PENINGKATAN KETERAMPILAN GURU DALAM MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE DAN NON EXAMPLE

MELALUI DEMOSTRASI MENGAJAR DAN RAPAT PERIODIK

DI SD NEGERI 2 TARUB KECAMATAN TAWANGHARJO

PADA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Siti Umini

Kepala Sekolah SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran Example Non Example melalui demostrasi mengajar dan rapat periodik di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan pada semester 2 tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan, dengan subjek penelitian ini seluruh guru di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan yang berjumlah 6 guru. Penelitian dilakukan pada semester II Tahun ajaran 2016/2017 selama 6 bulan yaitu pada bulan Januari sampai dengan Juni 2017, Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif komparatif. Keberhasilan tindakan ditentukan apabila semua guru telah mampu melaksanakan pembelajaran example non example dengan kategori baik dengan skor rata-rata lebih dari 6,1 (≥ 6,1), dengan prosentase penguasaan komponen minimal sebesar 85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Melalui demonstrasi mengajar dan rapat periodik, keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran example non example di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo dapat meningkat dengan sangat baik. Peningkatan terjadi pada semua aspek penilaian. Peningkatan nilai rata-rata terjadi dari kegiatan prasiklus hingga siklus III dengan total keseluruhan peningkatan sebesar 4,5. Nilai rata-rata prasiklus sebesar 3,5. Secara keseluruhan dari prasiklus ke siklus III, terjadi peningkatan sebesar 4,5. Penguasaan guru terhadap indikator pembelajaran example non example dapat dilihat dari peningkatan prosentase ketercapaian indikator. Secara keseluruhan dari prasiklus ke siklus III, terjadi peningkatan prosentase ketercapaian indikator sebesar 50%.

Kata kunci: Pembelajaran example non exmple, demonstrasi, rapat guru.

 

PENDAHULUAN

Model pembelajaran yang berpusat pada guru (Teaching base learning), sudah saatnya ditinggalkan. Dana beralih ke model pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student base learning), atau yang dikenal dengan pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif merupakan cara belajar dengan memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, untuk dibahas dalam proses pembelajaran dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah pengetahuan, tapi juga kemampuan analisis dan sintesis (Nurhayati, 2008).

Belajar aktif menuntut siswa untuk bersemangat, gesit, menyenangkan, dan penuh gairah, bahkan siswa sering meninggalkan tempat duduk untuk bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about and thinking aloud). Selama proses belajar siswa dapat beraktivitas, bergerak dan melakukan sesuatu dengan aktif, sehingga siswa tidak hanya sekedar duduk dan mendengarkan yang cenderung membosankan. Untuk melaksanakan pembelajaran aktif, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam memilih model pembelajaran aktif, dan memiliki kemampuan yang banyak tentang model-model pembelajaran aktif.

Salah satu model pembelaran aktif yang mudah dan dapat dilaksanakan di Sekolah Dasar adalah model pembelajaran Example Non Example, yaitu suatu model pembelajaran yaitu suatu model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example lebih menekankan pada konteks analisis siswa, dan memungkinkan untuk digunakan di kelas tinggi maupun kelas rendah.

Walaupun model pembelaran Example Non Example sebenarnya mudah diterapkan dalam proses pembelajaran, namun berdasarkan kenyataan saat guru diminta untuk menerapkan model pembelajaran tersebut, sebagian besar guru belum mampu untuk menerapkan dengan baik, walaupun secara teori guru telah mampu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Example Non Example. Berdasarkan pengamatan awal, saat guru diminta untuk menerapkan model pembelajaran Example Non Example dari 6 (enam) guru, hampir semua guru belum mampu menguasai langkah pembelajaran dengan baik.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa guru masih kesulitan dalam penerapam model pembelajaran Example Non Example, untuk itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan guru tersebut melalui pembinaan. Mengingat hampir semua guru belum mampu menerapkan langkah pembelajaran Example Non Example, maka teknik pembinaan yang tepat adalah melakukan teknik demonstrasi yaitu pembinaan dengan cara memberikan contoh riil langkah pembelajaran Example Non Example dan ditindak lanjuti dengan rapat secara periodik dengan maksud untuk mengevaluasi perkembangan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka agar upaya perbaikan kemampuan guru dalam melaksankaan model pembelajaran dapat terlihat perkembanganya, dan membuahkan hasil yang nyata, dan tindakan yang sesuai adalah dilakukan melalui penelitian tindakan sekolah. Adapun judul yang sesuai dengan permasalahan tersebut adalah: “Peningkatan Keterampilan Guru dalam Menerapkan Model Pembelajaran Example Non Example Melalui Demostrasi Mengajar dan Rapat Periodik di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahan masalahnya. Rumusan masalah merupakan suatu penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Dengan kata lain, rumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan atas identifikasi masalah dan pembatasan masalah.

Sesuai dengan identifikasi masalah dan rumusan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah Peningkatan Keterampilan Guru dalam Menerapkan Model Pembelajaran Example Non Example Melalui Demostrasi Mengajar dan Rapat Periodik di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan rumusan kalimat yang menunjukkan adanya hasil, sesuatu yang diperolah setelah penelitian penelitian selesai, atau sesuatu yang akan dicapai/dituju dalam sebuah penelitian. Hasil yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran Example Non Example melalui demostrasi mengajar dan rapat periodik di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan pada semester 2 tahun Pelajaran 2016/2017.

KAJIAN TEORI

Kinerja Guru

Menurut Prawirasentono (1999: 2) “Performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral ataupun etika”. Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Berkenaan dengan standar kinerja guru Sahertian sebagaimana dikutip Kusmianto (1997: 49) dalam buku panduan penilaian kinerja guru oleh pengawas menjelaskan bahwa:

Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan sebuah proses yang disusun secara sistematis dan terencana untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran dapat diartikan rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelas dalam setiap setting pembelajaran ataupun setting lainnya. Joyce (dalam Suwarjo 2008: 97). Menurut Joice dan Weil (dalam Isjoni 2007:50) Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya.

Pembelajaran Example Non Example

Menurut Buehl (1996) dalam Apariani dkk, (2010:20) menjelaskan bahwa examples non examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari examples non examples dari suatu definisi konsep yang ada dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.

Examples non examples merupakan model pembelajaran dengan mempersiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajian gambar ditempel atau memakai LCD/OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi, dan refleksi (Roestiyah. 2001: 73).

Demonstrasi Mengajar

Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Syaiful, 2008:210). Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Muhibbin Syah, 2000:22). Sementara menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2000:2) bahwa metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.

Kerangka Berpikir

Model pembelajaran yang berpusat pada guru (Teaching based learning), sudah saatnya ditinggalkan, dan beralih pada model pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Based Learning). Salah satu model pembelaran berpusat pada siswa yang mudah dan dapat dilaksanakan di Sekolah Dasar adalah model pembelajaran example dan non example, yaitu suatu model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Berdasarkan pengamatan awal, di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan belum mampu menguasai langkah pembelajaran example non example, dengan baik, untuk itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran tersebut. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melalui pembinaan teknik demonstrasi yaitu pembinaan dengan cara memberikan contoh riil langkah pembelajaran Example Non Example dan ditindak lanjuti dengan rapat secara periodik dengan maksud untuk mengevaluasi perkembangan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran tersebut.

Hipotesis Tindakan

Demostrasi Mengajar dan Rapat Periodik dapat meningkatkan Keterampilan Guru dalam Menerapkan Model Pembelajaran Example Non Example Melalui di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017.

METODE PENELITIAN TINDAKAN

Desain Penelitian

Desain penelitian adalah pedoman atau prosedur serta teknik dalam perencanaan penelitian yang berguna sebagai panduan untuk membangun strategi yang menghasilkan model atau blue print penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah didesain sesuai dengan model Menurut John Elliot (dalam Muslihudin, 2010: 72). Model ini memiliki empat komponen penelitian tindakan (perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi) dalam suatu system spiral yang saling terkait.

Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh guru di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan yang berjumlah 6 guru. Objek penelitian tindakan sekolah ini adalah peningkatan keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran example non example.

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada semester II Tahun ajaran 2016/2017 selama 6 bulan yaitu pada bulan Januari sampai dengan Juni 2017, dengan tempat penelitian di Sekolah Dasar Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan yang beralamat di Desa Tarub, Kecamatan Tawangharjo.

Data dan Sumber Data

Data adalah informasi yang diperoleh dari suatu pengamatan, dapat berupa angka, lambang atau sifat. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan data adalah hasil penilaian yang dilakukan pada saat observasi terhadap keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran Example Non Example di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan yang diperoleh melalui pengamatan langsung. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari observasi dan dokumentasi.

Teknik Pengambilan Data

Untuk memperoleh data penelitian, digunakan teknik observasi dan dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung untuk menilai aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran example non example. Penilaian dilakukan dengan mangacu pada lembar penilaian atau lembar observasi. Teknik ini dipilih karena sesuai dengan data yang akan diperoleh, yaitu berupa penilaian unjuk kerja guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran example non example. Sedangkan teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data berupa foto-foto kegiatan peneliti dan guru selama penelitian sebagai data pendukung.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif komparatif, yaitu suatu teknik analisis dengan cara membandingkan nilai unjuk kerja guru dalam melaksanakan pembelajaran Example Non Example antar siklus dan membandingkan dengan indikator kinerja keberhasilan yang telah ditetapkan. Perbandingan nilai dipaparkan dalam bentuk tabel dan grafik.

Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian tindakan sekolah, dilakukan dari siklus ke siklus berikutnya. Setiap siklus terdiri dari kegiatan: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

 

 

Indikator Keberhasilan

Keberhasilan tindakan ditentukan apabila semua guru telah mampu melaksanakan pembelajaran example non example dengan kategori baik dengan skor rata-rata lebih dari 6,1 (≥ 6,1), dengan prosentase penguasaan komponen minimal sebesar 85%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prasiklus

Berdasarkan nilai hasil observasi seperti terlampir (lampiran 1), peneliti melakukan rekapitulasi, menghitung skor rata-rata, menghitung skor tertinggi, menghitung skor terendah, dan menghitung prosentase ketercapaian indikator, rekapitulasi nila hasil observsi siklus I, seperti terlihat pada tabel terlampir (lampiran 2). Adapun ringkasan hasil penilaian prasiklus, dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam menerapkan pembelajran pembelajaran example non example di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo dari 6 guru yang dijadikan subjek penelitian, 2 (dua) guru tergolong cukup, dan 4 (empat) guru tergolong kurang. Dari hasil penilaian tersebut dapat dideskripsikan bahwa secara keseluruhan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran example non example terolong kurang. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata sebesar 2,33. Nilai tertinggi 3 (kurang) dan nilai terendah 2 (kurang).

Ketercapaian komponen/indikator penilaian yang terdiri dari 9 komponen, hasilnya dapat diketahui bahwa rata-rata prosentase ketercapaian yang diperoleh guru adalah 38,89%. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan guru terhadap langkah-langkah pembelajaran example non example masih rendah. Selanjutnya agar guru mengetahui hasil penilaian prasiklus, dan sekaligus untuk menyampaikan informasi adanya tindakan perbaikan, maka pada tanggal 4 Februari 2017, peneliti mengadakan rapat guru. Rapat dihadiri oleh semua guru yang dijadikan subjek penelitian seperti daftar hadir terlampir (lampiran 3). Dokumentasi rapat seperti terlampir (foto 5).

Berdasarkan hasil penilaian dapat dikemukakan bahwa keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran example non example masih rendah, demikian pula dengan melaksanakan komponen-komponen penilaian masih belum maksimal, untuk itu perlu diupayakan langkah perbaikan, yaitu melalui pembinaan teknik demonstrasi mengajar dan rapat periodik yang terangkum dalam kegiatan siklus I.

Siklus I

Berdasarkan hasil penilaian tersebut selanjutnya direkap, dihitung nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, dan prosentasi ketercapaian indikator. Hasil rekapitulasi seperti terlampir (lampiran 6). Ringkasan hasil penilaian siklus I dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran example non example secara keseluruhan tergolong cukup dengan skor rata-rata sebesar 5,50. Berdasarkan hasil penilaian tersebut di atas, maka dapat dideskripsikan bahwa secara keseluruhan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran example non example setelah dilakukan pembinaan siklus I tergolong cukup. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata sebesar 5,50. Nilai tertinggi 5 (cukup) dan nilai terendah 3 (kurang).

Ketercapaian komponen/indikator penilaian yang terdiri dari 9 komponen, hasilnya dapat diketahui skor rata-rata prosentase ketercapaian indikator sebesar 61,11%, dengan prosentase tertinggi sebesar 83,33%, sedangkan prosentase terendah sebesar 50%. Selanjutnya agar guru mengetahui hasil penilaian siklus I, dan sekaligus untuk menyampaikan informasi adanya tindakan perbaikan siklus II, maka pada tanggal 4 Maret 2017, peneliti mengadakan rapat guru. Rapat dihadiri oleh semua guru yang dijadikan subjek penelitian seperti daftar hadir terlampir (lampiran 7). Dokumentasi rapat seperti terlampir (foto 9). Aktivitas peneliti saat melakukan observasi seperti terlihat pada dokumen terlampir (foto 10 dan 11).

Berdasarkan hasil penilaian terhadap guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 5,50 (kategori cukup), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 61,11%, hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan berupa demonstrasi mengajar oleh peneliti, terjadi peningkatan kemampuan guru, namun peningkatan tersebut, jika dibandingkan dengan indikator keberhasilan, masih belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu belum mencapai ketegori baik (≥ 6.1), dengan komponen yang dikuasai oleh guru belum mencapai 85%. Dari hasil penilaian terbukti hampir semua indikator belum dikuasai oleh guru dengan baik, kecuali indikator 2 (dua) yaitu guru menempelkan di papan atau menampilkan lewat OHP/LCD, dan indikator 5 (lima) yaitu tentang guru membagi kelompok 2-3 orang peserta didik yang telah mencapai 83,33%. Untuk itu perlu adanya tindakan lanjutan dengan perbaikan seperlunya.

Siklus II

Hasil penilaian siklus II seperti terlampir (lampiran 9). Berdasarkan hasil penilaian tersebut selanjutnya direkap, dihitung nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, dan prosentasi ketercapaian indikator. Hasil rekapitulasi seperti terlampir (lampiran 10). Ringkasan hasil penilaian siklus II dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran example non example secara keseluruhan tergolong baik dengan skor rata-rata sebesar 6,33. Berdasarkan hasil penilaian tersebut di atas, maka dapat dideskripsikan bahwa secara keseluruhan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran example non example setelah dilakukan pembinaan siklus I tergolong cukup. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata sebesar 6,33. Nilai tertinggi 5 (cukup) dan nilai terendah 3 (kurang).

Ketercapaian komponen/indikator penilaian yang terdiri dari 9 komponen, hasilnya dapat diketahui skor rata-rata prosentase ketercapaian indikator sebesar 70,37%, dengan prosentase tertinggi sebesar 70,37%, sedangkan prosentase terendah sebesar 50%. Selanjutnya agar guru mengetahui hasil penilaian siklus I, dan sekaligus untuk menyampaikan informasi adanya tindakan perbaikan siklus II, maka pada tanggal 4 Maret 2017, peneliti mengadakan rapat guru. Rapat dihadiri oleh semua guru yang dijadikan subjek penelitian seperti daftar hadir terlampir (lampiran 11). Dokumentasi rapat seperti terlampir (foto 15). Aktivitas peneliti saat melakukan observasi siklus II seperti terlihat pada dokumen terlampir (foto 16 dan 17).

Berdasarkan hasil penilaian terhadap guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 6,33 (kategori cukup), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 70,37%, hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan berupa demonstrasi mengajar oleh guru model pada siklus II, terjadi peningkatan kemampuan guru hingga mencapai kreteria baik yang artinya kemampuan guru rata-rata telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, namun prosentase ketercapaian indikator belum mencapai 85%. Beberapa indikator yang belum dikuasai oleh guru dengan baik yaitu: indikator 3 (tiga) tentang guru memberikan petunjuk (baru mencapai 50%), indikator 8 (delapan) guru menjelaskan hasil diskusi (mencapai 50%), dan indikator 9 (sembilan) guru membuat kesimpulan (mencapai 66,67%), prosentase ketercapaian indikator sebesar 83,33%. Artinya dalam menerapkan pembelajaran example non example guru belum mengerjakan indikator tersebut dengan maksimal. Atas dasar kenyataan tersebut di atas, maka perlu adanya tindakan lanjutan siklus III, dengan teknik pembinaan demonstrasi dan rapat guru dengan perbaikan seperlunya.

Siklus III

Hasil rekapitulasi seperti terlampir (lampiran 14). Ringkasan hasil penilaian siklus III dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran example non example secara keseluruhan tergolong baik dengan skor rata-rata sebesar 8. Berdasarkan hasil penilaian tersebut di atas, maka dapat dideskripsikan bahwa secara keseluruhan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran example non example setelah dilakukan pembinaan siklus III tergolong baik. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata sebesar 8. Nilai tertinggi 6 (cukup) dan nilai terendah 5 (cukup), dan tidak ada guru yang memperoleh nilai kurang.

Ketercapaian komponen/indikator penilaian yang terdiri dari 9 komponen, hasilnya dapat diketahui skor rata-rata prosentase ketercapaian indikator sebesar 88,89%, dengan prosentase tertinggi sebesar 100%, sedangkan prosentase terendah sebesar 83,33%. Selanjutnya agar guru mengetahui hasil penilaian siklus III, dan sekaligus untuk memberikan motivasi dan semangat kepada guru, maka pada tanggal 29 April 2017, peneliti mengadakan rapat guru. Rapat dihadiri oleh semua guru yang dijadikan subjek penelitian seperti daftar hadir terlampir (lampiran 15). Dokumentasi rapat seperti terlampir (foto 20). Aktivitas peneliti saat melakukan observasi siklus III seperti terlihat pada dokumen terlampir (foto 21 dan 22).

Berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran example non example siklus III, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 8 (kategori cukup), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 88,89%, hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan berupa demonstrasi mengajar oleh guru model pada siklus III yang pelaksanaannya secara langsung diterapkan pada pembelajaran yang sebenarnya, terjadi peningkatan kemampuan guru hingga mencapai kreteria baik yang artinya kemampuan guru rata-rata telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, dan prosentase ketercapaian indikator telah mencapai 88,89% yang artinya melebihi dari indikator kinerja yang telah ditetapkan. Untuk tindakan tidak perlu dilanjutkan.

PEMBAHASAN

Perbandingan Keterampilan Guru

Perbandingan nilai keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran example non example prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan pembinaan teknik demonstrasi dan rapat guru, ketrampilan guru meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rata-rata dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan dari 3,5 menjadi 5,5 atau meningkat sebesar 2,0. Peningkatan terjadi pada semua guru. Nilai tertinggi meningkat dari 5 menjadi 7 atau terjadi peningkatan sebesar 2, dan nilai terendah meningkat dari 3 menjadi 4 atau meningkat sebesar 1.

Perbandingan nilai keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran example non example siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan pembinaan teknik demonstrasi dan rapat guru, ketrampilan guru meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rata-rata dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dari 5.50 menjadi 6.33 atau meningkat sebesar 0,83. Peningkatan terjadi pada beberapa guru. Nilai tertinggi meningkat dari 7 menjadi 8 atau terjadi peningkatan sebesar 1, dan nilai terendah meningkat dari 4 menjadi 5 atau meningkat sebesar 1.

Perbandingan nilai keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran example non example siklus II dengan siklus III, menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan pembinaan teknik demonstrasi dan rapat guru, ketrampilan guru meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rata-rata dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan dari 6,33 menjadi 8 atau meningkat sebesar 1,67. Peningkatan terjadi pada semua guru. Nilai tertinggi meningkat dari 8 menjadi 9 atau terjadi peningkatan sebesar 1, dan nilai terendah meningkat dari 5 menjadi 7 atau meningkat sebesar 2.

Perbandingan nilai keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran example non example Prasiklus dengan siklus III, menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan pembinaan teknik demonstrasi dan rapat guru, ketrampilan guru meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rata-rata dari prasiklus ke siklus III mengalami peningkatan dari 3,5 menjadi 8 atau meningkat sebesar 4,5. Peningkatan terjadi pada semua guru. Nilai tertinggi meningkat dari 5 menjadi 9 atau terjadi peningkatan sebesar 4, dan nilai terendah meningkat dari 3 menjadi 7 atau meningkat sebesar 4.

Perbandingan Prosentase Penguasaan Indikator

Perbandingan prosentase penguasaan indikator keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran example non example prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan pembinaan teknik demonstrasi dan rapat guru, penguasaan guru terhadap langkah-langkah pembelajaran example non example meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan prosentase rata-rata dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan dari 38,89% menjadi 61,11% atau meningkat sebesar 22,22%. Peningkatan terjadi pada semua indikator. Prosentase tertinggi meningkat dari 50% menjadi 83,33% atau terjadi peningkatan sebesar 33,33%, dan prosentase terendah meningkat dari 16,67% menjadi 50% atau meningkat sebesar 33,33%.

Perbandingan prosentase penguasaan indikator keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran example non example siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan pembinaan teknik demonstrasi dan rapat guru, penguasaan guru terhadap langkah-langkah pembelajaran example non example meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan prosentase rata-rata dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dari 61,11% menjadi 70,37% atau meningkat sebesar 16,67%. Namun untuk prosentase tertinggi dan prosentase terendah tidak mengalami peningkatan.

Perbandingan prosentase penguasaan indikator keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran example non example Siklus II dengan siklus III, menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan pembinaan teknik demonstrasi dan rapat guru, penguasaan guru terhadap langkah-langkah pembelajaran example non example meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan prosentase rata-rata dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan dari 70,37% menjadi 88.89% atau meningkat sebesar 18,52%. Peningkatan terjadi pada beberapa indikator. Prosentase tertinggi meningkat dari 83,33% menjadi 100% atau terjadi peningkatan sebesar 16,67%, dan prosentase terendah meningkat dari 50% menjadi 83,33% atau meningkat sebesar 33,33%.

Perbandingan prosentase penguasaan indikator keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran example non example Prasiklus dengan siklus III, menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan pembinaan teknik demonstrasi dan rapat guru, penguasaan guru terhadap langkah-langkah pembelajaran example non example meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan prosentase rata-rata dari Prasiklus ke siklus III mengalami peningkatan dari 38,89% menjadi 88.89% atau meningkat sebesar 50%. Peningkatan terjadi pada seluruh indikator. Prosentase tertinggi meningkat dari 50% menjadi 100% atau terjadi peningkatan sebesar 50%, dan prosentase terendah meningkat dari 16,67% menjadi 83,33% atau meningkat sebesar 66,67%.

PENUTUP

Kesimpulan

Melalui demonstrasi mengajar dan rapat periodik, keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran example non example di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo dapat meningkat dengan sangat baik. Peningkatan terjadi pada semua aspek penilaian. Peningkatan nilai rata-rata terjadi dari kegiatan prasiklus hingga siklus III dengan total keseluruhan peningkatan sebesar 4,5. Nilai rata-rata prasiklus sebesar 3,5, pada siklus I meningkat menjadi 5,5 atau terjadi peningkatan sebesar 2, meningkat lagi pada siklus II menjadi 6,3 atau meningkat sebesar 0,83, meningkat lagi pada siklus III menjadi 8 atau meningkat sebesar 1,67. Secara keseluruhan dari prasiklus ke siklus III, terjadi peningkatan sebesar 4,5.

Penguasaan guru terhadap indikator pembelajaran example non example dapat dilihat dari peningkatan prosentase ketercapaian indikator. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prosentase ketercapaian indikator dari prasiklus sebesar 38,33%, meningkat pada siklus I menjadi 61,11% atau meningkat sebesar 22,22%, meningkat lagi pada siklus II menjadi 70,37% atau meningkat sebesar 9,26%, dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 88,89% atau meningkat sebesar 18,52%. Secara keseluruhan dari prasiklus ke siklus III, terjadi peningkatan prosentase ketercapaian indikator sebesar 50%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui demonstrasi mengajar dan rapat periodik dapat meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran example non example di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017.

Implikasi

Pembinaan teknik demonstrasi mengajar terbukti mampu meningkatkan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini membuktikan bahwa pembinaan dengan teknik demonstrasi yang ditindaklanjuti dengan rapat secara periodik mampu menambah pengetahuan dan ketrampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran aktif. Bertambahnya pengetahuan dan ketrampilan guru akan berdampak positif terhadap kinerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, khususnya dalam hal memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat.

Saran-Saran

Untuk UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan

Sebaiknya dalam melakukan pembinaan profesionalisme guru, UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo menugaskan kepada Pengawas untuk memberikan pembinaan tentang model-model pembelajaran aktif, dengan teknik demonstrasi yang dilakukan sendiri oleh Pengawas maupun menghadirkan guru model.

Untuk Kepala Sekolah Lain

Sebaiknya Kepala sekolah memberikan contoh-contoh pelaksanaan model pembelajaran aktif secara langsung kepada guru, sebagai bentuk pembinaan profesionalisme guru. Dengan diberikan contoh mengajar, maka guru akan lebih mudah memahami dan menerapkan model pembelajaran yang dicontohkan oleh kepala sekolah.

Untuk Guru

Sebaiknya guru berani untuk mencoba model-model pembelajarn aktif, dan bila mengalami kesulitan dapat menanyakan kepada kepala sekolah. Selain itu guru dapat berkolaborasi dengan teman sejawat untuk saling memberikan masukan dalam melaksanakan pembelajaran aktif, khususnya saat guru mencoba melaksanakan model pembelajaran aktif.

DAFTAR PUSTAKA

Apriani, Atik dan David Indrianto. 2010, Implementasi model pembelajaran examples non examples. FKIP PGMI. IKIP PGRI SUMEDANG. 2010

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efectifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung

Kusmianto. 1997. Panduan Penilaian Kinerja Guru Oleh Pengawas. Jakarta: Erlangga

Muhibbin Syah, 2000. Psikologi Pendidikan,Bandung: Remaja Rosda Karya

Prawiresetono, Suyadi. 1999. Sumber Daya Manusia, Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi. Surya Pena Gemilang. Malang

Syaiful Bahri Djamarah, 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta