PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU

DALAM PENYUSUNAN RPP MELALUI PROGRAM CLCK

(CONTOH, LATIHAN, COBA, KEMBANGKAN) DI SDN KEMAWI

KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Joko Susilo

SDN Kemawi, Sumowono

 

ABSTRAK

Kepala sekolah masih belum maksimal mendampingi guru-guru dalam penyusunan RPP K 13. Selain itu pengetahuan para guru tentang RPP K13 masih simpang siur antara penerapan Kurikulum 13 dan Kurikulum KTSP sehingga penyusunan RPP-nya belum optimal. Adanya RPP yang telah disusun secara kolektif maupun dari berbagai sumber internet cenderung mendorong guru hanya mengandalkan RPP yang sudah ada tersebut. Guru perlu lebih kreatif dengan meningkatkan pengetahuan dan kepala sekolah perlu mendampingi/membina melalui Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan).Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan bulan Maret sampai Juni 2018 di SD Negeri Kemawi Sumowono, Kabupaten Semarang dengan subyek penelitian 9 orang guru.Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan siklus I sampai siklus II yang telah dilaksanakan oleh peneliti, maka simpulan penelitian ini sebagai berikut: (1) Kompetensi pedagogik guru dalam penyusunan RPP sebelum Program CLCK rata-rata 69,5, pada siklus I kompetensi para guru telah meningkat menjadi rata-rata 75,5, dan pada siklus II kompetensi guru dalam penyusunan RPP meningkat menjadi rata-rata 79,3; (2) Hasil evaluasi penyusunan RPP yang dilakukan guru pada pra siklus, guru yang mencapai nilai ≥ 75 hanya 2 orang (22,2%) dari 9 guru. Pada siklus I setelah Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) yang mencapai nilai ≥ 75 meningkat menjadi 6 guru (66,7%). Pada siklus II ini, yang mencapai nilai ≥75 terdapat 8 guru (88,9%) dari 9 guru

Kata kunci: kompetensi pedagogik guru, RPP, Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan)

 

PENDHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pada Kurikulum 2013, materi pembelajaran diarahkan pada penyediaan materi esensial yang relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak sehingga peserta didik tidak terbebani terlalu berat. Sedangkan untuk proses pembelajarannya berpusat pada peserta didik (student centered active learning) dan pembelajaran yang bersifat kontekstual yang mengacu pada pendekatan saintifik melalui proses mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Untuk aspek penilaian, Kurikulum 2013, akan menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara proporsional melalui penilaian berbasis test dan portofolio yang saling melengkapi.

Salah satu ciri kurikulum 2013, khususnya untuk SD adalah bersifat tematik integratif. Dalam pendekatan ini, mata pelajaran IPA dan IPS sebagai materi pembahasan pada semua mata pelajaran. Prosesnya, tema-tema yang ada pada dua pelajaran itu diintegrasikan kedalam sejumlah mata pelajaran. Untuk IPA menjadi materi pembahasan pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dll. Untuk IPS menjadi materi pembahasan pelajaran PPKN, Bahasa Indonesia, dll. Dua hal penting lain dalam Kurikulum 2013 adalah muatan lokal dan pengembangan diri. Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan Prakarya serta Penjasorkes. Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua mata pelajaran. Dengan demikian tidak ada substansi pelajaran yang hilang dari kurikulum SD ini. Substansi pelajaran sains bahkan menjadi muatan kurikulum. Dengan demikian kurikulum 2013 untuk tingkat SD merupakan kurikulum berbasis saintifik.

Kenyataan di lapangan Kurikulum 2013 yang sudah ada di SD Negeri Kemawi Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang masih perlu ditingkatkan karena sebagian besar masih mengadopsi contoh dari BSNP atau mengadopsi SD lain terbukti masih ada standar kompetensi yang ada dalam standar ini belum ada di dalam silabus. RPP yang dibuat guru belum sempurna sehingga kurang bermakna. RPP kualitasnya masih rendah sehingga perlu ditingkatkan. Peningkatan RPP butuh bimbingan kepala sekolah.

Pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 pasal 20 dijelaskan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Berdasar standar isi yang terdiri dari Kompetensi Inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) dibuatlah silabus. Dalam pembuatan silabus seorang guru dituntut untuk mengembangan KD yang ada dilengkapi dengan meteri pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Langkah pertama pembuatan RPP adalah membuat pemetaan kompetensi dasar (KD) ke dalam indikator, kemudian menentu kan tema, menetapkan jaringan tema, menyusun silabus baru membuat RPP. Kenyataan di lapangan guru kelas tidak melalui tahap tersebut di atas, dari KI, KD dan Indikator langsung membuat silabus seperti yang dibuat guru-guru.

Kenyataan di lapangan kepala sekolah masih belum maksimal mendampingi guru-guru dalam penyusunan silabus dan RPP baik yang telah menggunakan Kurikulum 13. Selain itu mungkin pengetahuan para guru tentang RPP masih simpang siur antara penerapan Kurikulum 13 dan Kurikulum KTSP sehingga penyusunan silabus dan RPP-nya. Adanya RPP yang telah disusun secara kolektif maupun dari berbagai sumber internet cenderung mendorong guru hanya mengandalkan RPP yang sudah ada tersebut. Seharusnya guru perlu lebih kreatif dengan meningkatkan pengetahuan dan kepala sekolah perlu mendampingi/membina melalui Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) sebagai salah satu tupoksi kepala sekolah.

Setelah penelitian diharapkan RPP yang dibuat oleh guru di bawah bimbingan kepala sekolah, sehingga dapat bermanfaat dalam kegiatan belajar mengajar di kelasnya. Untuk memecahkan masalah ini peneliti melakukan penelitian Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) guna meningatkan kompetensi pedagogik guru dalam penyusunan RPP di SD Negeri Kemawi Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Program ini dilaksanakan melalui pembinaan terhadap semua guru kelas dan guru bidang studi.

Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sangat penting, karena pengelolaan pembelajaran yang baik sangat berpengaruh terhadap penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai indikator. Keunggulan CLCK adalah guru diberikan contoh dalam pembuatan RPP dan setelah itu berlatih dengan pengawasan Kepala Sekolah dan kegiatan yang dilakukan tidak bergantung pada orang lain. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diupayakan Pembinaan CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) dalam program penyusunan RPP untuk meningkatkan kompetensi guru di SD Negeri Kemawi oleh kepala sekolah melalui program penelitian tindakan sekolah (PTS).

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembahasan masalah di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut: apakah melalui Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) dapat meningkatkan kompetensi pedagogik dalam penyusunan RPP guru-guru SD Negeri Kemawi Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan Umum:

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatan kualitas penyusunan RPP oleh para guru.

Tujuan Khusus

Di samping mempunyai tujuan umum yang tersebut diatas juga mempunyai tujuan khusus. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP melalui Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) bagi guru-guru SD Negeri Kemawi Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018.

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis:

a.     Mendapatkan teori baru tentang meningkatkan kualitas membuat RPP melalui pembinaan terprogram

b.     Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya

Manfaat Praktis:

a.     Bagi Guru , penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru. Pembinaan CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) adalah pola perbuatan membina sesuatu yang disediakan untuk ditiru/diikuti dari hasil berlatih dengan pengawasan dalam kegiatan melakukan sesuatu sehingga guru tidak bergantung pada orang lain.

b.     Bagi Kepala Sekolah, untuk meningkatkan kinerja guru. Pembinaan CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) dalam penelitian ini adalah pola usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan Kepala Sekolah secara efesien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik untuk ditiru dari hasil latihan dalam pengawasan sehingga guru dalam melakukan sesuatu tidak bergantung pada orang lain

c.     Bagi perpustakaan: menambah daftar sumber belajar

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Kajian Teori

Penyusunan RPP K13

PP nomor 19 tahun 2005 yang berkaitan dengan standar proses mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Berdasarkan PP 19 Tahun 2005, Pasal 20 dinyatakan bahwa: ”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.

Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasiaktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi bagi siswa untuk mengembangkan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Dalam rangka pelaksanaan kurikulum tahun 2013, guru harus menyusun RPP dengan menyesuaikan berberapa komponen dengan dokumen kurikulum tersebut. Selain itu didalam rencana pelaksanaan pembelajarannya harus menerapkan pendekartan scientific dan penilaian autentik.

Pembinaan Guru Melalui Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan)

Menurut Depdiknas (2002:152) pembinaan adalah cara membina dengan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sesuai dengan pengertian tersebut maka pembinaan guru adalah cara membina guru dengan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Selanjutnya Hamzah Uno (2011:169) mengemukakan bahwa pembinaan guru adalah serangkaian usaha bantuan kepada guru yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas sekolah, penilik sekolah, serta pembina lainnya bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.

Pembinaan guru dalam penelitian ini adalah pembinaan guru yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan metode CLCK (contoh, latih, coba, kembangkan) dalam meningkatkan kemampuan guru menyusun RPP K13. Menurut Depdiknas (2002:219) contoh berarti sesuatu yang disediakan untuk ditiru atau diikuti, dalam hal ini peneliti/pengawas memberikan sebuah contoh program remedial bagi anak-anak berkesulitan belajar matematika untuk dipelajari dan dipahami oleh guru yang dibina. Selanjutnya Depdiknas (2002:643) meyebutkan latih dengan padanan kata melatih yang berarti mengajar seseorang agar dapat melakukan sesuatu, peneliti melatih guru untuk menyusun program remedial. Depdiknas (2002:217) coba berarti silahkan, dengan padanan kata mencoba yang berarti mengerjakan sesuatu untuk mengetahui keadaannya, dalam kegiatan ini peneliti memberikan kesempatan kepada guru untuk mencoba menyusun program remedial sehingga mengetahui komponen-komponen yang harus ada dalam program tersebut. Kembangkan dari kata dasar kembang mendapat imbuhan -kan. Menurut Depdiknas (2002:538) kembang memiliki padanan kata berkembang yang berarti menjadi bertambah sempurna. Selanjutnya imbuhan –kan bermakna melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh kata dasar (Mulyono, 2003:17). Kembangkan berarti melakukan kegiatan untuk menyempurnakan sesuatu dalam hal ini adalah program remedial. Berdasar-kan beberapa pengertian tersebut maka Pembinaan guru dengan metode CLCK dapat diartikan membina guru dengan contoh, melatih, memberikan kesempatan untuk mencoba dan mengembangkan program remedial.

Kerangka Berpikir

Dalam upaya peningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP K13, model pembinaan CLCK yang dilaksanakan adalah model pembinaan CLCK berbasis mentoring. Pemilahan model pembinaan CLCK berbasis mentoring ini didasarkan atas asumsi bahwa dengan adanya mentor maka guru akan mendapatkan bimbingan secara langsung dalam melaksanakan dan menulis laporan penelitian tindakan kelas sehingga kesulitan yang ditemui oleh guru dalam melaksanakan dan menyusun RPP K13 dapat langsung didiskusikan dengan mentor. Dengan adanya mentor ini, maka kepala sekolah memonitoring kemajuan guru dalam menyusun RPP K13 sehingga guru tetap berada dan berkerjasama dengan kepala sekolah serta pada akhirnya hasil yang diharapkan nantinya dapat tercapai.

Pada kondisi awal, kualitas RPP yang dibuat oleh guru belum mencapai kriteria baik, Kepala Sekolah belum melaksanakan pembinaan melalui Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan).

Pada Siklus I, Kepala sekolah melaksanakan Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) secara kelompok terhadap RPP yang dibuat guru guna meningkatkan kualitasnya akan meningkat dibanding kualitas RPP pada kondisi awal. Pada Siklus II, Kepala Sekolah mengadakan Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) secara individu dalam pembuatan RPP kepada guru dan diharapkan kualitas RPP yang dibuat akan meningkat dibanding hasil pada siklus I. Pada kondisi akhir, diharapkan melalui Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) dapat meningkatkan kualitas RPP.

