RAPAT GURU PERIODIK SEBAGAI UPAYA

PENINGKATAN KETRAMPILAN GURU DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING BAGI GURU

DI SD NEGERI 3 TARUB UPTD PENDIDIKAN

KECAMATAN TAWANGHARJO SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

L. Endang Srisuciati

SD Negeri 3 Tarub UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan ketrampilan dalam menerapkan pembelajaran problem posing bagi guru di SD Negeri 3 Tarub UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo setelah dilakukan pembinaan teknik rapat periodik Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian tindakan sekolah dilakukan di SD Negeri 3 Tarub UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo mulai bulan Januari 2017 sampai dengan bulan Juni 2017. Subjek penelitian ini adalah guru SD Negeri 3 Tarub UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo sebanyak 5 (lima) guru. Teknik analisis data dengan teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian dikatakan berhasil apabila semua guru telah mencapai nilai kemampuan dengan kategori baik, dengan nilai rata-rata minimal lebih dari 9,1 (> 9.1), dengan prosentase penguasaan indikator telah mencapai lebih dari >85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui rapat guru periodik dapat meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing di SD Negeri 3 Tarub UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. Peningkatan nilai rata-rata dari kegiatan prasiklus hingga kegiatan siklus III sebesar 5,4. Peningkatan prosentase ketercapaian indikator dari prasiklus ke siklus III meningkat yaitu dari 33,33% meningkat menjadi 91,67%.

Kata kunci: keterampilan guru, pembelajaran problem posing, rapat periodik

 

PENDAHULUAN

Pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013 menuntut guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran, salah satunya adalah dengan memahami model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning). Kurikulum 2013 menitik beratkan pada keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga dalam melaksanakan kurikulum 2013 tidak lagi memungkinkan guru menggunakan model pembelajaran konvensional.

Adanya tuntutan kurikulum tersebut mengharuskan guru memiliki modal berupa penguasaan yang baik terhadap model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Jika guru memiliki kemampuan dalam menerapkan berbagai model pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka guru akan lebih leluasa dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran.

Sayangnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa yang dikuasai oleh guru di SD Negeri 3 Tarub UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo masih terbatas, sehingga untuk membekali guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013, perlu dilakukan pembinaan terus menerus, tidak hanya terbatas pada perencanaan dan sistem evaluasi, namun pengayaan tentang model pembelajaranpun sangat diperlukan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada Semester II Tahun Palajaran 2017/2018, guru telah menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, namun model pembelajaran yang digunakan masih terbatas pada model tertentu seperti jigsaw, STAD (Student Teams Achievement Divisions), TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction), Think-Pair-Share (TPS), dan Team Games Tournament (TGT). Sedangkan model-model lainnya seperti Problem posing, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Learning Cycle (Daur Belajar), Cooperative Script (CS), kooperatif make a match (mencari pasangan), Problem Base Learning, inside Outside Circle (IOC) belum terbiasa digunakan.

Ditilik dari keefektifan belajar, model-model tersebut merupakan model pembelajaran yang sangat mendukung siswa dapat belajar dengan aktif. Khususnya penguasaan guru terhadap pembelajaran model problem posing yaitu model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana sehingga mengacu pada penyelesaian soal semestinya mudah untuk dilaksanakan, namun pada kenyataannya guru belum memahami dengan baik langkah pembelajaran tersebut. Hal ini terlihat dari hasil uji coba yang dilakukan terhadap 5 (lima) guru, menggunakan 12 (duabelas) instrumen penilaian, dengan menggunakan skor 1 dan 0, nilai rata-rata sebesar 4 (empat) kategori kurang. Beberapa langkah pembelajaran yang belum mampu ditunjukkan oleh guru antara lain: guru belum mampu mengatur diskusi kelompok untuk menyelesaikan problem posing, guru belum mampu menyampakan informasi agar siswa membuat soal, Guru belum mampu mengelompokkan siswa secara heterogen dari segi kemampuannya. Hal ini menunjukkan bahwa guru belum memiliki kemampuan yang baik dalam melaksanakan pembelajaran tersebut dengan langkah yang benar.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem posing perlu dilakukan pembinaan yang terus menerus dengan tema yang berbeda. Sehingga pada suatu saat semua model-model pembelajaran dapat dikuasai oleh guru dengan baik.

Berbagai jenis pembinaan guru dapat dilakukan baik secara kelompok maupun individu, dengan mempertimbangkan permasalahan yang dihadapi oleh guru memiliki karakteristik yang sama, maka pembinaan yang tepat adalah menggunakan pembinaan kelompok dengan teknik rapat guru secara periodik dalam bentuk penelitian tindakan sekolah (PTS). Dipilihnya PTS, karena tindakan pembinaan ini berupaya untuk memperbaiki kinerja guru, khsususnya dalam menerapkan pembelajaran problem posing yang merupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered learning) dengan judul penelitian: Rapat Guru Periodik Sebagai Upaya Peningkatan Ketrampilan Guru dalam Menerapkan Pembelajaran Problem Posing bagi Guru di SD Negeri 3 Tarub UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo Semester III Tahun Pelajaran 2017/2018.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan ketrampilan dalam menerapkan pembelajaran problem posing bagi guru di SD Negeri 3 Tarub UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo setelah dilakukan pembinaan teknik rapat periodik Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan ketrampilan dalam menerapkan pembelajaran problem posing bagi guru di SD Negeri 3 Tarub UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo setelah dilakukan pembinaan teknik rapat periodik Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.

KAJIAN TEORI

Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang hidupnya. Sedangkan proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar dalam konteks interaktif, dan terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa baik perubahan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan keterampilan atau sikap (Hamalik, 2006: 48).

Pembelajaran Problem Posing

Menurut Thobroni dan Mustofa (2012:343) problem posing berasal dari dua kata yaitu problem dan posing. Problem berarti masalah dan posing berarti mengajukan atau membentuk. Dengan demikian problem posing dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang menekankan siswa untuk dapat menyusun atau membuat soal setelah kegiatan pembelajaran dilakukan. Menurut Ngalimun (2013: 164) model problem posing adalah pemecahan masalah dengan melalui elaborasi yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simpel mudah dipahami. Selanjutnya menurut Thobroni dan Mustofa (2012: 350) model problem posing merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana sehingga mengacu pada penyelesaian soal.

Pembinaan Guru

Menurut Moekijat (2009: 20) pembinaan yang menunjukkan pada setiap usaha untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang, dengan memberikan informasi dan mempengaruhi sikap. Sikap yang dimaksudkan adalah perubahan positif yang lebih bersifat meningkatkan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan kecakapan. Daradjat (2006: 78), “Pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun nonformal yang terlaksana secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang utuh selaras”.

Rapat Periodik

Pertemuan atau rapat sekolah (metting) yang diagendakan kepala sekolah untuk membicarakan seluruh kepentingan sekolah, seperti kurikulum, guru, peserta didik, staf sekolah, fasilitas dan sarana prasarana, media, lingkungan, pembiayaan, kerja sama, keterlibatan masyarakat dan sebagainya (Jasmani, 2013: 80). Teknik rapat guru adalah merupakan teknik bagian dari rapat guru baik yang bersifat insidental, maupun yang bersifat berkala. Kalau rapat guru membicarakan proses pembelajaran, seperti pembuatan persiapan mengajar, kepribadian, dan penampilan yang pantas ditiru oleh para siswa, proses pembelajaran baru, alat belajar dan media baru dan upaya atau cara meningkatkan profesi guru dalam arti yang luas (Pidarta, 2009: 170).

Kerangka Berpikir

Pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013 menuntut guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran, salah satunya adalah dengan memahami model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning), sehingga guru wajib memiliki perbendaharaan yang banyak tentang model-model pembelajaran tersebut.

Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mudah dilaksanakan adalah pembelajaran problem posing, yaitu pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana sehingga mengacu pada penyelesaian soal semestinya mudah untuk dilaksanakan. Namun pada kenyataannya guru belum memahami dengan baik langkah pembelajaran tersebut, sehingga perlu pembinaan khusus.

Pembinaan kelompok teknik rapat guru periodik dalam bentuk penelitian tindakan sekolah, dipandang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut, mengingat pembinaan tersebut dalam rangka memperbaiki kinerja guru, dan permasalahan yang dihadapi oleh guru memiliki karakteristik yang sama, yaitu guru belum memiliki ketrampilan yang baik tentang penerapan model pembelajaran problem posing, sehingga melalui rapat periodik dan perkembanganya selalu dipantau melalui observasi, memungkinkan terjadinya perubahan kinerja guru ke arah yang lebih baik.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan dugaan sementara hasil penelitian. Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “melalui rapat guru periodik dapat meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pembelajaran problem posing di SD Negeri 3 Tarub UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan, Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018 hingga mencapai kategori baik.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian Tindakan

Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain penelitian bertujuan untuk mempermudah jalannya penelitian, sehingga dapat diperoleh suatu logika, baik dalam pengujian hipotesis maupun dalam membuat kesimpulan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah (PTS). Hal ini atas pertimbangan bahwa penelitian ini merupakan upaya untuk mencari pemecahan permasalahan nyata yang terjadi di SD Negeri 3 Tarub UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan, dan sekaligus untuk mencari jawaban ilmiah bagaimana masalah-masalah tersebut bisa dipecahkan melalui suatu tindakan perbaikan.

 

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Tarub UPTD Pendidikan Kecmatan Tawangharjo yang beralamat di Jalan Madukoro No. 02, Desa Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan. Dipilihnya lokasi ini karena peneliti adalah kepala sekolah di SD tersebut, dan di SD tersebut terdapat permasalahan terkait dengan kinerja guru khususnya ketrampilan dalam menerapkan model pembelajaran problek posing. Penelitian ini berlangsung selama 6 (enam) bulan atau satu semester yaitu pada Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018, tepatnya mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2018.

Subjek dan Obyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru SD Negeri 3 Tarub UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo sebanyak 5 (lima) guru. Ditetapkannya subjek penelitian tersebut, karena guru-guru tersebut belum memiliki pemahaman yang baik dalam menerapkan model pembelajaran problem posing. Objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010: 56). Dalam penelitian ini yang menjadi titik perhatian (objek penelitian) adalah peningkatan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui oberservasi langsung, dengan cara melakukan penilaian terhadap kegiatan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing. Adapun teknik menilai adalah dengan cara memberikan skor pada masing-masing komponen/indikator, dengan menggunakan skor 0 dan 1 dengan ketentuan sebagai berikut: Skor 0 = jika guru tidak melaksanakan indikator dan Skor 1= jika guru melaksanakan indikator

Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Teknik ini digunakan dengan cara membandingkan hasil penilaian keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing yang berupa skor rata-rata yang dicapai oleh guru dan prosentase ketercapaian indikator mulai dari prasiklus dengan siklus I, siklus I dengan siklus II, siklus II dengan siklus III, dan prasiklus dengan siklus III. Analisis data dilakukan selama proses tindakan dan sesudah penelitian.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan tindakan. Hasil penelitian dikatakan berhasil apabila semua guru telah mencapai nilai kemampuan dengan kategori baik, dengan nilai rata-rata minimal lebih dari 9,1 (> 9.1), dengan prosentase penguasaan indikator telah mencapai lebih dari >85%

Prosedur Penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto: 2006: 96), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

HASIL PENELITIAN

Prasiklus

Sesuai dengan jadwal tersebut, mulai tanggal 8 sampai dengan 12 Januari 2018 peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan uji coba penerapan pembelajaran problem posing, hal ini dimaksudkan agar memperoleh gambaran awal ketrampilan guru. Saat guru melaksanakan pembelajaran tersebut, peneliti mengamati secara langsung dan menilai ketrampilan guru dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Hasil penilaian ketrampilan guru dalam menerapkan pembelajaran problem posing. Berdasarkan hasil penilaiana tersebut, selanjutnya dilakukan rekapitulasi data untuk memperoleh gambaran tentang hasil penilaian secara keseluruhan, dan nilai rata-rata yang dicapai oleh guru saat dilakukan uji coba pembelajaran problem poing. Ringkasan hasil rekapitulasi nilai ketrampilan guru dalam menerapkan pembelajaran problem posing, dapat diketahui bahwa dari lima guru yang dijadikan subjek penelitian, rata-rata memperoleh nilai sebesar 4 (kategori kurang). Berdasarkan kategorisasi penilaian yang telah ditentukan dari lima guru, terdapat 3 guru memperoleh nilai dengan kategori cukup, dan 2 (dua) guru termasuk kategori kurang. Dengan demikian sebelum dilakukan tindakan perbaikan, ketrampilan guru dalam menerapkan pembelajaran problem posing masih tergolong rendah.

Ringkasan hasil perhitungan prosentase ketercapaian indikator dapat diketahui bahwa rata-rata prosentase ketercapaian yang diperoleh guru adalah 33.33%. Artinya pada saat dilakukan penilaian prasiklus, guru belum mampu melaksanakan langkah-langkah dalam menerapkan pendekatan problem posing dengan baik, hal ini terlihat dari penguasaan indikator penilain yang masih rendah, bahkan indikator 1 yaitu cara Guru membentuk kelompok yang beranggota 4-5 orang yang heterogen baik kemampuan maupun jenis kelamin, dan indikator 7 tentang cara guru mengatur masing-masing kelompok berdiskusi mencarikan hasil/penyelesaian dari lembar problem posing II belum terlihat dilaksanakan oleh guru dengan baik. Berdasarkan kenyataan di atas, maka peneliti mengambil langkah perbaikan sesuai dengan hasil rapat tanggal 20 Januari 2018, yaitu mengadakan rapat secara periodik dalam rangka peningkatan ketrampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran problem posing, yang dilaksanakan dalam siklus-siklus penelitian.

Siklus I

Observasi untuk menilai keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing dijadwalkan secara bergiliran dari kelas I s.d kelas V mulai hari Senin sampai dengan hari Jumat, seperti jadwal yang telah direncanakan sebelumnya yaitu mulai tanggal 19 Januari 2018 sampai dengan tanggal 2 Februari 2018. Agar tidak mengganggu proses pembelajaran, sebelum siswa masuk kelas, peneliti sudah berada di ruang kelas dan menempatkan di belakang siswa. Observasi bertujuan untuk menilai secara langsung kegiatan guru dalam menerapkan pembelajaran problem posing. Hasil penilaian keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing dicatat dalam lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Berdasarkan hasil penilaian tersebut, selanjutnya peneliti melakukan rekapitulasi data. Berdasarkan hasil penilaian pada siklus I diketahui skor rata-rata prosentase ketercapaian indikator sebesar 66,67%, dengan skor tertinggi sebesar 80,00%, sedangkan skor terendah sebesar 60%.

Berdasarkan hasil penilaian terhadap guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 8 (kategori baik), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 66,67% hal ini berarti keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing dibandingkan dengan kondisi prasiklus telah mengalami peningkatan, namun jika dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan, peningkatan tersebut belum mencapai indikator yang telah ditetapkan, maka perlu adanya tindakan lanjutan pada siklus II.

Siklus II

Hasil penilaian keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing. Berdasarkan hasil penilaian tersebut, selanjutnya peneliti melakukan rekapitulasi data. Ringkasan hasil rekapitulasi penilaian dapat diketahui bahwa dari lima guru yang dijadikan subjek penelitian, diperoleh skor rata-rata sebesar 9,6 (baik). Prosentase ketercapaian indikator dapat diketahui bahwa penguasaan guru terhadap langkah pembelajaran problem posing telah mencapai 80%.

Berdasarkan hasil penilian terhadap guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 9,6 (kategori baik), dengan prosentasi ketercapaian indikator rata-rata sebesar 80,00%. Artinya walaupun nilai rata-rata yang dicapai oleh guru telah melebihi indikator kinerja yang ditetapikan yaitu lebih dari 9,1. Tetapi ditinjau dari penguasaan guru terhadap langkah pembelajaran yang dilihat dari prosentase ketercapaian indikator belum mencapai 85%. Hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan berupa rapat periodik, keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing mengalami peningkatan, namun peningkatan tersebut belum maksimal, artinya belum dapat mencapai indikator kinerja yang ditetapkan. Indikator yang perlu mendapat perhatian adalah indikator 5 yaitu tentang cara guru mengatur peserta didik berdiskusi kelompok untuk mencari penyelesaian dari soal yang telah dibuat pada lembar problem posing I, baru mencapai 60%. Untuk itu masih perlu upaya perbaikan dengan melakukan tindakan siklus III.

Siklus III

Hasil penilaian keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing. Berdasarkan hasil penilaian tersebut, selanjutnya peneliti melakukan rekapitulasi data. Ringkasan hasil rekapitulasi penilaian dapat diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 11 (baik). Dilihat dari nilai secara keseluruhan, hampir semua guru mencapai nilai maksimal (12), guru telah memiliki ketrampilan yang baik dalam menerapkan model pembelajaran problem posting. Hasil perhitungan prosentase ketercapaian indikator siklus III, dapat diketahui bahwa keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing mencapai nilai rata-rata sebesar 91,67%, skor tertinggi mencapai 100%, sedangkan nilai terendah sebesar 80%.

Berdasarkan hasil penilian siklus III, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 11 (kategori sangat baik), dengan prosentasi ketercapaian indikator rata-rata sebesar 91,67%. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing, telah meningkat hingga melebihi indikator kinerja yang telah ditetapkan yaitu skor rata-rata sebesar 11 yang artinya lebih dari 8,1 dengan prosentase penguasaan indikator sebesar 91,67% lebih dari 85%.

PEMBAHASAN

Perbandingan nilai keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 2,4. Peningkatan terjadi pada semua guru. Perbandingan nilai keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing siklus I dengan siklus II menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 1,6. Peningkatan terjadi pada semua guru. Perbandingan nilai keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing siklus II dengan siklus III, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 1,4. Perbandingan nilai keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing prasiklus dengan siklus III, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 5,4. Peningkatan terjadi pada semua guru. Perbandingan prosentase ketercapaian indikator keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing, dimaksudkan untuk memberi gambaran tingkat pemahaman guru terhadap aspek penilaian ketrampilan guru dalam menerapkan pembelajaran problem posing, dengan asmumsi semakin tinggi prosentase yang dicapai, semakin tinggi penguasaan terhadap langkah pembelajaran, dan sekaligus memberikan gambaran tingkat perkembangan penguasaan guru terhadap langkah pembelajaran.

Perbandingan prosentase ketercapaian indikator prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa prosentase ketercapaian indikator keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 33,33%. Perbandingan prosentase ketercapaian indikator keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 13,33%. Peningkatan terjadi pada sebagian indikator. Perbandingan prosentase ketercapaian indikator keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing siklus II dengan siklus III, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 11,67%. Peningkatan terjadi pada semua indikator. Perbandingan prosentase ketercapaian indikator keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing prasiklus dengan siklus III, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing dari prasiklus ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 58.33%. Peningkatan terjadi pada sebagian indikator.

Berdasarkan perbandingan yang disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik seperti tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa melalui rapat periodik dapat meningkatkan keterampilan guru secara perorangan dan kelompok. Peningkatan terjadi pada seluruh aspek penilaian. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tindakan berupa rapat periodik mampu meningkatkan pemahaman guru terhadap komponen/aspek-aspek penilaian keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing.

 

 

 

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan sekolah yang dilakukan di SD Negeri 3 Tarub UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 dapat disimpulkan bahwa, terjadi peningkatan nilai rata-rata dari kegiatan prasiklus hingga kegiatan siklus III sebesar 5,4. Secara rinci, peningkatan nilai rata-rata adalah: (1) dari prasiklus sebesar 5,6 setelah dilakukan tindakan pada siklus I menjadi 8 (meningkat sebesar 2,4). (2) Dari siklus I sebesar 8 pada siklus II meningkat menjadi 9,6 (meningkat sebesar 1,6). (3) Dari siklus II sebesar 9,6 ke siklus II meningkat menjadi 11 (meningkat sebesar 1,4).

Peningkatan prosentase ketercapaian indikator dari prasiklus ke siklus III meningkat yaitu dari 33,33% meningkat menjadi 91,67% (meningkat sebesar 58,33%). Secara rinci peningkatan prosentase ketercapaian indikator dari prasiklus ke siklus I, siklus I kesiklus II, dan siklus II ke siklus III, adalah: (1) dari prasiklus sebesar 33,33%, pada siklus I meningkat menjadi 66,67% (meningkat sebesar 33,33%). (2) dari siklus I sebesar 66,67%, siklus II meningkat menjadi 80,00% (meningkat sebesar 13,33%). (3) dari siklus II sebesar 80,00%, siklus III menjadi 91,67% (meningkat sebesar 11,67%).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui rapat guru periodik dapat meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan problem posing di SD Negeri 3 Tarub UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018.

Saran-Saran

Untuk UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan, Sebaiknya dalam waktu dekat pembinaan yang dilakukan oleh Pengawas lebih ditekankan pada ketrampilan guru dalam melaksanakan kurikulum 2013, khususnya penerapan model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Untuk Kepala Sekolah Lain, sebaiknya pembinaan teknik pembinaan guru dipilih yang sesuai dengan permasalahan dan karakteristik permasalahan. Saran untuk Guru, sebaiknya guru selalu berupaya untuk mengembangkan profesionalismenya, tidak hanya melalui pembinaan, tetapi dengan cara belajar sendiri, misalnya dengan direct reading, atau membaca langsung dari sumber-sumber bacaan baik elektronik maupun sumber bacaan cetak.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Daradjat, Z. 2006. Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hamalik Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara

Jasmani Asy & Syaiful Musthofa. 2013, Supervisi Pendidikan Terobosan baru dalam peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru. Yogjakarta:Ar-Ruzz Media

Moekijat. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BFFE

Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin: Aswaja. Pressindo

Pidarta. Made. 2009, Supervisi Pendidikan Kontesktual. Jakarta: PT Renika Cipta.

Thobroni, Muhammad dan Mustofa, Arif. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.