PENINGKATAN KOMPETENSI INTEGRAL

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

BAGI SISWA KELAS XII AGRIBISNIS TERNAK RUMINANSIA B

SMK NEGERI 2 SUKOHARJO PADA SEMESTER 2

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Subakir

SMK Negeri 2 Sukoharjo

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan perubahan perilaku kerja sama dan kreatif, atau hasil belajar pada kompetensi Integral setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model Mind Mapping bagi peserta didik kelas XII ATR B SMK Negeri 2 Sukoharjo. PTK ini dilaksanakan dua siklus. Pengambilan data menggunakan teknik observasi, angket dan uji kompetensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data hasil observasi, sikap kerjasama dan kreatif peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 78,34% dan 80.01% menjadi 95,01% dan 91.67% dengan kategori tinggi. Hasil belajar mengalami peningkatan, dari rata-rata 65.00% pada siklus I meningkat menjadi 89,17% pada siklus II.

Kata kunci: Kerja sama, Kreatif, dan Mind Mapping

 

PENDAHULUAN

Mata pelajaran matematika disampaikan di semua kompetensi keahlian dan di setiap tingat, baik kelas X, XI dan XII DI SMK Negeri 2 Sukoharjo. Matematika menjadi pelajaran yang pokok yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik di setiap jenjangnya.

Dalam penyesuaian model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kompetensi Integral, maka model yang diduga mampu membuat suasana pembelajaran yang menarik, memotivasi peserta didik dan menyenangkan ketika peserta didik mempelajari materi adalah Mind Mapping (peta pikiran). Seperti yang diungkapkan oleh Tony Buzan (2006: 4) pembelajaran matematika dengan menggunakan model Mind Mapping (peta pikiran) akan meningkatkan daya hafal dan motivasi belajar peserta didik yang kuat, serta peserta didik menjadi lebih kreatif. Selain kegiatan belajar mengajar akan lebih menarik, peserta didik juga akan lebih termotivasi dengan pembelajaran matematika. Sehingga dengan penerapan model Mind Mapping (peta pikiran) dalam pembelajaran matematika, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik. Selanjutnya menurut Tony Buzan (2008: 171) dalam bukunya yang berjudul “Buku Pintar Mind Map” menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Mind Mapping ini akan membantu anak: (1) Mudah mengingat sesuatu; (2) Mengingat fakta, Angka, dan Rumus dengan mudah; (3) Meningkatkan Motivasi dan Konsentrasi; (4) Mengingat dan menghafal menjadi lebih cepat.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana proses pembelajaran peningkatan hasil belajar pada kompetensi Integral setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model Mind Mapping bagi peserta didik kelas XII ATR B SMK Negeri 2 Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 ?, (2) Seberapa banyak peningkatan hasil belajar pada kompetensi Integral setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model Mind Mapping bagi peserta didik kelas XII ATR B SMK Negeri 2 Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 ? dan (3) Bagaimana perubahan perilaku kerjasama dan kreatif yang menyertai peningkatan kompetensi Integral setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model Mind Mapping bagi peserta didik kelas XII ATR B SMK Negeri 2 Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 ?

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendiskripsikan proses pembelajaran peningkatan hasil belajar pada kompetensi Integral. (2) Mendiskripsikan peningkatan hasil belajar matematika Integral.(3) Memaparkan perubahan tingkah laku peserta didik kerjasama dan kreatifitas yang menyertai peningkatan kompetensi Integral.

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: (1) Secara teoretes, penelitian ini mampu membuka wacana baru dalam model pembelajaran yang mengacu pada pengembangan inovasi.(2) Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: a) Sekolah yaitu untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil kegiatan belajar mengajar, khususnya pembelajaran pada kompetensi Integral. b) Guru, untuk memberikan pedoman dan pertimbangan dalam kegiatan pembelajaran pada kompetensi Integral. c) Peserta didik, yaitu untuk menumbuhkan semangat belajar matematika Integral dengan model Mind Mapping.

LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Motivasi

Motivasi adalah ‘pendorongan’ yaitu suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai suatu hasil atau tujuan tertentu (Ngalim Purwanto, 2006: 71) , Sedangkan menurut Sardiman (2007: 75) mengartikan bahwa Motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.

Motivasi Belajar

Menurut Winkel (2004: 169) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis didalam diri peseta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah kepada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Sedangkan Menurut Sardiman (2007: 75) Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri peseta didik yang menimbulkan kegiatan-kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Model Pembelajaran Mind Mapping

Menurut Jensen (2002: 95) Mind Map (peta pikiran) sangat bermanfaat untuk memahami materi, terutama materi yang telah diterima oleh peseta didik dalam proses pembelajaran. Mind Map (peta pikiran) bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang telah dipelajari. Sedangkan menurut Buzan (2004: 68) Mind Map (peta pikiran) dapat menghubungkan konsep yang baru diperoleh peseta didik dengan konsep yang sudah didapat dalam proses pembelajaran, sehingga menimbulkan adanya tindakan aktif yang dilakukan oleh peseta didik. Sehingga akan menciptakan suatu hasil peta pikiran berupa konsep materi yang baru dan berbeda. Peta pikiran merupakan salah satu produk kreatif yang dihasilkan oleh peseta didik dalam kegiatan belajar. Sehingga diharapkan peseta didik dapat mengembangkan kemampuan belajar mandiri, peseta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri dan guru cukup berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran (Mulyasa, 2007: 14). Dan menurut Tony Buzan (2008: 171) dalam bukunya yang berjudul “Buku Pintar Mind Map” menunjukan bahwa Mind Map (peta pikiran) ini akan membantu anak: (1) Mudah mengingat sesuatu; (2) Mengingat fakta, Angka, dan Rumus dengan mudah; (3) Meningkatkan Motivasi dan Konsentrasi; (4) Mengingat dan menghafal menjadi lebih cepat. Buzan juga menunjukan bahwa peserta didik akan menghafal dengan cepat dan mudah berkosentrasi dengan teknik peta pikiran sehingga menimbulkan keinginan untuk memperoleh pengetahuan serta keinginan untuk berhasil.

Kerangka Berpikir

Kompetensi integral menghitung luas daerah yang dibatasi oleh dua kurva pada peserta didik kelas XII ATR B SMK Negeri 2 Sukoharjo masih rendah, menghitung luas daerah yang dibatasi oleh dua kurva akan mengalami peningkatan apabila kegiatan pembelajaran menghitung luas daerah yang dibatasi oleh dua kurva menggunakan model Mind Mapping. Pada pembelajaran tersebut peserta didik diminta untuk menghitung luas daerah yang dibatasi oleh dua kurva yang didiskusikan pada kelompoknya masing-masing.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini adalah: (1) pembelajaran dengan menggunakan model Mind Mapping dapat meningkatkan proses pembelajaran lebih baik pada peserta didik kelas XII ATR B SMK Negeri 2 Sukoharjo semester dua tahun pelajaran 2017/2018. (2) pembelajaran dengan menggunakan model Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar kompetensi Integral dan (3) pembelajaran dengan menggunakan model Mind Mapping dapat meningkatkan perubahan perilaku kerjasama dan kreatif yang menyertai peningkatan kompetensi Integral setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model Mind Mapping bagi peserta didik kelas XII ATR B SMK Negeri 2 Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2017/2018.

METODE PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dengan mengambil tempat di SMK Negeri 2 Sukoharjo yang terletak di Desa Rowogatel, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo. Dengan memperhatikan bahwa, a) Pada Kompetensi Keahlian Agribisnis Ternak Ruminansia sangat perlu dilakukan strategi pembelajaran dengan model yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran maupun peserta didiknya, sehingga akan meningkatkan lebih berkwalitasnya dalam proses pembelajaran. b) Guru adalah guru matematika di SMK Negeri 2 Sukoharjo dan mengajar di kelas XII ATR B. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu, dimulai bulan Februari – Mei 2018, jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas ( class room action research ) dengan menggunakan 2 siklus.

Sedangkan subjek penelitian yang digunakan adalah peserta didik kelas XII ATR B SMK Negeri 2 Sukoharjo semester dua tahun pelajaran 2017/2018, dan materi pelajarannya adalah Kompetensi Integral. Untuk dasar pengambilan subjek penelitian ini adalah kelas yang kondisi peserta didiknya dalam kegiatan belajar mengajarnya ada permasalahan, sehingga diperlukan suatu tindakan. Dan guru ingin mencari suatu model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan Kompetensi Integral.

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, dan setiap siklus terdiri dari: perencanaan, tindakan, pengamatan dan melakukan refleksi. Sedangkan data yang diperoleh dari penelitian tindakan kelas ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Tes dan Nontes. Teknis Tes yang digunakan untuk mengetahui hasil Uji Kompetensi, yaitu tes awal, siklus I, dan siklus II. Teknis Nontes berupa pengamatan pada ranah afektif. Alat pengumpul data berupa lembar naskan soal Integral, angket keaktifan peserta didik, lembar observasi.

Dan indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: (1) sekurang – kurangnya 75 % peserta didik memiliki aktifitas kerjasama dan kreatif dalam mengikuti pelajaran, (2) sekurang – kurangnya 85 % peserta didik mencapai ketuntasan hasil belajar (dengan nilai di atas atau sama dengan ( ≥ 70 )

Pelaksanaan Siklus I

Perencanaan tindakan pada siklus I adalah ; (1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) konsep Integral yang sesuai dengan model Mind Mapping. (2) Menyusun dan menyiapkan pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran dan lembar observasi perilaku peserta didik. (3) Menyususn lembar angket motivasi belajar peserta didik, dan (4) Menyusun dan mempersiapkan alat evaluasi penilaian hasil belajar.

Pelaksanaan tahap yang kedua adalah Tindakan (action) , yaitu meliputi: (1) dalam proses pelaksanaan pembelajaran (2) guru mengajar sesuai dengan scenario pembelajaran yang telah dirancang pada rancangan pelaksanaan pembelajaran, dan mencatat kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik, dan (3) guru memberikan uji kompetensi pada peserta didik untuk mengetahui pemahaman peserta didik yang berkaitan dengan konsep integral.

Observasi dilaksanakan untuk mengetahui dan memperoleh data tentang segala peristiwa yang terjadi serta respons atau tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung sebagai tolok ukur keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan model Mind Mapping. Data-data tersebut diperoleh melalui beberapa cara, yaitu (1) pedoman observasi untuk mengetahui perilaku peserta didik secara keseluruhan di kelas selama pembelajaran, (2) catatan harian guru dan peserta didik untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model yang digunakan, (3) wawancara untuk mengetahui respon peserta didik teradap materi, dan model pembelajaran yang telah dilaksanakan, (4) dokumentasi foto yang memuat rekaman peristiwa dan perilaku peserta didik selama pembelajaran. Data-data yang diperoleh digunakan guru untuk bahan refleksi dan perbaikan pada pembelajaran berikutnya.

Refleksi dilakukan dengan memerhatikan kejadian-kejadian selama proses belajar mengajar untuk mengetahui (a) kelebihan dan kekurangan model yang digunakan dalam pembelajaran, (b) tindakan-tindakan peserta didik selama proses pembelajaran, dan (c) tindakan-tindakan guru selama mengajar. Hasil analisis ini digunakan sebagai pedoman untuk menentukan langkah selanjutnya.

Pelaksanaan Siklus II

Perencanaan tindakan pada siklus II adalah ; (1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) konsep Integral yang sesuai dengan model Mind Mapping. (2) Menyusun dan menyiapkan pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran dan lembar observasi perilaku peserta didik. (3) Menyususn lembar angket motivasi belajar peserta didik, dan (4) Menyusun dan mempersiapkan alat evaluasi penilaian hasil belajar.

Tindakan (action) , pelaksanaan tindakan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir atau penutup sebagaimana kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I. Pada pelaksanaan kegiatan siklus II ini untuk peserta didik yang mendapatkan nilai sempurna pada uji kompetensi , maka mendapat reward dari guru.

Observasi dilaksanakan untuk mencatat atau mendokumentasikan terhadap situasi ataupun kejadian-kejadian pada proses pembelajaran, observasi juga meliputi pengamatan hasil belajar dan pengisisan angket respon peserta didik terhadap model pembelajaran yang diterapkan oleh guru.

Refleksi dilakukan untuk membuat catatan-catatan kesulitan yang ditemui peserta didik dalam menyelesaikan macula pada materi Integral yang diberikan guru, serta mendata peserta didik yang telah mampu menyelesaikan soal uji kompetensi dan mampu mendapatkan nilai diatas standar ketuntasan belajar untuk materi Integral.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

Hasil Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari tindakan kondisi awal (prasiklus) guru menggunakan dokumen nilai dari uji kompetensi Integral, sedangkan ketuntasan kompetensi Integral jika peserta didik memenuhi ketuntasan semua indikator kompetensi dasar tersebut, yaitu indikator (1) peserta didik dapat menghitung integral tak tentu fungsi aljabar, (2) peserta didik mampu integral tertentu fungsi aljabar (3) peserta didik dapat menghitung luas daerah yang dibatasi oleh kurva dan sumbu-x dengan menggunakan integral tertentu dan (4) peserta didik dapat menghitung luas daerah yang dibatasi oleh kurva dan garis dengan menggunakan integral tertentu.

Pada kondisi awal setelah diadakan tes yang diikuti 30 peserta didik, maka diperoleh hasil bahwa dari 3 indikator yang ditentukan, hanya indikator pertama tidak ada peserta didik mendapat nilai di bawah 70, sedang dua indikator yang lainnya belum mencapai ketuntasan, yaitu indikator kedua 24 peserta didik mendapat nilai di bawah 70, indikator ketiga 25 peserta didik mendapat nilai dibawah 70, dan indikator keempat 28 peserta didik mendapat nilai dibawah 70. Dari hasil prasiklus tersebut maka guru mengambil tindakan untuk melakukan inovasi pembelajaran dengan menggunakan model Mind Mapping yang dilaksanakan pada siklus I.

Hasil Penelitian Siklus I

Hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: (1) pertemuan pertama dari dua pertemuan pada siklus I , diperoleh data 26.67% peserta didik untuk kerjasama dalam kelompok dengan kategori kurang, 53.33% peserta didik untuk kerjasama dalam kelompok dengan kategori baik dan 20.00% peserta didik untuk kerjasama dalam kelompok dengan kategori sangat baik. Kreatifitas peserta didik, 23.33% peserta didik untuk kreatif dalam penyampaian gagasan dengan kategori kurang, 60.00% peserta didik untuk kreatif dalam penyampaian gagasan dengan kategori baik dan 16.67% peserta didik untuk kreatif dalam penyampaian gagasan dengan kategori sangat baik. (2) pertemuan kedua pada siklus I , diperoleh data 16.66% peserta didik untuk kerjasama dalam kelompok dengan kategori kurang, 60.00% peserta didik untuk kerjasama dalam kelompok dengan kategori baik dan 23.34% peserta didik untuk kerjasama dalam kelompok dengan kategori sangat baik. Kreatifitas peserta didik, 16.66% peserta didik untuk kreatif dalam penyampaian gagasan dengan kategori kurang, 64.34% peserta didik untuk kreatif dalam penyampaian gagasan dengan kategori baik dan 20.00% peserta didik untuk kreatif dalam penyampaian gagasan dengan kategori sangat baik. (3) dari data uji kompetensi pada siklus I, indikator pertama semua peserta didik mendapat nilai diatas atau sama dengan 70 (tuntas), indikator kedua 25 peserta didik mendapat nilai diatas atau sama dengan 70 (tuntas),, indikator ketiga 15 peserta didik mendapat diatas atau sama dengan 70 (tuntas),, dan indikator keempat 8 peserta didik mendapat diatas atau sama dengan 70 (tuntas),.

Refleksi Siklus I

Pada pelaksanaan siklus I ini terlihat ada beberapa peserta didik yang belum berinteraksi dengan baik, yaitu untuk sikap kerjasama dalam kelompoknya dan kreatifitas dalam menyampaikan gagasannya masih kurang, yang berdampak peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar masih belum serius terlihat bermalas-malasan.

Hasil Penelitian Siklus II

Hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut: (1) pertemuan pertama dari dua pertemuan pada siklus II , diperoleh data 6.66% peserta didik untuk kerjasama dalam kelompok dengan kategori kurang, 63.34% peserta didik untuk kerjasama dalam kelompok dengan kategori baik dan 30.00% peserta didik untuk kerjasama dalam kelompok dengan kategori sangat baik. Kreatifitas peserta didik, 10.00% peserta didik untuk kreatif dalam penyampaian gagasan dengan kategori kurang, 63.33% peserta didik untuk kreatif dalam penyampaian gagasan dengan kategori baik dan 26.67% peserta didik untuk kreatif dalam penyampaian gagasan dengan kategori sangat baik. (2) pertemuan kedua pada siklus II , diperoleh data 3.33% peserta didik untuk kerjasama dalam kelompok dengan kategori kurang, 63.34% peserta didik untuk kerjasama dalam kelompok dengan kategori baik dan 33.33% peserta didik untuk kerjasama dalam kelompok dengan kategori sangat baik. Kreatifitas peserta didik, 6.66% peserta didik untuk kreatif dalam penyampaian gagasan dengan kategori kurang, 66.67% peserta didik untuk kreatif dalam penyampaian gagasan dengan kategori baik dan 26.67% peserta didik untuk kreatif dalam penyampaian gagasan dengan kategori sangat baik. (3) dari datu uji kompetensi pada siklus II, indikator pertama semua peserta didik mendapat nilai diatas atau sama dengan 70 (tuntas),, indikator kedua 28 peserta didik mendapat nilai diatas atau sama dengan 70 (tuntas), indikator ketiga 25 peserta didik mendapat nilai diatas atau sama dengan 70 (tuntas),, dan indikator keempat 24 peserta didik mendapat diatas atau sama dengan 70 (tuntas),.

 

 

Refleksi Siklus II

Pada pelaksanaan siklus II ini terlihat adanya peningkatan baik perubahan perilaku peserta didik maupun hasil belajar dari uji kompetensi nyang dilaksanakan pada siklus II tersebut, sehingga pada siklus II Ketuntasan hasil belajar telah mancapai 89.17 %, artinya telah terpenuhinya indikator keberhasilan dari penggunaan model pembelajaran Mind Mapping.

Pembahasan Antar siklus

Dari tabel I, dapat dikatakan bahwa perubahan perilaku peserta didik pada siklus I, aspek kerjasama dengan kreteria baik dan sangat baik dengan rata-rata 78.34%, dan aspek kreatif dengan kreteria baik dan sangat baik dengan rata-rata 80.01%, artinya peserta didik yang dengan aktif mengikuti pembelajaran sebanyak 79.18%, Dan pada table 2, bahwa perubahan perilaku peserta didik pada siklus II, aspek kerjasama dengan kreteria baik dan sangat baik dengan rata-rata 95.01%, dan aspek kreatif dengan kreteria baik dan sangat baik dengan rata-rata 91.67%, artinya peserta didik yang dengan aktif mengikuti pembelajaran pada pelaksanaan siklus II sebanyak 93.34%.

Tabel Rekap Perubahan perilaku kerjasama dan kreatif Pada Siklus I pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2

Siklus I

No. Aspek yang dinilai pada perubahan perilaku Pertemuan 1  Jumlah peserta didik aktif (%) Pertemuan 2  Jumlah peserta didik aktif (%)  Rata-rata keaktifan (%)
Frek.(f) Prosent.(%) Frek.(f) Prosent.(%)
Perubahan sikap kerjasama
1 Sangat Baik (SB) 6 20.00 73.33 7 23.34 83.34 78.34
2 Baik (B) 16 53.33 18 60.00
3 Kurang (K) 8 26.67   5 16.66   21.67
Perubahan sikap kreatif
1 Sangat Baik (SB) 5 16.67 76.67 6 20.00 83.34 80.01
2 Baik (B) 18 60.00 19 63.34
3 Kurang (K) 7 23.33   5 16.66   19.99

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel Rekap Perubahan perilaku kerjasama dan kreatif Pada Siklus II pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2

Siklus II

No. Aspek yang dinilai pada perubahan perilaku Pertemuan 1  Jumlah peserta didik aktif (%) Pertemuan 2  Jumlah peserta didik aktif (%)  Rata-rata keaktifan (%)
Frek.(f) Prosent.(%) Frek.(f) Prosent.(%)
Perubahan sikap kerjasama
1 Sangat Baik (SB) 9 30.00 93.34 10 33.33 96.67 95.01
2 Baik (B) 19 63.34 19 63.34
3 Kurang (K) 2  6.66   1  3.33   4.99
Perubahan sikap kreatif
1 Sangat Baik (SB) 8 26,67 90.00 8 26,67 93.34 91.67
2 Baik (B) 19 63.33 20 66.67
3 Kurang (K) 3 10.00   2  6.66   8.33

 

Tabel Rekap Hasil uji kompetensi Integral pada Siklus 1 dan Siklus 2

No. Aspek yang dinilai pada indikator kompetensi dasar Integral SIKLUS 1 Rata-rata (%) SIKLUS 2 Rata-rata (%)
 Frek.(f) Nilai ≥ 70

 

Prosent.(%)  Frek.(f) Nilai ≥ 70

 

Prosent.(%)
1 Peserta didik dapat menghitung integral tak tentu fungsi aljabar. 30 100 65.00 30 100 89.17
2 Peserta didik dapat menghitung integral tertentu fungsi aljabar 25 83.33 28 93.33
3 Peserta didik dapat menghitung luas daerah yang dibatasi oleh kurva dan sumbu-x dengan menggunakan integral tertentu. 15 50.00 25 83.33
4 Peserta didik dapat menghitung luas daerah yang dibatasi oleh kurva dan garis dengan menggunakan integral tertentu. 8 26.67 24 80.00

 

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil uji kompetensi Integral dapat dilihat dari table 3 diatas, Dari table tersebut dapat diketahui bahwa hasil uji kompetensi peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Dari kondisi awal uji kompetensi integral yang terdiri dari 4 indikator, hanya indikator pertama yang semua peserta didik mencapai ketuntasan sedang indicator yang liainnya belum tuntas, yaitu indikator kedua 24 peserta didik dengan nilai ˂ 70, indikator ketiga 25 peserta didik dengan nilai ˂ 70, indikator keempat 28 peserta didik dengan nilai ˂ 70. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I , diperoleh hasil indikator kedua 25 peserta didik dengan nilai ≥ 70, indikator ketiga 15 peserta didik dengan nilai ≥ 70, indikator keempat 8 peserta didik dengan nilai ≥ 70, Dan dilanjutkan pada tindakan siklus II, maka diperoleh nilai, indikator kedua 28 peserta didik dengan nilai ≥ 70, indikator ketiga 25 peserta didik dengan nilai ≥ 70, indikator keempat 24 peserta didik dengan nilai ≥ 70.

 

Pembahasan

Pembelajaran diawali guru dengan menyampaikan tujuan pembelajaran memotivasi peserta didik dan melakukan apersepsi. Menurut Depdiknas (2002: 14) pemberian apersepsi merupakan upaya yang dilakukan guru untuk memotivasi peserta didik agar berperan penuh selama proses kegiatan pembelajaran dan untuk membangkitkan perhatian peserta didik terhadap materi yang dipelajari. Apersepsi dilakukan guru dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi yang telah dipelajari sebelumnnya. Hal ini bertujuan agar peserta didik termotivasi dan dapat berperan penuh dalam pembelajaran karena peserta didik telah memiliki gambaran terhadap materi yang akan dipelajari sehingga materi yang dipelajari menjadi relevan bagi peserta didik. Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi peserta didik melakukan apersepsi, adapun tahapan selanjutnya dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model ini adalah: (1) Mempelajari konsep suatu materi pelajaran, dalam mempelajari konsep suatu materi pelajaran peserta didik dibimbing oleh guru, peserta didik membaca seluruh isi materi dan memahami materi secara keseluruhan. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atas bimbingan guru. (2) Menentukan ide-ide pokok secara berkelompok, dalam tahap ini terlebih dahulu guru menghimbau peserta didik untuk membentuk kelompok yang terdiri empat peserta didik. Kelompok tersebut bersifat permanen yang artinya selama proses pembelajaran berlangsung peserta didik berada pada kelompok yang tetap. Dalam menentukan ide-ide pokok kata-kata kunci atau istilah penting dari suatu materi pelajaran yang telah dipelajari.(3) Membuat atau menyusun peta pikiran mengunakan media Lembar Kegiatan Peserta didik. Membuat atau menyusun peta pikiran menggunakan media LKS dalam hal ini setelah peserta didik berdiskusi bersama kelompoknya kemudian menemukan seluruh kata-kata kunci atau istilah penting dari suatu matei pelajaran yang telah dipelajari, kemudian peserta didik menyusun kata kunci tersebut menjadi suatu struktur peta pikiran yang paling mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik. (4) Presentasi kelompok didepan kelas. Presentasi kelompok adalah aktifitas peserta didik bersama kelompoknya dalam menjelaskan materi yang telah dipelajari, serta menuangkan ide peta pikirannya didepan kelas guna mengkomunikasikan ide dari peserta didik kepada peserta didik lain.

Pelaksanaan kegiatan pada siklus I, ketika diskusi kelompok berlangsung masih ditemui beberapa peserta didik belum berinteraksi dengan baik, yaitu perihal kerja sama dan ide-ide kreatifnya. Sehingga pada kondisi tersebut masih sangat dominan peserta didik yang tergolong pintar mendominasi diskusi tersebut. Dan pada pelaksanaan kegiatan presentasi untuk memaparkan hasil diskusi kelompok belum bisa terlaksana dengan maksimal. Untuk kegiatan pada siklus II, proses diskusi kelompok sudah terlihat saling berkomonikasi, saling menyampaikan argumentasinya yang berkaitan dengan bahan yang didiskusikan, serta setelah memaparkan hasil diskusiny juga terlihat ada peningkatan lebih baik dari siklus sebelumnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa keaktifan dalam perilaku bekerja sama dan kreatifitas peserta didik meningkat dari sikls I ke siklus II.

Peningkatan perubahan perilaku dan hasil belajar kompetensi Integral pesera didik.

Data keaktifan peserta didik yang ditunjukkan dari perilaku kerjasama dan kreatif , berdasar analisis terhadap penilaian pengamatan pada siklus I masih terdapat peserta didik yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran yaitu sebanyak 20.83%. Pada siklus II terjadi penurunan peserta didik yang kurang aktif dlam proses pembelajaran yaitu menjadi 6.66%. Sehingga peserta didik yang kurang aktif menurun sebesar 14.17%.

Dari data hasil uji kompetensi Integral menunjukkan adanya peningakatan hasil belajar peserta didik, yaitu pada siklus I peserta didik yang mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 70 sebanyak 65.00%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 89.17% peserta didik yang mendapat nilai lebih besar sama dengan 70 (tuntas).

Dari hasil data-data yang terkumpul diatas maka kemampuan peserta didik yang didapatkan selama kegiatan belajar mengajar atau proses PBM dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi khususnya pada kompetensi Integral ada korelasi antara model yang digunakan dengan hasil belajar dan perubahan perilaku peserta didik.

PENUTUP

Simpulan

Dari proses penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dengan menggunakan model pempelajaran Mind Mapping pada peserta didik kelas XII Agribisnis Ternak Ruminansia (ATR. B) SMK Negeri 2 Sukoharjo semester dua tahun pelajaran 2017/2018 ini, maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut: (1) penggunaan model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan keaktifan yaitu kerjasama dan kreatifitas peserta didik kelas XII ATR B. SMK Negeri 2 Sukoharjo semester dua tahun pelajaran 2017/2018, 78.34% dan 80.01% pada pelaksanaan siklus I, menjadi 95.01% dan 91.67% pada pelaksanaan siklus II. (2) penggunaan model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan ketuntasan 65% pada siklus I,menjadi 89.17% pada siklus II.

Saran

Setelah pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada peserta didik kelas XII kompetensi keahlian Agribisnis Ternak Ruminansia (ATR.B) dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut: (1) Guru dalam melaksanakan pembelajaran harus memperhatikan karakteristik, peserta didik, materi pembelajaran, sehingga akan muncul inovasi-inovasi dalam menyusun model dalam kagiatan pembelajaran. (2) Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model Mind Mapping (peta pikiran) membutuhkan pengelolaan kelas dan waktu yang baik, sehingga diperlukan perencanaan kegiatan pembelajaran agar penggunaan waktu dalam pembelajaran dapat lebih efektif.(3) Pembelajaran matematika dengan model Mind Mapping (peta pikiran) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif kegiatan pembelajaran matematika di SMK karena model ini dapat meningkatkan hasil belajar dan perubahan perilaku peserta didik yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Buzan, Tony. 2004. Mind Map: Untuk meningkatkan Kreativitas.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Buzan, Tony dan Barry. 2004. Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book. Batam: Interaksa.

Buzan, Tony. 2008. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Pt. Gramedia Pustaka Utama, Cet. VI.