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) meningkatkan kualitas penyusunan RPP guru-guru SD Negeri Kemawi Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Waktu Penelitian

Penelitian dilasanakan dalam bulan Maret sampai Juni 2018, dengan pertimbangan RPP yang sudah dibuat dapat digunakan untuk pengembangan Kurikulum 2013 yang digunakan Sekolah Dasar pada tahun pelajaran berikutnya yaitu pada tahun 2018/2019.

Tempat Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian tindakan sekolah ini di SD Negeri Kemawi Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Peneliti memilih tempat penelitian di SD Negeri Kemawi Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang karena peneliti mendapat tugas dinas sebagai Kepala Sekolah di SD di wilayah tersebut sehingga penelitian ini tidak mengganggu KBM justru membantu guru memecahkan masalahnya.

Subjek Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan sekolah yang menjadi subjek yaitu Guru SD Negeri Kemawi Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang sejumlah 9 guru.

Sumber Data

1.     Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian yaitu guru SD Negeri Kemawi Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018.

2.     Sumber data sekunder merupkan data pendukung yang digunakan untuk mendukung sumber data primer yang diperoleh dari penelitian sendiri dan dari teman sejawat.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Permasalahan yang ditemukan di SDN Kemawi Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang sebagai berikut: belum semua guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang rencana pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan menantang mencakup kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Belum semua guru mampu menyusun RPP yang lengkap untuk setiap pembelajaran. Adanya contoh RPP yang sudah jadi bahkan membuat guru kurang kreatif dalam menyusun RPP dan hanya mengandalkan RPP yang sudah ada.

Sebelum Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) dalam proses pembelajaran, dilakukan observasi kompetensi guru dalam penyusunan RPP. Kepala sekolah menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, juga membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Selain membina penyusunan RPP, kepala sekolah tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Ada 36 item observasi untuk mengetahui kemampuan guru dalam penyusunan RPP.

Rata-rata kualitas kompetensi guru dalam penyusunan RPP di SD Negeri Kemawi Sumowono, Kabupaten Semarang sebelum penyusunan RPP rata-rata guru yang memiliki kemampuan ≥ 75 hanya 2 orang (22,2%). Indikator keberhasilan klasikal rata-rata 69,5 artinya kompetensi pedagogik guru dalam penyusunan RPP masih di bawah indikator keberhasilan 75%. Berdasarkan hasil evaluasi PrasSiklus, jumlah guru yang baru mencapai ≥ 75 hanya 2 orang (22,2%), maka perlu dilaksanakan Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) untuk peningkatan kompetensi pedagogik guru dalam menyusun RPP.

Upaya peningkatan penyelenggaran pendidikan tersebut dilakukan Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan). Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) dalam penyusunan RPP di SDN Kemawi Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang dipilih dengan beberapa pertimbangan. Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan kompetensi pedagogik guru dalam menyusun RPP dan mengelola proses pembelajaran. Sehubungan dengan ini, diasumsikan secara luas, bahwa tidak hanya ada satu cara terbaik yang bisa diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan kompetensi guru. Tetapi banya cara yang baik.

Deskripsi Tiap Siklus

Hasil Pelaksanaan PTS I (Siklus I)

Dalam kegiatan ini guru dibagikan lembar copy materi yang di sampaikan oleh kepala sekolah, setelah penjelasan di perkirakan cukup, maka berikutnya guru di beri tugas untuk merancang sendiri RPP sesuai dengan Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan silabus yang telah di tentukan kepala sekolah, untuk mengetahui kepastian penyerapan atau penguasaan guru dalam Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan).

Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata kualitas kompetensi guru dalam penyusunan RPP di SD Negeri Kemawi Sumowono, Kabupaten Semarang setelah Supervisipenyusunan RPP siklus I, rata-rata 9 guru mencapai 75,5.

Indikator keberhasilan Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) yaitu 80% dari seluruh guru mencapai skor 75. Berdasarkan hasil observasi Siklus I, guru yang mencapai skor 75 mencapai 6 orang atau 66,7% sehingga dapat disimpulkan Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) perlu dilaksanakan siklus II.

Pada tindakan siklus I belum menunjukkan keberhasilan guru sepenuhnya atau belum optimal. Karena dilihat dari hasil nilai penyusunan RPP siklus I, guru yang mendapat nilai ≥ 75 ada 6 guru sedangkan 3 guru dibawah nilai 75. Akan tetapi indikator keberhasilan sudah meningkat dan sebagian besar guru lebih baik daripada pada kondisi awal.Oleh karena itu direncakan tindakan siklus II berupa Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) II.

Hasil Pelaksanaan PTS II (Siklus II)

Dalam kegiatan ini kepala sekolah selaku supervisor menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Hubungan kemanusiaan ini diciptakan bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal. Hubungan demikian ini bukan saja antara supervisor dengan guru, melainkan juga antara supervisor dengan pihak lain yang terkait dengan program Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan). Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya supervisor bersikap membantu, memahami, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor. Berikutnya guru diberi tugas merancang sendiri RPP sesuai dengan Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan silabus yang telah di tentukan kepala sekolah, untuk mengetahui kepastian penyerapan atau penguasaan guru dalam menyususn RPP melalui Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan).

Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata kualitas kompetensi guru dalam penyusunan RPP setelah Supervisisiklus II, rata-rata mencapai 79,3.

Indikator keberhasilan Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) yaitu 80% dari seluruh guru mencapai skor 75. Berdasarkan hasil observasi Siklus II, guru yang mencapai skor 75 mencapai 8 orang atau 88,9% sehingga dapat disimpulkan Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) siklus II telah berhasil.

Setelah melaksanakan proses perbaikan penyusunan RPP melalui Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) siklus I diperoleh refleksi sebagai berikut:

1)    Hasil evaluasi penyusunan RPP oleh guru rata-rata 79,3.

2)    Guru yang mencapai skor 75 mencapai 8 orang atau 88,9%.

Pada tindakan siklus I belum menunjukkan keberhasilan guru sudah optimal. Karena dilihat dari hasil nilai penyusunan RPP siklus II, guru yang mendapat nilai ≥ 75 ada 8 guru atau seluruh guru telah berhasil mencapai nilai 75. Indikator keberhasilan sudah meningkat dan semua guru lebih baik daripada pada siklus I awal.Oleh karena itu tindakan siklus II berupa Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) dinyatakan telah berhasil.

Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Siklus I

Pada kegiatan Siklus I, guru secara bersama dengan bimbingan supervisor/kepala sekolah melakukan kegiatan penyusunan RPP. Dalam hal ini guru dikelompokan ke dalam dua kelompok: guru kelas rendah 4 orang dan guru kelas tinggi, guru agama, dan guru penjaskes 5 orang. Kepala sekolah berusaha mengoptimalkan proses penyusunan RPP melaui program CLCK.

Tindakan siklus I, meskipun masih ditemukan kelemahan yang diluar perkiraan peneliti, namun hasil penyusunan RPP yang dilakukan guru ternyata lebih baik dari hasil kondisi awal. Hal tersebut terbukti pada pertemuan pra siklus, guru yang mencapai nilai 75 hanya 2 rang (22,2%) dari 9 guru. Sedangkan pada perbaikan pembelajaran siklus I yang mencapai nili 75 meningkat menjadi 6 guru (66,7%) dari 9 guru, dan masih ada 3 guru (33,3%) yang belum mencapai indicator keberhasilan. Peningkatan 44,4%. Dengan demikian harus dilaksanakan tindakan Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) siklus II.

Siklus II

Pelaksanaan Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya. Melalui Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat. Pengembangan kemampuan dalam konteks ini tidak hanya semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru dalam menyusun RPP, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas pembelajaran akan meningkat.

Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) diselenggarakan dengan maksud membantu guru mengembangkan kemampuannya profesionalnnya dalam memahami akademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu.

Pada siklus II ini, guru secara individu dengan bimbingan kepala sekolah, melakukan kegiatan penyusunan RPP. Kepala sekolah berusaha mengoptimalkan proses penyusunan RPP. Pada akhir Program CLCK kepala sekolah memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman guru terhadap penyusunan RPP.Terbukti pada pertemuan Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) siklus II guru yang mencapai nilai 75 meningkat. Pada siklus I terdapat 6 (66,7%) guru, meningkat menjadi 8 guru (88,9%) dari 9 siswa atau meningkat sebesar 22,2%.

Peningkatan Kompetensi Pedagogik Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) selanjutnya dilakukan secara komprehensif. Program Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) mencakup keseluruhan aspek pengembangan akademik, walaupun mungkin saja ada penekanan pada aspek-aspek tertentu berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan akademik sebelumnya. Prinsip ini untuk memenuhi tuntutan multi tujuan Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan), berupa pengawasan kualitas, pengembangan profesional, dan memotivasi guru.

Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) juga dilakukan konstruktif. Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) bukanlah untuk mencari kesalahan-kesalahan guru. Memang dalam proses pelaksanaan Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) itu terdapat kegiatan penilaian unjuk kerja guru, tetapi tujuannya bukan untuk mencari kesalahan-kesalahannya. Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) akan mengembangkan pertumbuhan dan kreativitas guru dalam memahami dan memecahkan problem-problem akademik yang dihadapi.

Selanjutnya, dalam tindakan ini Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) dilakukan secara obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) harus obyektif. Objektivitas dalam penyusunan program berarti bahwa program Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) itu disusun berdasarkan kebutuhan nyata pengembangan profesional guru yaitu penyusunan RPP. Begitu pula dalam mengevaluasi keberhasilan program Program CLCK.

Berdasarkan hasil observasi, Kompetensi Pedagogik guru dalam penyusunan RPP sebelum Program CLCK yang termasuk kategori cukup baik sebesar 69,5%. Kekurangan Kompetensi Pedagogik guru dalam penyusunan RPP diperbaiki pada siklus I sehingga kompetensi para guru telah meningkat menjadi 75,5%. Selanjutnya pada siklus II kompetensi guru dalam penyusunan RPP meningkat menjadi rata-rata 79,3%. Maka program CLCK tentang penyusunan RPP siklus II telah berhasil.Peningkatan kompetensi pedagogik guru dalam penyusunan RPP sebagai berikut.

 

 

 

 

 

 

Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru dalam Penyusunan RPP Sebelum dan sesudah Program CLCK

Guru

prasiklus

%

siklus 1

%

siklus 2

%

Guru kelas I

3.0

73.9

3.0

76.1

3.2

81.0

Guru kelas II

2.5

62.5

3.1

76.6

3.1

78.3

Guru kelas III

2.5

63.0

3.1

77.2

3.2

79.3

Guru kelas IV

3.0

73.9

3.0

74.5

3.3

83.2

Guru kelas V

3.0

75.0

3.1

77.2

3.2

80.4

Guru kelas VI

2.8

69.6

2.9

71.7

3.0

74.5

Guru Penjasorkes

2.4

60.9

3.0

73.9

3.1

76.6

Guru P Agama Katholik

2.9

71.7

3.0

75.5

3.2

79.3

Guru P Agama Islam

3.0

75.0

3.1

77.2

3.2

81.0

rata-rata

2.78

69.5

3.02

75.5

3.17

79.3

 

Hasil Penellitian

Sejumlah temuan selama kegiatan penelitian terutama dari hasil Program CLCK penyusunan RPP yang dilaksanakan oleh peneliti, Kompetensi Pedagogik guru dapat meningkat.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan siklus I sampai siklus II yang telah dilaksanakan oleh peneliti, maka simpulan penelitian ini sebagai berikut: (1) Kompetensi pedagogik guru dalam penyusunan RPP sebelum Program CLCK rata-rata 69,5, pada siklus I kompetensi para guru telah meningkat menjadi rata-rata 75,5, dan pada siklus II kompetensi guru dalam penyusunan RPP meningkat menjadi rata-rata 79,3; (2) Hasil evaluasi penyusunan RPP yang dilakukan guru pada pra siklus, guru yang mencapai nilai ≥ 75 hanya 2 orang (22,2%) dari 9 guru. Pada siklus I setelah Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) yang mencapai nilai ≥ 75 meningkat menjadi 6 guru (66,7%). Pada siklus II ini, yang mencapai nilai ≥75 terdapat 8 guru (88,9%) dari 9 guru.

Implikasi

54

 

Berdasarkan pada landasan teori pada hasil penelitian ini maka penulis akan menyampaikan implikasi yang berguna secara teoritis maupun praktis dalam upaya mengoptimalkan kompetensi pedagogik guru dalam menyusun RPP. Implikasi Teoritis: dengan pelatihan Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) dalam penyusunan RPP, guru akan mengetahui kekurangan/masalah yang berhubungan dengan kompetensi menyusun RPP. Implikasi Praktis: tampak bahwa kompetensi pedagogik menyusun RPP memerlukan Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) sehingga dengan adanya Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan) dari kepala sekolah dapat mengoptimalkan kompetensi pedagogik guru.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan kesimpulan dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang perlu disarankan.

1.     Saran bagi guru: hendaknya guru meningkatkan kompetensi menyusun RPP tanpa harus menunggu adanya Program CLCK (Contoh, Latihan, Coba, Kembangkan). Apabila ada masalah/kesulitan segera minta bantuan Kepala sekolah Sekolah untuk memecahkannya, sehingga kompetensi pedagogik bisa maksimal, khususnya dalam penyusunan RPP. Kompetensi pedagogik akan terwujud bila guru ada kemauan untuk aktif dan kreatif.

2.     Saran bagi kepala sekolah: sebaiknya melakukan Program CLCK dan pelatihan penyusunan RPP pada semua bidang studi, tidak hanya mata pelajaran tertentu saja.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2012. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Ke/uruan. Jakarta: Depdikbud Didendikti.

Depdiknas, 2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka

Depdiknas, Dirjen Dikdasmen. 1999. Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional

Mendikbud (Kementerian Pendidikan dan kebudayaan). 2017. Materi Bimbingan Teknis Fasilitator dan Instruktur Kurikulum 2013 Tahun 2017 Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan kebudayaan.

Mudiyono. 2011. Meningkatkan Kemampuan Guru Membuat Program Remedial Bagi Anak Berkesulitan Belajar Matematika melalui Pembinaan Guru dengan Metode CLCK di Sekolah Inklusi SDN 2 Belimbing Raya Tahun 2011. http://kgp2tabalong.blogspot.com/2013/09/meningkatkan-kemampuan-guru-membuat.html

Mulyono. 2003. Morfologi Bahasa Indonesia, Modul IND A.06 Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjendikdasmen, Depdiknas

Nurjanah, Siti. 2013. Kompetensi Profesional Guru. http://lycheangga.blogspot.com/2013/02/

Nuryani. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Permendiknas nomor 4 tahun 2007

Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005

Sudarwan, Danim. 2013. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Sulistyowati, Endah. 2009. Prosedur Penyusunan RPP sesuai Standar Proses. https://endahsulistyowati.wordpress.com/2009/

Uno, Hamzah B. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajaryang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara

Yuswanti, Rina. 2017. Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Program Menyusun RPP Dengan Penerapan Metode C L C K SDN 2 Jagong Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2017/2018. https://www.widyasari-press.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1243%3Apeningkatan-kompetensi-guru-melalui-pembinaan-&catid=133%3Avol-1-no-8-oktober-2017&Itemid=70