Peningkatan Kemampuan Social Emosi
PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL EMOSI
MELALUI METODE PEMBIASAAN KESOPANAN DI KELOMPOK B
Istiyah
TK Pertiwi Sidomukti Margoyoso Pati
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efektifitas penerapan metode pembiasaan kesopanan dalam meningkatkan kemampuan sosial emosi siswa di kelompok B TK Pertiwi Sidomukti Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati tahun pelajaran 2013/2014. Metodologi dalam penelitian ini terdiri: (1) Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan dua siklus, yaitu: siklus I dan siklus II. (2) Subyek yang diteliti adalah siswa kelompok B dengan jumlah siswa 24 siswayang terdiri dari 11 laki-laki dan 13 perempuan. (3) Teknik pengumpulan data menggunakan teknik non tes, yaitu observasi, angket, dan wawancara. (4) Teknik analisis data meliputi: analisis kualitatif dan analisis komparatif. Lokasi penelitian ini adalah di TK Pertiwi Sidomukti Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati tahun pelajaran 2013/2014 pada Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April s.d. Juni 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode pembiasaan kesopanan efektif untuk untuk meningkatkan kemampuan sosial emosi siswa di kelompok B . Hal ini ditunjukkan dari adanya peningkatan kemampuan sosial emosi pada siswa dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada Pra siklus,tingkat kemampuan sosial emosi anak baru 37,50% siswa yang mencapai kriteria nilai baik. Kemudian pada siklus I, meningkat menjadi 66,67% dan pada siklus II meningkat menjadi 87,50% yang mencapai nilai kategori baik. Hal ini berarti bahwa nilai kemampaun sosial emosi anak pada siklus II ini sudah mencapai indikator kinerja yang telah peneliti tetapkan yaitu 80% siswa mencapai nilai dengan kriteria baik.
Kata Kunci:kemampuan sosial emosi, metode pembiasaan kesopanan
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu usaha yang penting dalam membangun mental bangsa. Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU Sisdiknas, 2006: 8)
Perkembangan sosial emosional memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan, maka perlu diketahui bagaimana perkembangan dan pengaruh emosi terhadap penyesuaian pribadi dan sosial. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa kecerdasan sosial emosional seseorang tumbuh dan berkembang sesuai dengan pendidikan yang didapatkannya atau dengan kata lain merupakan hasil dari belajar.
Tingkat percapaian perkembangan sosial emosional yang diharapkan dapat dicapai pada anak usia dini adalah dapat bersikap keooperatif dengan sesama teman, dapat menunjukkan sikap toleran, dapat mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada, dan mampu mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial dan budaya setempat . (Kemenag Kanwil Jateng, 2011: 5)
Sebagai salah satu metode pembelajaran, pembiasaan akan mampu menanamkan kebiasaan padasiswa. Kebiasaan akan memberikan efek yang tidak mudah hilang dari sanubari seorang anak. Apabila pembiasaan kesopanan yang baik diberikan guru kepada anak, maka anak tersebut akan menjadi bersikap dan berperilaku baik pula.Sehingga nilai kesopanan anak yang termasuk dalam nilai baik secara klasikal lebih dari 85% siswa.
Namun hal ini belum terjadi di TK Pertiwi Sidomukti Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati. Berdasarkan dari observasi awal, tingkat kesopanan siswa kelompok B tahun menunjukkan hasil yang kurang baik. Dari 24 siswa, baru 9 siswa atau 37,50% yang termasuk dalam nilaibaik. Sedangkan 15 siswa atau 62,50% belum termasuk dalam nilai baik.
Hal ini disebabkan guru dalam melaksanakan pembelajaran lebih banyak menggunakan metode ceramah. Penerapan metode ini menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi monoton, kurang menarik, membosankan, menjenuhkan dan kurang menyenangkan bagi siswa. Selain itu, penerapan metode ceramah ini kurang tepat untuk penanaman sikap dan perilaku siswa. Sehingga tingkat kesopanan siswa masih rendah. Maka perlu diadakan tindakan berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang ”Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosi Melalui Metode Pembiasaan Kesopanan di Kelompok B TK Pertiwi Sidomukti Kecamatan Margoyoso Kabupa-ten Pati”.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, teridentifikasi beberapa masalah di antaranya adalah: (1) Kemampuan sosial emosi siswa di kelompok B TK Pertiwi Sidomukti Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2013/2014 menunjukkan prestasi yang kurang baik. Hal ini dilihat dari tingkat sosial emosional siswa secara klasikal yang termasuk prestasi baik baru mencapai 37,50%; dan (2) Guru perlu untuk menerapkan metode pembelajaran pembiasaan kesopanan.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian: ”Bagai-manakah efektifitas penerapan metode pembiasaan kesopanan dalam berbicara dengan guru dan temanuntuk meningkat-kan kemampuan sosial emosi siswa di kelompok B TK Pertiwi Sidomukti Keca-matan Margoyoso Kabupaten Pati?”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektifitas penerapan metode pembiasaan kesopanan dalam berbicara dengan guru dan temandalam meningkat-kan kemampuan sosial emosi pada siswa di kelompok B TK Pertiwi Sidomukti Kecamat-an Margoyoso Kabupaten Pati.
LANDASAN TEORI
Perkembangan Sosial Emosional Anak
Perkembangan sosial merupakan suatu proses kemampuan belajar dari tingkah laku yang ditiru dari dalam keluarganya serta mengikuti contoh-contoh serupa yang ada di seluruh dunia (Dwi Hardiyanti dan M. Sukiram, 2008: 75).
Sedangkan Hurlock (1978) menya-takan bahwa perkembangan sosial merupa-kan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Sementara ahli yang lain menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan suatu proses di mana individu/anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial, terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan kelom-poknya serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti anak lain dalam lingkungan sosialnya.
Istilah emosi berasal dari kata “Emotus” atau “Emovere” yang berarti sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu, misalnya emosi gembira mendorong untuk tertawa. Atau dengan perkataan lain, emosi didefinisikan sebagai suatu keadaan gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hampir keseluruhan diri individu (Hardiyanti dan Sukiram, 2008:97).
Emosi memainkan peranan penting dalam kehidupan seseorang. Tiap bentuk emosi pada dasarnya membuat hidup terasa lebih menyenangkan, karena emosi anak akan merasakan getaran-getaran perasaan dalam dirinya maupun orang lain.
Perkembangan emosi berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan. Reaksi emosi muncul karena rangsangan dari dalam dan atau rangsangan dari luar. Menurut M. Hafi Anshari (1996:183), mendefinisikan perasaan emosional sebagai suatu reaksi yang komplek meliputi tingkat aktivitas yang tinggi dan perubahan yang mendalam, yang disertai oleh perasaan yang kuat atau perasaan efektif.
Perasaan dan emosi biasanya disifatkan sebagai suatu keadaan (state) dari diri organisme atau individu pada suatu waktu. Misalnya, orang merasa sedih, senang, terharu, dan sebagainya bila melihat sesuatu, mendengar sesuatu, mencium bau, dan sebagainya. Perasaan senang atau perasaan tidak senang yang menyertai perbuatan kita sehari-hari disebut warna efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar saja. Dalam warna efektif yang kuat, maka perasaan-perasaan menjadi mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan ini disebut emosi (Abdul Rahman Shaleh, 2008:51).
Dengan demikian, emosi mempu-nyai fungsi untuk mencapai sesuatu pemuasan atau perlindungan diri atau bahkan kesejahteraan pribadi saat berhadapan dengan lingkungan atau obyek tertentu. Perkembangan emosi dan sosial merupakan dasar perkembangan kepribadian anak di masa yang akan datang.
Metode Pembiasaan Kesopanan
Kesopanan berasal dari kata sopan yang artinya hormat dengan takzim (tertib menurut adat yang baik) (Poerwadarminta, 2007: 180). Dengan demikian, kesopanan adalah adat sopan santun atau tata krama.
Kesopanan erat sekali hubungannya dengan moral dan etika. Moral berasal dari kata lati more, yaitu jamak dari more yang berarti adat kebiasaan. Elizabeth Hurlock dalam Hardiyanti dan Sukiram (2008:2), mendefinisikan moralitas adalah kebiasaan yang terbentuk dari standar sosial yang jug dipengaruhi dari luar individu. Hal ini merupakan perpindahan dari luar kekuasaan dirinya menuju ke dalam dirinya, dan konsisten serta tetap dalam dirinya. Hal ini terbukti dengan adanya perasaan tanggungjawab dari setiap apa yang dilakukannya. Selain itu, juga dapat meningkatkan rasa aman dalam kelompoknya.
Sedangkan etika, menurut Suseno dalam Hardiyanti dan Sukiram (2008:2-3) adalah pemikiran sistematis tentang moralitas, yang dihasilkan secara langsung bukan kebaikan, melainkan suatu pengertian yang mendasar tentang ajaran dan pandangan moral.
Secara sederhana, etika dapat dikatakan ilmu yang berbicara tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, tentang apa yang benar, baik dan tepat (Dharmaputera, 1987). Sementara ajaran moral adalah ajaran, wejangan, kumpulan aturan dan ketetapan baik lisan atau tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bentindak agar ia menjadi manusia yang baik.
Penanaman Kesopanan pada Anak
Penanaman sopan santun atau tata krama dan budi pekerti yang paling baik dan efektif dilakukan sedini mungkin sebab perwujudan dari jiwa yang telah berisi dari nilai moral akan berkembang bersama nilai-nilai yang lain yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam perilaku keseharian.
Pembelajaran perilaku moral kesopanan dapat dilakukan, antara lain melalui: mulai dari hal-hal yang konkret, ciptakan kesenangan, pendidikan, pelatihan dan pembimbingan (Depdiknas, 2007: 7-8).
Metode Pembiasaan
Poerwadarminta (2007:767) me-nyebutkan bahwa metode adalah ”cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud”. Jadi metode merupakan cara yang diterapkan oleh guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan demikian metode meng-ajar merupakan hal yang sangat penting diterapkan guru dalam mengajar. Guru harus mampu memilih metode mengajar yang tepat dan sesuai dengan isi dan tujuan pengajaran, sehingga materi yang disampaikan guru dapat diketahui dan dipahami dengan baik oleh siswa.
Menurut Ahmad Sabri (2005:52) mengemukakan bahwa metode pembela-jaran merupakan cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual maupun secara kelompok. Agar tercapai-nya tujuan pembelajaran yang telah diru-muskan, seorang guru harus mengetahui berbagai metode pembelajaran.
Metode pembiasaan merupakan salah satu metode pembelajaran yang lebih menekankan pada pembentukan sikap siswa. Pembiasaan berarti ”suatu perbuatan untuk melatih supaya menjadi biasa”. (Poerwadarminta, 2007: 153). Inti pembiasaan sebenarnya adalah pengulang-an terhadap segala sesuatu yang dilaksanakan atau yang diucapkan oleh seseorang.
Dalam pendidikan pra sekolah (TK/RA) penerapan metode ini dapat dilakukan dengan guru memberi atau melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik, seperti hidup bersih, hidup rukun, tolong menolong, jujur dan lain-lain. Untuk menanamkan dan membina rasa beragama pada anak, seorang guru dapat memulainya dengan mengajarkan dan membiasakan berdoa dalam aktivitas sehari-hari , seperti doa akan memulai atau selesai belajar, doa akan atau selesai makan, mengucapkan terima kasih, meminta maaf kalau mempunyai kesalahan dalan lain sebagainya (Mas’ud, dkk., 2001: 225).
Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Penelitian terdahulu merupakan ulasan yang mengarah kepada pembahasan skripsi yang sejenis, sehingga akan diketahui titik perbedaan yang jelas. Dari penelitian terdahulu yang pernah penulis baca adalahPertama, skripsi karya Meilia Herli Susanti mahasiswa IKIP PGRI Semarang, dengan judul “Upaya Meningkatkan Kecerdasan Sosial Emosional Anak Melalui Bermain Peran Pada TK A PAUD Taman Belia Candi Semarang Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan bermain peran dapat meningkatkan kecerdasan sosial emosional anak. Hal ini terbukti pada siklus I sebesar 50% anak mendapat nilai baik, 25% anak mendapat nilai cukup, dan 25% anak mendapat nilai kurang. Kemudian pada siklus II mengalami peningkatan, sebesar 76% anak mendapat nilai baik, 12% anak mendapat nilai cukup, dan 12% anak mendapat nilai kurang. Hal ini menunjuk-kan bahwa ada peningkatan kecerdasan emosional anak dari siklus I ke siklus II.
Kedua, skripsi karya Rini Desma-reza, yang berjudul “Peningkatan Perkem-bangan Sosial Emosional Anak Melalui Permainan Montase di RA Darul ‘Ulum PGAI Padang”. Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dalam penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan tentang peningkatan perkembangan sosial emosional anak melalui permainan montase di RA Darul Ulum PGAI Padang. Peningkatan perkembangan sosial emosional anak melalui permainan montase dari nilai rata- rata 14,5% pada kondisi awal setelah diadakan siklus I meningkat menjadi 46,8% dan setelah diadakan siklus II meningkat menjadi 92,1%. Sedangkan anak yang peningkatan perkembangan sosial emosional rendah pada kondisi awal 70% setelah diadakan siklus I menurun menjadi 34,3% dan setelah diadakan siklus II menurun lagi menjadi 14,5%, 2) Kemampuan dan sikap positif anak mengikuti kegiatan terjadi peningkatan 14,5% pada kondisi awal setelah diadakan siklus I meningkat menjadi 46,8% setelah diadakan siklus II meningkat lagi menjadi 92,1%. Sedangkan kemampuan anak yang rendah berkurang dari 7,8% pada kondisi awal. Stelah diadakan siklus I berkurang menjadi 34,3% dan setelah siklus II berkurang menjadi 14,2%, 3) Ditinjau dari aktifitas guru, pembelajaran pada siklus II sudah berjalan dengan baik dan berhasil dalam pelaksanaannya.
Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambar sebagaimana bagan berikut: dalam kondisi awalnya, guru belum menerapkan metode pembiasaan, sehingga nilai kemampuan sosial emosi siswa masih rendah. Dengan diterapkannya metode pembiasaan kesopanan selama dua siklus, maka hasil penilaian sosial emosi peserta didik menjadi makin meningkat.
Perumusan Hipotesis Tindakan
Bertolak dari kerangka berfikir di atas, peneliti mengajukan hipotesis: ”Penerapan metode pembiasaan kesopanan dalam berbicara dengan guru dan teman dapat meningkatkan kemampuan sosial emosi siswa di kelompok B TK Pertiwi Sidomukti Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati”.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelompok B Semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Pertiwi Sidomukti Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati dengan jumlah siswa 24 siswa, yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Waktu penelitian dimulai minggu ke-II bulan Maret 2014 s.d. minggu ke III bulan Mei 2014.
Subjek Penelitian
Subjek penelitain dalam penelitian ini adalah siswa kelompok B TK Pertiwi Sidomukti. Pemilihan kelas ini sesuai dengan tugas pokok peneliti sebagai guru di kelompok yang dimaksud.
Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari kemampuan sosial emosional siswa. Sumber data tersebut diperoleh dari: (1) Guru sejawat: sumber data ini peneliti gunakan untuk menilai aktivitas guru dalam mengajar; (2) Dokumen: sumber data ini peneliti gunakan untuk memperoleh dokumen nilai kemampuan sosial emosi siswa.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, yang masing-masing siklus terdiri atas kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. (Kemmis dan Me. Taggart, dalam Aqib, dkk., 2008: 16).
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan mengacu dan ditujukan untuk mengumpulkan data yang meliputi 3 hal, yaitu guru (observing teacher), kelas (observing clasroom), dan perilaku siswa.
Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah teknik non tes.
Teknik Anasilis Data
Teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah: (1) Menganalisis data-data kualitatif, yaitu teknik analisis komponen atau analisis interaktif; (2) Teknik komparatif, yaitu membandingkan hasil antar siklus.
Validitas Data
Untuk menvalidasi data, peneliti menggunakan metode triangulasi sumber data. Triangulasi sumber peneliti lakukan dengan mengumpulkan data minimal dari tiga sumber data yang berbeda, yaitu dari siswa, dan dua rekan sejawat yang membantu pelaksanaan observasi. Sedang-kan triangulasi metode pengumpulan data terdiri dari: metode observasi, metode angket, dan metode wawancara.
IndikatorKinerja
Indikator kinerja adalah penanda yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan berhasil tidaknya penelitian yang dilaksanakan. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan indikator kinerja sebagai berikut: (1) Secara klasikal kemampuan sosial emosi anak yang mencapai kategori Baik minimal sebesar 80%; (2) Aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat dari siklus ke siklus.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN
Deskripsi Pra Siklus
Pada kegiatan pra siklus ini, peneliti melaksanakan kegiatan pembela-jaran pada lingkupsosial emosi. Hasil dari kegiatan pra siklus ini menunjukkan bahwa tingkat sosial emosi anak menunjukkan prestasi yang kurang baik. Dari 24 siswa, baru 9 siswa atau 37,50% yang termasuk dalam nilai baik(sangat baik sebayak 2 siswa atau 8,33% dan baik sebanyak 7 siswa atau 29,17%). Sedangkan 15 siswa atau 62,50% belum termasuk dalam nilai baik(nilai cukup sebanyak 10 siswa atau 41,67% dan kurang sebanyak 5 siswa atau 20,83%).
Selain itu, sebagian besar aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran juga menunjukkan kategori lemah. Dari 24 siswa, baru 3 siswa atau 12,50% yang termasuk dalam kategori sangat kuat dan 8 siswa atau 33,33% termasuk dalam kategori cukup kuat. Sedangkan 13 siswa atau 54,17% termasuk dalam kategori lemah.
Deskripsi Siklus I
Setelah tindakan pembelajaran pada siklus I dilakukan, diperoleh hasil observasi tindakan yang meliputi hasil pengamatan tentang aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dan kemampuan sosial emosi siswa sebagai berikut:
Berdasarkan pada hasil observsi, beberapa hasil sebagai berikut: (1) Sebanyak 8 anak yang memperoleh skor 3 (tertinggi) yang dikategorikan aktivitas anak dalam mengikuti pembelajaran sangat kuat (33,3%); (2) Sebanyak 11 anak yang memperoleh skor 2 (sedang) yang dikategorikan aktivitas anak dalam mengikuti pembelajaran cukup kuat (45,83%); (3) Sebanyak 5 anak yang memperoleh skor 1 (terendah) yang dikategorikan aktivitas anak dalam mengikuti pembelajaran lemah (20,83%).
Selanjutnya dalam pengamatan ini, peneliti bersama teman kolaborator juga menilai kemampuan sosial emosi anak. Adapun gambaran mengenai persentase peningkatan sosial emosi melalui pembiasaan kesopanan untuk masing-masing indikator pada anak kelompok B TK Pertiwi Sidomukti Margoyoso Pati pada siklus I ini adalah sebagai berikut: kemampuan sosial emosi pada indikator bersedia bermain dengan teman sebaya yang termasuk kategori baik berjumlah 11 anak atau 45,83%. Kemudian yang berkategori cukup berjumlah 7 anak atau 29,17%. Sedangkan yang berkategori kurang berjumlah 6 anak atau 25,00%.
Sedangkan kemampuan sosial emosi pada indikator mau membantu teman yang termasuk kategori baik berjumlah 15 anak atau 62,50%. Kemudian yang berkategori cukup berjumlah 6 anak atau 25,00%. Sedangkan yang berkategori kurang berjumlah 3 anak atau 12,50%.
Deskripsi Siklus II
Setelah tindakan pembelajaran pada siklus II dilakukan, diperoleh hasil observasi tindakan yang meliputi hasil pengamatan tentang aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dan kemampuan sosial emosi siswa sebagai berikut: (1) Sebanyak 19 anak (79,17%) yang mem-peroleh skor 3 (tertinggi) yang dikategori-kan aktivitas anak dalam mengikuti pembelajaran sangat kuat; (2) Sebanyak 5 anak (20,83%) yang memperoleh skor 2 (sedang) yang dikategorikan aktivitas anak dalam mengikuti pembelajaran cukup kuat; (3) Sebanyak 0 anak yang memperoleh skor 1 (terendah) yang dikategorikan aktivitas anak dalam mengikuti pembelajaran lemah. Cukup kuat sejumlah 5 siswa atau sebesar 20,83%. Sedangkan berkategori lemah tidak ada.
Selanjutnya dalam pengamatan ini, peneliti bersama teman kolaborator juga menilai kemampuan sosial emosi anak dapat disimpulkan bahwa kemampuan sosial emosi pada indikator bersedia bermain dengan teman sebaya yang termasuk kategori baik berjumlah 20 anak atau 83,33%. Kemudian yang berkategori cukup berjumlah 3 anak atau 12,50%. Sedangkan yang berkategori kurang berjumlah 1 anak atau 4,17%.
Pembahasan
Setelah peneliti melaksanakan 2 (dua) kali siklus pembelajaran maka terkumpul data-data penelitian. Penilaian terhadap variabel masalah yaitu tentang kreativitas siswa dari pra siklus sampai siklus II berakhir juga menunjukkan adanya peningkatan.
Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran juga menunjukkan hasil peningkatan. Pada pra siklus aktivitas siswa yang berkategori sangat kuat 12,50%, menjadi 33,33% pada siklus I dan menjadi 79,17% pada siklus II. Kemudian aktivitas siswa yang berkategori cukup kuat pada pra siklus sebesar 33,33%, menjadi 45,83% pada siklus I, dan menjadi 20,83% pada siklus II. Aktivitas siswa yang berkategori lemah pada pra siklus sebesar 54,17%, menurun menjadi 20,83% pada siklus I, dan pada siklus II sudah tidak ada.
Kemudian untuk kemampuan sosial emosi anak, sebelum adanya tindakan (pra siklus) nilai sosial emosi anak yang berkategori baik baru 37,50% yang mencapai kriteria baik. Hal ini berarti masih 62,50% siswa yang masih berkategori kurang.
Kemudian pada siklus I, nilai sosial emosi siswa meningkat menjadi 54,99% atau mengalami peningkatan sebesar 17,49% dibanding dengan pra siklus. Hal ini berarti masih ada 45,01% siswa yang belum menunjukkan nilai sosial emosi dengan kriteria baik. Pada siklus II, nilai sosial emosi siswa meningkat menjadi 82,50% siswa yang telah mencapai nilaisosial emosi dengan kriteria baik atau meningkat sebesar 27,51% dibanding dengan siklus I. Hal ini berarti bahwa nilai sosial emosi anak pada siklus II ini sudah mencapai indikator kinerja yang telah peneliti tetapkan yaitu secara klasikal minimal 70% siswa mencapai nilai sosial emosi dengan kriteria baik.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ”Penerapan metode pembiasaan kesopanan efektif untuk untuk meningkatkan kemampuan sosial emosi siswa di kelompok B TK Pertiwi Sidomukti Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati”. Hal ini ditunjukkan dari adanya peningkatan kemampuan sosial emosi pada siswa dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada Pra siklus, tingkat kemampuan sosial emosi anak baru 37,50% siswa yang mencapai kriteria nilai baik. Kemudian pada siklus I, meningkat menjadi 66,67% dan pada siklus II meningkat menjadi 87,50% yang mencapai nilai kategori baik. Hal ini berarti bahwa nilai kemampaun sosial emosi anak pada siklus II ini sudah mencapai indikator kinerja yang telah peneliti tetapkan yaitu 80% siswa mencapai nilai dengan kriteria baik.
Ternyata pembelajaran dengan metode pembiasaan kesopanan juga mampu meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Siswa menjadi lebih memperhatikan materi yang disampaikan guru, aktif bertanya dan bersungguh-sungguh dalam belajar.
Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, bahwa penerapan metode pem-biasaan kesopanan dapat meningkatkan kemampuan sosial emosi anak, sesuai dengan harapan akan manfaat penelitian, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada Guru
Untuk meningkatkan kemampuan sosial emosi anak, guru dapat menerapkan metode pembiasaan kesopanan untuk menyajikan materi pelajaran tertentu, khususnya pada materi nilai-nilai agama dan moral,yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, kondisi siswa, ketersediaan media pembelajaran, dan kemampuan guru itu sendiri. Metode pembiasaan ini dapat didukung dengan penerapan metode keteladanan.
2. Kepada Para Siswa
Pemanfaatan teman sebangku sebagai teman belajar dan teman berfikir dapat meningkatkan keakraban siswa sehingga mampu menumbuhkan nilai-nilai kerjasama dan kesopanan yang baik.
3. Kepada Sekolah
Hendaknya Kepala Sekolah dalam program kerjanya merancang tersedianya sarana dan prasarana belajar dan lingkungan belajar yang agamis bagi siswayang mampu mewujudkan peningkatan budi pekerti siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, dan Nur Uhbiyati. 2003.Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Anshari, M. Hafi, Kamus Psichology, Surabaya: Usaha Nasional, 1996.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Aqib, Zainal, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB, TK. Bandung: CV. Yrama Widya.
Depdiknas. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Pembiasaan di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas.
Hardiyanti, Dwi dan M. Sukiram. 2008. Strategi Pengembangan Moral Anak Usia Dini. Salatiga: Widyasari Press.
Hariwijaya, M. 2007. Metodologi dan Teknik Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi. Yogyakarta: elMatera Publishing.
Hawadi, Reni Akbar. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Grasindo.
Ismail, 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang: Rasail.
Kementerian Agama RI, 2011. Pedoman Penyusunan Perangkat Pembelajaran RA/BA. Semarang: Kanwil Jateng.
Mansur, 2011. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mas’ud, Abdurrachman, dkk. 2001.Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Poerwadarminta, W.J.S. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pratisto, T. 2010.Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Purwanto, M. Ngalim. 1994. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sabri, Ahmad, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Jakarta: Quantum Teaching, 2005.
Saleh, Abdurrahman, PskologiSuatuPengantardalamPerspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2008.
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukiram, Muhammad. 2006. Pendidikan Agama Islam. Semarang: IKIP Veteran Press.
Syah, Muhibbin. 2000.Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depag RI, 2006.