PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI

MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI

BAGI SISWA KELAS III SDN KARANGTENGAH KECAMATAN NGAWEN

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Murtiningsih

SDN Karangtengah Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi melalui penggunaan media gambar seri. Penelitian dilaksanakan di SDN Karangtengah Kecamatan Ngawen pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Subyek penelitian adalah siswa kelas III SDN Karangtengah berjumlah 20 siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan model Kemmis dan McTaggart yang terdiri dari empat tahap yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan catatan lapangan, dokumentasi, dan observasi. Analisis data menggunakan analisis kualitatif model Miles & Huberman yang meliputi reduksi, display, dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa. Peneliti melakukan perbandingan antara kemampuan menulis cerita narasi pada pra siklus, siklus I dan siklus II. Berdasarkan hasil tes tersebut, pada pembelajaran pra siklus memperlihatkan bahwa kemampuan menulis narasi belum memuaskan, hal ini terlihat dari nilai siswa yang dapat memenuhi nilai KKM 70 ada 9 siswa atau 45%. Pada siklus I, perolehan nilai yang mancapai KKM adalah 11 siswa atau 55%. Pada pembelajaran siklus II penguasaan siswa terhadap materi pelajaran semakin baik dan memuaskan yaitu siswa yang mencapai KKM adalah 16 siswa atau 80%.

Kata Kunci : keterampilan menulis narasi, media gambar seri

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam pembelajaran bahasa, menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa. Keterampilan menulis akan menjadi bekal bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan pikiran, perasaan, data, pesan, ide serta gagasan kepada orang lain dalam bentuk keterampilan berbahasa tulis, seperti misalnya dalam bentuk surat menyurat antara pengirim dan penerima pesan yang terhalang oleh ruang dan waktu. Mengingat pentingnya keterampilan menulis yang harus dimiliki siswa, maka tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia dalam aspek menulis harus dirumuskan dengan kebutuhan siswa sesuai dengan perkembangan siswa dan perkembangan zaman, agar keterampilan tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan mudah. Perihal pemilihan metode media yang tepat merupakan hal yang penting juga untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran tentang menulis narasi pendek, karena tidak semua siswa dapat menyelesaikan tugas pembelajaran menulis dengan mudah. Dengan kata lain, sebagian siswa belum memiliki keterampilan menulis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada tingkat sekolah dasar.

Dalam kurikulum Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar, keterampilan menulis dikembangkan ke dalam beberapa tingkatan keterampilan antara lain keterampilan menulis permulaan, menulis puisi, menulis cerita, menulis pantun, menulis dialog, menulis prosa, menulis surat, dan menulis laporan yang disesuaikan dengan perkembangan dan kemampuan siswa pada masing-masing tingkatan kelas.

Keterampilan menulis narasi pendek yang akan diteliti oleh peneliti dikembangkan di kelas III dengan menekankan kepada pengembangan paragraf sederhana. Untuk maksud tersebut di atas, maka guru perlu merangsang siswa agar mampu menuangkan ide, gagasan, pikiran, dan perasaannya menjadi sebuah narasi, dalam kaitan ini guru harus dapat memilih metode dan media yang tepat,agar ide,pikiran, gagasan, dan perasaan siswa dapat dituangkan ke dalam sebuah narasi.

Kondisi siswa kelas III SDN Karangtengah dalam pembelajaran menulis narasi pendek masih jauh dari harapan. Siswa sering kebingungan dalam mengembangkan tema menjadi sebuah cerita narasi pendek. Hasil belajar pada kompetensi menulis narasi pendek hanya 45% siswa atau 9 siswa dari 20 siswa yang tuntas belajar. Keadaan ini mengharuskan guru untuk lebih kreatif dalam mengembangkan pembelajaran sehingga siswa lebih mudah dalam membuat karangan narasi pendek. Pada penelitian ini guru akan menggunakan media gambar seri untuk memudahkan siswa dalam membuat karangan cerita narasi pendek.

Peneliti memilih media gambar karena sesuai dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar kelas III yang sangat menyukai gambar. Gambar yang akan peneliti sajikan dalam penelitian tindakan adalah gambar seri, agar lebih mudah bagi siswa dalam mengembangkan paragraf. Peneliti akan memilih tema yang menarik bagi siswa untuk disajikan dalam bentuk gambar seri. Setiap tema terdiri dari 4 gambar seri, yang masing-masing akan dikembangkan oleh siswa ke dalam sebuah paragraf.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang terjadi pada pembelajaran Bahasa Indonesia, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan keterampialan menulis narasi pada siswa kelas III SDN Karangtengah Kecamatan Ngawen tahun pelajaran 2015/2016?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi melalui penggunaan media gambar seri pada siswa kelas III SDN Karangtengah Kecamatan Ngawen tahun pelajaran 2015/2016.

1.     Bagi Siswa: meningkatnya keterampilan siswa dalam membuat karangan khususnya karangan berbentuk narasi.

2.     Bagi Guru: meningkatnya kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil elajar siswa

3.     Bagi Sekolah: meningkatnya kualitas pembelajaran di SDN Karangtengah khususnya pada pembelajaran Bahasa Indonesia.

 

KAJIAN PUSTAKA

Landasan Teori

Menulis Narasi

Martini Jamaris (2009: 219) mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu bentuk ekspresi ide, dan perasaan yang dilakukan secara tertulis. Menulis narasi merupakan salah satu bentuk kemampuan berkomunikasi melalui kegiatan menulis. Individu dapat merefleksikan tingkat pemahamammnya terhadap berbagai konsep dan berbagai bentuk ebstraksi konsep. Dengan pengertian ini maka Jamaris memandang bahwa kegiatan menulis merupakan pengembangan konsep kemampuan mengekspresikan perasaan dan ide atau gagasan siswa, sebagai gambaran tentang pemahaman mereka terhadap konsep pelajaran atau pengetahuan yang telah mereka peroleh.

Ibunda Aini (2007: 126) mengungkapkan bahwa kemampuan menulis dapat dibiasakan sejak dini, caranya dengan memberikan stimulus pertanyaan 5W&1H (why, who, when, what, where, dan how). Ketika siswa sedang bercerita atau mengungkapkan sebuah peristiwa, maka guru atau orang tua langsung merespon dengan pertanyaan 5W & 1H. Pada kelas III baru diajarkan paragraf narasi. Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur.

Puji Santosa (2004: 66) mengemukakan bahwa paragraf naratif biasanya berisikan unsur alur, tema, pemaparan, sifat-sifat tokoh atau karakter. Untuk memahami teks siswa tidak hanya memahami pola-pola kalimat saja, tetapi siswa perlu juga mengetahui jenis teks yang mereka baca. Meskipun peristiwa dituturkan secara kronologis, kadang-kadang paragraf disusun dengan urutan kilas balik atau cerita awal dengan tujuan untuk memberikan latar belakang cerita kepada pembaca agar dapat memahami kejadian yang dibacanya saat itu. Conny Semiawan (1997:6) mengungkapkan bahwa fungsi intelektual seseorang akan tergali sebagai dengan energi sebuah kemampuan. Tanpa kemampuan maka siswa tidak akan memiliki energi untuk menggali fungsi intelektualnya secara efektif. Pada pembelajaran bahasa Indonesia di SD kelas tinggi juga sudah diajarkan tipe-tipe paragraf selain narasi yaitu ekspositori yang isi utamanya penjelasan, argumentasi, dan paragraf ringkasan serta deskripsi. Pada kelas III baru diajarkan paragraf narasi. Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur.

Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif. Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Sedangkan contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam. Pola narasi secara sederhana berbentuk susunan dengan urutan: (1) awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca; (2) bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda; (3) akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilahkan pembaca untuk menebaknya sendiri. Sedangkan langkah penulisan narasi dapat diawali melalui proses 5W & 1H seperti yang diungkapkan Ibunda Aini di atas.

Menulis narasi berbentuk fiksi merupakan bagian dari kegiatan mengarang Zizi Hefni (2012, 102-103) memberikan pengertian bahwa mengarang adalah menuliskan sesuatu yang berguna apapun yang kita mau baik bersifat imajinasi maupun realitas. Meskipun ada aturan dalam proses penulisannya namun kita memiliki kebebasan penuh dalam menuangkan suati ide. Zizi juga menyebutkan bagian-bagian yang harus diperhatikan dalam sebuah karangan adalah: (1) hindari kalimat yang terlalu panjang; (2) tidak terlalu banyak menggunakan kalimat pasif; (3) bahasa baku hanya digunakan untuk karangan fiksi dengan dicetak miring; (4) perhatikan tanda baca pada tulisan; (5) hindari salah tulis atau kurang huruf; (6) jangan ada pengulangan kalimat atau kata dalam paragraph.

Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 1990: 6). Umar Suwito (Suharsimi Arikunto, 1993: 45) memberi batasan media pembelajaran sebagai berikut: media pembelajaran adalah sarana pembelajaran yang digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Azhar Arsyad (2002: 4) menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. R. Angkowo dan A. Kosasih (2007: 10) menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat di gunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat terdorong terlibat dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan untuk membangun komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dan proses belajar mengajar.

Media Gambar Seri

Media gambar (visual) adalah sarana atau media yang berbentuk poster, lukisan, foto, karikatur dan sebagainya yang fungsinya untuk mendukung pembelajaran secara visual. Hal ini dapat dilakukan dengan:

1.     Divisualisasikan, artinya gambar (poster, lukisan, foto, karikatur, dan lain-lain), digunakan untuk memvisualkan tema atau gagasan yang ingin dipelajari, diamati dan direfleksi bersama.

2.     Dinarasikan, artinya gambar (poster, lukisan, foto, karikatur, dan lain-lain) sebagai media untuk bercerita. Gambar yang disajikan membantu kita memberikan pusat perhatian bagi siswa.

3.     Mempergunakan bahasa gambar melalui papan tulis. Bahasa gambar ini memang membutuhkan keterampilan tersendiri, karena kita harus mampu membuat bahasa gambar yang menarik untuk disajikan kepada siswa. (Ngainun Naim, 2011: 223)

Diantara media pendidikan, media gambar adalah media yang paling umum digunakan, karena mudah dimengerti serta dapat dinikmati oleh semua orang di mana-mana. Pesan yang disampaikan dituangkan kedalam simbol-simbol komunikasi visual. Gambar berfungsi untuk menyampaikan pesan melalaui gambar yang menyangkut indera penglihatan.

Gambar seri disebut dengan istilah gambar bersambung. Media gambar seri merupakan media grafis yang digunakan untuk menerangkan suatu rangkaian perkembangan, sebab setiap seri media gambar bersambung dan selalu terdiri dari sejumlah gambar. Gambar-gambar tersebut membentuk suatu cerita apabila gambar-gambar dipadukan dan diurutkan secara sistematis sehingga menjadi urutan cerita yang bermakna dan memiliki arti (Sudarwati, 2011 ; 52).

Menurut Abdul Wahab Rosyid (2009: 64) gambar seri merupakan kumpulan gambar yang menunjuk satu peristiwa yang utuh. Gambar tersebut bisa dalam bentuk kartu yang terpisah atau dalam satu lembaran yang utuh. Cara menggunakannya bisa satu-satu atau sekaligus ditunjukkan kepada siswa, tergantung materi yang akan disampaikan.

Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal minat belajar siswa kelas III pada pembelajaran menulis narasi sangat rendah. Dari minat belajar yang rendah berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan guru kurang kreatif dalam menngunakan media yang sesuai untuk memancing minat belajar siswa. Dari berbagai kajian teori, akhirnya guru menggunakan media gambar seri untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Media gambar seri sangat sesuai dengan karakteristik siswa kelasIII. Dengan menggunakan media gambar seri, diyakini akan mampu meningkatkan minat belajar siswa yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi menulis karangan narasi.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori dan kerangka berpikir maka dapat dikemukakan hipotesis tindakan yaitu melalui penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi bagi siswa kelas III SDN Karangtengah Kecamatan Ngawen tahun pelajaran 2015/2016.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat pelaksanaan penelitian adalah di SDN Karangtengah Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora. Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Subyek penelitian adalah siswa kelas III SDN Karangtengah yang berjumlah 20 siswa terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan dalam dua siklus yang setiap siklusnya terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahan pengamatan, dan tahap refleksi.

Pengumpulan data menggunakan catatan lapangan, dokumentasi, dan observasi. Analisis data menggunakan analisis kualitatif model Miles & Huberman yang meliputi reduksi, display, dan verifikasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu (1) Teknik Observasi yang dilakukan pada awal sampai akhir pembelajaran. Disini yang diamati adalah aktivitas guru dan aktivitas siswa pada saat pembelajaran; (2) Teknik Tes yang dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran yang menerapkan metode penugasan. Tes yang digunakan berupa tes tulis.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Deskripsi Pra Siklus

Pada pembelajaran pra siklus, keterampilan menulis narasi siswa kelas III SDN Karangtengah masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai pada saat dilakukan tes keterampilan menulis narasi berikut ini:

Tabel Hasil Belajar Menulis Narasi Pra Siklus

Nilai

Jml

Tuntas

Tidak Tuntas

45

1

√

50

2

√

55

3

√

60

2

√

65

3

√

70

4

√

75

5

√

 

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar pada pembelajaran pra siklus hanya 9 siswa atau 45%. Sebanyak 11 siswa atau 55% masih belum tuntas belajar. Nilai rata-rata dari tabel hasil belajar di atas adalah 64,00.

Siklus I

Pada pelaksanaan Siklus I guru sebagai peneliti menggunakan media gambar seri dalam pembelajaran menulis narasi. Pada akhir siklus I dilakukan tes uji kompetensi menulis narasi berdasarkan bambar seri yang disajikan. Hasil dari tes uji kompetensi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel Hasil Belajar Menulis Narasi Siklus I

Nilai

Jml

Tuntas

Tidak Tuntas

50

1

√

55

1

√

60

3

√

65

4

√

70

5

√

75

3

√

80

2

√

85

1

√

 

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar pada pembelajaran siklus I adalah 11 siswa atau 55%. Sebanyak 9 siswa atau 45% masih belum tuntas belajar. Nilai rata-rata dari tabel hasil belajar di atas adalah 68,25.

Hasil pelaksanaan siklus I belum mambuahkan hasil yang maksimal. Hal ini dikarenakan peneliti menggunakan media gambar dengan ukuran yang terlalu kecil dan gambar seri yang digunakan tidak berwarna sehingga belum mampu meningkatkan minat belajar siswa secara maksimal.

 

Siklus II

Pada siklus II, berdasarkan hasil refleksi siklua I, peneliti menggunakan gambar dengan ukuran yang lebih besar. Gambar yang digunakan juga gambar berwarna. Siswa semakin antusias karena gambar yang digunakan lebih jelas dan menarik. Setelah dilakukan tes uji kompetensi, hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

Tabel Hasil Belajar Menulis Narasi Siklus II

Nilai

Jml

Tuntas

Tidak Tuntas

60

1

√

65

3

√

70

5

√

75

4

√

80

3

√

85

2

√

90

2

√

 

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar pada pembelajaran siklus II adalah 16 siswa atau 80%. Sebanyak 4 siswa atau 20% masih belum tuntas belajar. Nilai rata-rata dari tabel hasil belajar di atas adalah 74,75.

Pembahasan

Terjadi peningkatan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas III SDN Karangtengah setelah guru menggunakan media gambar seri dalam pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II. Peningkatan keterampilan siswa dapat dilihat pada peningkatan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal, jumlah siswa yang tuntas belajar hanya 9 siswa dari 20 siswa kelas III atau 45% tuntas belajar. Rata-rata nilai siswa adalah 64,00.

Pada pembelajaran siklus I, setelah peneliti menggunakan media gambar seri dalam pembelajaran menulis karangan narasi, jumlah siswa yang tuntas belajar menjadi 11 siswa atau 55% dan rata-rata nilainya meningkat menjadi 68,25. Hasil pada siklus I belum maksimal. Hal ini dikarenakan peneliti menggunakan media gambar dengan ukuran yang terlalu kecil dan gambar yang digunakan juga tidak berwarna.

Berdasarkan refleksi siklus I, pada pembelajaran siklus II peneliti menggunakan media gambar dengan ukuran yang cukup besar dan gambar yang digunakan juga gambar berwarna. Siswa semakin antusias dalam pembelajaran. Hasil yang dicapai pada saat uji kompetensi menulis narasi juga cukup memuaskan. Jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus II adalah 16 siswa atau 80%. Rata-rata nilai juga meningkat cukup besar yaitu 74,75.

PENUTUP

Simpulan

Hasil penelitian pada siklus I dan siklus II menunjukkan peningkatan keterampilan siswa pada kompetensi menulis karangan narasi. Jadi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan adalah: penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi bagi siswa kelas III SDN Karangtengah Kecamatan Ngawen tahun pelajaran 2015/2016.

 

 

Saran

Disarankan bagi guru bahasa Indonesia khususnya guru Sekolah Dasar, diharapkan hendaknya benar-benar memahami tahapan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya tentang menulis cerita yang mudah dan menyenangkan bagi siswa dengan pemilihan dan penggunaan media yang tepat dan menarik. Guru disarankan agar mengembangkan program pembelajaran bahasa yang memungkinkan siswa dapat belajar bahasa secara utuh sehingga memperoleh kompetensi berbahasa/ kemahiran bahasa secara utuh, yakni terampil dalam membaca, menyimak, berbicara dan menulis, untuk itu guru harus dapat memilih media pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk banyak terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab Rosyidi. 2009. Media Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN Malang Press

Aini, Ibunda. 2007. Membaca dan menulis Seasyik Bermain. Bandung: Mizan.

Angkowo, R., & Kosasih, A. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Grasindo.

Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Hefni, Zizi. 2012. Panduan Mudah Mengarang untuk SD. Jogyakarta: Diva Press

Jamaris, Martini. 2009. Kesulitan Belajar. Jakarta: Penamas Murni.

Ngainun Naim. 2011. Menjadi Guru Inspiratif, Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Santosa, Puji. 2004. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka

Sadiman, A. S, dkk. 1990. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannaya. Jakarta: CV. Rajawali

Semiawan, Conny. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Gramedia

Sudarwati, et. all. 2011Fokus Bahasa Indonesia untuk SD/MI kelas III semester II. Solo: Sindutana

Suharsimi Arikunto. 1993. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta