PENINGKATAN KETERAMPILAN GURU

DALAM MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

MELALUI DEMOSTRASI MENGAJAR DAN PERTEMUAN INDIVIDU

DI SD NEGERI 2 TARUB KECAMATAN TAWANGHARJO

PADA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Siti Umini

Kepala Sekolah SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping melalui demostrasi mengajar dan pertemuan individu di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan pada semester 2 tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian dilakukan di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan. Subjek penelitian yang digunakan sebanyak 5 guru. Penelitian ini dilakukan pada semester II Tahun ajaran 2017/2018 selama 6 bulan yaitu pada bulan Januari sampai dengan Juni 2018. Teknik pengambilan data dengan observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan analisis deskriptif komparatif. Keberhasilan tindakan ditentukan apabila semua guru telah mampu melaksanakan pembelajaran Mind Mappingdengan kategori baik dengan skor rata-rata lebih dari 4,1 (≥ 4,1), dengan prosentase penguasaan indikator minimal sebesar 85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui demonstrasi mengajar dan pertemuan individu, keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo dapat meningkat. Peningkatan terjadi pada seluruh guru dan semua aspek penilaian. Peningkatan nilai rata-rata terjadi dari kegiatan prasiklus hingga siklus II dengan total keseluruhan peningkatan sebesar 2,60. Nilai rata-rata prasiklus sebesar 3,0, pada siklus I meningkat menjadi 4,8 atau terjadi peningkatan sebesar 1,8, meningkat lagi pada siklus II menjadi 2,6 atau meningkat sebesar 0,8. Penguasaan guru terhadap komponen pembelajaran Mind Mapping dapat dilihat dari peningkatan prosentase ketercapaian komponen penilaian. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prosentase ketercapaian komponen dari prasiklus sebesar 50%, meningkat pada siklus I menjadi 80% atau meningkat sebesar 30%, meningkat lagi pada siklus II menjadi 93,33% atau meningkat sebesar 13,33%. Secara keseluruhan dari prasiklus ke siklus II, terjadi peningkatan prosentase ketercapaian indikator sebesar 43,33%.

Kata kunci: demonstrasi mengajar, pertemuan individu, pembelajaran mind mapping

 

PENDAHULUAN

Model pembelajaran yang berpusat pada guru (Teaching Centered learning), sudah saatnya ditinggalkan. Sejalan dengan pelaksanaan kurkulum 2013, sudah semestinya guru mempersiapkan diri untuk menerapkan berbagai model pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered learning), atau yang dikenal dengan pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif merupakan cara belajar dengan memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, untuk dibahas dalam proses pembelajaran dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah pengetahuan, tapi juga kemampuan analisis dan sintesis (Nurhayati, 2008).

Belajar aktif menuntut siswa untuk bersemangat, gesit, menyenangkan, dan penuh gairah, bahkan siswa sering meninggalkan tempat duduk untuk bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about and thinking aloud). Selama proses belajar siswa dapat beraktivitas, bergerak dan melakukan sesuatu dengan aktif, sehingga siswa tidak hanya sekedar duduk dan mendengarkan yang cenderung membosankan. Untuk melaksanakan pembelajaran aktif, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam memilih model pembelajaran aktif, dan memiliki kemampuan yang banyak tentang model-model pembelajaran aktif.

Salah satu model pembelaran aktif yang mudah dan dapat dilaksanakan di Sekolah Dasar adalah model pembelajaran Mind Mapping, merupakan pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa secara langsung, dalam pelaksanaannya siswa diminta membuat catatan secara kelompok dari jawaban-jabawan alternatif yang disampaikan oleh guru. Melalui pembelajaran ini pemahaman siswa akan lebih banyak, karena selain berpikir individu, siswa berdiskusi dalam kelompok, memperdalam pemahamannya dalam bentuk tulisan dan menyampaikan hasil diskusinya dalam bentuk lesan kepada kelompok lain.

Walaupun model pembelaran Mind Mapping ini sebenarnya mudah diterapkan dalam proses pembelajaran, namun berdasarkan kenyataan saat dilakukan wawancara dengan beberapa guru, guru masih merasa asing dengan model pembelajaran tersebut. Hal ini disebabkan selama ini guru terpaku dengan model-model pembelajaran konvensional yang dianggapnya mudah untuk dilaksanakan. Selain itu melalui model pembelajaran konvensional guru cenderung lebih mudah untuk mengendalikan kelas. Padahal justru melalui model pembelajaran demikian, kreativitas siswa sulit untuk berkembang, karena guru mempunyai peran yang dominan dalam pembelajaran.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa perlu adanya pembinaan guru tentang model-model pembelajaran aktif, sehingga jika guru semakin banyak menguasai model pembelajaran aktif, maka guru mudah untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Khususnya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping, pembinaan dapat dilakukan melalui kelompok dan individu. Mengingat guru belum terbiasa dengan model pembelajaran tersebut, maka teknik pembinaan yang sesuai adalah demonstrasi mengajar yang ditindaklanjuti dengan pertemuan individu baik di dalam kelas, di luar kelas maupun di ruang guru ataupun di ruang kepala sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, maka agar upaya perbaikan kemampuan guru dalam melaksankaan model pembelajaran Mind Mapping tersebut dapat diketahui perkembanganya dengan jelas, dan hasilnya terlihat nyata, maka bentuk tindakan yang sesuai adalah melalui penelitian tindakan sekolah (PTS). Adapun judul yang sesuai dengan permasalahan tersebut adalah: “Peningkatan Keterampilan Guru dalam Menerapkan Model Pembelajaran Mind Mapping Melalui Demostrasi Mengajar dan Pertemuan Individu di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo Pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018”.

Rumusan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah dan rumusan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah Peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan Model Pembelajaran Mind Mapping Melalui Demostrasi Mengajar dan pertemuan individu di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan rumusan kalimat yang menunjukkan adanya hasil, sesuatu yang diperolah setelah penelitian penelitian selesai, atau sesuatu yang akan dicapai/dituju dalam sebuah penelitian. Hasil yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping melalui demostrasi mengajar dan pertemuan individu di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan pada semester 2 tahun Pelajaran 2017/2018.

KAJIAN TEORI

Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran yang biasa disebut pengajaran adalah suatu proses hubungan mengajar dan belajar antara peserta didik dan guru. Tugas dan tanggung jawab utama seorang pengajar adalah mengelola pengajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif, yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif diantara guru dan peserta didik.

Pendekatan pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Dalam belajar tentang pendekatan pembelajaran tersebut, orang dapat melihat (1) pengorganisasian siswa, (2) posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan, dan (3) pemerolehan kemampuan dalam pembelajaran.

Model Pembelajaran Ming Mapping

Model pembelajaran merupakan sebuah proses yang disusun secara sistematis dan terencana untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran dapat diartikan rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelas dalam setiap setting pembelajaran ataupun setting lainnya. Joyce (dalam Suwarjo 2008). Menurut Joice dan Weil (dalam Isjoni 2007) Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya.

Ming Mapping (peta pikiran) menurut DePorter (2010) adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi. Peta pikiran terbaik adalah peta pikiran yang warna-warni dan menggunakan banyak gambar dan symbol, biasanya tampak seperti karya seni. Mind Mapp merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan siswa dapat menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informal akan lebih mudah dan lebih diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan tradisional (Buzan, 2013). Sedangkan menurut Doni (2013) Ming Mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan.

 

Demonstrasi Mengajar

Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Sagala, 2011). Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Syah, 2010). Sementara menurut Djamarah, (2000) bahwa metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.

Pertemuan Individu

Pertemuan individual yang dimaksud adalah adanya proses percakapan, dialog, dan saling tukar pikiran antara supervisor dan guru. Dengan demikian, istilah populer lainnya dari pertemuan individual adalah percakapan atau perbincangan individual (Lantip Diat Prasojo & Sudiyono, 2011: 105). Classroom-conference, yaitu percakapan individualyang dilaksanakan di dalam kelas ketika para peserta didik sedang meninggalkan kelas (istirahat).

Kerangka Berpikir

Model pembelajaran yang berpusat pada guru (Teaching Centered learning), sudah saatnya ditinggalkan. Sejalan dengan pelaksanaan kurkulum 2013, sudah semestinya guru mempersiapkan diri untuk menerapkan berbagai model pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered learning), Salah satu model pembelaran aktif yang mudah dan dapat dilaksanakan di Sekolah Dasar adalah model pembelajaran Ming Mapping.

Walaupun model pembelaran Ming Mapping ini sebenarnya mudah diterapkan dalam proses pembelajaran, namun berdasarkan kenyataan saat dilakukan wawancara dengan beberapa guru, guru masih merasa asing dengan model pembelajaran tersebut. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa perlu adanya pembinaan guru tentang model-model pembelajaran aktif.

Khususnya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran Ming Mapping, perlu dilakukan pembinaan, pembinaan dapat dilakukan melalui kelompok dan individu. Mengingat guru belum terbiasa dengan model pembelajaran tersebut, maka teknik pembinaan yang sesuai adalah demonstrasi mengajar yang ditindaklanjuti dengan pertemuan individu baik di dalam kelas, di luar kelas maupun di ruang guru ataupun di ruang kepala sekolah.

Hipotesis Tindakan

Demostrasi Mengajar dan pertemuan individu dapat meningkatkan Keterampilan Guru dalam Menerapkan Model Pembelajaran Ming Mapping Melalui di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018.

METODE PENELITIAN TINDAKAN

Desain penelitian adalah pedoman atau prosedur serta teknik dalam perencanaan penelitian yang berguna sebagai panduan untuk membangun strategi yang menghasilkan model atau blue print penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping didesain sesuai dengan model Menurut John Elliot (dalam Muslihudin, 2010).

Secara keseluruhan jumlah guru SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan sebanyak 6 (enam) guru, namun mengingat untuk guru kelas 6 pada semester 2 tersebut lebih fokus pada persiapan ujian, maka subjek penelitian ditetapkan sebanyak 5 (lima) guru, yaitu guru Klas I sampai dengan guru klas V. Objek penelitian tindakan sekolah ini adalah peningkatan keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping yang diukur dengan menggunakan indikator dengan mengacu pada teori langkah pembelajaran Mind Mapping yang diciptakan oleh Michael Gelb (2007) yang dikutip oleh Tukiran (2012)

Penelitian ini dilakukan pada semester II Tahun ajaran 2017/2018 selama 6 bulan yaitu pada bulan Januari sampai dengan Juni 2018, dengan tempat penelitian di Sekolah Dasar Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan yang beralamat di Desa Tarub, Kecamatan Tawangharjo. Kegiatan direncanakan sebanyak 3 (tiga) siklus, namun apabila sebelum 3 (tiga) siklus kemampuan guru telah mampu menerapkan pembelajaran Mind Mapping dengan baik, maka tindakan tidak dilanjutkan hingga siklus 3 (tiga). Kegiatan penelitian diawali dengan rapat guru untuk mengetahui pemahaman awal guru tentang pembelajaran Mind Mapping, yang berdasaarkan hasil pemantauan model tersebut belum digunakan oleh guru. Rapat tersebut sekaligus disampaikan secara garis besar langkah-langkah pembelajaran Mind Mapping, dan guru diminta untuk mempraktikan pembelajaran Mind Mapping tersebut di kelas.

Untuk memperoleh data penelitian, digunakan teknik observasi dan dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung untuk menilai aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran Mind Mapping. Penilaian dilakukan dengan mangacu pada lembar penilaian atau lembar observasi. Sedangkan teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data berupa foto-foto kegiatan peneliti dan guru selama penelitian sebagai data pendukung.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif komparatif, yaitu suatu teknik analisis dengan cara membandingkan nilai unjuk kerja guru dalam melaksanakan pembelajaran Mind Mapping antar siklus dan membandingkan dengan indikator kinerja keberhasilan yang telah ditetapkan. Keberhasilan tindakan ditentukan apabila semua guru telah mampu melaksanakan pembelajaran Mind Mappingdengan kategori baik dengan skor rata-rata lebih dari 4,1 (≥ 4,1), dengan prosentase penguasaan indikator minimal sebesar 85%.

HASIL PENELITIAN

Prasiklus

Pelaksanaan dijadwalkan mulai jam 07:30 sampai 08:40 (2 jam pelajaran). Aktivitas peneliti saat melakukan pengamatan pada kegiatan prasiklus. Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran Mind Mapping). Aktivitas peneliti selama melakukan pengamatan adalah menilai langkah pembelajaran Mind Mapping yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Adapun hasil penilaian terhadap 5 (lima) guru. Rekapitulasi hasil observsi siklus I, dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam menerapkan pembelajran pembelajaran Mind Mapping di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo dari 6 guru yang dijadikan subjek penelitian, 3 (tiga) guru tergolong cukup, dan 2 (dua) guru tergolong kurang.

Ringkasan ketercapaian komponen/indikator penilaian yang terdiri dari 6 komponen, hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata prosentase ketercapaian yang diperoleh guru adalah 50%%. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan guru terhadap langkah-langkah pembelajaran Mind Mapping masih rendah. Selanjutnya agar guru mengetahui hasil penilaian prasiklus, dan sekaligus untuk menyampaikan informasi langkah perbaikan yang akan dilakukan oleh peneliti, maka peneliti menyusun rencana kegiatan berupa pembinaan teknik demonstrasi mengajar dan pertemuan individu, dalam siklus penelitian.

Siklus I

Berdasarkan hasil penilaian selanjutnya direkap, dihitung nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, dan prosentasi ketercapaian indikator. Hasil rekapitulasi dapat diketahui bahwa keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping secara keseluruhan tergolong baik dengan skor rata-rata sebesar 4.8.

Ringkasan hasil perhitungan prosentase ketercapaian komponen kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping siklus I menunjukkan bahwa jumlah skor rata-rata sebesar 4, rata-rata prosentase ketercapaian komponen penilaian rata-rata sebesar 80%, prosentase tertinggi sebesar 100%, sedangkan prosentase terendah sebesar 60%.

Berdasarkan hasil penilaian siklus I, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 4,80 (kategori baik), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 80%, hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan berupa demonstrasi mengajar dan pertemuan individu, kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping meningkat. Skor rata-rata kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping telah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 4,80 yang artinya telah melebihi 4,1. Namun penguasaan guru terhadap komponen penilaian secara keseluruhan baru mencapai 80%, artinya masih ada beberapa komponen yang perlu diperbaiki oleh guru, khususnya komponen 1 tentang “Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai”, artinya saat melaksanakan pembelajaran, karena guru terkonsentrasi pada materi pembelajaran, maka guru mengabaikan kegiatan awal menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Selain itu komponen lain kecuali komponen 4 yaitu “guru mengatur kegiatan kelompok dalam menginventarisasi/ mencatat alternatif jawaban hasil diskusi” masih perlu dioptimalkan. Adapun langkah untuk peningkatan penguasaan komponen penilaian yang merupakan cerminan dari langkah pembelajaran Mind Mapping adalah melalui tindakan lanjutan, yaitu memberikan contoh pembelajaran kepada guru melalui demonstrasi mengajar dengan materi yang berbeda, dan dilanjutkan dengan pertemuan individu sebagai tindakan lanjutan hasil observasi siklus II.

Siklus II

Sesuai dengan jadwal yang ditetapkan mulai tanggal 26 Februari peneliti melakukan obervasi untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping. Berdasarkan hasil penilaian tersebut selanjutnya direkap, dihitung nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, dan prosentasi ketercapaian indikator. Hasil rekapitulasi dapat diketahui bahwa keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping secara keseluruhan tergolong baik dengan skor rata-rata sebesar 5,60. Ketercapaian komponen/indikator penilaian yang terdiri dari 6 komponen, hasilnya diketahui skor rata-rata prosentase ketercapaian indikator sebesar 93,33%, dengan prosentase tertinggi sebesar 100%, sedangkan prosentase terendah sebesar 83,33%.

Berdasarkan hasil penilaian terhadap guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 5,6 (kategori baik), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 93,33%, hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan berupa demonstrasi mengajar oleh guru model pada siklus II yang pelaksanaannya secara langsung diterapkan pada pembelajaran yang sebenarnya, terjadi peningkatan keterampilan guru hingga mencapai kreteria baik yang artinya keterampilan guru rata-rata telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, dan prosentase ketercapaian indikator telah mencapai 93,33% yang artinya melebihi dari indikator kinerja yang telah ditetapkan. Untuk itu walaupun kegiatan penelitian ini direncanakan dalam 3 (tiga) siklus namun dalam kenyataannya setelah dilaksanakan 2 (dua) siklus kinerja guru telah mencapai indikator yang ditetapkan maka tindakan tidak perlu dilanjutkan.

PEMBAHASAN

Perbandingan nilai keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan siklus I, kemampuan guru secara keseluruhan menunjukkan peningkatan sebesar 1,8 yaitu dari skor rata-rata prsiklus sebesar 3,0 meningkat pada siklus I menjadi 4,8.

Perbandingan nilai keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan pembinaan teknik demonstrasi dan pertemuan individu ketrampilan guru meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rata-rata dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dari 4,8 menjadi 5,60 atau meningkat sebesar 0,8.

Perbandingan nilai keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping Prasiklus dengan siklus III, menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan pembinaan teknik demonstrasi dan pertemuan individu, ketrampilan guru meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rata-rata dari prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan dari 3,0 menjadi 5,6 atau meningkat sebesar 2,6. Peningkatan terjadi pada semua guru.

Perbandingan prosentase penguasaan indikator keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping prasiklus dengan siklus I menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan siklus I, penguasaan guru terhadap komponen penilaian yang merupakan langkah pembelajaran Mind Mapping mengalami peningkatan, peningkatan terjadi pada seluruh komponen. Rata-rata prosentase peningkatan dari prasiklus ke siklus I sebesar 30%, yaitu dari 50% meningkat menjadi 80%.

Perbandingan prosentase penguasaan indikator keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping siklus I dengan siklus II menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan pembinaan teknik demonstrasi mengajar dan pertemuan individu, penguasaan guru terhadap langkah-langkah pembelajaran Mind Mapping meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan prosentase rata-rata dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dari 80% menjadi 93,33% atau meningkat sebesar 13,33%.

Perbandingan prosentase penguasaan indikator keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping Prasiklus dengan siklus II menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan pembinaan teknik demonstrasi mengajar dan pertemuan individu siklus I dan II, penguasaan guru terhadap langkah-langkah pembelajaran Mind Mapping meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan prosentase rata-rata dari prasiklus ke siklus II dari 50% menjadi 93,33% atau meningkat sebesar 43,33%. Peningkatan terjadi pada seluruh komponen. Hal ini menunjukkan bahwa pembinaan dengan teknik demonstrasi mengajar dan pertemuan individu mampu meningkatkan pemahaman guru terhadap langkah pembelaran Mind Mapping.

PENUTUP

Melalui demonstrasi mengajar dan pertemuan individu, keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo dapat meningkat. Peningkatan terjadi pada seluruh guru dan semua aspek penilaian. Peningkatan nilai rata-rata terjadi dari kegiatan prasiklus hingga siklus II dengan total keseluruhan peningkatan sebesar 2,60. Nilai rata-rata prasiklus sebesar 3,0, pada siklus I meningkat menjadi 4,8 atau terjadi peningkatan sebesar 1,8, meningkat lagi pada siklus II menjadi 2,6 atau meningkat sebesar 0,8.

Penguasaan guru terhadap komponen pembelajaran Mind Mapping dapat dilihat dari peningkatan prosentase ketercapaian komponen penilaian. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prosentase ketercapaian komponen dari prasiklus sebesar 50%, meningkat pada siklus I menjadi 80% atau meningkat sebesar 30%, meningkat lagi pada siklus II menjadi 93,33% atau meningkat sebesar 13,33%. Secara keseluruhan dari prasiklus ke siklus II, terjadi peningkatan prosentase ketercapaian indikator sebesar 43,33%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui demonstrasi mengajar dan pertemuan individu dapat meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping di SD Negeri 2 Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.

Penelitian ini menyarankan untuk UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan, sebaiknya pembinaan guru lebih difokuskan pada kemampuan guru dalam menerapkan model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa karena hal ini sangat diperlukan dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Selain itu sebaiknya. Saran untuk kepala sekolah lain, untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, sebaiknya selalu dilakukan pemantauan dan pembinaan agar guru tidak lagi menerapkan model pembelajaran konfensional yang berpusat pada guru. Saran untuk guru, sebaiknya semua guru berani mencoba model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan mencari literatur tentang model-model pembelajaran, sehingga guru dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Buzan, Tony. 2013. Buku Pintar Mind Map Untuk Anak. Jakarta: PT. Gramedia. Pustaka Utama

DePorter. 2010. Quantum teaching (Mempraktikkan Quantum Learning di. Ruang-Ruang Kelas). Bandung: Penerbit Kaifa

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Buzan, Tony. 2013. Buku Pintar Mind Map Untuk Anak. Jakarta: PT. Gramedia. Pustaka Utama

DePorter. 2010. Quantum teaching (Mempraktikkan Quantum Learning di. Ruang-Ruang Kelas). Bandung: Penerbit Kaifa

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Doni, 2010. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: PT.Grasindo

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Lantip Diat Prasojo, dan Sudiyono. 2011. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Gava Media

Muslihuddin. 2010. Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: RIZQI PRESS

Nurhayati, Dina,, 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Dasar dan Kunci. Keberhasilan. Jakarta: Haji Masagung

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Suwarjo.2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran Prosa Fiksi. Kajian Konsep: Teori dan Strategi pengembangannya. Malang: Surya Pena Gemilang.

Syah Muhibbin 2010. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.

Tukiran Taniredja. 2012. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta