PROBLEM BASED LEARNING: SUATU METODE PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH DAN MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS
PROBLEM BASED LEARNING:
SUATU METODE PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH
DAN MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS
Henny Dewi K
Progdi PPKn FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
ABSTRAK
Kebijakan pemerintah yang menekankan pengembangan kurikulun berbasis kompetensi pada jenjang perguruan tinggi sebagaimana diatur dalam keputusan mentri Penidikan nasional nomor 045/U/2002 tentang kurikulim inti pendidikan tinggi, mendorong para pengajar menerapkan metode-metode yang mendukung terealisasinya kebijakan itu (Supratiknya dan Kristiyani, 2006: 17). Adapun kurikulum yang dikembangkan, diantaranya adalah dalam hal pendekatan pembelajaran, yaitu dituntut untuk merubah pendekatan yang berpusat pada guru (teacher center learning) menjadi pendekatan berpusat pada siswa (student center learning). Pemelihan metode pembelajaran yang tepat dapat memperlancar belajar secara aktif dan efisien. Metode pembelajaran yang digunakan sangat berpengaruh terhadap keterampilan memecahkan masalah dan kemampuan berpikir logis, karena pemilihan metode yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, sera keterlibatan siswa/mahasiswa dalam proses pembelajaran akan lebih efektif dalam pembentukan kompetensi yang ingi dicapai. Salah satu metode pembelajaran yang dapat mengembangkan pola berpikir untuk menyelesaikan masalah adalah metode Problem Based Learning (PBL).
Kata kunci: Problem Based Learning
PENDAHULUAN
Kebijakan pemerintah yang mene–kankan pengembangan kurikulun berbasis kompetensi pada jenjang perguruan tinggi sebagaimana diatur dalam keputusan mentri Penidikan nasional nomor 045/U/ 2002 tentang kurikulim inti pendidikan tinggi, mendorong para pengajar menerap–kan metode-metode yang mendukung terealisasinya kebijakan itu (Supratiknya dan Kristiyani, 2006: 17). Adapun kurikulum yang dikembangkan, diantaranya adalah dalam hal pendekatan pembelajaran, yaitu dituntut untuk merubah pendekatan yang berpusat pada guru (teacher center learning) menjadi pendekatan berpusat pada siswa (student center learning). Sebelum perubahan pembelajaran yang berpusat pada guru, siswa hanya dijadikan objek pembelajaran dan guru sebagai subjek pembelajaran, sehingga guru merupakan satu-satunya sumber belajar, dan siswa sangat tergantung pada sosok guru. Hal itu dapat menyebabkan lemahnya kemampuan berpikir siswa untuk memecahkan masalah.
Berdasarkan hal tersebut dalam proses pembelajaran perlu dirancang pembelajara yang dapat mebangkitkan dan mengembangkan potensi siswa dalam menggunakan kemampuan berpikirnya untuk dapat memecahkan atau menyele–saikan masalah. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan salah satunya adalah pemilihan metode pembelajaran. Pemelihan metode pembelajaran yang tepat dapat memperlancar belajar secara aktif dan efisien. Metode pembelajaran yang digunakan sangat berpengaruh terhadap keterampilan memecahkan masalah dan kemampuan berpikir logis, karena pemilihan metode yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, sera keterlibatan siswa/mahasiswa dalam proses pembelajaran akan lebih efektif dalam pembentukan kompetensi yang ingi dicapai. Salah satu metode pembelajaran yang dapat mengembangkan pola berpikir untuk menyelesaikan masalah adalah metode Problem Based Learning (PBL).
PROBLEM BASED LEARNING DAN BERPIKIR LOGIS
Dalam pelaksanaan pembelajaran diperlukan suatu persiapan, diantaranya adalah pemilihan metode pembelajaran. Tidak ada satupun metode yang baik, setiap metode pasti ada kelemahan dan kelebihannya. Oleh karena itu dalam rangka pemilihan metode harus bener-benar dicermati, apakah metode tersebut cocok atau tidak untuk materi yang akan diajarka.
Dalam perkuliahan yang dilaksa–nakan dengan metode PBL, ada tiga komponen yang dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan metode PBL, yaitu:
Iinstitusi/pengguna, dalam hal ini adalah perguruan tinggi, dukungan yang dilakukan adalah mempersiapkan sarana prasarana perkuliahan, menjamin keterlak–sanaan perkuliahan, adanya evaluasi pelaksanaan perkuliahan bagi dosen, menyiapkan absensi dosen,
Dosen, dalam proses pembe–lajaran dengan metode PBL peran dosen adalah: 1) sebagai fasilitator, di mana tugas dosen adalah a) diagnotici–an/mendiagnosa kemampuan kemampuan mahasiswa, b) Challenger/membuat tantangan agar mahasiswa termotivasi untuk mengembangkan pola pikir, c) model: menjadi contoh yang baik bagi mahasiswa, d) activator/mengaktifkan mahasiswa dalam menuangkan ide, gagasan, dan pendapat e) moni–toring/memantau perkembangan mahasis–wa, f) evaluator/ mengevaluasi selama proses pembelajaran. 2) mempersiapkan strategi pembelajaran, menyiapkan peren–canaan pembelajaran, SILABI dalam format Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS), mempersiapkan materi perkuliahan termasuk
Mahasiswa, dalam proses pembe–lajaran mahasiswa dituntut untuk dapat belajar mandiri dan dapat berkola–borasi dengan kelompok, di samping itu maha siswa harus dapat berpikir kiris dalam memecahkan masalah dan berperan aktif.
Problem Based Learning atau biasa disingkat dengan PBL merupakan satu bentuk motode pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa (student centered learning) sehingga dapat memberikan kondisi belajar aktif dan menempatkan dosen sebagai fasilitator serta menghadapkan mahasiswa pada suatu masalah konkret yang ada di sekitar mereka. Pembelajaran ini umumnya dimulai dengan bagaimana mahasiswa memikirkan penyelesaian suatu tugas kemudian diikuti dengan mengomu–nikasikan hasil pemikirannya, Dengan demikian, mahasiswa diyakini mampu menemukan masalah dan memproduksi sendiri pengetahuan mereka. Pembelajaran berdasarkan masalah dirumuskan sebagai suatu motode pembelajaran di mana mahasiswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan penyelidikan dan kemam–puan berpikir tingkat tinggi, serta mengem–bangkan kemandirian dan kepercayaan diri (Arends, 2008: 349).
Langkah-langkah PBL
Pelaksanaan pembelajaran dengan metode PBL, materi yang diajarkan harus sesuai dengan langkah-langkah yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Langkah-langkah tersebut adalah a) Orientasi Pembelajaran, b) Pengorgani–sasian Mahasiswa, c) Belajar Mandiri
Orientasi Pembelajaran
Langkah pertama dari metode ini, dosen/fasilitator memberikan orientasi pembelajaran kepada mahasiswa, dengan menyampaikan topik materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran sesuai kompeten–si dasar yang akan dicapai, termasuk memberikan referensi sebagai acuan sesuai materi yang dibahas. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa mempunyai gambaran yang jelas tentang arah dan tujuan dalam perkuliahan.
Dalam hal ini dosen tidak memaparkan materi secara detail tetapi hanya garis besarnya saja dengan tujuan mahasiswa yang bertugas mengem–bangkan materi secara mandiri dan menda–lam. Agar mahasiswa dapat memahami proses pembelajaran ini, mka harus benar-benar mengikuti langkah-langkah PBL sesuai dengan petunjuk.
Pengorganisasian Mahasiswa
Langkah kedua dari metode ini, mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan memperhatikan hetero–genitas anggota kelompok, di mana dalam satu kelompok anggotanya mempunyai kemampuan logika berpikir tinggi maupun rendah. Tiap-tiap kelompok menentukan atau memilih ketua kelompok. Selanjutnya dosen memberikan permasalahan pada mahasiswa, dan mahasiswa melakukan beberapa kegiatan, yang pertama, penyampaian curah pendapat, di mana dalam satu kelompok melakukan diskusi untuk menyampaikan pandangan, gagasa, ide, pendapat, dan tanggapan, sehingga akan muncul beragam pendapat.
Belajar Mandiri
Langkah ketiga, mahasiswa saling memberikan penjelasan kepada teman yang lain dalam satu kelompok, dan apabila ada masalah yang belum dapat dipecahkan maka akan ditulis sebagi permasalahan dalam kelompok. Selanjut–nya dilakukan reduksi dari pendapat-pendapat yang telah disampaikan untuk menentukan permasalahan atau hipotesis yang akan dipecahkan dan membagi tugas secar individu untuk mencari refenrensi yang sesuai deng permasalahan yang dibahas, kenudian mahasiswa melakukan investigasi dengan mencari berbagai sumber sesuai dengan masalah yang dibahas. Dalam tahap ini mahasiswa melakukan belajar mandiri, proses pelaksanaannya pada saat mahasiswa mendapatkan tugas untuk melakukan pendalaman materi dengan mencari referensi (buku, jurnal, artikel ilmiah, majalah ilmiah, internet, dll).
Setiap mahasiswa dalam kelompok dituntut untuk menyampaikan hasil yang didapat dan mengintegrasikan dengan temua-temuan teman yang lain untuk mendapatkan kesimpulan yang disepakati bersama dalam setiap kelompok, hasil dari temuan kelompok yang telah disepakati bersama dipresentasikan untuk mendapat masukan atau sanggahan dari kelompok lain dan dari fasilitator.
Motode pembelajaran PBL merupa–kan salah satu pendekatan pembelajaran yang memiliki karakteristik: 1) Learning is student-centered, proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahu–annya sendiri, 2) Authentic problems form the organizing focus for learning, Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehinggamsiswa mampu dengan mudah memahami masa–lah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti, 3) New information is acquired through self-directed learning, dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya, 4) Learning occurs in small groups, agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaborative, maka PBL dilaksakan dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas, 5) Teachers act as facilitators, pada pelaksanaan PBL, guru berperan sebagai fasilitator. Namun, walaupun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong siswa agar mencapai target yang hendak dicapai (Liu, 2005:26).
Karakteristik yang lain pada moto–de pembelajaran PBL adalah merupakan suatu pembelajaran dengan pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang melibat–kan keterampilan proses melalui meng–amati, mengkl asifikasi, mengukur, mem–prediksi, menjelaskan, dan menyimpulkan. Di samping itu metode pembelajaran PBL adalah rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah (Sanjaya, 2006: 214), dan secara definitif, Hitipeu (2009: 93) menyatakan bahwa pembelajaran PBL merupakan metode yang disusun berdasarkan teori konstruktivistik yang cukup efektif membantu siswa dalam memperoleh suatu keterampilan.
Konstruktivisme adalah suatu pandangan yang didasarkan pada pemikir–an bahwa semua orang mengkonstruksi perspektifnya sendiri tentang dunia lewat pengalaman. Inti dari konstruktivisme yaitu pengetahuan dikonstruksi dari pengalam–an. Dalam mengkonstruksikan pengetahu–an mahasiswa diharuskan mempunyai dasar bagaimana membuat hipotesis dan mempunyai kemampuan untuk menguji–nya, menyelesaikan persoalan, mencari jawaban dari persoalan yang ditemuinya, selanjutnya melakukan perenungan, mengekspresikan ide-ide dan gagasan sehingga diperoleh kontruksi yang baru.
Metode pembelajaran PBL dapat diiplementasikan di lingkungan belajar yang konstruktivistik. Berdasarkan teori konstruktivistik, proses pembelajaran terjadi dengan mengkonstruksi pengeta–huan dalam pikiran mahasiswa. Hal terpenting dalam proses ini adalah pengetahuan sebelumnya dan pengalaman setiap individu. Jika pengetahuan baru konsisten dengan pengetahuan awal mahasiswa maka pengetahuan dapat diasimilasi dengan mudah. Namun, apabila tidak konsisten maka dapat berpengaruh pada proses belajar selanjutnya. Hal ini berpengaruh positif terhadap proses konstruksi pengetahuan mahasiswa.
Pada pembelajaran ini, masalah diberikan kepada mahasiswa melalui perencanaan yang disusun secara realistis yang berisi petunjuk untuk membantu mahasiswa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dengan mengembangkan ide-idenya sebagai panduan merancang pengetahuan baru yang melibatkan dunia sebenarnya. Dengan demikian mahasiswa dapat menyusun pengetahuan degan cara membangun penalaran dari semua pengetahuan yang sudah dimlikinya dan dari semua yang diperoleh sebagai hasil kegiatan berinteraksi dengan sesama individu.
Penalaran adalah pengambilan suatu kesimpulan yang didasarkan pada alasan-alasan dan langkah-langkah terten–tu dalam menjelaskan suatu hal yang saling berkaitan atau berhubungan antara satu dengan yang lain (Poespoprojo dan Gilarso,1985: 8), di samping itu penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir, tersusun urutan yang saling berhubungan untuk sampai pada kesimpulan (Arifin dan Tasai, 1991: 160). Berpikir merupakan suatu aktivitas yang tidak terlepas dari bernalar dengan memahami suatu yang dialami dan mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dialami dengan membandingkan, menggolongkan, meng–hubungkan, mengevaluasi, menafsirkan, dan menarik kesimpulan. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap valid (sahih) apabila proses penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika.
Logika secara luas dapat diartikan sebagai cara penarikan kesimpulan yang sahih dengan cara tertentu (Suriasumantri, 1984: 46). Bila seseorang memiliki pikiran yang tepat sesuai dengan logika maka dapat dikatakan orang tersebut memiliki pemikiran yang logis. Poespoprodjo dan T. Gilarso (1985: 4) menyatakan bahwa suatu jalan pikiran yang tepat dan jitu, yang sesuai dengan patokan-patokan dalam logika disebut “logis”. Berpikir logis merupakan kegiatan berpikir menurut pola-pola dan sesuai dengan aturan-aturan berpikir atau degan kata lain masuk akal.
“Logical thinking is the process in which one uses reasoning consistently to come to a conclusion. Problems or situations that involve logical thinking call for structure, for relationships between facts, and for chains of reasoning that “make sense.”( Albrecht, 2009: 19). Agar dapat berpikir logis, maka harus dipahami dalil logika yang merupakan peta verbal yang terdiri mengurutkan (ordering), membandingkan (comparing), mengon–traskan (contrasting), mengevaluasi (eva–luating), dan menyeleksi (selecting) (Stevens, 1996: 6). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir logis adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah menggunakan penalaran atau logika melalui proses mengurutkan, membandingkan, mengon–traskan, mengevaluasi, dan menyeleksi untuk mencapai suatu tujuan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran PBL mempunyai kaitan yang erat dengan kemampuan berpikir logis pada mahasiswa, karena dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode PBL merupakan suatu pembelajaran yang mengguanakan maslah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi mahasiswa untuk belajar tentang cara berpikir logis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran
KESIMPULAN
Metode pembelajaran PBL merupa–kan suatu metode pembelajaran yang menghadapkan mahasiswa pada suatu masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi mahasiswa untuk belajar dengan mengembangkan kemampuan berpikir logis dalam memecahkan masalah sebagai stimulus pembelajaran yang mendorong mahasiswa menggunakan pengetahuannya untuk merumuskan sebuah hipotesis, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi untuk mendapatkan solusi masalah yang diberikan, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah.
Dengan kata lain, PBL merupakan metode pembelajaran yang dipusatkan pada peserta didik dan menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengintegrasikan pengetahuan baru. Fokus dalam kegiatan pembelajaran PBL berada pada mahasiswa. Mahasiswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Mahaiswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.
Dengan demikian penerapan metode pembelajaran PBL sebagai dapat dimaksimalkan guna meningkatkan kemampuan berpikir logis dan pemecahan masalah serta menambah pemahaman mahasiswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga mereka dapat menerapkannya dalam kondisi atau kehidupan nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach. Seventh Edition. New York: McGraw Hill Companies, Inc.
Hitipeu, Imanuel. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Fakultas Pendidikan Universitas negeri Malang
Liu, Min. (2005). Motivating Students Through Problem-based Learning. University of Texas : Austin. [online].
Poespoprodjo, W. dan Gilarso T. 1985. Logika: Ilmu Menalar.Bandung: Remaja Karya.
Sanjaya, Wina. 2006. Strateggi pembelajaran Inovatif Kontenporer. Jakarta: Perpustakaan nasional.
Suriasumantri, Jujun S. 1993. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Supratiknya dan Kristiyani, Titik. 2006. Efektivitas Metode Problem Based Learning dalam Pembelajaran Mata Kuliah Teori Psikologi Kepribadian II. Jurnal Psikologi. Fakultas Psikologi UGM. Vol. 33 (1). 17-31