PENINGKATAN KEMAMPUAN TOLAK PELURU
PENINGKATAN KEMAMPUAN TOLAK PELURU
MELALUI METODE LATIHAN PADA SISWA KELAS VI
SDN 1 PLOSOREJO KECAMATAN RANDUBLATUNG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Ninik Sustianingsih
SDN I Plosorejo Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan tolak peluru melalui metode latihan pada siswa kelas VI SD SDN 1 Plosorejo Kecamatan Randublatung Tahun Pelajaran 2016/2017. Subyek penelitian adalah siswa kelas VI SD SDN 1 Plosorejo Kecamatan Randublatung yang berjumlah 22 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan observasi dan tes unjuk kerja. Validitas data menggunakan teknik triangulasi metode dan analisis data menggunakan teknik analisis statistik deskriptif komparatif. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus tindakan. Setiap siklus tindakan terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Prosedur penelitian dalam penelitian ini menggunakan model spiral yang saling barkaitan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui metode latihan dapat meningkatkan kemampuan tolak peluru siswa dari pra siklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Kemampuan siswa pada pembelajaran pra siklus yaitu dari 22 siswa yang tuntas belajar adalah 10 siswa (45,45%) dengan rata-rata nilai 69,09. Peningkatan terjadi pada siklus I. Kemampuan meningkat menjadi 14 siswa (63,64%) tuntas belajar dan rata-rata nilainya 74,32. Pada pelaksanaan siklus II, kemampuan siswa semakin meningkat. Sebanyak 19 siswa (86,36%) tuntas belajar dan rata-rata nilainya menjadi 79,32. Simpulan dari penelitian ini adalah melalui metode latihan dapat meningkatkan kemampuan tolak peluru pada siswa kelas VI SD SDN 1 Plosorejo Kecamatan Randublatung Kabupaten BloraTahun Pelajaran 2016/2017.
Kata Kunci: metode pembelajaran, metode latihan, tolak peluru
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai, serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 menjelaskan bahwa salah satu ruang lingkup mata pelajaran Pendiidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dalam aspek Permainan dan olahraga yaitu atletik. Atletik merupakan olahraga yang terdiri dari berbagai cabang, antara lain: lari, lompat tinggi, tolak peluru, lompat jauh, lempar cakram, lempar lembing, lempar martil dan lain-lain. Dalam pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar cabang olahraga Atletik yang paling sering dipelajari adalah lari jarak dekat dan jauh, lompat jauh dan tolak peluru.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama mengajar di kelas VI SDN 1 Plosorejo Kecamatan Randublatung Kabupaen Blora, ditemukan beberapa permasalahan dalam pembelajaran. Permasalahan tersebut adalah sebagai berikut (1) kurangnya motivasi siswa dalam belajar penjas dengan materi tolak peluru, (2) metode pembelajaran yang diterapkan guru masih kurang efektif untuk memotivasi siswa, (3) rendahnya kemampuan siswa dalam melakukan gerakan tolak peluru. Pada saat dilakukan tes unjuk kerja materi tolak peluru pada akhir pembelajaran, hasil yang dicapai siswa juga rendah. Dari 22 siswa kelas VI, hanya 10 siswa (45,45%) yang tuntas belajar dengan KKM 75. Sisanya, sebanyak 12 siswa (54,55%) tidak tuntas belajar. Hasil tes unjuk kerja setelah dihitung rata-ratanya adalah 69,09.
Dari permasalahan tersebut peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran di kelas VI dengan menerapkan metode latihan pada materi tolak peluru. Penerapan metode latihan pada materi tolak peluru dengan alasan bahwa metode latihan membuat anak melakukan gerakan tolak peluru secara berulang, dengan demikian terjadinya otomatisasi gerakan yang baik dan benar yang mengakibatkan siswa terampil dalam melakukan gerakan tolak peluru yang berdampak pada kemampuan yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah “Peningkatan Kemampuan Tolak Peluru Melalui Metode Latihan Pada Siswa Kelas VI SDN 1 Plosorejo Kecamatan Randublatung Tahun Pelajaran 2016/2017â€.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah “Apakah penerapan metode latihan dapat meningkatkan kemampuan tolak peluru pada siswa kelas VI SDN 1 Plosorejo Kecamatan Randublatung Tahun Pelajaran 2016/2017?â€
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan tolak peluru melalui penerapan metode latihan pada siswa kelas VI SDN 1 Plosorejo Kecamatan Randublatung Tahun Pelajaran 2016/2017.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat memberikan sumbangan dalam pembelajaran Penjas terutama peningkatan kemampuan melakukan tolak peluru melalui penerapan metode latihan. Secara khusus penelitian ini juga diharapkan memberikan kontribusi pada salah satu metode pembelajaran Penjas.
Manfaat Praktis
Bagi Siswa
1) Dapat meningkatkan kemampuan melakukan tolak peluru melalui metode latihan.
2) Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dengan situasi belajar yang menyenangkan pada materi tolak peluru dengan penerapan metode latihan.
Bagi Guru
1) Menambah wawasan pengetahuan tentang pembelajaran Penjas terutama mengenai penerapan metode latihan.
2) Memberikan pengetahuan, pengalaman tentang metode latihan.
LANDASAN TEORI
Metode Pembelajaran
Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan, sedangkan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24). Menurut Ahmadi dalam Baharudin dan Wahyuni (2007: 31) metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur.
Metode pembelajaran yang diterapkan guru hendaknya dapat mewujudkan hasil karya siswa. Siswa dituntun untuk dapat berfikir kritis dan kreatif dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan ide-idenya. Pemilihan metode yang kurang tepat dengan sifat bahan dan tujuan pembelajaran menyebabkan kelas kurang bergairah dan kondisi siswa kurang kreatif. Sehingga dengan penerapan metode yang tepat dengan berbagai macam indikator tersebut dapat meningkatkan minat siswa pada bahan pelajaran yang disampaikan dan minat yang besar pada akhirnya akan berpengaruh terhadap prestasi yang akan diraihnya.
Banyak macam metode pembelajaran yang dapat digunakan. Berikut ini adalah 9 macam metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dan diungkapkan peneliti.
1. Metode ceramah, yaitu suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan (Ibrahim, 2003:106).
2. Metode tanya jawab, yaitu metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab.
3. Metode diskusi, yaitu sebuah metode bertukar informasi, berpendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih cermat tentang permasalahan atau topik yang sedang dibahas.
4. Metode demonstrasi yang merupakan metode mengajar yang cukup efektif sebab membantu para siswa untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu proses atau peristiwa tertentu.
5. Metode Eksperimen yaitu cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari (Djamarah, 2002:95).
6. Metode latihan (drill) yaitu suatu teknik mengajar yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan latihan agar memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari.
7. Metode pemberian tugas (resitasi) yaitu metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
8. Metode Karyawisata, melalui metode ini siswa-siswa diajak mengunjungi tempat-tempat tertentu di luar sekolah. Tempat-tempat yang akan dikunjungi dan hal-hal yang perlu diamati telah direncanakan terlebih dahulu, dan setelah kegiatan siswa diminta membuat laporan.
9. Metode Sosiodrama, yaitu Metode yang digunakan untuk mengajarkan nilai-nilai dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam hubungan sosial dengan orang-orang di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dalam pelaksanaannya siswa diberikan peran tertentu dan melaksanakan peran tersebut serta mendiskusikannya di kelas. (Ibrahim, 2003: 107).
Metode Latihan (Drill)
Sumiati dan Asra (2009: 104) yang menyatakan bahwa dalam belajar verbal dan belajar keterampilan, meningkatkan kemampuan hasil belajar dapat dicapai melalui latihan dan praktik. Latihan biasanya berlangsung dengan cara mengulang-ngulang suatu hal sehingga terbentuk kemampuan yang diharapkan.
Selanjutnya, Sumiati dan Asra (2009: 105) juga mengatakan langkah-langkah dalam melaksanakan latihan dan praktek baik untuk belajar verbal maupun belajar keterampilan sebagai berikut:
1. Guru memberi penjelasan singkat tentang konsep, prinsip, atau aturan yang menjadi dasar dalam melaksanakan pekerjaan yang akan dilatihkan.
2. Guru mempertunjukkan bagaimana melakukan pekerjaan itu dengan baik dan benar sesuai dengan konsep dan aturan tertentu.
3. Jika belajar dilakukan secara kelompok atau klasikal, guru dapat meminta salah seorang siswa untuk menirukan apa yang telah dilakukan oleh guru, sementara siswa lain memperhatikan. Latihan perseorangan dapat dilakukan melalui bimbingan dari guru sehingga dicapai hasil belajar sesuai dengan tujuan.
Pembelajaran Atletik di SD
Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga lain, karena terkandung didalamnya unsur-unsur dasar gerak cabang olahraga lain, yaitu: lari, lompat, dan melempar. Oleh karena itu atletik merupakan mata pelajaran Pendidkan Jasmani yang wajib diberikan kepada para siswa mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat atas, sesuai dengan SK Mendikbud No. 0413/U/87.
Menurut Sriawan (2009: 6), atletik merupakan salah satu unsur dari pendidikan jasmani dan kesehatan juga merupakan komponen-komponen pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani serta kebiasaan hidup sehat dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial serta emosional. Selanjutnya Sriawan mengungkpkan bahwa tujuan pembelajaran atletik di sekolah dimaksudkan untuk membantu siswa memperbaiki kualitas kesehatan dan kesegaran jasmani melalui pemahaman, pengembangan sikap yang positif, serta keterampilan gerak dasar atletik. Aktivitas yang dikembangkan meliputi jalan, dasar-dasar gerak lari, gerakan dasar lompat dan loncat, serta gerak dasar lempar.
Selanjutnya juga Bahagia (2000: 16) mengungkapkan secara umum ruang lingkup pembelajaran atletik di sekolah-sekolah meliputi nomor-nomor: jalan, lari, lompat dan lempar.
Tolak Peluru
Tolak peluru adalah salah satu olahraga dengan teknik melempar. Berat peluru yang digunakan adalah 3 kilo untuk putri dan 5 kilo untuk putra. Tolak peluru ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kecepatan dan tenaga/daya ledak (Edy dan Slamet, 2010: 27).
Dalam memegang peluru, ada 3 cara yang harus kalian ketahui, diantaranya:
1. Meletakkan peluru di semua jari tangan yang merenggang dengan rileks. Cara ini tergolong paling mudah, namun tidak efektif untuk lemparan, karena semua jari tidak berfungsi dengan baik.
2. Peluru diletakkan seperti pada cara pertama, kemudian bagian ujung telapak tangan menarik peluru sehingga tumpuan peluru berada di ujung tangan. Hal ini dapat menjadikan lemparan menjadi lebih jauh karena pergelangan tangan dan jari dapat berfungsi secara optimal.
3. Cara ini menitikberatkan tumpuan pada jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Cara ini paling efektif, namun seseorang harus memiliki jari yang kuat untuk menggunakan cara ini.
Menurut Juari dan Wagino (2010: 84) Teknik menolak peluru dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
Sikap badan
a. Berdiri tegak menyamping arah tolakan, kedua kaki dibuka lebar.
b. Kaki kiri lurus ke depan lutut kaki kanan sedikit dibengkokkan ke depan, dan sedikit serong ke samping kanan.
c. Badan agak membengkok dan sedikit condong ke depan.
d. Konsentrasi pikiran, kaki kiri diayun ke depan, dan belakang. Ayunan ini secara psikologis untuk memenangkan dan merasakan sudah kokohkah posisi kaki kanan.
e. Kaki kanan ditekuk rendah, begitu ayunan kaki kiri dirasa cukup.
f. Tangan kiri berfungsi untuk menjaga keseimbangan.
Cara menolak peluru
a. Pinggang diputar dan bahu ke samping depan.
b. Putar seluruh badan dengan cepat.
c. Pada saat badan berputar tukar kaki yang di depan dengan kaki yang di belakang dengan cara dihentakkan.
d. Peluru ditolakkan dengan ayunan yang tajam, dari samping ke atas depan arah tolakan (bentuk parabola).
Gerakan akhir
a. Bertukar kaki yang di depan dengan kaki yang di belakang setelah melakukan tolakan.
b. Kaki yang di belakang diluruskan untuk menjaga keseimbangan.
Pada tolak peluru, terdapat dua gaya yang sering dilakukan seorang atlet. Namun, dewasa ini para atlet hanya menggunakan satu gaya yang dipakai dalam olahraga tolak peluru. Gaya ortodoks tidak dipakai lagi, dan hanya gaya O’Brien yang sampai saat ini masih digunakan.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti sebagai guru penjas di kelas VI SDN 1 Plosorejo Kecamatan Randublatung, ditemukan beberapa permasalahan antara lain (1) kurangnya motivasi siswa dalam belajar penjas dengan materi tolak peluru, (2) metode pembelajaran yang diterapkan guru masih kurang efektif untuk memotivasi siswa, (3) rendahnya kemampuan siswa dalam melakukan gerakan tolak peluru.
Dari permasalahan tersebut peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran di kelas VI dengan menerapkan metode latihan pada materi tolak peluru. Penerapan metode latihan pada materi tolak peluru dengan alasan bahwa dengan metode latihan membuat anak melakukakan gerakan tolak peluru secara berulang-ulang dengan demikian terjadinya otomatisasi gerakan yang baik dan benar yang mengakibatkan siswa terampil dalam melakukan gerakan tolak peluru yang berdampak pada kemampuan yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diduga bahwa kemampuan melakukan tolak peluru akan meningkat bila menggunakan metode latihan pada siswa kelas VI SDN 1 Plosorejo Kecamatan Randublatung.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir seperti yang telah diuraikan di atas ,maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan kelas sebagai berikut: Melalui metode latihan dapat meningkatkan kemampuan tolak peluru pada siswa kelas VI SDN I Plosorejo Kecamatan Randublatung tahun pelajaran 2016/2017.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di SDN 1 Plosorejo Kecamatan Randublatung semester 1 tahun pelajaran 2016/2017. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 1 Plosorejo Kecamatan Randublatung dengan jumlah siswa 22 anak dengan rincian 12 siswa laiki-laki dan 10 siswa perempuan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data tentang kemampuan siswa. Dalam penelitian ini ada dua teknik pengumpulan data yaitu teknik tes dan teknik nontes. Teknik tes tes dilakukan dengan tes unjuk kerja siswa dan teknik non tes dilakukan dengan pengamatan proses pembelajaran. Penelitian dikatakan berhasil apabila minimal 80% siswa mencapai KKM yang ditentukan.
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi permasalahan peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua kali tindakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Pra Siklus
Data kemampuan siswa dalam materi tolak peluru pada pembelajaran pra siklus masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang mampu mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 75. Pada pembelajaran pra siklus, dari 22 siswa kelas VI yang tuntas belajar adalah 10 anak (45,45%) dengan rata-rata nilai tes unjuk kerja 69,09. Distribusi nilai tes unjuk kerja pada pembelajaran pra siklus adalah siswa dengan nilai 50 sebanyak 1 anak, nilai 55 sebanyak 2 anak, nilai 60 sebanyak 3 anak, nilai 65 sebanyak 3 anak, nilai 70 sebanyak 3 anak, nilai 75 sebanyak 6 anak, nilai 80 sebanyak 3 anak, dan nilai 85 sebanyak 1 anak.
Siklus I
Pembelajaran siklus I peneliti menerapkan metode latihan (drill). Dengan metode drill, pembelajaran lebih terarah. Siswa mengulang-ulang cara melakukan gerakan tolak peluru dengan bimningan guru. Dengan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang membuat siswa tanpa sadar telah belajar dalam melakukan gerakan dasar tolak peluru yang benar. Pada tes unjuk kerja, hasil yang dicapai siswa menunjukkan keberhasilan dari metode latihan yang dilakukan. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran siklus I mencapai 63,64% atau 14 anak. Rata-rata nilai unjuk kerja pada akhir siklus I adalah 74,32. Distribusi nilai tes unjuk kerja pada pembelajaran siklus I adalah siswa dengan nilai 60 sebanyak 2 anak, nilai 65 sebanyak 3 anak, nilai 70 sebanyak 3 anak, nilai 75 sebanyak 6 anak, nilai 80 sebanyak 5 anak, nilai 85 sebanyak 2 anak, dan nilai 90 sebanyak 1 anak.
Siklus II
Pada pembelajaran siklus II siswa semakin sempurna dalam melakukan gerakan dasar tolak peluru. Metode latihan membuat siswa semakin terbiasa melakukan gerakan tolak peluru yang benar. Siswa semakin maksimal dalam melakukan tolakan karena sudah tidak terbebani dengan teknik gerakan. Teknik gerakan yang meraka lakukan sudah terbiasa mereka lakukan jadi tidak ada kendala dalam melakukan gerakan yang benar dalam melakukan tolakan. Hal ini berdampak positif pada hasil tes unjuk kerja yang dilakukan. Pada akhir siklus II, ketika dilakukan tes unjuk kerja, jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 19 siswa atau 86,36%. Rata-rata tes unjuk kerja pada siklus II adalah 79,32. Distribusi nilai tes unjuk kerja pada pembelajaran siklus II adalah siswa dengan nilai 65 sebanyak 1 anak, nilai 70 sebanyak 2 anak, nilai 75 sebanyak 7 anak, nilai 80 sebanyak 5 anak, nilai 85 sebanyak 4 anak, nilai 90 sebanyak 2 anak, dan nilai 95 sebanyak 1 anak.
PEMBAHASAN
Pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran tolak peluru dari pra siklus, siklus I, dan siklus II melalui metode latihan diketahui dari masing-masing tindakan telah mengalami peningkatan kemampuan yang dapat dilihat dari meningkatnya hasil tes unjuk kerja siswa pada setiap akhir siklus. Pada saat-saat awal tindakan, siswa masih banyak yang kesulitan dalam melakukan gerakan tolak peluru yang benar. Berkat bimbingan guru dan kegiatan yang diulang-ulang, akhirnya siswa dapat melakukan gerakan tolak peluru yang benar. Hal inilah yang akhirnya membawa dampak positif pada kemampuan siswa saat dilakukan tes unjuk kerja di akhir siklus.
Pada kondisi awal, data kemampuan siswa dalam materi tolak peluru menunjukkan tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 45,45% (10 siswa) dengan rata-rata kemampuan tes unjuk kerja 69,09. Pada siklus I, setelah guru menerapkan metode latihan, kemampuan siswa meningkat. Ketuntasan belajar pada siklus I mencapai 63,64% (14 siswa) dengan rata-rata nilai tes unjuk kerja 74,32. Pada siklus II, kemampuan siswa semakin meningkat. Ketuntasan belajar meningkat menjadi 86,36% (19 siswa) dan rata-rata tes unjuk kerja adalah 79,32.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil yang dikumpulakan pada pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklusII serta setelah dilakukan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode latihan dapat meningkatkan kemampuan tolak peluru bagi siswa kelas VI SDN 1 Plosorejo Kecamatan Randublatung tahun pelajaran 2016/2017.
Saran
Bagi Siswa
Disarankan kepada siswa untuk selalu aktif dalam pembelajaran. Selain itu siswa juga disarankan untuk tidak bosan-bosan mempraktikkan suatu teknik gerak dasar jenis olahraga agar siswa semakin terbiasa untuk melakukan gerakan yang benar. Dengan gerakan yang benar, hasil yang dicapai juga akan semakin maksimal
Bagi Guru
Disarankan kepada guru untuk mencoba berbagai metode pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran. Kesesuaian metode dan materi pelajaran akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar yang dicapai siswa.
Bagi Sekolah
Disarankan kepada pihak sekolah untuk memberikan dorongan kepada guru-guru yang melakukan penelitian tindakan kelas dalam mengatasi permasalahan dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Bahagia, Yoyo, dkk. (2000). Atletik. Jakarta: Depdiknas.
Baharudin, H,. Wahyuni, Esa, Nur. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Edy Sih dan Slamet. 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SD/MI Kelas VI. Jakarta: CV. Adi Perkasa
Ibrahim, M. dan Nur, M. (2003). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa.
Â
Juari dan Wagino. 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SD/MI Kelas VI. Jakarta: CV. Thurisina