PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS IX E

SMP NEGERI 1 SATUI

 

Fathiah

SMP Negeri 1 Satui Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu

 

ABSTRAK

Pembelajaran menulis naskah drama di sekolah masih banyak mengalami kendala dan cenderung dihindari, karena kurangnya kemampuan siswa dalam mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya. Siswa lebih cenderung menjadi penerima informasi baik dari guru maupun teman sejawat. Hal ini terjadi karena guru belum optimal dalam menerapkan model pembelajaran yang tepat. Untuk itu penelitian dengan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis naskah drama, aktivitas siswa serta respon siswa juga baik. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK ini menggunakan 2 siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari 3 kali pertemuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada materi menulis naskah drama di kelas IX E SMP Negeri 1 Satui: (1) meningkatkan keterampilan menulis siswa, dilihat dari peningkatan jumlah siswa yang tercapai dalam belajar dari 14 siswa (46,67%) pada kondisi awal menjadi 21 siswa (70,00%) pada kondisi akhir atau naik 23,33%, (2)dapat meningkatkan aktivitas siswa, dilihat dari persentase aktivitas dari 60,00% pada akhir siklus 1 menjadi 76,67% pada akhir siklus 2 atau naik sebesar 16,67%; dan (3) menunjukkan bahwa hampir semua siswa senang dan tertarik pada pembelajaran, dilihat dari respon siswa menyatakan “Ya” sebesar 85,67%. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis naskah drama dan aktivitas siswa kelas IX E SMPN 1 Satui.

Kata Kunci: Two Stay Two Stray, keterampilan menulis.

 

PENDAHULUAN

Salah satu alasan utama diberikannya bahasa Indonesia kepada siswa di sekolah adalah untuk memberikan kepada setiap individu pengetahuan yang dapat membantu mereka untuk mengatasi berbagai hal dalam kehidupan, seperti pendidikan atau pekerjaan, kehidupan pribadi, kehidupan sosial, dan kehidupan sebagai warga negara. Bahasa Indonesia juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kerjasama. Mengingat pentingnya bahasa Indonesia sebagai ilmu dasar, maka pembelajaran bahasa Indonesia diberbagai jenjang pendidikan formal perlu mendapat perhatian yang serius. Dalam kurikulum KTSP disebutkan ruang lingkup pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia mencakup empat aspek yang meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada semester genap, terdapat kompetensi dasar pembelajaran menulis yaitu menulis naskah drama untuk siswa SMP kelas IX. Hal ini merupakan salah satu bentuk perhatian pemerintah akan pentingnya penguasaan keterampilan siswa dalam menulis naskah drama.

Dari hasil pengamatan, diperoleh informasi bahwa keterampilan menulis naskah drama yang dimiliki siswa kelas IX masih rendah. Hal tersebut juga diperkuat dengan adanya wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII tentang keterampilan menulis siswa yang masih rendah. Siswa mengalami kesulitan dalam menulis naskah drama karena belum mampu dalam menentukan konflik atau tema dalam naskah drama yang akan ditulis dikarenakan masih kurangnya imajinasi siswa. Salah satu upaya untuk mengurangi kejenuhan siswa selama proses pembelajaran dan membantu siswa memperoleh kesegaran pikiran dalam membangun imajinasinya dapat dilakukan dengan memanfaatkan komunikasi antar teman sejawat untuk memberikan variasi pembelajaran yang lebih menarik dan lebih bermakna. Hal ini juga ditandai dengan kebiasaan siswa yang selalu bertanya pada siswa lain mengenai cara meyelesaikan tugas yang diberikan, namun kegiatan tersebut masih belum terarah karena adanya kebiasaan siswa yang selalu ingin menjadi penerima informasi tetapi belum ada upaya untuk menjadi pemberi informasi. Sehingga sangat diperlukan pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menyimak materi yang dijelaskan oleh teman, dan juga siswa diharapkan dapat membagikan atau menjelaskan materi kepada siswa lain. Serta dari hasil ulangan akhir semester ganjil pada siswa kelas IX A–IX F SMPN 1 Satui tahun pelajaran 2017/2018 dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) bahasa Indonesia 75,00 terdapat kelas yang memiliki persentase ketuntasan paling rendah yaitu kelas IX E yang hanya mencapai 46,67%.

Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray sebagai langkah yang akan membantu siswa dalam pembelajaran menyusun naskah drama yang lebih menyenangkan, menciptakan kreatifitas, dan siswa dapat mencapai hasil maksimal dalam pembelajaran.

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut: (1) Apakah pembelajaran materi naskah drama dengan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray akan meningkatkan keterampilan menulis siswa? (2) Bagaimana akivitas siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray pada materi menulis naskah drama? (3) Bagaimana respon siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray pada materi menulis naskah drama?

Tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui apakah pembelajaran materi menulis naskah drama dengan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray akan meningkatkan keterampilan menulis siswa. (2) Untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa ketika pembelajaran materi menulis naskah drama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray. (3) Untuk mengetahui bagaimana respon siswa ketika pembelajaran materi menulis naskah drama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa yaitu: (1) Mengalami pembelajaran dengan model yang menyenangkan. (2) Mengalami memperoleh prestasi belajar yang tinggi. (3) Mendapat pengalaman aktif dalam pembelajaran. Manfaat bagi guru yaitu: (1) Mendapatkan kesempatan dalam mempraktekkan teorinya bahwa model pembelajaran picture and picture yang digunakan cocok untuk pengingkatan keterampilan dalam menulis naskah drama. (2) Mempunyai pengalaman dan melaksanakan penelitian tindakan sehingga tidak ragu lagi melaksanakn PTK. (3) Bisa mendapatkan angka kredit dari unsur publikasi ilmiah, sehingga bisa digunakan untuk naik pangkat. Manfaat bagi sekolah yaitu: (1) Bangga mempunyai guru yang bisa melakukan penelitian tindakan kelas. (2) Bangga mempunyai siswa yang mempunyai prestasi yang tinggi. (3) PTK yang disusun dapat dijadikan bahan referensi bagi tenaga pengajar untuk pembuatan karya ilmiah berikutnya.

KAJIAN PUSTAKA

Hakikat Belajar

Belajar menurut teori behavioristik diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku. Menurut pandangan teori kognitif, belajar diartikan sebagai proses untuk membangun persepsi seseorang dari sebuah objek yang dilihat. Sedangkan menurut pandangan teori konstruktivisme, belajar adalah upaya untuk membangun pemahaman atau persepsi atas dasar pengalaman yang dialami oleh siswa (Zainal Aqib, 2013:66). Menurut Purwanto (1991: 84-85), beberapa elemen penting yang mencirikan belajar yang dilakukan siswa yaitu: (1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku; (2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; (3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; dan (4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian (Kompri, 2016:217).

Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran merupakan proses yang ditata dan diatur sedemikian rupa, menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang diharapkan (Jumanta Hamdayama, 2016:15). Pembelajaran bahasa Indonesia tidak akan terlepas dari empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Penggunaan bahasa dalam interaksi dapat dibedakan menjadi dua, yakni lisan dan tulisan. Kemampuan berbahasa lisan meliputi kemampuan berbicara dan menyimak, sedangkan kemampuan bahasa tulisan meliputi kemampuan membaca dan menulis.

Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan percaya pada diri sendiri. Dari segi hasil, pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perubahan tingkah laku yang positif, tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pembelajaran dikatakan efektif apabila hasil belajar dan aktivitas siswa yang belajar dengan pendekatan pemecahan masalah lebih baik dari siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional pada tingkat ketuntasan tertentu.

Hasil Belajar

Makna hasil belajar yang dikutip oleh Ahmad Susanto (2012) yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kogintif (pemahaman konsep), afektif (sikap siswa), dan psikomotor (keterampilan proses) sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tersebut dipertegas oleh Nawawi dalam K. Brahim (2007:39) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Dari Sudjana (1989) yang dikutip oleh Ahmad Susanto (2012) disebutkan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Sejalan dengan hal ini Ruseffendi (1991) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam sepulu macam, yaitu: kecerdasan anak, kesiapan atau kematangan anak, bakat anak, kemauan belajar, minat anak, model penyajian materi pelajaran, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru, dan kondisi masyarakat.

Keterampilan Menulis

Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Menulis

Definisi menulis yang dikemukakan Rusyana (1984) yaitu kemampuan menggunakan pola-pola bahasa dalam penyampaiannya secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan/ pesan (Ahmad Susanto, 2012: 247).

Menurut Tarigan (1994) dalam Rini Winingsih (2011) mengungkapkan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh orang lain sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut.

Tujuan menulis dapat dikategorikan ke dalam empat macam, antara lain: (1) untuk memberitahukan atau nengajar (wacana informatif); (2) untuk meyakinkan atau mendesak para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan (wacana persuasif); (3) untuk menghibur atau menyenangkan (tulisan literer atau wacana kesastraan); dan (4) untuk mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api (wacana ekspresif).

Menurut Akhdiah (1992) dalam Ahmad Susanto (2012), beberapa manfaat menulis adalah: (1) lebih mengenali kemampuan dan potensi diri dan mengetahui sampai di mana pengetahuan kita tentang suatu topik; (2) dapat mengembangkan berbagai gagasan; (3) lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis; (4) mengomunikasikan gagasan secara sistematis dan mengungkapkannya secara tersurat; (5) dapat menilai diri kita secara objektif; (6) dapat memecahkan permasalahan yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konsteks yang konkret; (7) mendorong kita belajar lebih aktif, kita menjadi penemu, serta pemecah masalah; dan (8) membiasakan berpikir tertib.

Pengertian dan Unsur-Unsur Naskah Drama

Secara etimologis, drama berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, beraksi, dan sebagainya. Secara bahasa, drama berarti perbuatan atau tindakan. Sementara itu, secara istilah, drama adalah jenis karya sastra yang menggambarkan kehidupan dan aktivitas manusia lewat tindakan dan dialog antartokohnya yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan pertikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog (Yadi Mulyadi,dkk, 2017:223). Dikutip dari Yadi Mulyadi (2017), drama dibangun oleh beberapa unsur, antara lain: (1) Tema, (2) Tokoh, (3) Plot, (4) Setting atau latar, (5) Dialog atau percakapan, (6) Amanat

Dalam menulis naskah drama juga harus memperhatikan aturan/ kaidah penulisan drama. Kaidah penulisan naskah drama meliputi kaidah penulisan deskripsi tokoh, penulisan dialog, petunjuk pementasan serta penulisan petunjuk ekspresi. Menurut Hariningsih, dkk (2008), kaidah penulisan drama adalah sebagai berikut: (1) kalimat dialog tidak meggunakan tanda petik (“…..”); (2) nama tokoh ditulis sejajar dengan dialog; dan (3) petunjuk teknis (keterangan) ditulis dengan huruf yang berbeda misalnya dengan huruf miring atau dengan huruf kapital. Petunjuk teknis ini boleh diletakkan pada awal, tengah, atau akhir dialog (Nor Khoiman, 2011:33).

Keterampilan Menulis Naskah Drama

Keterampilan menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang banyak menuntut kemampuan bidang kebahasaan dan pengetahuan di luar kebahasaan yang menjadi isi tulisan, yang merupakan ide tau gagasan secara sistematis sehingga mudah dipahami oleh pembacanya.

Menulis sebagai keterampilan berbahasa lainnya perlu dilatihkan secara serius dan konsisten. Hal ini akan memberi kemungkinan lebih besar agar siswa memiliki keterampilan yang lebih baik. Latihan harus selektif sehingga pelaksanaannya benar-benar sesuai dengan tujuan dan benar-benar dapat menunjang pencapaian target kemampuan menulis yang diharapkan, sehingga dapat memberi manfaat bagi siswa secara nyata dalam kehidupan sehari-hari (Ahmad Susanto, 2012: 250).

Langkah-langkah penyusunan naskah drama yang dikutip dari Yadi Mulyadi, dkk (2017) adalah: (1) menentukan tema yang akan diangkat dalam drama; (2) menentukan persoalan atau konflik yang menjadi inti cerita drama; (3) membuat sinopsis atau rangkaian cerita untuk memandu proses penulisan naskah sehingga alur dan persoalan tidak melebar; (4) menentukan kerangka cerita yang berfungsi sebagai pembingkai jalannya cerita dari awal sampai akhir; (5) menentukan tokoh protagonis dalam dram; (6) menentukan cara penyelesaian konflik yang disajikan dalam drama; dan (7) menyusun naskah drama dengan mengembangkan gagasan dari kerangka cerita yang telah dibuat.

Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam. Salah satu model dari pembelajaran berkelompok adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan (Jumanta Hamdayama, 2016: 146).

Dikutip oleh Jumanta Hamdayama (2016), terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif yang meliputi: (a) prinsip ketergantungan positif, (b) tanggung jawab perorangan; (c) interaksi tatap muka; dan (d) partisipasi dan komuniksi. Pada prinsipnya, pembelajaran kooperatif juga memiliki prosedur yang terdiri atas empat tahap yaitu: (1) penjelasan materi; (2) belajar dalam kelompok; (3) penilaian; dan (4) pengakuan kelompok.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu)

Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (dua tinggal dua tamu) diperkenalkan oleh Spencer Kagan, tujuannya memberi kesempatan pada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Langkah-lankah model pembelajaran two stay two stray (dua tinggal dua tamu) sebagai berikut: (1) Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa, (2) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing bertamu kedua kelompok yang lain, (3) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka, (4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka ke kelompok lain, (5) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.

 

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Satui Desa Makmur Mulia Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan yang berjumlah 30 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 15 orang perempuan yang dilaksanakan semester genap tahun pelajaran 2017/2018 sesuai dengan jadwal masuk pelajaran Bahasa Indonesia pada pagi hari. Penelitian tentang upaya peningkatan keterampilan menulis naskah drama melalui model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray pada siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Satui dilaksanakan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus 3 kali pertemuan dilaksanakan dari bulan Januari s.d Juli tahun 2018.

 

 

 

Prosedur Siklus Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk dalam Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan, yang terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) perencanaan; (2) Tindakan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: (1) Observasi berupa lembar observasi aktivitas siswa yang disediakan peneliti yang digunakan untuk memperoleh data mengenai aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran materi menulis naskah drama, (2) Tes berupa hasil belajar keterampilan siswa dalam menulis naskah drama untuk memperoleh data tentang prestasi belajar siswa sebelum, selama dan sesudah penelitian berlangsung, (3) Penyebaran angket untuk mengetahui tanggapan/ respon siswa tentang pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray. Instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data dikembangkan oleh peneliti bersama mitra guru/ observer, dengan menjaga validitas isi. Pedoman observasi disusun berdasarkan indikator aktivitas siswa, yaitu situasi dalam kelas, keaktifan dan respon dalam tanya jawab maupun dalam diskusi kelompok. Instrumen tes disusun yang terdiri dari soal berbentuk uraian. Dalam penelitian ini, uraian tes berupa naskah drama yang ditulis siswa dengan menitikberatkan penilaian pada aspek-aspek yang terdapat dalam naskah drama, yaitu: tema, latar/setting, alur/plot, penokohan, dialog, dan kaidah penulisan naskah drama.

Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif. digunakan untuk mendeskripsikan implementasi model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray yang dilakukan guru dan untuk menghitung persentase jumlah siswa yang berhasil dalam pembelajaran tersebut dan secara Analisis kualitatif yang dilakukan dengan metode alur yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

Indikator Keberhasilan

            Penelitian ini dikatakan berhasil jika memenuhi semua komponen indikator kuantitatif dan indikator kualitatif. Kedua indikator tersebut dapat dilihat pada akhir siklus 1, siklus 2, sebagai berikut: (1) Indikator kualitatif yaitu apabila aktivitas siswa meningkat minimal 75%; (2) Indikator kuantitatif apabila hasil tes keterampilan menulis siswa meningkat menjadi minimal 70%; dan (3) Respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray berdasarkan hasil angket di akhir siklus 2 mengatakan setuju atau menjawab “ya” sebanyak 75%.

 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Kelas IX SMPN 1 Satui tahun pelajaran 2017/2018 terdiri dari 6 rombel yaitu kelas A, B, C, D, E, dan F. Diantara 6 rombel tersebut, kelas IX E merupakan kelas yang memiliki persentase ketuntasan belajar bahasa Indonesia yang masih rendah. Data hasil observasi awal, menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa kelas IX E yaitu 96, nilai terendah 48, dan nilai rata-rata 74,47. Terdapat 14 orang siswa yang melampaui KKM, 0 orang siswa yang mencapai KKM, dan 16 orang siswa yang belum mencapai KKM. Dan terlihat bahwa dari nilai ulangan semester genap tahun pelajaran 2017/2018, tercatat siswa yang melampaui KKM 46,67%, yang mencapai KKM 0%, dan yang belum mencapai KKM 53,33%. Banyak siswa yang melampaui dan mencapai KKM adalah 46,67% dari total 30 siswa kelas IX E.

Deskripsi Akhir Siklus 1

Berdasarkan hasil tes tertulis pada akhir siklus 1, setelah dilakukan penelitian tindakan kelas melalui menerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray pada materi naskah drama diperoleh hasil belajar keterampilan menulis siswa yang mendapat nilai tertinggi 93 yang diperoleh oleh 1 orang siswa dan nilai terendah 47 diperoleh oleh 1 orang siswa. Jumlah siswa yang nilainya melebihi KKM atau terlampaui sebanyak 17 orang, jumlah siswa yang mencapai KKM atau tercapai sebanyak 0 orang dan yang belum tercapai sebanyak 13 orang. Jumlah siswa yang nilainya sama atau lebih dari KKM adalah 17 orang atau sama dengan 56,67%.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa oleh observer pada akhir siklus 1 penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray pada materi naskah drama, terlihat banyaknya siswa yang memperoleh predikat A (Sangat Baik) 7 orang, yang mendapat predikat B (Baik) 11 orang dan yang mendapat predikat C (Cukup) sebanyak 12 orang. Jumlah siswa yang memperoleh predikat Baik dan Sangat Baik adalah 18 orang atau sama dengan 60,00%.

Deskripsi Akhir Siklus 2

Berdasarkan hasil tes tertulis pada akhir siklus 2, setelah dilakukan penelitian tindakan kelas melalui menerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray pada materi naskah drama diperoleh hasil belajar keterampilan menulis siswa yang mendapat nilai tertinggi 97 yang diperoleh oleh 1 orang siswa dan nlai terendah 50 diperoleh oleh 1 orang siswa. Jumlah siswa yang nilainya melebihi KKM atau terlampaui sebanyak 21 orang, jumlah siswa yang mencapai KKM atau tercapai sebanyak 0 orang dan yang belum tercapai sebanyak 9 orang. Jumlah siswa yang nilainya sama atau lebih dari KKM adalah 21 orang atau sama dengan 70,00%.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa oleh observer pada akhir siklus 2 penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray pada materi naskah drama, terlihat banyaknya siswa yang memperoleh predikat A (Sangat Baik) 6 orang, yang mendapat predikat B (Baik) 17 orang dan yang mendapat predikat C (Cukup) sebanyak 7 orang. Jumlah siswa yang memperoleh predikat Baik dan Sangat Baik adalah 23 orang atau sama dengan 76,67%.

Dari hasil observasi angket respon siswa pada akhir siklus 2 penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray pada materi naskah drama, terlihat banyaknya siswa yang memberikan tanggapan “Ya” sebanyak 29 siswa untuk indikator pernyataan 4, sebanyak 28 siswa memberi respon “Ya” untuk indikator pernyataan 1, 5, 6, dan 9, sebanyak 27 siswa memberi respon “Ya” untuk indikator pernyataan 2, 3, dan 7, sedangkan untuk indikator pernyataan 8 mendapat respon “Ya” oleh 18 orang siswa, dan yang terendah untuk indikator pernyataan 10 mendapat respon “Ya” dari 17 orang orang siswa.

Refleksi

Setelah guru melaksanakan penelitian tindakan kelas pada siklus 2 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray pada materi naskah drama yang ditambahkan dengan perbaikan RPP dan media pembelajaran sesuai hasil refleksi siklus 1, diperoleh data peningkatan hasil belajar keterampilan menulis pada siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Satui sebagai berikut, pada siklus 1 terdapat 17 orang siswa yang sudah tuntas. Jika dibandingkan dengan kondisi awal yang hanya 14 orang, tetapi kondisi ini belum mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk aktivitas siswa akhir siklus 1 yang memperoleh predikat A (Sangat Baik) dan B (Baik) sebanyak 18 orang siswa.

Hasil belajar keterampilan menulis siswa pada akhir siklus 2 menunjukkan bahwa terdapat 21 orang siswa yang sudah tuntas. Jika dibandingkan dengan hasil belajar keterampilan menulis siswa akhir siklus 1, ada peningkatan hasil belajar keterampilan menulis, dan sudah mencapai indikator ketercapaian yang diharapkan. Untuk aktivitas siswa akhir siklus 2 yang memperoleh predikat A (Sangat Baik) dan B (Baik) sebanyak 23 orang siswa. Untuk respon siswa pada akhir siklus 2, terlihat bahwa dari 30 orang siswa kelas IX E memberikan respon “Ya” pada 10 butir indikator pernyataan sebesar 85,67% sedangkan 14,33% siswa memberikan respon “Tidak”.

Pembahasan

Hasil pelaksanaan penelitian hasil belajar keterampilan menulis siswa kelas IX E SMPN 1 Satui tahun pelajaran 2017/2018 tentang materi menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang pernah dibaca dan berdasarkan peristiwa nyata pada akhir siklus 1 dan akhir siklus 2 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada kondisi awal yang mencapai dan melampaui KKM hanya 14 orang siswa atau 46,67%, sedangkan hasil belajar keterampilan menulis pada akhir siklus 1 terdapat 17 orang siswa yang sudah mencapai dan melampaui KKM atau sebesar 56,67%. Berdasarkan perbandingan hasil belajar siswa pada kondisi awal dengan hasil belajar keterampilan menulis pada akhir siklus 1, maka terdapat peningkatan hasil belajar 10,00%. Namun belum mencapai indikator ketercapaian yang diinginkan yaitu 70,00%, sehingga penelitian harus dilanjutkan ke siklus 2. Dari hasil belajar keterampilan menulis siswa pada akhir siklus 2 terdapat 21 orang siswa yang mencapai dan melampaui KKM atau 70,00% tuntas. Dibandingkan dengan hasil belajar keterampilan menulis pada akhir siklus 1 maka hasil belajar keterampilan menulis pada akhir siklus 2 mengalami peningkatan sebesar 13,33% dan persentase ketercapaian pada akhir siklus 2 yaitu 70,00% sudah mencapai indikator ketercapaian yang diinginkan.

Setelah dilaksanakan observasi terhadap aktivitas siswa kelas IX E SMPN 1 Satui tahun pelajaran 2017/2018 yang dilaksanakan pada akhir siklus 1 dan akhir siklus 2 dapat dilihat bahwa aktivitas siswa pada akhir siklus 1 sebesar 60,00% atau sebanyak 18 siswa mendapat predikat sangat baik dan baik, sedangkan pada akhir siklus 2 aktivitas siswa meningkat menjadi 76,67% atau terdapat 23 siswa mendapat predikat sangat baik dan baik. Peningkatan aktivitas siswa sebesar 16,67% dan sudah mencapai indikator tujuan yang diharapkan untuk aktivitas siswa, yaitu 75,00%.

Diakhir pertemuan ketiga siklus 2 peneliti membagikan angket untuk mengetahui respon siswa terhadap penelitian yang sudah dilakukan dengan jumlah responden 30 orang dan dari hasilnya terlihat bahwa respon siswa terhadap penelitian yang dilakukan 85,67% mengatakan ya atau senang.

 

PENUTUP

Kesimpulan

  1. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (dua tinggal dua tamu) dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas IX E SMPN 1 Satui semester genap tahun pelajaran 2017/2018 dalam menulis naskah drama. Hal ini dapat dilihat dari ketercapaian hasil belajar keterampilan menulis siswa telah mengalami peningkatan pada kondisi awal yang hanya 14 orang atau 46,67% dapat meningkat menjadi 17 orang atau 56,67% pada akhir siklus 1 dan jumlahnya meningkat lagi pada akhir siklus 2 menjadi 21 orang atau 70,00% dan peningkatan ini telah mencapai batas ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan peneliti yaitu 70,00%.
  2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu) pada materi Menulis Naskah Drama dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Satui. Hal ini dapat dilihat dari persentase semua aspek aktivitas siswa dirata-ratakan pada siklus 1 mengalami peningkatan dari 60,00% menjadi 76,67% pada siklus 2. Hal ini menunjukkan pembelajaran sudah berpusat pada siswa.
  3. Respon siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Satui terhadap penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu) pada materi Menulis Naskah Drama jika dirata-ratakan persentasenya yang menyatakan “Ya” sebesar 85,67% yang menunjukkan bahwa hampir semua siswa senang dan tertarik dengan pembelajaran menggunakan model Tipe Two Stay Two Stray, sedangkan 14,33% menyatakan “Tidak” untuk pembelajaran menggunakan model Tipe Two Stay Two Stray.

Saran

  1. Guru diharapkan agar memilih dan menggunakan media dan pendekatan yang dapat meningkatkan minat belajar siswa, agar pembelajaran berjalan efektif.
  2. Siswa hendaknya selalu berusaha menumbuhkan keterampilannya dalam menulis dan mengembangkan kemampuan dalam berfikir positif, kerjasama, tanggung jawab, dan keaktifan dalam belajar.
  3. Peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut yang serupa pada mata pelajaran lain, mengingat hasil penelitian ini belum optimal dan masih banyak keterbatasan.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamdayama, Jumanta. 2016. Metodologi Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hardyani, Kurnia Oktavia. 2015. Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama Menggunakan Teknik Pancing Media Karikatur Media Massa Berorientasi Pendidikan Antikorupsi pada Siswa SMP Kelas IXA SMP Negeri 1 Randudongkal Kabupaten Pemalang. http://lib.unnes.ac.id/21997/1/2101410007-s.pdf. (diunduh 06 Januari 2018).

Hariyanto & Suyono. 2016. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kompri. 2016. Motivasi Pembelajaran: Perspektif Guru dan Siswa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Khoiman, Nur. 2011. Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas VIIIA MTs Ma’arif NU 1 Jatilawang Kabupaten Banyumas dengan Teknik Membuat Kerangka Tulisan Berdasarkan Media Cerita Bergambar. http://lib.unnes.ac.id/3420/1/7662.pdf. (diunduh 06 Januari 2018).

Mulyadi, Yadi dkk. 2017. Intisari Sastra Indonesia untuk SMP dan SMA. Bandung: Yrama Wdiya.

Puji P., Farida. 2008. Mengenal Drama: Teknik Menulis Naskah Drama. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama.

Sudirman & Sani, Ridwan Abdullah. 2017. Penelitian Tindakan Kelas: Pengembangan Profesi Guru. Tangerang: Tira Smart.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group.

Winingsih, Rini. 2011. Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama Dengan Media Boneka (Stick Wayang Orang) Pada Siswa Kelas VIII B SMPN 2 Sentolo.

http://eprints.uny.ac.id/1298/1/Rini_Winingsih_07201244039.pdf. (diunduh 06 Januari 2018).

Yuwoni, dkk. 2008. Bahasa Indonesia untuk SMP/ MTs Kelas IX. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.