Peningkatan Keterampilan Berbicara dan Hasil Belajar Melalui Strategi Role Playing ]
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN HASIL BELAJAR BAHASA JAWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN
ROLE PLAYING BAGI SISWA KELAS V SDN PORANGPARING
SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2016/ 2017
Januri
Kepala Sekolah SDN Porangparing
ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan strategi pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara dan hasil belajar bahasa Jawa bagi siswa kelas V SDN Porangparing semester II tahun pelajaran 2016/ 2017, untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa bagi siswa kelas V SDN Porangparing semester II tahun pelajaran 2016/ 2017 dan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Jawa bagi siswa kelas V SDN Porangparing semester II tahun pelajaran 2016/ 2017. Hasil penelitian dapat dilihat dari tahap pra siklus, siklus I dan siklus II. Pada tahap pra siklus diketahui yang memenuhi KKM atau hasil belajar mencapai 30,7%. Pada siklus I terdapat keterampilan berbicara dan hasil belajar sedikit meningkat pada tahap sedang dengan nilai presentase keterampilan berbicara siswa 55,5% dan yang memenuhi KKM mencapai 46,15% dan pada siklus II keterampilan berbicara dan hasil belajar siswa sangat baik dengan presentase 85,19% yang memenuhi KKM mencapai 96,15%. Hal ini membuktikan adanya peningkatan keterampilan berbicara dan hasil belajar siswa dengan penerapan strategi pembelajaran role playing.
Kata Kunci: peningkatan, keterampilan berbicara, hasil belajar bahasa Jawa, strategi pembelajaran role playing
PENDAHULUAN
Secara umum kemampua berbahasa terdiri atas empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Tarigan, 1986:1). Pada dasarnya empat kemampuan tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut hanya dapat diperoleh dengan urutan yang teratur. Dimulai dari belajar menyimak, kemudian belajar berbicara, setelah itu belajar membaca, dan yang terakhir adalah belajar menulis
Selain memberikan bekal penguasaan kemampuan berbahasa Jawa, Pembelajaran bahasa Jawa di jenjang sekolah dasar, melalui pembelajaran keterampilan berbicara juga membekali siswa mengenai kesantunan berbahasa sesuai dengan konteks budaya Jawa. Berdasarkan hasil observasi awal pada siswa kelas V di SDN Porangparing Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati dalam pembelajaran bahasa Jawa khususnya keterampilan berbicara krama mengalami beberapa hambatan. Hambatan berasal dari guru dan siswa. Hambatan yang berasal dari guru yaitu teknik mengajar yang disajikan guru kurang menarik dan tidak sesuai dengan kemampuan siswa. Salah satu teknik yang biasa digunakan dalam pembelajaran bahasa Jawa di Kelas V SDN Porangparing yaitu dengan teknik ceramah.
Di lingkungan keluarga yang mestinya sebagai tempat pembelajaran bahasa ibu, orangtua kurang memberikan pembiasaan kepada anak untuk berbicara dengan bahasa Jawa. Hal tersebut yang dapat membuat siswa kurang memahami tutur kata dengan baik dan benar. Siswa kurang memahami kesantunan serta kesopanan dalam berbicara. Jika dilihat dari hasil ulangan harian sebagian besar masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu sebesar 75. Dari 26 siswa hanya 30,7% (8 siswa) yang sudah memenuhi KKM, sedangkan 69,3% (18 siswa), belum memenuhi KKM.
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut (1) Bagaimana pelaksanaan strategi pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara dan hasil belajar bahasa Jawa bagi siswa kelas V SDN Porangparing semester II tahun pelajaran 2016/ 2017? (2) Apakah melalui strategi pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa bagi siswa kelas V SDN Porangparing semester II tahun pelajaran 2016/ 2017? (3) Apakah melalui strategi pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Jawa bagi siswa kelas V SDN Porangparing semester II tahun pelajaran 2016/ 2017?
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk mendeskripsikan pelaksanaan strategi pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara dan hasil belajar bahasa Jawa bagi siswa kelas V SDN Porangparing semester II tahun pelajaran 2016/ 2017. (2) Untuk mengetahui apakah melalui strategi pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa bagi siswa kelas V SDN Porangparing semester II tahun pelajaran 2016/ 2017. (3) Untuk mengetahui apakah melalui strategi pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Jawa bagi siswa kelas V SDN Porangparing semester II tahun pelajaran 2016/ 2017.
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Keterampilan Berbicara
Haryadi & Zamzani (1996:59) menyatakan bahwa berbicara merupakan salah satu unsur kemampuan berbahasa sering dianggap sebagai suatu kegiatan yang berdiri sendiri. Hal ini dibuktikan dari kegiatan pengajaran berbicara yang selama ini dilakukan. Dalam praktiknya, pengajaran berbicara dilakukan dengan menyuruh murid berdiri di depan kelas untuk berbicara, misalnya bercerita atau berpidato. Siswa yang lain diminta mendengarkan dan tidak mengganggu. Akibatnya, pengajaran berbicara di sekolah-sekolah itu kurang menarik. Siswa yang mendapat giliran merasa tertekan sebab di samping siswa harus mempersiapkan bahan sering kali guru melontarkan kritik yang berlebih-lebihan. Sementara itu, siswa yang lain merasa kurang terikat pada kegiatan itu kecuali ketika mereka mendapatkan giliran.
Pengajaran berbicara mempunyai aspek komunikasi dua arah dan fungsional. Pendengar selain berkewajiban menyimak dia berhak untuk memberikan umpan balik. Sementara itu, pokok persoalan yang menjadi bahan pembicaraan harus dipilih hal-hal yang benar-benar diperlukan oleh partisipan. Tugas pengajar adalah mengembangkan pengajaran berbicara agar aktivitas kelas dinamis, hidup, dan diminati oleh anak sehingga benar-benar dapat dirasakan sebagai sesuatu kebutuhan untuk mempersiapkan diri terjun ke masyarakat. Pembicara yang baik memberikan kesan kepada pendengar bahwa orang itu menguasai masalah, memiliki keberanian dan kegairahan akan terlihat pada penampilan kualitas suara, dan humor.
Pembelajaran berbahasa yang dimaksud yaitu pembelajaran keterampilan berbicara dimana siswa diajarkan untuk bercerita maju ke depan. Siswa dipanggil secara acak sehingga tidak merasa tegang untuk maju.
Hasil Belajar
Hasil belajar berasal dari kata “hasil†dan “belajarâ€. Pengertian hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional (Purwanto, 2013:44). Sedangkan belajar merupakan suatu proses perubahan sebagai hasil pengalaman. Menurut Winkel (dalam Purwanto, 2013:45) hasil belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Perubahan itu tidak terjadi secara langsung, tetapi bertahap. Perubahan akibat hasil belajar dapat berupa kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan kemampuan psikomotorik, tergantung pada tujuan pengajarannya.
Sudjana (2012:3) mendefinisikan hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Suprijono (2012:5) hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.
Strategi Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran)
Role playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang di dalamnya ada tujuan, aturan, dan edutainment (Fogg, 2001 dalam Miftahul Huda, 2013:208). Dalam Role Playing, siswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran itu terjadi di dalam kelas. Selain itu Role Playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain.
Menurut Hisyam Zaini (2008:98) menyatakan bahwa strategi pembelajaran Role Playing (bermain peran) merupakan model pembelajaran yang melakukan tawar-menawar antara ekspektasi-ekspektasi sosial suatu peran tertentu, interpretasi dinamika tentang peran tersebut, dan tingkat dinamika orang lain menerima pandangan mereka tentang peran tersebut.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankan diri sebagai tokoh hidup atau benda mati.
Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar
Bahasa Jawa adalah suatu bahasa daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional Indonesia, yang hidup dan tetap dipergunakan dalam masyarakat bahasa yang bersangkutan. Bahasa Jawa yang terus berkembang maka diperlukan penyesuaian ejaan huruf Jawa. Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah sehingga perlu dilestarikan supaya tidak hilang keberadaannya. Kurikulum Bahasa Jawa (2004:1) pelestarian dan pengembangan Bahasa Jawa didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut.
1. Bahasa Jawa sebagai alat komunikasi sebagian besar penduduk Jawa,
2. Bahasa Jawa memperkokoh jati diri dan kepribadian orang dewasa
3. Bahasa Jawa, termasuk didalamnya sastra dan budaya Jawa, mendukung kekayaan khasanah budaya bangsa,
4. Bahasa, Sastra dan budaya Jawa merupakan warisan budaya adiluhung, dan
5. Bahasa, Sastra, dan budaya Jawa dikembangkan untuk mendukung life skill.
Kerangka Pemikiran
Melalui keterampilan berbicara, siswa dapat berkomunikasi dan dapat menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaanya kepada guru, temantemannya dan orang lain. Keterampilan berbicara adalah keterampilan berbahasa yang sering digunakan untuk berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga proses pembelajarannya lebih mengutamakan praktik penggunaan bahasa untuk berkomunikasi daripada pembelajaran kaidah-kaidah bahasa. Kurangnya pengalaman berbicara menggunakan bahasa Jawa siswa dialami ketika dalam pembelajaran bahasa Jawa, siswa sering menggunakan bahasa Indonesia dalam berbicara. Masalah yang lain yaitu guru belum mengembangkan teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk praktik berbicara.
Salah satu teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk praktik berbicara bahasa Jawa dan sesuai dengan karakteristik siswa yaitu model role playing. Jika menggunakan model role playing, siswa diberikan kesempatan untuk berbicara dengan mengembangkan kreativitas berbicara. Bermain peran merupakan metode yang sering digunakan dalam mengajarkan nilai-nilai sosial dengan orang-orang di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka pikir yang telah dikemukakan di atas, hipotesis penelitian ini sebagai berikut. (1) Melalui strategi pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa bagi siswa kelas V SDN Porangparing semester II tahun pelajaran 2016/ 2017. (2) Melalui strategi pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Jawa bagi siswa kelas V SDN Porangparing semester II tahun pelajaran 2016/ 2017.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Porangparing Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati sesuai dengan tempat penulis bertugas yang beralamat di desa Porangparing Kecamatan Sukolilo Kayen Kabupaten Pati khusunya pada siswa kelas V. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama tiga bulan mulai Januari sampai dengan Maret 2017.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Porangparing Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati di mana rentang usia siswa 9-10 tahun yang berjumlah 26 siswa, dan terdiri dari 15 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki. Alasan memilih subjek penelitian di kelompok ini, karena sebanyak 69,3%% dari 26 siswa masih kesulitan dalam memahami konsep bahasa Jawa krama terutama keterampilan berbicara.
Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian berasal dari guru selaku peneliti dan guru kolaborator. Data dari peneliti berupa hasil belajar siswa untuk keterampilan membaca permulaan yang dinilai pada saat siswa melaksanakan pembelajaran strategi Role Playing pada pertemuan terakhir, sedangkan data dari kolaborator berupa hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dengan strategi Role Playing.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi atau pengamatan dan tes yaitu tes perbuatan.
Alat Pengumpulan Data
Jenis alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi dan rubrik penilaian, yaitu: (1) Lembar observasi proses pembelajaran menggunakan strategi Role Playing. (2) Lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran, (3) Rubrik penilaian hasil belajar siswa tentang keterampilan membaca permulaan.
Validasi Data
Untuk menvalidasi data agar data yang diperoleh benar-benar valid dan dapat dipercaya, dilakukan langkah-langkah berikut:
1. Untuk memperoleh data hasil pengamatan yang valid dilakukan dengan:
a. Menyusun kisi-kisi untuk instrumen observasi proses pembelajaran.
b. Menyusun instrumen observasi proses pembelajaran.
c. Menyusun instrumen observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran.
d. Melibatkan pengamat lain atau guru kolaborator dari teman sejawat untuk membantu mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran.
2. Untuk memperoleh hasil belajar, yaitu keterampilan berbicara bahasa Jawa krama dilakukan dengan menyusun instrumen penilaian berupa rubrik penilaian.
Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa SDN Porangparing Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati. Indikator keterampilan berbicara bahasa Jawa krama yang sesuai pada indikator penilaian yaitu menggunakan intonasi yang tepat, kejelasan dalam melafalkan kata, ketepatan dan kelancaran dalam mengucapkan kata, mengerti makna kata dan kalimat yang diucapkan, serta keberanian dalam memerankan tokoh didepan kelas. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila siswa yang mengalami peningkatan keterampilan berbicara menggunakan strategi role playing sebesar ≥80% atau dengan kriteria baik. Kriteria sangat baik untuk tiap indikator yakni apabila siswa mendapat skor 4. Adapun kriteria baik untuk rekapitulasi dari seluruh indikator keterampilan berbicara siswa apabila memperoleh skor 12.
Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dikenalkan pertama kali oleh Kurt Lewin pada tahun 1946 (Zaenal Aqib dkk, 2014:2). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian reflektif yang dilaksanakan secara siklis (berbaur) oleh guru/calon guru di dalam kelas (Herawati Susilo dkk, 2009:2). Sejalan dengan pendapat tersebut, Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2012:9) mengemukakan PTK atau Classroom Action Research (CAR) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; (4) refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Pra Siklus
Berdasarkan observasi hasil belajar kelas V sebelum diadakan penelitian banyak siswa yang nilai mata pelajaran bahasa Jawa tidak tuntas atau tidak memenuhi KKM (75). Pada laporan pengamatan, menunjukkan bahwa dari 26 siswa kelas V, terdapat 18 (delapan belas) siswa atau 69,3% yang mendapatkan nilai tidak tuntas ( Dan 8 (delapan) siswa atau 30,7% yang sudah mendapatkan nilai tuntas (
Hasil belajar siswa berdasarkan nilai tertinggi, nilai terendah dan rata-rata dapat dilaporkan berikut ini: Dari hasil pengamatan, rata-rata nilai masih dibawah standar KKM atau <75. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain dari faktor guru, hambatan yang berasal dari guru yaitu teknik mengajar yang disajikan guru kurang menarik dan tidak sesuai dengan kemampuan siswa. Salah satu teknik yang biasa digunakan dalam pembelajaran bahasa Jawa di Kelas V SDN Porangparing yaitu dengan teknik ceramah. Teknik ceramah cenderung pada bentuk komunikasi satu arah. Dalam hal ini kedudukan siswa adalah sebagai penerima materi pelajaran dan guru sebagai sumber belajar. Siswa sekolah dasar masih berada pada tahap operasional kongkret, sehingga dalam pembelajaran guru dituntut untuk memberikan pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan siswa.
Deskripsi Hasil Pelaksanaan Siklus I
Peneliti melakukan pengamatan aktivitas siswa dan keterampilan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran role playing dalam pembelajaran. Peneliti melibatkan 2 orang observer yaitu guru kelas dan teman sejawat. Peneliti melibatkan guru kelas untuk mengamati keterampilan guru (peneliti) saat pembelajaran dan teman sejawat untuk mengamati aktivitas siswa dalam melakukan diskusi maupun dalam mengikuti pembelajaran. Dengan demikian, peneliti mampu memperbaiki kekurangannya untuk perbaikan pada siklus selanjutnya.
Hasil Observasi Keterampilan Guru dalam Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Role Playing
Guru menerapkan strategi Role Playing (Bermain Peran) pada mata pelajaran bahasa Jawa materi memerankan drama pendek. Keterampilan guru selama melaksanakan pembelajaran diamati oleh observer. Observer berpedoman pada lembar observasi keterampilan guru. Pedoman observasi keterampilan guru sudah dipersiapkan oleh peneliti dan disusun berdasarkan langkah-langkah strategi Role Playing.
Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas peneliti dalam pengelolaan pembelajaran Bahasa Jawa menggunakan strategi pembelajaran Role Playing pada siklus I diperoleh skor rata-rata 50,5 dari skor maksimal 76. Sehingga persentase aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran Bahasa Jawa adalah 66,44% termasuk dalam kualifikasi sedang. Hal ini menunjukkan bahwa peneliti dapat melaksanakan pembelajaran Bahasa Jawa dengan kualifikasi sedang dengan persentase minimal 75%. Guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran strategi pembelajaran role playing. Namun masih terdapat kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki.
Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Krama
Peneliti mengamati dan mencatat semua kejadian yang terjadi pada saat siswa mengikuti pengajaran dan menanyakan pada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Hasil pengamatan keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa sebagai berikut: hasil observasi untuk tingkat keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa pada pertemuan pertama hanya mencapai 48,26% dengan konversi nilai D kategori Kurang dan pada pertemuan kedua mengalami sedikit peningkatan sebesar 55,57% dengan konversi nilai C kategori Sedang. Dan diperlukan peningkatan lagi untuk mencapai indikator keberhasilan 80%.
Hasil Observasi Hasil Belajar Siswa dalam Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Krama
Sedangkan pengamatan terhadap hasil belajar siswa berdasarkan THB-01 terdapat 12 atau 46,15% siswa yang berhasil tuntas atau mendapatkan nilai dan 14 atau 53,85% siswa yang belum berhasil tuntas atau mendapatkan nilai < 75. Bahwa hasil THB-01 pada siklus I, nilai tertinggi 90, nilai terendah 60 dan hasil nilai rata-rata 73.
Deskripsi Hasil Pelaksanaan Siklus II
Pada siklus II ini, peneliti melakukan pengamatan aktivitas siswa dan keterampilan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran role playing dalam pembelajaran. Peneliti melibatkan 2 orang observer yaitu guru kelas dan teman sejawat. Peneliti melibatkan guru kelas untuk mengamati keterampilan guru (peneliti) saat pembelajaran dan teman sejawat untuk mengamati aktivitas siswa dalam melakukan diskusi maupun dalam mengikuti pembelajaran. Dengan demikian, peneliti mampu memperbaiki kekurangannya untuk perbaikan pada siklus selanjutnya.
Hasil Observasi Keterampilan Guru dalam Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Role Playing
Berdasarkan hasil pengamatan, hasil pengamatan aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran Bahasa Jawa menggunakan strategi pembelajaran Role Playing pada siklus II diperoleh skor 71 dari skor maksimal 76. Sehingga persentase aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran Bahasa Jawa adalah 93,42% termasuk dalam kualifikasi sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru dapat melaksanakan pembelajaran Bahasa Jawa dengan kualifikasi sangat baik dengan persentase minimal 75%. Guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran strategi pembelajaran role playing.
Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Krama
Peneliti mengamati dan mencatat semua kejadian yang terjadi pada saat siswa mengikuti pengajaran dan menanyakan pada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Dari laporan pengamatan, dapat dijelaskan bahwa hasil observasi untuk tingkat keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa sudah mencapai 85,19% dengan konversi nilai A kategori Sangat Baik. Dan sudah mencapai indikator keberhasilan 80% sehingga tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Hasil Observasi Hasil Belajar Siswa dalam Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Krama
Sedangkan pengamatan terhadap hasil belajar siswa berdasarkan THB-2 terdapat 25 atau 96,15% siswa yang berhasil tuntas atau mendapatkan nilai dan 1 atau 3,85% siswa yang belum berhasil tuntas atau mendapatkan nilai < 75. Bahwa hasil THB-02 pada siklus II, nilai tertinggi 100, nilai terendah 70 dan hasil nilai rata-rata 85.
Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi pra siklus dan tindakan yang telah dilakukan pada Siklus I dan Siklus II, keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa dari siklus ke siklus mengalami peningkatan dari kategori Sedang pada siklus I menjadi kategori Sangat Baik pada Siklus II.
Ketuntasan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Dari 3 atau 25% siswa yang tuntas pada pra siklus menjadi 6 atau 50% siswa yang tuntas pada siklus I dan menjadi 11 atau 92% siswa yang tuntas pada siklus II.
Nilai tertinggi, nilai terendah, dan nilai rata-rata mengalami peningkatan yang disignifikaan dari siklus ke siklus. Dari nilai tertinggi pada sebelum dilakukan tindakan (Pra Siklus) = 80 menjadi 90 pada Siklus I dan meningkat menjadi 95 pada Siklus II. Nilai terendah pada sebelum dilakukan tindakan (Pra Siklus) = 50 menjadi 60 pada Siklus I dan meningkat lagi menjadi 70 pada Siklus II. Rata-rata nilai dari 65 pada sebelum dilakukan tindakan (Pra Siklus) menjadi 73 pada Siklus I dan meningkat lagi menjadi 85 pada Siklus II.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat dikemukakan kesimpulan penelitian sebagai berikut.
1. Aktivitas guru dalam strategi pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara dan hasil belajar bahasa Jawa bagi siswa kelas V SDN Porangparing semester II tahun pelajaran 2016/ 2017 dapat berjalan dengan baik.
2. Melalui strategi pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa bagi siswa kelas V SDN Porangparing semester II tahun pelajaran 2016/ 2017.
3. Melalui strategi pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Jawa bagi siswa kelas V SDN Porangparing semester II tahun pelajaran 2016/ 2017.
Saran
Berdasarkan simpulan yang dikemukakan di atas, maka peneliti mengharapkan:
1. Strategi pembelajaran Role Playing pada siswa Kelas V SDN Porangparing semester II tahun pelajaran 2016/ 2017 dapat meningkatkan keterampilan berbicara dan hasil belajar bahasa Jawa krama, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengajar Bahasa Jawa.
2. Pendidik hendaknya meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran Bahasa Jawa, sehingga dapat menumbuhkan karakter dan hasil belajar siswa dapat lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. BumiAksara.
Aqib, Zainal, dkk.(2014).Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. YramaWidya.
BSNP. (2006). Standar Isi Mata Pelajaran Bahasa Jawa. Jakarta: Depdiknas.
BSNP. (2007). Standar Proses. Jakarta: Permendiknas
Daryanto.( 2013). Belajar dan Mengajar. Bandung: CV.YramaWidya.
Depdiknas. (2003). Undang-undangNomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Republik Indonesia. Jakarta:Depdiknas.
Depdiknas. (2006). Undang-UndangNomor 22 Tahun 2006 tentang Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. (2013). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. (2013). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. (2013). Proses BelajarMengajar. Jakarta: RinekaCipta
Mulyasa. (2011). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Poerwanti, Endang. (2008). Assesmen Pembelajaran SD. Jakarta: DirjenDikti.
Purwanto. (2014). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Ruminiati. (2007). Pengembangan Pendidikan Bahasa Jawa SD. Jakarta: Direktorat PendidikanTinggi.
Rusman. (2014). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sanjaya, Wina. (2014). Media Komunnikasi Pembelajaran. Jakata: Kencana Prenadamedia Group.
Sudjana, Nana. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya