PENINGKATAN KOMPETENSI SISWA

DALAM PERAWATAN PERANGKAT KERAS KOMPUTER

DENGAN MENERAPKAN METODE PROBLEM BASED LEARNING DENGAN TEKNIK BIMBINGAN INDIVIDU SISWA KELAS X MM2

SMK NEGERI 1 KLATEN SEMESTER GASAL

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Widyasworo Hidayati

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Klaten

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah ingin meningkatkan kompetensi siswa dalam perawatan perangkat keras komputer dengan menerapkan metode problem based learning dengan teknik bimbingan individu bagi siswa kelas X MM2 SMK Negeri 1 Klaten semester gasal tahun pelajaran 2018/2019. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas X MM2 SMK Negeri 1 Klaten yang berjumlah 36 siswa, terdiri dari perempuan 29 dan laki-laki 7 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi, dan teknik analisis data dengan deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai tes dari nilai pengamatan siklus 1 dan nilai pengamatan setelah tindakan 2 (siklus 2), kemudian direfleksi juga hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat. Hasil penelitian berupa kesimpulan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran Komputer dan Jaringan Dasar dalam materi perawatan perangkat keras komputer siswa kelas X MM2 SMK Negeri 1 Klaten tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini terbukti dengan hasil penghitungan yang menunjukkan bahwa ada peningkatan nilai rata-rata sebesar 4,62% yaitu dari siklus rata-rata nilai siswa 70,08 pada siklus II menjadi 77,7, dan ketuntasan naik 44,4% dari 55,6% pada kondisi siklus I menjadi 100% pada siklus II

Kata Kunci: Kompetensi, Perawatan Perangkat Keras Komputer, Problem Based Learning dan Teknik Bimbingan Individu

 

PENDAHULUAN

Perawatan komputer adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara rutin untuk tujuan menjaga dan memelihara hardware serta software agar computer dapat bekerja dengan semestinya dan komputer tidak mengalami kerusakan pada hardware ataupun software. Perbaikan komputer adalah proses memperbaiki hardware atau software yang mengalami kerusakan sehingga fungsinya dapat kembali bekerja sesuai dengan fungsinya.Dengan adanya perawatan dan perbaikan komputer, membuat sistem komputer menjadi lebih lancar dan maksimal, untuk itu perawatan, pengawasan dan perbaikan menjadi bagian dari sebuah wujud memaksimalkan komputer.

 Mata pelajaran Komputer dan Jaringan Dasar dalam jenjang menengah mempersiapkan siswa untuk dapat merawat dan memperbaiki komputer dalam kehidupatan nyata. Salah satu cara mempersiapkan siswa tersebut, mengomunikasikan gagasan atau konsep melalui pemberian materi tentang perawatan perangkat keras komputer. Upaya memahami materi tentang perawatan perangkat keras komputer bertujuan siswa dapat mempraktikan hal-hal yang berkaitan dengan perawatan perangkat keras komputertersebut dalam kehidupan keseharian. Eko Marpanaji mengemukakan bahwa saat ini komputer sudah merupakan barang/benda yang wajib dikenal oleh masyarakat terdidik. Namun demikian, kita tidak saja cukup mengenal apa itu komputer dan apa gunanya tetapi juga harus tahu bagaimana cara merawatnya sehingga komputer tetap dapat digunakan.

Penulis selaku guru baru pada jurusan Multimedia di SMK negeri 1 Klaten mengumpulkan informasi tentang kegiatan pembelajran mata pelajaran Komputer dan Jaringan Dasar. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru multimedia di SMK negeri 1 KLaten dapat dijelaskan bahwa kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Komputer dan Jaringan Dasar kelas X SMK Negeri 1 Klaten dilakukan dengan model konvensional berbantu media power point, dimana guru menjelaskan materi secara verbal sehingga siswa lebih banyak mendengarkan dan mencatat penjelasan guru selama kegitan pembelajaran berlangsung. Hal ini jelas siswa tidak mempunyai ruang untuk mempresentasikan ide-ide atau gagasan-gagasannya, siswa hanya menerima saja tanpa aktif turut serta dalam berfikir dan mencari masalah yang ditanyakan oleh guru. Kurangnya peran siswa didalam kegiatan belajar, menjadikan siswa lebih tertarik melakukan melakukan aktivitas lain seperti berbicara dengan teman sebangku, bermain handphone (HP), siswa tertidur, dan mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Sedangkan hasil wawancara dari beberapa siswa terkait melakukan aktivitas lain, karena siswa kurang tertarik terhadap model dan media pembelajaran yang sudah sering digunakan oleh guru saat mengajar di kelas. Siswa kurang termotivasi dan berperan aktif di kelas sehingga merasa susah didalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi adalah rendahnya motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Komputer dan Jaringan Dasar yang disebabkan oleh model pembelajaran guru yang konvensional dan media yang sudah sering digunakan oleh guru.Untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan suatu model pembelajaran, salah satu model yang dapat digunakan untuk motivasi adalah model pembelajaran PBL (problem based learning). Hal tersebut sejalan dengan Scunnk dkk, dalam Eggen menyatakan bahwa “model-model Pembelajaran Berbasis Masalah bisa efektif untuk meningkatkan motivasi siswa karena mereka memanfaatkan efek motivasi dari rasa ingin tahu, tantangan, tugas autentik, keterlibatan, dan otonomi, semua faktor yang meningkatkan motivasi siswa untuk belajar”. Metode problem based learning (PBL) dimana guru mempresentasikan ide-ide atau mendemostrasikan berbagai ketrampilan, peran guru adalah menyodorkan masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Siswa disuguhkan berbagai bentuk masalah dan memberikan memberikan kesempatan kepada siswa untuk sampai pada ide-ide atau teorinya sendiri.

