PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN RENCANA KERJA SEKOLAH MELALUI PEMBINAAN BERKELANJUTAN BAGI KEPALA SEKOLAH DASAR
PENINGKATAN KEMAMPUAN
MENYUSUN RENCANA KERJA SEKOLAH
MELALUI PEMBINAAN BERKELANJUTAN
BAGI KEPALA SEKOLAH DASAR
Paiman
UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Jatipurno
Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk meningkatkan motivasi Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah melalui Pembinaan Berkelanjutan bagi Kepala SD di Gugus Melati UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014. (2) Untuk meningkatkan Kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah melalui Pembinaan Berkelanjutan bagi Kepala Sekolah Dasar di Gugus Melati UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah (PTS) yang terdiri dari 2 (dua) siklus, dan masing-masing siklus terdiri atas kegiatan: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dari kondisi awal dibandingkan kondisi akhir, yaitu: Kemampuan terendah naik 32,5% dari 54 menjadi 80, kemampuan tertinggi naik 32,18% dari 59 menjadi 87, sedangkan kemampuan rata-ratanya juga meningkat sebesar 33,21% dari 56 menjadi 83,85.
Kata-kata Kunci: Pembinaan berkelanjutan, Motivasi, RKS
PENDAHULUAN
Isi dari Standar Pengelolaan Pendi-dikan salah satunya adalah, bahwa setiap satuan pendidikan wajib mempunyai Ren-cana Kerja Sekolah yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu empat tahun. Untuk mewujudkan hal itu Pengawas perlu melakukan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS) di daerah binaannya. Di dalam menyusun RKS tersebut, Kepala Sekolah perlu meli-batkan Guru dan Komite Sekolah, dan dilakukan secara bertahap. Diharapkan lewat pembinaan secara berkelanjutan tersebut, Kepala Sekolah mampu menyu-sun RKS yang akan dipedomani dan dilaksanakan untuk empat tahun mendatang. Realita yang ada saat ini Kepala Sekolah merasa masih sangat kesulitan dalam menyusun RKS, karena merupakan hal yang baru. Proses awal penyusunan nya di mulai dengan mengisi tabel profil sekolah. Untuk mengisi tabel profil sekolah dibutuhkan data tiga tahun yang lalu. Sehingga Kepala Sekolah perlu menyiapkan data-data tersebut. Hal ini yang tidak biasa dilakukan sekolah, untuk itu perlu ada pembinaan dan bimbingan secara rutin oleh pengawas. Sehingga kalau sekolah mempunyai kesulitan dalam proses penyusunan RKS tersebut ada yang mendampingi dan membina.
Sementara yang sudah dilaksana-kan pengawas saat ini adalah melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah dalam rang-ka supervisi dan monitoring kegiatan- kegiatan rutin yang dilaksanakan di sekolah binaannya. Untuk kegiatan pembinaan juga sebatas pada permasalahan-permasalahan yang timbul di masing- masing sekolah. Sedangkan untuk pembinaan yang sifatnya umum biasanya pada kegiatan KKKS dan KKG, yang mana pembinaannya juga bersi-fat insidental. Pengawas memang belum melakukan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan dalam mengatasi masalah-masalah tertentu, misalnya untuk meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun KTSP, Silabus dan RPP dan menyusun RKS.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah yang timbul di sekolah dalam proses penyusunan Rencana Kerja Sekolah, yaitu perlu adanya tindakan dari Pengawas untuk mengadakan pembinaan berkelan-jutan dalam rangka meningkatkan kemam-puan bagi Kepala Sekolah dalam menyusun RKS. Hal ini dilakukan agar Kepala Sekolah memiliki kemampuan dalam proses penyu-sunan RKS. Sedangkan tindakan yang akan dilakukan Pengawas dalam rangka pembi-naan berkelanjutan dalam upaya mening-katkan kemampuan Kepala Sekolah di Gu-gus Melati Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri ini adalah: mengadakan pembina-an secara umum se-dabin untuk menjelas-kan cara mengisi tabel profil sekolah beser-ta tahap-tahap penyusunan RKS, fokusnya pada tabel A Identifikasi Tantangan; meng-adakan pembinaan secara berkelompok ke-pada sekolah terdekat. Kemudian menjelaskan pengisian tabel B Alternatif Pemecahan Tantangan; mengadakan pembinaan masing-masing sekolah untuk menyusun tabel C Merumuskan Program dan Kegiatan; mengadakan pembinaan untuk menyusun tabel D yaitu Menghitung Biaya dan Sumber Pendanaan. Melalui empat tindakan pembinaan tersebut diha-rapkan Kepala Sekolah dapat menyusun Rencana Kerja Sekolah, yang akan dijadikan pedoman kerja sekolah selama empat tahun kedepan.
