PENINGKATAN KOMPETENSI MEMBACA NOVEL

MELALUI MODEL GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VIII B

MTS NEGERI SEMARANG KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Sri Wahyuni

MTs Negeri Semarang Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

 PTK ini bertujuan: (a) Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran keterampilan membaca novel dengan menggunakan model group investigation pada siswa kelas VIII B MTs Negeri Semarang Kabupaten Semarang, (b) Mendeskripsikan pelaksanaan peningkatan keterampilan membaca novel pada siswa kelas VIII B MTs Negeri Semarang Kabupaten Semarang dengan menggunakan model group investigation. (c) Mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas VIII B MTs Negeri Semarang Kabupaten Semarang setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model group investigation.PTK ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, tahap evaluasi dan refleksi. Tiap siklus terdiri atas 3 kali pertemuan. Tiap pertemuan dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran, yaitu 2 x 40 menit. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebelum pelaksanaan siklus dimulai Kompetensi membaca novel siswa kelas VIII B MTs Negeri Semarang Kabupaten Semarang masih kurang memuaskan (pra siklus). Hal ini ditunjukkan dengan minat siswa mengikuti pembelajaran apresiasi sastra masih rendah (25%) serta adanya hasil tes penjajagan yang hanya mencapai rata-rata 69,44. Pada pra siklus pembelajaran masih dilakukan dengan model konvensional atau ceramah. Pada siklus I menunjukkan bahwa minat atau motivasi siswa sangat tinggi sejak dimulai dengan membaca novel Bekisar Merah, berdiskusi kelompok untuk membahas unsur-unsur intrinsik novel. Hal ini ditunjukkan dari kondisi awal hanya 8 siswa (20, 6%) menjadi 22 siswa (75, 86%). Pada siklus kedua terbukti adanya peningkatan Kompetensi membaca dan menganalisis unsur-unsur intrinsik novel dari perolehan nilai rata-rata siswa yang tadinya 74,0, menjadi 81,7 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 95,7 pada siklus II. Hal ini terjadi karena setiap akhir siklus selalu diikuti perbaikan dan penyempurnaan melalui refleksi.

Kata kunci: membaca novel, pembelajaran, model group investigation

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kegiatan membaca sebenarnya mencakup dua segi, yakni kemampuan membaca dan kemauan membaca. Kemampuan membaca lebih berkaitan dengan aspek kognitif, sedang kemauan membaca berkaitan dengan aspek afektif.

Membaca karya sastra dalam hal ini novel merupakan salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh setiap orang, termasuk siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang dalam masa pertumbuhannya berada pada fase berfantasi. Disamping untuk mendapatkan hiburan, dengan membaca novel pembaca juga mendapatkan pengalaman kehidupan.

Standar Kompetensi (SK) yang akan dibahas pada penelitian ini adalah SK nomor 13, yaitu: Memahami unsur intrinsik novel (asli atau terjemahan) yang dibacakan dengan kompetensi dasar 13.1 yaitu mengidentifikasi karakter tokoh novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan. 13.2 Menjelaskan tema dan latar novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan. 13.3 Mendeskripsikan alur novel (asli atau terjemahan) yang dibacakan.

Berdasarkan uraian tersebut dipandang perlu untuk melakukan penelitian tindakan kelas dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas VIII B MTs Negeri Semarang Kabupaten Semarang melalui model pembelajaran group investigation.

Identifikasi Masalah                                

Kemampuan membaca novel remaja siswa kelas VIII B Madrasah (MTs) Negeri Semarang Kabupaten Semarang masih kurang. Hal ini disebabkan beberapa faktor, baik yang berasal dari pihak siswa maupun yang berasal dari pihak guru.

Salah satu solusi yang diberikan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah menggunakan model pembelajaran group investigation. Dengan menggunakan model pembelajaran tersebut, motivasi dan kreativitas siswa akan tumbuh dan berkembang serta dapat meningkatkan komampuan membaca, khususnya membaca novel.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, dapat disimpulkan bahwa masih banyak masalah dan kendala dalam pembelajaran membaca novel remaja. Hal ini dikarenakan

  1. Rendahnya tingkat efektivitas membaca novel remaja di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Semarang Kabupaten Semarang
  2. Tidak semua siswa terlibat secara penuh dalam pembelajaran novel, masih ada anak yang kurang memperhatikan.
  3. Hasil penilaian komampuan membaca belum dikaitkan dengan pembentukan karakter siswa.

Rumusan Masalah

”Apakah kemampuan membaca novel remaja siswa kelas VIII B Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Semarang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018 dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan model group investigation?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran keterampilan membaca novel dengan menggunakan model group investigation pada siswa kelas VIII B Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Semarang Kabupaten Semarang.
  2. Mendeskripsikan pelaksanaan peningkatan keterampilan membaca novel pada siswa kelas VIII B Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Semarang Kabupaten Semarang dengan menggunakan model group investigation.
  3. Mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas VIII B Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Semarang Kabupaten Semarang setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model group investigation.

 

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat dalam dunia pendidikan, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis tentang peningkatan keterampilan membaca novel dengan menggunakan model pembelajaran group investigation pada siswa kelas VIII B Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Semarang Kabupaten Semarang.

Manfaat Teoretis

Penggunaan model pembelajaran membaca novel dengan model pembelajaran group investigation yang digunakan peneliti, diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan pembelajaran keterampilan membaca novel remaja (asli atau terjemahan).

Manfaat Praktis

Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan alternatif dalam membelajarkan keterampilan membaca, terutama membaca novel dengan menggunakan model pembelajaran group investigation kepada siswa. Alternatif penggunaan media, pendekatan, metode, dan teknik yang bervariasi tentu akan memudahkan guru dalam memberikan pembelajaran kepada siswa.

Bagi siswa, penelitian ini bermanfaat untuk membantu pencapaian indikator kompetensi dasar membaca novel dan untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Selain itu, siswa akan dapat membaca novel dengan mudah dan lancar serta dapat menentukan unsur-unsur intrinsik novel remaja secara tepat.

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Landasan Teori

Kemampuan Membaca Novel

Novel merupakan cerita rekaan yang menyajikan tentang aspek kehidupan manusia yang lebih mendalam yang senantiasa berubah-ubah dan merupakan kesatuan dinamis yang bermakna. Kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri atas kenyatan sosial walaupun juga ada yang meniru dan subjektivitas manusia (Santosa dan Sri Wahyuningtyas, 2010: 46)

Membaca karya sastra (novel) membutuhkan kemampuan tersendiri berbeda dengan membaca karya-karya bukan sastra. Membaca novel dibutuhkan adanya kemampuan membaca dan sekaligus kemauan membaca. Kemampuan membaca lebih berkaitan dengan aspek kognitif, sedang kemauan membaca berkaitan dengan aspek afektif.

Hakikat Novel

Unsur-Unsur Pembangun Novel

Widjojoko dan Endang Hidayat (2006:41) mengatakan, “Sebagai cerita fiksi, roman dan novel mempunyai unsur-unsur cerita (intrinsik) yaitu tema, amanat, alur, perwatakan, latar cerita, sudut pandang dan gaya bahasa. Selain itu keduanya mempunyai struktur cerita, baik dalam struktur cerita konvensional maupun struktur cerita memakai sorot balik atau flashback.” Unsur-unsur intrinsik tersebut masing-masing sebagai berikut:

 

Tema

Salah satu unsur intrinsik novel adalah tema. Wahyuningtyas (2011:3) mengatakan bahwa tema adalah gagasan utama atau gagasan sentral pada sebuah cerita atau karya sastra. Thoroni (2005:30) mengatakan, “Secara sederhana, tema adalah makna cerita, dasar cerita atau gagasan inti dari sebuah cerita.”

Alur

Wiyatmi (2006:36) mengemukakan bahwa alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan jalinan kausalitas. Secara garis besar alur dibagi dalam tiga bagian, yaitu awal, tengah dan akhir.

Perwatakan atau Penokohan

Novel merupakan cerita tentang kehidupan manusia. Hal yang diceritakan adalah manusia dengan segala kemungkinannya, maka masalah watak atau perwatakkan ini merupakan hal yang kehadirannya amat penting.

Pusat Pengisahan atau Sudut Pandang

Salah satu unsur novel yaitu pusat pengisahan. Minderop (2005:93) mengemukakan hubungan sudut pandang dengan pencerita sebagai berikut:

Hubungan sudut pandang dengan pencerita tidak dapat dipisahkan bila si pengarang harus menggunakan pencerita atau narator dalam sudut pandangnya dalam menyampaikan kisah. Si pencerita adalah orang yang menyampaikan cerita dan dapat selaku tokoh dalam cerita atau tidak terlibat didalam cerita. Biasanya si pencerita sebagi tokoh bawahan di dalam cerita.: in many cases the narrator is minor character wich the story (Cuddon, 1979:745). Si pencerita bisa di dalam atau di luar cerita, artinya pencerita bisa sebagai tokoh dalam cerita atau tidak sebagai tokoh.

Amanat

Pengertian amanat tersebut sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Kridalaksana (dikutip oleh Sukada, 2005). Ia mengatakan bahwa amanat merupakan keseluruhan makna atau isi suatu wacana, konsep dan perasaan yang hendak disampaikan pembicara untuk dimengerti dan diterima pendengar.

Latar

Latar menyangkut tiga aspek yaitu waktu, tempat dan suasana. Latar waktu berkaitan dengan kapan peristiwa dalam cerita terjadi.

Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang dimaksud di sini adalah tingkah laku dalam menggunakan bahasa, apakah bahasa yang digunakan pengarang mudah dipahami oleh penikmatnya atau tidak. Tingkah laku berbahasa ini merupakan suatu sarana sastra yang amat penting.

Model Pembelajaran Group investigation

Pengertian Group Investigation

Group investigation merupakan salah satu dari model pembelajaran cooperative learning. Lie (2008:28) menyatakan bahwa model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakan dengan pembagian kelompok dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.

Model pembelajaran group investigation merupakan model pembelajaran yang dilakukan oleh siswa secara berkelompok, bersama-sama, atau secara bergotong royong. Oleh karena itu, model pembelajaran ini disebut juga model pembelajaran gotong royong. Untuk mencapai hasil yang maksimal sebagai model pembelajaran gotong royong, group investigation harus menerapkan lima unsur berikut: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggungjawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antaranggota, dan (5) evaluasi proses kelompok.

Peranan Guru dalam pembelajaran dengan model group investigation

Pada dasarnya pembelajaran sastra adalah pembelajaran apresiasi sastra. Yus Rusana dalam Hidayati (2009:79) mengemukakan:

Pengajaran sastra hanya akan berlangsung dengan baik apabila berlandaskan hasil sastra untuk dihayati. Penghayatan itu semakin mendalam apabila disertai dengan pemahaman terhadapnya, oleh karena itu pengetahuan tentang sastra, berguna untuk memperdalam dan memperluas penghayatan terhadap sastra. Akan tetapi dinyatakannya pula, bahwa pengajaran pengetahuan sastra tanpa landasan pengalaman sastra menjadi pengajaran itu verbalistis.

Untuk dapat mencapai hal tersebut, guru dapat menggunakan model pembelajaran group investigation. Joyce (2009:318) mengemukakan:

“Peran guru dalam investigasi kelompok terkadang menjadi konselor, konsultan, dan pemberi kritik yang ramah. Dia harus membimbing serta merefleksikan pengalaman kelompok dalam tingkat-tingkat berikut; pertama pemecahan masalah atau level tugas (Apakah masalah yang sebenarnya? Apa sajakah factor yang terlibat?), kedua level manajemen kelompok (Informasi apakah yang dibutuhkan saat ini? Bagaimanakah mengatur diri sendiri untuk melaksanakannya?), dan ketiga tingkat makna pribadi (Apa tanggapan Anda mengenai kesimpulan tersebut? Langkah lain apa yang akan dilakukan setelah mengetahui hal itu?).”

Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dilakukan Asror Juwaini tahun 2010 yang menerapkan metode group investigation pada pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas VI Sekolah Dasar. Penelitian yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Bangkal 01 Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap merupakan tesis Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya aktivitas belajar yang efektif dalam pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Group Investigation. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan aktifitas siswa dari 67,62%, 88,57% menjadi 93,65% pada siklus III.

 

Kerangka Berpikir Penelitian

Keterampilan membaca novel siswa kelas VIII B Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Semarang Kabupaten Semarang belum optimal. Kompetensi dasar yang berkaitan dengan membaca novel belum diajarkan dengan maksimal oleh guru pengampu. Ketika dilakukan wawancara dengan guru pengampu, guru belum menggunakan metode, model, dan teknik tertentu untuk mengajarkan membaca novel.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan latar belakang masalah, deskripsi teoretis, dan kerangka berpikir, hipotesis penelitian ini adalah jika pembelajaran membaca novel dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran group investigation maka kemampuan siswa kelas VIII B Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Semarang Kabupaten Semarang dalam membaca novel akan meningkat.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Desain Penelitian

Proses penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai dengan Mei 2018.

Sumber Data

Data Kuantitatif

Data kuantitatif berupa nilai kemampuan membaca novel yang diperoleh melalui tes kemampuan membaca pada pra siklus, siklus I, dan siklus II.

Data Kulitatif

Catatan Harian Guru

Catatan harian guru berisi kesan dan pengalaman guru atau peneliti yang diperoleh sebelum pelaksanaan siklus, dan ketika proses pembelajaran pada siklus I, dan siklus II.

Catatan Harian Siswa

Catatan harian siswa mencakup kesan dan penafsiran dari siswa mengenai pembelajaran yang telah dilakukan. Melalui catatan harian siswa, siswa dapat mengungkapkan perasaannya selama mengikuti pembelajaran membaca novel remaja. Pelaksanaan catatan harian ini, dilakukan siswa pada setiap akhir pembelajaran di siklus I, dan siklus II.

Wawancara

Wawancara dilakukan setelah berlangsungnya proses pembelajaran siklus I, dan siklus II. Teknik ini dilakukan antara lain untuk mengungkapkan data penyebab kesulitan dan hambatan dalam pembelajaran membaca novel menggunakan model group investigation. Kegiatan wawancara dilakukan dengan tujuan memperoleh data melalui tanya jawab.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data  

Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik tes dan nontes. Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan membaca novel, sedangkan teknik nontes digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas siswa dalm proses pembelajaran dan aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Validasi Data

Validasi data dilakukan dengan uji instrumen tes. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Adapun uji instrumen nontes dilakukan dengan cara mengkonsultasikan seluruh instrumen nontes yang dibuat kepada teman sejawat (observer). Setelah dikonsultasikan dan dianggap layak, maka instrumen ini dapat digunakan untuk mengambil data.

Analisis Data

Analisis Kuantitatif

Analisis data kuantitatif dilakukan untuk menganalisiss data yang diperoleh dari hasil tes secara tertulis. Analisis data secara kuantitatitf dihitung dengan menggunakan persentase dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) menghitung nilai masing-masing aspek, (2) merekap nilai siswa, (3) menghitung nilai rata-rata siswa, dan (4) menghitung persentase perolehan nilai.

Analisis Kualitatif

Analisis data kualitatif dilakukan untuk menganalisiss data nontes yang diperoleh dari siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh data nontes dari subjek penelitian (siswa), peneliti menggunakan lembar deskripsi perilaku ekologis, lembar catatan harian guru dan siswa, lembar wawancara, dan dokumentasi foto. Responden memberikan jawaban sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan peneliti.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja pada penelitian ini meliputi indikator kuantitatif dan kualitatif.

Indikator Kuantitatif

Indikator kuatitatif didasarkan pada penilaian yang dilakukan atas dasar teknik tes. Siswa dinyatakan berhasil mengikuti pembelajaran membaca novel jika telah memenuhi atau mencapai target nilai yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini, nilai KKM yang harus dicapai yaitu 75. Penelitian dinyatakan berhasil apabila siswa yang mencapai nilai 75 setidaknya berjumlah 80% dari jumlah seluruh siswa yang diteliti.

Indikator Kualitatif

Indikator kualitatif didasarkan atau bersumber dari penilaian yang dilakukan atas dasar teknik nontes. Siswa dinyatakan berhasil mengikuti pembelajaran membaca novel jika tingkah laku siswa berubah ke arah positif. Perubahan sikap tersebut meliputi (1) siswa aktif bertanya dan mengungkapkan pendapat dalam pembelajaran, (2) siswa bersikap serius dalam mengikuti pembelajaran, (3) siswa bekerja sama dengan baik ketika melakukan diskusi kelompok, (4) siswa bersikap disiplin dan bertanggung jawab terhadap perintah dan tugas yang diberikan guru, dan (5) siswa memiliki kemampuan berbagi dalam diskusi maupun memberikan pendapat dan saran terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.

Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I, dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan, tiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran yaitu: 2 x 40 menit. Masing-masing siklus terdiri dari (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) evaluasi, dan (5) refleksi (Madya, 2007).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Pada kondisi awal atau sebelum pelaksanaan siklus dimulai, peneliti melakukan pretes terhadap kemampuan membaca novel. Hasil pretes menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam membaca novel masih tergolong kurang, yaitu sebanyak 14 siswa(49,3%) memiliki nilai kurang dari KKM (75), sedangkan 15 siswa (51,7%) mendapat nilai sama atau diatas KKM. Perlu diketahui pula bahwa nilai rata-rata = 74,0, tertinggi = 92 dan nilai terendah 55

Sebelum pelaksanaan siklus dimulai, motivasi siswa dalam membaca novel masih rendah, jumlah novel yang pernah dibaca masih sangat sedikit.

Deskripsi Tiap Siklus

Pada pembelajaran siklus I, hasil tes siswa mengalami peningkatan dari prasiklus. Hasil tes yang diperoleh siswa pada tes di siklus I telah mengalami peningkatan sebesar 7 atau 32,96% yaitu dari 42,90% menjadi75,86%. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada tes akhir silkus I mencapai 81,7 berarti sudah mencapai target yang diharapkan yaitu sebesar 75.

Pembahasan Tiap dan Antar Siklus

Hasil tes yang diperoleh siswa pada tes di siklus I telah mengalami peningkatan sebesar 7 atau 32,96% yaitu dari 42,90% menjadi75,86%. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada tes akhir silkus I mencapai 81,7 berarti sudah mencapai target yang diharapkan yaitu sebesar 75. Dari sebanyak 29 siswa di kelas VIII B Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Semarang Kabupaten Semarang, terdapat 22 siswa yang sudah mencapai KKM sehingga masih ada 7 siswa yang mengalami hambatan dalam pembelajaran membaca novel.

Pada siklus II, pembelajaran yang diterapkan telah berhasil meningkatkan kompetensi membaca novel. Hal terlihat dari hasil tes yang diperoleh siswa pada tes akhir siklus II telah mengalami peningkatan sebesar 14 poin yaitu dari 81,7 menjadi 95,7. Dari sebanyak 29 siswa di kelas VIII B Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Semarang Kabupaten Semarang, sudah tuntas semua (100%). Dengan demikian persentase ketuntasan sebelum menggunakan model group investigation dibandingkan dengan sudah menggunakan model group investigation di siklus II telah meningkat sebesar 7 siswa atau 29,16% yaitu dari 54,16% menjadi 83,33%. Hal ini mengindikasikan bahwa target 100% siswa lulus dalam pembelajaran dan KD telah tercapai.

Hasil Penelitian

Hasil penilaian pada kelas sebelum siklus nilai rata-rata = 74,0, tertinggi = 92 dan nilai terendah 55, nilai kurang dari KKM (75) sebanyak 14 siswa (49,3%) dan nilai sama dengan atau lebih dari KKM sebanyak 15 siswa (51,7%). Sebelum penelitian motivasi siswa membaca novel masih rendah, jumlah novel yang pernah dibaca masih rendah karena ketersediaan novel di perpustakaan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Semarang Kabupaten Semarang juga masih terbatas, ketika diadakan diskusi kelompok banyak siswa yang masih bersenda gurau, kurang serius, masih banyak yang menunggu atau mengandalkan jawaban dari teman dalam satu kelompok yang memang memiliki kemampuan lebih tinggi, masih banyak yang malu-malu dan kurang berani memberikan pertanyaan, tanggapan maupun usulan dalam berdiskusi kelompok, bahasa yang dipakai siswa kadang masih campur dengan menggunakan bahasa Jawa. Hasil diskusi kelompok biasanya langsung dikumpulkan kepada guru dan tidak sempat dipresentasikan kepada kelompok lain dengan alas an keterbatasan waktu dalam jumlah tatap muka.

Hasil akhir penelitian yang dicatat oleh observer sangat memuaskan. Dari 29 siswa yang mengikuti pembelajaran tercatat semuanya atau 100% menunjukkan kesungguhannya dalam pembelajaran, mulai dari endahuluan sampai dengan penutup. Dengan demikian motivasi meningkat menjadi 100%. Dan dari kemampuan dan keterampilan membaca novel, masih ada lima siswa yang pada siklus kedua masih terlalu kalem kurang aktif dalam diskusi tetapi cukup atensi peduli mengikuti pembelajaran, dan sudah dapat menunjukkan hasil penilaian yang cukup baik meskipun masih terdapat kekurangan.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas tentang penerapan model group investigation dalam pembelajaran membaca novel dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Pembelajaran membaca novel dengan menerapkan model group investigatian meningkatkan prestasi belajar siswa dalam membaca novel
  2. Pelaksanaan pembelajaran novel dengan menerapkan model group investigation dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran
  3. Pembelajaran membaca novel melalui model group investigation meningkatkan motivasi siswa untuk membaca novel

Implikasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan membaca novel dapat dilakukan melalui pembelajaran dengan model group investigation. Walaupun kajian tindakan yang dijalankan ini merangkumi sebilangan kecil siswa saja, namun kajian ini dapat menggambarkan secara umum tentang keberkesanan pembelajaran membaca dengan menggunakan model group investigation. Teknik ini telah memberi suatu dorongan baru kepada peneliti kerana teknik ini telah memberi peluang yang luas kepada guru dan siswa untuk berdiskusi dalam rangka mendapatkan sesuatu keputusan yang tepat. Teknik ini memudahkan siswa memahami isi dan struktur novel. Peneliti berketetapan bahwa penelitian ini menjadi kajian bagi penelitian tindakan kelas selanjutnya. Dan peneliti juga berketetapan bahwa penelitian ini juga dapat diterapkan pada kelas dan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Saran-saran

Untuk Guru

Untuk mengatasi kurangnya motivasi, rendahnya prestasi dan minat siswa dalam membaca novel, guru dapat menerapkan metode group investigation sebagai alternatif atau pilihan metode pembelajaran.

Untuk Sekolah

Sekolah hendaknya membantu guru dan siswa dengan menyiapkan bahan bacaan yang memadai di perpustakaan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2005. Penelitian Tindakan Kelas, Classroom Action Research (CAR), Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Tenaga Kependidikan.

Bruce Joyce, Marsya Weil, dan Emily Calhoun. 2009. Models of Teaching Edisi Bahasa Indonesia. New Jersey: Upper Sadle River.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999, Kurikulum Pendidikan Dasar yang Disempurnakan GBPP SLTP: Mata Pelajaran Bahasa Indinesia. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional, 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia, Modul 08 – 15. Jakarta: BPPSPP.

Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kurikulum 2004. Jakarta, Depdiknas.

Hidayati, Panca Pertiwi. 2009. Teori Apresiasi Prosa Fiksi. Bandung: Prisma Press Prodaktama.

Madya, Suwarsih. 2007. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta.

Miderop, Albertine. 2005. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. 2002. Kurikulum dan Hasil Belajar: Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP dan MTs. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

Santosa, Wijaya Heru dan Sri Wahyuningtyas. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa. Surakarta: Yuma Pustaka.