
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Landasan Teori
Keterampilan menyimak
Kegiatan menyimak tidak bisa dilepaskan dengan kegiatan berbicara sebagai suatu jalinan komunikasi. Pada dasarnya, komunikasi dapat berlangsung secara lisan dan tulis. Komunikasi lisan mencakup aktivitas menyimak dan berbicara, sementara komunikasi tulis mencakup kegiatan membaca dan menulis.
Pada dasarnya, terdapat perbedaan antara mendengar dan menyimak. `Mendengar` berarti sesuatu yang dilakukan dengan tidak sengaja. Hal ini berbeda dengar `mendengarkan` yang sudah mengarah pada usaha yang sungguh-sungguh dengan memperhatikan baik-baik apa yang didengar. Dalam `mendengarkan`, faktor kesengajaan dan perhatian merupakan faktor penting (kamidjan, dalam Ardiana, 2002 : 6). Sementara itu, menyimak adalah menangkap pesan dan memahami pesan tersebut dengan sebaik-baiknya. Jadi, menyimak merupakan penerimaan pesan, gagasan, perasaan, dan pikiran sesorang. Tanggapan atas menyimak merupakan respon terhadap pembicara. Jika hal itu terjadi, berarti telah terjalin komunikasi antara pembicara dan penyimak.
Oleh sebab itu, dapatlah dikatakan bahwa `mendengar` merupakan kegiatan pasif, sedangkan `mendengarkan` dan `menyimak` merupakan kegiatan aktif yang melibatkan unsur-unsur kejiwaan. Jika ditinjau dari segi tingkat pemaknaan, `mendengarkan` lebih tinggi dari pada `mendengar`, sedangkan `menyimak` lebih tinggi dari pada `mendengarkan`.
Lebih lanjut, Kamidjan dalam Ardiana (2001: 4) menjelaskan bahwa menyimak ialah suatu proses mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan dengan sungguh-sungguh, penuh, perhatian, pemahaman, apresiasif yang dapat disertai dengan pemahaman makna komunikasi yang disampaikan secara nonverbal.
Akan tetapi, patut diperhatikan pula bahwa kegiatan menyimak yang dimaksudkan diatas merupakan kegiatan menyimak yang dimaksudkan di atas merupakan kegiatan menyimak yang dimaksudkan di atas merupakan kegiatan menyimak lisan, bukan tulis. Dalam kegiatan menyimak (lisan) ini, selain aspek-aspek suprasegmental, seperi : (1) tekanan atau keras lembutnya suara, (2) jeda atau panjang pendeknya suara, (3) nada atau tinggi rendahnya suara, (4) intonasi atau naik turunnya suara, dan (5) ritme atau irama dalam suara (sabarati, 1992: 147). Hal ini perlu diperhatikan karena keterampilan menyimak merupakn keterampilan menangkan pesan dan memahami pesan tersebut dengan sebaik-baiknya, baik pesan yang tersirat maupun pesan yang tersurat yang terkandung dalam bunyi bahasa.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa menyimak merupakan penerimaan pesan gagasan, perasaan, dan fikiran sesoorang. Tanggapan atas penyimak lisan merupakan respon terhadap pembicaraan. Jika hal itu terjadi, berarti terjadi komunikasi antara dan penyimak.
Secara garis besar, Tarigan (1983 : 22) membagi jenis menyimak itu menjadi 2 macam, yaitu (1) menyimak ekstensif dan (2) menyimak intensif. Kedua jenis menyimak itu sangat berbeda. Perbedaan itu tampak dalam cara melakukan kegiatan menyimak.
Menyimak ekstensif lebih banyak dilakukan oleh masyarakat secara umum, misalnya, orang tua dan anak-anak menyimak tayangan sinetron dari sebuah televisi, berita radio dan sebagainya.
Menyimak intensif merupakan kegiatan menyimak yang dlakkan dengan sungguh-sungguh dan dengan tingkat konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang dikehendak. Dengan kata lain, menyimak intensif lebih menekankan kemampuan memahami bahan simakan. Misalnya, dalam menyimak pelajaran di sekolah, guru biasanya menuntut agar siswa memahami penjelasannya. Selanjutnya untuk mengukur daya serap siswa, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan. Berikut ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan menyimak intensif, yaitu : 1) Menyimak intensif pada dasarnya menyimak pemahaman. 2) Menyimak intensif memerlukan tingkat konsentrasi pikiran dan perasaan yang tinggi. 3) Menyimak intensif pada dasarnya memahami bahasa formal, dan 4) Menyimak intensif memerlukan reproduksi materi yang simak.
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat bergantung kepada berbagai unsur yang mendukung. Yang dimaksud dengan unsur dasar ialah unsur pokok yang menyebabkan terjadinya komunikasi dalam menyimak. Setiap unsur merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dari unsur yang lain.
Unsur-unsur dasar menyimak ialah ; (1) pembicara, (2) penyimak, (3) bahan simakan, dan (4) bahan lisan yang digunakan.
1. Pembicara ialah orang yang menyampaikan pesan berupa informasi yang dibutuhkan oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan, pembicara adalah nara sumber pembawa pesan, sedang lawan bicara ialah orang yang menerima pesan (penyimak).
2. Penyimak, yang baik ialah penyimak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas. Jika penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas, ia dapat melakukan kegiatan menyimak dengan baik. Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak yang dapat melakukan kegiatan menyimak dengan intensif. Penyimak seperti itu akan selalu mendapatkan pesan pembicara secara tepat. Hal tersebut akan lebih sempurna jika ia di tinjau oleh pengetahuan dan pengalamannya.
3. Bahan Simakan merupakan unsur terpenting dalam komunikasi lisan , terutama dalam menyimak. Yang dimaksud dengan bahan simakan ialah pesan yang disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep, gagasan, atau informasi. Jika pembicara tidak dapat menyampaikan bahan simakan dengan baik, pesan itu dapat diserap oleh penyimak yang mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam komunikasi.
4. Bahasa Lisan yang Digunakan. Bahasa lisan (primer) merupakan media yang dipakai untuk menyimak pembicara menyampaikan gagasan dengan bahasa lisan. Bahasa lisan merupakan tuturan yang disampaikan pembicara dan ditangkap penyimak melalui alat pendengaran. Untuk menyampaikan gagasan, pembicara dapat memilih kata-kata, kalimat, lagu, gaya yang paling tepat untuk mewadahi gagasan, agar ia dapat menyampaikan gagasan.
Hasil Belajar
Asis Saefuddin (2008: 2.11) berpendapat “belajar diartikan suatu proses yang menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif. Purwanto (2008: 38-39) juga berpandangan bahwa “belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunyaâ€. Winkel (1991: 36) mengemukakan “belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikapâ€. Belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman.
Mengacu pendapat-pendapat para ahli tersebut tentang belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses agar siswa mengalami langsung, terlibat aktif dan beriteraksi dengan lingkungan untuk melakukan suatu perubahan atau meningkatkan kemampuan dalam hal pengetahuannya yang berlangsung secara terus menerus.
Pengertian hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, sedangkan menurut Gagne hasil belajar harus harus didasarkan pada pengamatan tingkah laku melalui stimulus respon (Sudjana, 2009: 19). Hasil belajar berkenaan dengan kemampuan siswa di dalam memahami materi pelajaran. Menurut Hamalik (2010: 31) mengemukakan, “hasil belajar pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, ablititas dan keterampilanâ€.
Hasil belajar tampak sebagai terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya (Hamalik, 2010: 155).
Media Audio Pembelajaran
Kata `media` berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata `medium` yang secara harfiah berarti `perantara atau pengantar`. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Menurut Djamarah dkk (1995 : 136), media adalah sumber belajar, maka secara luas media juga dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Dalam proses belajar mengajar, kehadiran media mempunyai arti cukup penting, karena dalam kegiatan tersebut, ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Namun perlu diingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Manakalah diabaikan, maka media bukan lagi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Untuk itu, guru harus seselektif mungkin memilih media pengajaran yang sesuai dengan bahan ajar.
Khususnya untuk pengajaran bahasa, subyakto (1992: 206) mengatakan bahwa â€Media dalam pengajaran bahasa ialah segala alat yang dapat digunakan oleh guru dan pelajar untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditentukan.†Alat atau media ini dapat terdiri dari yang komersial (diperjualbelikan) atau yang dapat dibuat sendiri. Media juga dapat dibagi menjadi media yang didengar atau audio (auditory), media yang dilihat (visual), dan media yang didengarkan dan dilihat (audio-visual).
Sudirman, dkk. (1992: 206-207) menguraikan lebih jelas media auditf, media visual, dan media audiovisual sebagai berikut :
Media auditif/audio, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, tape-recorder/casette recorder, piringan audio. Media ini tidak cocok untuk orang yang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.
Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, cetakan.
Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini seperti film bingkai suara (sound slide) film rangkai suara, cetak suara, film suara dan videocassette.
Selanjutnya, Erdmenger (dalam Subyakto, 1993: 206) memberikan beberapa sudut pandang untuk memeriksa atau menggambarkan alat/media pengajaran bahasa, yakni : 1)Ciri informasi yang disampaikan melalui alat (yakni informasi linguistik dan non-linguistik); 2) Jalur informasi (auditorym, visual, audio-visual); 3)Fase-fase dalam proses pembelajaran dan testing (apakah fase-fase digunakan untuk penyajian, pengulangan, pemanfaatan materi, atau testing); 4) Fungsi didaktis (pendidikan), yakni apakah alat itu dipakai untuk memberi motivasi kepada pelajar, menyampaikan pesan, atau mendorong penggunaan bahasa dengan bebas. 5) Kemungkinan-kemungkinan untuk membantu, melengkapi, atau menggantikan guru; 6) Penggunaan alat oleh individu-individu atau lebih orang kelompok-kelompok.
Tape Recorder sebagai Salah Satu Media audio yang dapat di gunakan dalam Pembelajaran Mengungkapkan Kembali Isi Cerita pada Pengajaran Menyimak. Keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa Indonesia yang terkait dengan keterampilan berbicara, guru perlu melatih kemampuan siswa dengan berbagai peristiwa komunikasi, menyimak cerita, berita, dan dialog melalui berbagi media, baik visual, audio atau audio-visual.
Tape-recorder merupakan salah satu media audio yang dapat digunakan dalam pengajaran keterampilan menyimak. Cerita, fragmen, drama ataupun berita dapat diperdengarkan dengan menggunakan jenis media ini. Untuk memilih bahan simakan berupa isi berita dalam pelajaran menyimak, guru dapat menyelesaikan materi yang diberikan dengan tingkat kemampuan penyimak (siswa) yang diajarkan. Dengan kata lain, cerita yang disajikan kepada siswa SD berbeda dengan siswa SLTP. Materi-materi berupa cerita yang diberikan kepada siswa terlebih dahulu direkam oleh guru.
Selanjutnya, dalam proses kegiatan pembelajaran keterampilan menyimak, media audio berupa tape-recorder sangat tepat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa. Karena melalui media ini, guru dapat merekam cerita-cerita yang diperoleh berupa masalah-masalah ekonomi, sosial, olah raga, budaya, pendidikan, moral, agama, yang selanjutnya dapat disajikan kepada siswa. Dalam kegiatan ini, siswa diminta untuk mendengarkan informasi penting yang diperolehdari bahan simakan. Hal ini sepadan dengan apa yang dikatakan oleh Ardian, dkk (2002: 24), di mana mereka mengatakan bahwa cerita-cerita yang diperdengarkan kepada siswa dapat bersumber dari surat kabar, radio, dan televisi.
Hipotesis Tindakan
1. Penggunaan media audio (tape recorder) dapat meningkatkan kreativitas Siswa Kelas VI SDN 1 Ngandong Kecamatan Eromoko Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015â€.
2. Penggunaan media audio (tape recorder) dapat meningkatkan keterampilan menyimak Siswa Kelas VI SDN 1 Ngandong Kecamatan Eromoko Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015â€.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 1 Ngandong, Kecamatan Eromoko, Kabupaten wonogiri pada semester II tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan April 2015 sampai dengan bulan Juni 2015 dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VI dengan jumlah siswa sebanyak 9 orang siswa. Yang terdiri dari 4 perempuan dan 5 laki-laki.
Sumber Data
1. Data tentang pelaksanaan pembelajaran menyimak dengan a media audio (tape recorder) sebagai media pembelajaran;
2. Data tentang prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi menceritakan kembali isi drama pendek yang dilisankan;
3. Data tentang pelaksanaan pembelajaran diperoleh dari dokumen berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan kurikulum yang disusun oleh guru.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dilakukan dengan melalui tiga teknik yakni teknik dokumen, tes, dan observasi. Teknik dokumen, digunakan untuk memperoleh data mengenai daftar nama siswa kelas IIÂ semester II dan hasil belajar siswa, yang akan menjadi subjek penelitian sebelum dilakukan tindakan.
Observasi, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Data diperoleh dengan pengamatan langsung di kelas mengenai kondisi siswa. Hasil observasi dicatat pada lembar pengamatan yang berupa sistem penilaian afektif siswa. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam teknik ini adalah lembar pengamatan.
Tes, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa (aspek kognitif) yang dilakukan setelah tindakan dengan metode eksperimen. Teknik pengumpulan data ini dengan cara melakukan post-test di akhir pembelajaran melalui tes tertulis. Alat yang digunakan dalam teknik ini adalah tes lisan.
Validasi Data
1. Triangulasi sumber, data yang didapatkan akan digali dan dikomparasikan dengan sumber data yang lain sehingga didapatkan data yang lebih valid.
2. Triangulasi metode, data-data yang sejenis dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda kemudian hasilnya dibandingkan sehingga didapatkan data yang mendekati valid.
Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Kuantitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan  presentasi ketuntasan belajar dan mean (rata-rata) kelas.
2. Analisis Data Kualitatif. Sedangkan teknik analisis kualitatif model alur, meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
a. Reduksi data merupakan  proses  penyederhanaan  yang  dilakukan  melalui seleksi, pengelompokan, dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi yang bermakna. Data dan/atau informasi yang relevan terkait langsung dengan pelaksanaan PTK yang diolah untuk bahan evaluasi.
b. Penyajian data merupakan suatu upaya menampilkan data secara jelas dan mudah dipahami dalam bentuk paparan naratif, tabel, grafik, atau perwujudan lainnya yang dapat memberikan gambaran jelas tentang proses dan hasil tindakan yang dilakukan. Penyajian data dilakukan dalam rangka pemahaman terhadap sejumlah informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.
c. Penarikan kesimpulan merupakan pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisasikan dalam bentuk pernyataan atau kalimat singkat, padat dan bermakna. Penarikan kesimpulan ini dilakukan secara bertahap untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang tinggi.
Prosedur Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan oleh peneliti secara langsung, yaitu penelitian yang bertujuan memberikan sumbangan nyata peningkatan profesionalisme guru, menyiapkan pengetahuan, pemahaman dan wawasan tentang perilaku guru pengajar dan murid belajar.
Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dimana setiap siklus terdapat empat tahapan yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dimana setiap siklus saling berkaitan untuk menentukan siklus berikutnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal pembelajaran katarampilan manyimak materi mennceritakan kembali isi drama pendek yang disampaikan secara lisan kelas VI SDN 1 Ngandong Kecamatan Eromoko Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 dapat diketahui dari hasil tes ulangan harian yang dilakukan sebelum dilaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran.
Hasil tes yang diperoleh dari 9 orang siswa kelas VI SDN 1 Ngandong Kecamatan Eromoko Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 30.00 dan nilai tertinggi diperoleh sebesar 80.00. Nilai rata-rata hasil belajar diperoleh sebesar 51,11.
Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 2 orang siswa atau 22,22% dari jumlah siswa. Sisanya sebanyak 7 orang siswa atau 77,78% belum mencapai ketuntasan belajar.
Kreatifitas siswa dalam menyusun kalimat dalam menceritakan kembali setelah selesai menyimak juga masih sangat kurang. Hal ini terbukti bahwa masih banyak anak yang hanya ikut-ikutan tamannya dalam menyusun kalimat dalam menceritakan kembail drama pendek yang letah didengarkannya.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh tersebut maka hasilnya secara klasikal belum sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan yakni >70. Berangkat dari kondisi tersebut maka diperlukan upaya perbaikan guna meningkatkan hasil belajar siswa.
Daftar kemampuan menyimak Siswa pada Kondisi Awal
No. |
Ketuntasan |
Jumlah |
% |
1. |
Tuntas |
2 |
22,22% |
2. |
Tidak Tuntas |
7 |
77,78% |
Jumlah |
9 |
100.00% |
|
Nilai Rata-rata |
51,11 |
||
Nilai Tertinggi |
80.00 |
||
Nilai Rata-rata |
30.00 |
Rendahnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa disebabkan karena beberapa faktor. Faktor yang dianggap menjadi sumber masalah antara lain adalah belum maksimalnya penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar denga optimal. Selain itu pembelajaran cenderung bersifat teacher-centered, sehingga interaksi masih berjalan satu arah dengan guru mendominasi pembelajaran.
Deskripsi Tindakan Siklus I
Perencanaan tindakan pembelajaran merupakan langkah operasional awal dari penelitian tindakan kelas yang disusun dengan mengacu pada hipotesis tindakan, yaitu bahwa penggunaan media audio (tape recorder) dapat meningkatkan keterampilan menyimak Siswa Kelas VI SDN 1 Ngandong Kecamatan Eromoko Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.
Pelaksanaan tindakan Siklus I dilakukan dalam dua kali pertemuan, masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 X 35 menit.
Berdasarkan hasil post-tes yang dilaksanakan pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 56.00 dan nilai tertinggi sebesar 80.00. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 66,22.
Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 5 orang siswa atau 55,56%. Adapun siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah 4 orang siswa atau 44,44%.
Kreatifitas siswa dalam menceritakan kembali isi darama pendek pada perbaikan pembelajaran ini mendapat skor rata-rata 3,67 atau 73. Sehingga kriteria kreativitas siswa cukup.
Rata-rata kelas pada siklus ini talah mengalami peningkatan dibandingkan dengan pra siklus. Akan tetapi nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus ini masih dibawah standar indikator keberhasilan yakni >70. Ketuntasan belajar siswa yang diperoleh pada tindakan Siklus I masih di bawah indikator kinerja berupa tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal sebesar > 80.00% dari jumlah siswa. Atas dasar hal tersebut, maka diperlukan perbaikan pembelajaran pada tindakan Siklus II sehingga indikator kinerja dapat dicapai.
Ketuntasan Belajar Siswa Tindakan Siklus I
No. |
Ketuntasan |
Jumlah |
% |
1. |
Tuntas |
5 |
55,56% |
2. |
Tidak Tuntas |
4 |
44,44% |
Jumlah |
9 |
100.00% |
|
Nilai Rata-rata |
66,22 |
||
Nilai Tertinggi |
80.00 |
||
Nilai Terrendah |
56.00 |
Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus I dapat diperoleh refleksi hasil tindakan sebagai berikut.
1. Penggunaan metode media audia tape recorder sebagai media bantu pembelajaran pada tindakan Siklus I berhasil meningkatkan kemampuan menyimak dan kreatifitas siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.
2. Hal-hal yang masih belum berhasil dalam pembelajaran tindakan Siklus I adalah: (a) masih ada beberapa siswa yang belum fokus dalam menyimak (b) keterbatasan suara alat tape recordeer dalam menjangkau ruang kelas secara maksimal.
Deskripsi Tindakan Siklus II
Hasil refleksi Siklus I dijadikan pedoman dalam menyusunrncana pembelajaran pada Siklus II. Perbaikan yang dilaksanakan dalam tindakan pembelajaran Siklus II menyangkut upaya: 1) meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran; 2) mendorong siswa untuk lebih mandiri dalam belajar; dan 3) meningkatkan kemampuan menyimak pada siswa.
Pelaksanaan tindakan pembelajaran pada Siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan masing-masing selama 2 X 35 menit.
Berdasarkan hasil tes akhir tindakan Siklus II, dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Hal ini dapat diketahui dari meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa.
Berdasarkan hasil tes, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 64.00, sedangkan nilai tertinggi adalah 88.00. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 77,33. Mengingat nilai rata-rata kelas yang diperoleh sudah melampaui KKM yang ditetapkan, yaitu 70, maka secara klasikal siswa sudah dianggap mencapai ketuntasan belajar.
Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 8 orang siswa atau 88,89%. Serta sebanyak 1 orang siswa atau 11,11% yang belum mencapai batas KKM. Nilai rata-rata Kreativitas siswa pada siklus II meningkat menjadi 4,11 atau 82 dengan kriteria baik..
Ketuntasan Belajar Siswa Tindakan Siklus II
No. |
Ketuntasan |
Jumlah |
% |
1. |
Tuntas |
8 |
88,89% |
2. |
Tidak Tuntas |
1 |
11,11% |
Jumlah |
9 |
100.00% |
|
Nilai Rata-rata |
77,33 |
||
Nilai Tertinggi |
88.00 |
||
Nilai Terendah |
64.00 |
Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus II dapat diperoleh refleksi hasil tindakan sebagai berikut.
1. Penggunaan med sebagai media bantu dalam pembelajaran pada tindakan Siklus II berhasil meaudio tape recorder dapat meningkatkan kemampuan menyimak dan kreatifitas siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kemampuan menyimak siswa dan ketuntasan belajar siswa.
2. Hal-hal yang masih belum berhasil dalam pembelajaran tindakan siklus sebelumnya seperti: (a) pengguaan media tape recorder dapat berjalan dengan optimal (b) siswa fokus menyimak materi drama pendek melalui tape recorder.
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah diperoleh, ternyata telah sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sehingga peneliti mengambil kesimpulan, bahwa penelitian cukup sampai pada siklus II.
Pembahasan Hasil Tindakan
Penggunaan media audio tape recorder dapat meningkatkan kemampuan menyimak dan kreatifitas kelas bagi Siswa Kelas VI SDN 1 Ngandong Kecamatan Eromoko Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kemampuan menyimak dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal dikelas.
Perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru pada tindakan Siklus I berhasil meningkatkan kemampuan menyimak dan kreatifitas siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kemampuan menyimak siswa dari sebesar 51,11 pada kondisi awal, meningkat menjadi 66,22 pada tindakan Siklus I. Peningkatan juga diperoleh dalam hal ketuntasan belajar siswa, yaitu dari sebesar 22,22% pada kondisi awal meningkat menjadi 55,56% pada tindakan Siklus I. nilai rata-rata kreatifitas siswa pada siklus I sebesar 3,67 atau 73 sehingga mendapat kriteria cukup.
Peningkatan yang diperoleh pada tindakan Siklus I dipandang belum optimal. Hal ini disebabkan karena meskipun nilai rata-rata yang diperoleh siswa sudah melampaui KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM > 70.00, namun indikator penguasaan penuh secara klasikal berupa tercapainya jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar sebesar > 80.00% dari jumlah siswa belum terpenuhi. Atas dasar hal itu maka dilakukan perbaikan pada tindakan Siklus II.
Perbaikan yang dilakukan guru pada tindakan Siklus II berhasil meningkatkan kemampuan menyimak dan kreativitas siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kemampuan menyimak siswa dari sebesar 66,22 pada pada akhir tindakan Siklus I, meningkat menjadi 77,33 pada akhir tindakan Siklus II. Peningkatan juga diperoleh dalam hal ketuntasan belajar siswa, yaitu dari sebesar 55,56% pada tindakan Siklus I meningkat menjadi 88,89% pada tindakan Siklus II. Nilai rata-rata kreatifitas siswa mengalami peningkatan dari 3,67 atau 73 (cukup) pada Siklus I menjadi 4,11 atau 82 (baik).
Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II
No. |
Ketuntasan |
Awal |
Siklus I |
Siklus II |
|||
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
||
1. |
Tuntas |
2 |
22,22 |
5 |
55,56 |
8 |
88,89 |
2. |
Belum Tuntas |
7 |
77,78 |
4 |
44,44 |
1 |
11,11 |
Jumlah |
9 |
100.00 |
9 |
100.00 |
9 |
100.00 |
|
Nilai Rata-rata |
51,11 |
66,22 |
77,33 |
||||
Nilai Tertinggi |
80.00 |
80.00 |
88.00 |
||||
Nilai Terendah |
30.00 |
56.00 |
64.00 |
Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh tersebut, maka hipotesis tindakan yang menyebutkan bahwa “Penggunaan media audio (tape recorder) dapat meningkatkan keterampilan menyimak dan kreativitas Siswa Kelas VI SDN 1 Ngandong Kecamatan Eromoko Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015†terbukti kebenarannya.
P E N U T U P
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan media audio tape recorder dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan menyimak dan kreatifitas bagi Siswa Kelas VI SDN 1 Ngandong Kecamatan Eromoko Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kemampuan menyimak dan ketuntasan belajar siswa serta kreatifitas siswa.
Saran
1. Bagi Siswa, disarankan untuk lebih aktif dan fokus dalam proses pembelajaran sehingga hasil yang diperoleh semakin optimal.
2. Bagi Guru, disarankan untuk lebih optimal dalam memanfaatkan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran sehingga pembelajaran lebih mudah dipamahi siswa.
3. Bagi Sekolah, disarankan untuk mendorong para guru memanfaatkan berbagai media pembelajaran dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, 2002. Menyimak. Jakarta : Depdikbud
Aqib, Zainal. 2012. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.
Ardiana, Leo Idra, dkk. 2002. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompotensi Guru Mata
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan untuk Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri, Zain Aswan. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineke Cipta.
Hamalik, Oemar. 2012. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Kamidjan, 2001. Teori Menyimak. Surabaya : FBS UNESA.
Martini Iskandar. 2005. Language. (ONLINE) www.digilib.upi.edu/pasca/ available /etd/ etd-1205105-094801. Diakses 12 Desember 2008.
Permendiknas No. 22 tahun 2006.
Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup.
Slameto. 2005. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sabari, dkk. 1992. Bahasa Indonesia, Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Subyakto, Sri Utara. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudirman, dkk. 1992 Ilmu Pendidikan. Bandung : Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 1991. Evaluasi Hasil Belajar Konstruksi dan Analisa. Bandung.
Sutari, Ice, KY, dkk. 1998. Menyimak. Jakarta : Depdikbud
Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D.. Surakarta: Fairuz Media.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Saefuddin, Asis dan Berdiati, Ika. 2014. Pembelajaran Efektif. Bandung: Rosda Karya.
Suyanto, dan Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesional. Esensi: Jakarta.
Winkel, WS. 2001. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia
Â
Â