Bertolak dari latar belakang tersebut, maka permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut. (1) Mengapa kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah masih rendah? (2) Mengapa kemampuan Kepala Sekolah dalam Menyusun Rencana Kerja Sekolah perlu ditingkatkan? (3) Faktor-faktor apa yang menyebabkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah masih rendah? (4) Upaya apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah?
Untuk membatasi masalah dalam penelitian ini, maka yang akan menjadi variabel dalam penelitian ini, sebagai berikut. (1) Variabel yang akan diteliti adalah kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah sebagai variabel terikat, sedangkan variabel bebas-nya adalah melalui pembinaan berkelanjut-an. (2) Penelitian akan dilakukan terhadap Kepala Sekolah Dasar di Gugus Melati UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri. Sedangkan pelaksa-naan penelitian selama empat bulan pada semester genap tahun pelajaran 2013/ 2014. (3) Peningkatan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah tersebut akan dilakukan melalui beberapa kali tindakan pembinaan berke-lanjutan, baik di tingkat sekolah maupun di tingkat dabin. Pembinaan berkelanjutan tersebut akan dilaksanakan sampai tersu-sunnya Rencana Kerja Sekolah di masing-masing sekolah se- Gugus Melati UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Jatipurno Kabupa-ten Wonogiri.
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: (1) Apakah melalui pembinaan berkelanjutan dapat meningkatkan motivasi Kepala Sekolahdalam menyusun Rencana Kerja Sekolah bagi Kepala Sekolah Dasar di Gugus Melati UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/ 2014? (2) Apakah melalui pembinaan ber-kelanjutan dapat meningkatkan kemampu-an Kepala Sekolah dalam menyusun Renca-na Kerja Sekolah bagi Kepala Sekolah Dasar di Gugus Melati UPT Dinas Pendidik-an Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wono-giri Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014?
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk meningkatkan motivasi Kepala Seko-lah dalam menyusun Rencana Kerja Seko-lah melalui Pembinaan Berkelanjutan bagi Kepala SD di Gugus Melati UPT Dinas Pen-didikan Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014. (2) Untuk meningkatkan Ke-mampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah melalui Pembinaan Berkelanjutan bagi Kepala Sekolah Dasar di Gugus Melati UPT Dinas Pendidikan Keca-matan Jatipurno Kabupaten Wonogiri Se-mester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TIN–DAKAN
Motivasi Menyusun Rencana Kerja Sekolah
Hamzah (2010:1) motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan se–seorang bertingkah laku.Dorongan ini bera–da pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai de–ngan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasari-nya.
Sedangkan menurut Gray (dalam Winardi, 2002) motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kekuatan yang ada pada diri seseorang yang dapat mendorong atau membangkit-kan suatu tindakan karena ingin mencapai tujuan tertentu.
Faktor – faktor yang mempengaruhi Motivasi
Herzberg (2003) mencoba menentukan factor-faktor apa yang mem-pengaruhi motivasi dalam organisasi. Ia menemukan dua perangkat kegiatan yang memuaskan kebutuhan manusia: (a) Kebu-tuhan yang berkaitan dengan kepuasan kerja atua disebut juga motivatorMeliputi prestasi, penghargaan, tanggung jawab, kemajuan atau promosi, pekerjaan itu sendiri, dan potensi bagi pertumbuhan pribadi. Bila factor ini tidak ada di tempat kerja, pegawai akan kekurangan motivasi, namun tidak berarti tidak puas dengan pekerjaan mereka. (b) Kebutuhan yang berkaitan dengan ketidak puasan kerjadisebut juga factor pemeliharaan (maintenance) atau kesehata (hygiene), meliputi gaji, pengawasan, keamanan kerja, kondisi kerja, administrasi, kebijakan organisasi, dan hubungan antar pribadi dengan rekan kerja, atasan, dan bawahan ditempat kerja. Faktor ini berkaitan dengan lingkungan atau konteks pekerjaan alih-alih dengan pekerjaan itu sendiri. Bila factor ini ditanggapi secara positif, pegawai tidak mengalami kepuasan atau tampak termotivasi; namun bila factor-faktor tersebut tidak ada, pegawai akan merasa tidak puas.
Kemampuan Menyusun Rencana Ker-ja Sekolah
a. Hakikat Rencana Kerja Sekolah
Pada hakikatnya Rencana Kerja Sekolah merupakan rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun, yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan. (Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007).
Dalam Peraturan Pemerintah No-mor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasio-nal Pendidikan (SNP) secara eksplisit dinya-takan bahwa setiap sekolah pada semua satuan, jenis dan jenjang pendidikan termasuk sekolah/madrasah harus meme-nuhi Standar Nasional Pendidikan. Salah satu upaya untuk mencapai Standar Na-sional Pendidikan tersebut, setiap seko-lah/madrasah wajib membuat Rencana Kerja Sekolah.
b. Langkah-langkah Menyusun Rencana Kerja Sekolah
Dalam proses menyusun RKS seperti yang diuraikan dalam panduan penyusunan RKS tersebut di atas memiliki langkah-langkah: identifikasi tantangan; analisis pemecahan tantangan; merumus-kan program sekolah; dan menyusun rencana anggaran sekolah. Dengan adanya panduan langkah-langkah dalam menyusun RKS tersebut dapat membantu Kepala Sekolah dalam membuat rencana kerja empat tahun dan rencana kerja tahunan.
Melalaui tahapan-tahapan yang di–laksanakan dalam penyusunan RKS terse–but, dapat membantu Kepala Sekolah da–lam menyusun RKS di sekolahnya masing-masing. Tahapan-tahapan tersebut nanti–nya akan dilakukan dalam pertemuan-pertemuan rutin yang sudah diprogramkan melalui siklus-siklus yang dilaksanakan dalam penelitian ini.
Pembinaan Berkelanjutan
a. Hakikat Pembinaan Berkelanjutan
Pembinaan berkelanjutan disini adalah memberikan arahan, bimbingan, contoh dan saran dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah secara terus mene-rus. (Rohmanto, 2007:207). Lebih lanjut diuraikan bahwa pembinaan pengawasan, sebagian meliputi: memberikan arahan agar menjadi terarah dan mencapai tujuan; memberikan bimbingan agar mengetahui secara lebih rinci kegiatan yang harus dilaksanakan dan cara melaksanakannya; memberi saran-saran ke arah peningkatan mutu, terutama peningkatan mutu pendidikan; dan peran pembina adalah sebagai: peneliti, konsultan/penasehat, fasilitator, inovator, dan orang yang mampu mengendalikan diri.
b. Prinsip-prinsip Pembinaan Berkelan-jutan
Menurut Rohmanto (2007:208) bahwa prinsip-prinsip pembinaan diantara-nya: pembinaan hendaknya dimulai hal-hal yang positif; hubungan hendaknya dilaku-kan dilakukan atas dasar hubungan kerabat kerja; pembinaan hendaknya didasarkan pada pandangan yang obyektif; didasarkan pada tindakan yang manusiawi; dapat mendorong pengembangan potensi, inisia-tif dan kreatifitas guru; pembinaan harus dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan; pembinaan hendaknya dilakukan sesuai dengan kebutuhan ma-sing-masing; pembinaan hendaknya dilak-sanakan atas dasar kekeluargaan, kebersa-maan, keterbukaan dan keteladanan dan pembina hendaknya selalu tampil dalam peran yang beragam.
Menurut Shertzer dan Stones, seperti yang dikutip Wagiman (2007:44) mengatakan bahwa bimbingan adalah proses bantuan kepada individu untuk memahami diri sendiri dan dunianya. Kata “proses“ menunjuk kepada gejala per-ubahan yang berkelanjutan, atau kegiatan yang pelaksanaannya berlangsung tahap demi tahap dan menuju pada suatu tujuan.
Pada prinsipnya pembinaan berke-lanjutan yang akan dilakukan disini dimaksudkan untuk memberikan bantuan tahap demi tahap untuk proses penyusun-an Rencana Kerja Sekolah bagi Kepala Sekolah Dasar, mulai dari tahap awal sampai tersusunnya sebuah dokumen RKS yang akan dijadikan pedoman kerja Kepala Sekolah di satuan pendidikan masing-masing selama kurun waktu empat tahun.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TIN–DAKAN
Motivasi Menyusun Rencana Kerja Sekolah
Hamzah (2010:1) motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan sese–orang bertingkah laku.Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.
Sedangkan menurut Gray (dalam Winardi, 2002) motivasi merupakan sejum-lah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.
Menurut Suprihanto (2003) Motiva-si merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbe-da satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kekuatan yang ada pada diri seseorang yang dapat mendorong atau membang-kitkan suatu tindakan karena ingin mencapai tujuan tertentu.
Langkah-langkah Menyusun Rencana Kerja Sekolah
Dalam proses menyusun RKS seperti yang diuraikan dalam panduan penyusunan RKS tersebut di atas memiliki langkah-langkah: identifikasi tantangan; analisis pemecahan tantangan; merumus-kan program sekolah; dan menyusun rencana anggaran sekolah. Dengan adanya panduan langkah-langkah dalam menyusun RKS tersebut dapat membantu Kepala Sekolah dalam membuat rencana kerja empat tahun dan rencana kerja tahunan.
Pembinaan Berkelanjutan
Pembinaan berkelanjutan disini adalah memberikan arahan, bimbingan, contoh dan saran dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah secara terus mene-rus. (Rohmanto, 2007:207). Sedangkan
Menurut Rohmanto (2007:208) bahwa prinsip-prinsip pembinaan diantara-nya: pembinaan hendaknya dimulai hal-hal yang positif; hubungan hendaknya dilaku-kan dilakukan atas dasar hubungan kerabat kerja; pembinaan hendaknya didasarkan pada pandangan yang obyektif; didasarkan pada tindakan yang manusiawi; dapat mendorong pengembangan potensi, inisia-tif dan kreatifitas guru; pembinaan harus dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan; pembinaan hendaknya dilakukan sesuai dengan kebutuhan ma-sing-masing; pembinaan hendaknya dilak-sanakan atas dasar kekeluargaan, keber-samaan, keterbukaan dan keteladanan dan pembina hendaknya selalu tampil dalam peran yang beragam.
Menurut Shertzer dan Stones, seperti yang dikutip Wagiman (2007:44) mengatakan bahwa bimbingan adalah proses bantuan kepada individu untuk memahami diri sendiri dan dunianya. Kata “proses“ menunjuk kepada gejala perubahan yang berkelanjutan, atau kegiatan yang pelaksanaannya berlangsung tahap demi tahap dan menuju pada suatu tujuan.
Pada prinsipnya pembinaan berke-lanjutan yang akan dilakukan disini dimak-sudkan untuk memberikan bantuan tahap demi tahap untuk proses penyusunan Rencana Kerja Sekolah bagi Kepala Sekolah Dasar, mulai dari tahap awal sampai tersusunnya sebuah dokumen RKS yang akan dijadikan pedoman kerja Kepala Sekolah di satuan pendidikan masing-masing selama kurun waktu empat tahun.
Kerangka Berpikir Penelitian
Kondisi yang ada sekarang peng-awas belum menerapkan pembinaan ber-kelanjutan bagi Kepala Sekolah untuk menyusun RKS, sehingga kemampuan Ke-pala Sekolah dalam menyusun RKS masih rendah. Supaya kemampuan Kepala Seko-lah dalam menyusun RKS bisa meningkat, maka diperlukan adanya pembinaan berkelanjutan dari pengawas yang dilakukan melalui dua siklus.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan ke-rangka berpikir seperti yang telah diuraikan di atas, maka diajukan hipotesis tindakan adalah: “Melalui pembinaan berkelanjutan dapat meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah bagi Kepala SD di Gugus Melati UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014”.
Kerangka Berpikir Penelitian
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pada awalnya pengawas/peneliti belum memberikan pembinaan yang berkelanjutan, akibatnya kemampuan kepala sekolah dalam menyu–sun RKS masih rendah. Setelah pengawas memberikan pembinaan berkelanjutan, kemampuan kepala sekolah dalam menyusun RKS menjadi meningkat.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir seperti yang telah di–uraikan di atas, maka diajukan hipotesis tindakan adalah: “Melalui pembinaan ber-kelanjutan dapat meningkatkan kemampu-an Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah bagi Kepala SD di Gugus Melati UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014”.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester genap selama kurang lebih empat bulan, dari bulan Maret sampai Juni 2014. Sedangkan tempat penelitian di daerah binaan penulis, yaitu di Gugus Melati Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri dengan sasaran 7 SD, yaitu SD Negeri 1 Balepanjang, SD Negeri 2, Balepanjang; SD Negeri Girimulyo, SD Negeri I Jatipurno SD Negeri 1 Tawangrejo, SDN 3 Tawangrejo, dan SDN Gendungan. Subjek penelitian adalah semua kepala sekolah di SD Binaan tersebut di atas.
Metode dan Alat Pengumpulan Data
Dalam Penelitian Tindakan Sekolah, metode yang dipergunakan adalah metode langsung, artinya peneliti melaksanakan proses pengumpulan data secara langsung berhadapan dengan Kepala Sekolah ketika sedang menyusun Rencana Kerja Sekolah. Data yang diperoleh, terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif.
Metode Analisis data
Dalam proses analisis data terdapat komponen utama yang harus benar-benar dipahami. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan mengguna–kan analisis deskriptif kualitatif dilanjutkan refleksi, yang berdasarkan hasil observasi dan pengamatan dari tiap-tiap siklus.
Validasi Data
Di dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data kualitatif, sehingga untuk menguji kevalidan data mengguna–kan triangulasi. Triangulasi merupakan cara pemeriksaan keabsahan data yang paling umum digunakan dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk pengecekan. Triangulasi ada dua, yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode. Disini penulis menggunakan triangulasi sumber data yang dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek dera–jad/kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Kemudian untuk instrumen lembar pengamatan yang akan digunakan pada tahap awal dan akhir, validasinya akan dilakukan dengan membuat kisi-kisi/indikator terlebih dahulu.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah. Adapun yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Nilai tes akhir kemam–puan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS mencapai rentang nilai 81-100. (2) Kepala Sekolah mampu menyusun RKS di tingkat sekolah masing-masing setelah mengikuti pembinaan berkelanjutan. (3) Kepala Sekolah memiliki motivasi yang tinggi da-lam menyusun Rencana Kerja Sekolah.
Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini secara keseluruhan melalui langkah-langkah sebagai berikut. (1) Menentukan metode, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan sekolah. (2) Menentukan banyaknya siklus/tindakan dalam penelitian, dalam penelitian ini dilakukan melalui 2 siklus. Masing-masing siklus dilakukan dalam dua kali pertemuan. (3) Menentukan tahapan dalam siklus. Adapun tahapan yang dilaksanakan pada tiap-tiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu: planning, acting, observing dan reflecting.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan hasil penilaian dari lembar instrumen yang diberikan pada Kepala SD di Gugus Melati Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri, menunjukkan bahwa kemampuan Kepala SD dalam menyusun RKS masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor yang rata-rata memperoleh nilai D (kurang) dengan rentang nilai 54 – 59, nilai reratanya sebesar 56.
Deskripsi Siklus I
Pada siklus yang pertama penulis melaksanakan 4 tahap yaitu; perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi, yang mana kegiatan ini merupakan tindakan pertama setelah mengetahui kondisi awal kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS. Adapun hasil dari pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat penulis sampaikan sebagai berikut. Rentang nilai sudah mengalami kenaikan, yaitu nilai terendah 60 dan tertinggi 70, atau reratanya sebesar 66,42.
Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan selama penulis melaksanakan tindakan di siklus pertama ini, penulis mendapatkan data yang berbeda antara kondisi awal sebelum diadakan tindakan dibandingkan dengan kondisi setelah dilaksanakan siklus pertama. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari hasil tes yang diberikan sebelum penelitian dilakukan untuk mengetahui kondisi awal, dengan data nilai tertinggi baru mencapai 59 dengan rerata 56. Sedangkan tes yang diberikan pada akhir siklus pertama hasilnya menunjukkan adanya peningkatan, dengan data nilai tertinggi mencapai 70 dengan rerata 66,42.
Simpulan: Kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS meningkat rata-ratanya sebesar 10%, dari kondisi awal baru mencapai 56 meningkat menjadi 66,42. Sedangkan kemampuan terendah meningkat 15% dan kemampuan tertinggi juga meningkat 10%.
Deskripsi Siklus II
Setelah mengetahui hasil evaluasi dari tindakan yang pertama, penulis melaksanakan tindakan yang kedua dengan mengacu pada skenario yang telah penulis persiapkan. Adapun hasil secara rinci dari pelaksanaan siklus yang kedua ini dapat penulis deskripsikan sebagai berikut.
Pada akhir kegiatan di siklus yang kedua ini, penulis memberikan instrumen tes yang sama dengan sebelum tindakan dan setelah dilakukan siklus I. Hal ini penulis lakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan Kepala Sekolah dalam memahami penyusunan RKS. Hasil tes yang diperoleh di siklus yang kedua ini sekaligus merupakan hasil akhir dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Nilai terendah 80, nilai tertinggi 87, rerata sebesar 83,85.
Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan bahwa kemampuan Kepala Sekolah menyusun RKS dari siklus pertama dibandingkan dengan siklus kedua meningkat rata-ratanya sebesar 8,43%, dari rata-rata 66,42 meningkat menjadi 83,85. Sedangkan Kemampuan terendah–nya meningkat 25% dari 60 menjadi 80, dan kemampuan tertingginya juga mening–kat 20,68% dari 70 menjadi 87. Dari ketiga item tersebut semua mengalami peningkat–an hasilnya.
Pembahasan Antar Siklus
Dari hasil di atas dapat membuktikan bahwa kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS dapat ditingkatkan melalui pembinaan berkelan–jutan. Secara garis besar peningkatan dari kondisi awal dibandingkan kondisi akhir dapat ditunjukkan sebagai berikut: Ke-mampuan terendah naik 32,5% dari 54 menjadi 80, kemampuan tertinggi naik 32,18% dari 59 menjadi 87, sedangkan kemampuan rata-ratanya juga meningkat sebesar 33,21% dari 56 menjadi 83,85.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data Penelitian Tindakan Sekolah mulai dari kondisi awal, hasil siklus I, sampai dengan hasil siklus II, yang sekaligus menjadi hasil kondisi akhir, maka dapat penulis simpul–kan sebagai berikut. (1) Kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS dapat ditingkatkan melalui pembinaan berkelanjutan. (2) Pembimbingan dan pembinaan secara rutin oleh pengawas sekolah dapat meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS. (3) Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dari kondisi awal dibandingkan kondisi akhir, yaitu: Kemampuan terendah naik 32,5% dari 54 menjadi 80, kemampuan tertinggi naik 32,18% dari 59 menjadi 87, sedangkan kemampuan rata-ratanya juga meningkat sebesar 33,21% dari 56 menjadi 83,85.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Djauzak. 2005. Didaktik /Metodik Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ali, Mohamad. 2002. Konsep dan Penerapan CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif) dalam Pengajaran. Bandung: PT. Sarana Pancakarya.
Azman, Nur. 2002. Ikhtisar dan Rumus Matematika. Bandung: Penabur lmu.
Ibrahim, R dan Nana Syaodih S. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Karso, dkk. 2005. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II.
N.K, Roestiyah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Popham W. James dan Eva L. Baker. 2003. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Poerwadi, S. Tanpa tahun. Rumus – Rumus Matematika. Surakarta: CV. Bringin.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Syamsul Hidayat, M. Tanpa tahun. Rumus-Rumus Matematika ( Berhitung ) Lengkap. Surabaya: Apollo.