Kurangannya pengetahuan guru tetang media pembelajaran, dikarenakan guru pengampu mata pelajaran Komputer dan Jaringan Dasar memang belum memahami betul karakteristik siswa yang menjadi peserta didiknya, sehingga media yang digunakan adalah media power point saja setiap kali mengajar. Oleh sebab itu dalam pembelajaran kali ini penulis mengajar mata pelajaran Komputer dan Jaringan Dasar dengan metode PBL (problem based learning) dikolaborasikan dengan teknik bimbingan individu. Dengan melihat proses pembelajaran Komputer dan Jaringan Dasar yang belum dapat sepenuhnya membantu siswa mengembangkan potensi siswa, maka penulis ingin memperbaiki pembelajaran Komputer dan Jaringan Dasar melalui pelaksanaan tindakan kelas. Metode sederhana yang ingin penulis terapkan untuk meningkatkan hasil belajar yang berupa metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang lebih menekankan segi proses dan bukan sekedar hasil belajar yang diperoleh, bila proses berjalan maksimal, maka kemungkinan besar hasil belajar yang diperoleh juga optimal (Rusmono, 2012: 82).

 Peran guru dalam metode pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai pembimbing dan fasilitator, sehingga siswa belajar berpikir dan memecahkan masalah mereka secara mandiri. Hamalik (2009:171) menyatakan bahwa: “pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri”. Model Problem Based learning merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis dan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya dilihat dari nilai yang diperoleh siswa, tetapi juga pada proses belajarnya. Hasil belajar berawal dari proses belajar, karena dengan proses belajar yang baik, hasi belajar akan baik pula.

KAJIAN TEORI

Kompetensi Siswa

 Menurut E. Mulyasa (2006: 37) kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. McAshan (1981: 45) dalam E. Mulyasa (2006: 38), mengungkapkan bahwa kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Penulis dapat menarik suatu pengertian bahwa kompetensi adalah kapasitas seseorang berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, minat, dan pemahaman yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaikbakinya untuk mencapai hasil yang diinginkan. Menurut Usman (2001) yang dikutip Asep Jihad (2008: 16), ada tiga kompetensi yang mempunyai tingkatan yaitu kompetensi kognitif, kompetensi afektif, kompetensi psikomotorik.

 Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana (2013: 22-28) membagi kompetensi kognitif terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Nana Sudjana (2013: 30) kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar sampai tingkat yang kompleks yang terdiri dari: Receiving atau menerima, Responding atau jawaban, Valuing (penilaian), Organisasi, dan Karakteristik nilai atau internalisasi nilai. Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana (2013: 29), ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Menurut Nana Sudjana (2013: 23) bahwa aspek psikomotorik merupakan hasil belajar yang berupa ketrampilan dan kemampuan melakukan suatu tindakan. Terdapat enam aspek dalam ranah psikomotorik yang saling berhubungan, yaitu: 1) Gerakan refleks, 2) Ketrampilan gerakan dasar, 3) Kemampuan perseptual, 4) keharmonisan atau ketepatan, 5) Gerakan ketrampilan kompleks, dan 6) Gerakan ekspresif dan interpretative.

 

Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa (Gagne dalam Rusmono, 2012: 6). Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah salah satu model pembelajaran dimana siswa baik secara individu maupun kelompok bekerjasama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru (Muhammad Nur, 2000: 48). Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menawarkan kebebasan siswa dalam proses pembelajaran (Rusmono, 2012: 74). Lebih lanjut Panen (dalam Rusmono, 2012: 74), menjelaskan bahwa strategi berbasis masalah melibatkan siswa dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Model pembelajaran ini dipandang sebagai model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir tinggi. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivitas yaitu siswa harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri, guru hanya berperan membatu siswa menemukan fakta, konsep atau prinsip bagi diri mereka sendiri bukan memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas. Pada model pembelajaran model ini dimulai dengan guru menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa-siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan, dan menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.

Bimbingan Individu

Bimbingan adalah sebagai “bantuan” terjemahan dari guidance. Dalam kamus bahasa Inggris guidance dikaitkan dengan kata asal guide, yang diartikan sebagai berikut: menunjukkan jalan, memimpin, menuntun, memberi petunjuk, mengatur, mengarahkan, memberi nasihat (Winkel, 2004: 27). Pembahasan atas suatu masalah tidak bisa dilepaskan dari sudut tinjauan orang yang mengupasnya. Hal inilah yang akan menimbulkan adanya perbedaan-perbedaan pendapat dari masing-masing ahli. Masing-masing ahli mempunyai sudut pandang sendiri dengan fokus perhatian yang kadang-kadang tidak sama dengan ahli yang lain.

 Bimbingan pribadi (Ketut, 1993: 11) adalah bimbingan pribadi merupakan usaha bimbingan dalam menghadapi dan memecahkan masalah pribadi, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan. Bimbingan dapat diberikan baik untuk menghindari kesulitan-kesulitan maupun untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh individu di dalam kehidupannya. Bimbingan dapat diberikan bukan hanya untuk mencegah agar kesulitan itu tidak atau jangan timbul, tetapi juga dapat diberikan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang telah menimpa individu. Bimbingan lebih bersifat pencegahan dari pada penyembuhan (Walgito, 2004: 6). Bimbingan dimaksudkan supaya individu dapat mencapai kesejahteraan hidup.

 

 

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Tempat penelitian adalah SMK Negeri 1 Klaten. Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ruang lab karena materi Komputer dan Jaringan Dasar yang diajarkan dalam penelitian ini sebagian besar bersifat ketrampilan/psikomotorik sehingga menggunakan laboratorium. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Multimedia di SMK Negeri 1 Klaten, tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan September sampai November 2018, waktu tiga bulan ini digunakan untuk penyusunan proposal, pelaksanaan tindakan, dan penyusunan laporan. Siklus pertama dilaksanakan pada awal bulan Oktober 2018 dengan durasi 2 x 45 menit, dan siklus kedua dilaksanakan pada pertengahan hingga akhir bulan Oktober 2018 dengan durasi waktu 2 x 45 menit.

Bentuk Penelitian

 Penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki situasi pembelajaran di kelas, meskipun untuk itu tidak harus dilakukan di ruang kelas (Arikunto, 2010: 4-5). Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan tindakan kelas. Bentuk penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, sikap secara individual maupun kelompok (Nana Syaodih Sukamadinata, 2005: 60). Penelitian tindakan merupakan penelitian yang diarahkan pada mengadakan pemecahan masalah atau perbaikan (Nana Syaodih Sukamadinata, 2005: 56).

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti (Saifudin Azwar, 2007: 34). Subjek yang diteliti adalah siswa kelas X MM2 SMK Negeri 1 Klaten yang berjumlah 36 siswa, terdiri dari perempuan 29 dan laki-laki 7 siswa. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa sebagai subjek penelitian, guru sebagai peneliti dan teman sejawat/kolaborator adalah Ibu Deni Retno Yuniati.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah tentang hasil belajar mata pelajaran Komputer dan Jaringan Dasar siswa kelas X MM2 SMK Negeri 1 Klaten pada materi “perawatan perangkat keras komputer”. Untuk memperoleh data tersebut, maka teknik yang digunakan adalah: (1) Observasi/pengamatan yaitu suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur yang terstandar (Suharsimi Arikunto, 2002: 197). Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung di kelas X MM2 SMK pada saat pembelajaran Komputer dan Jaringan Dasar dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Indikator yang digunakan untuk mengmati kegiatan siswa dalam pembelajaran perawatan perangkat keras computer adalah (1) membuka, menutup kembali dan membersihkan CPU, (2) melepas, memasang kembali dan membersihkan power supply, (3) melepas, memasang kembali dan membersihkan motherboard, dan (4) melepas, memasang kembali dan membersihkan peripheral yang terpasang. (2) Dokumentasi yaitu metode yang dilaksanakan dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2002: 206). Dokumentasi pada penelitian tindakan kelas ini berupa daftar nama dan daftar nilai siswa kelas X MM2 SMK Negeri 1 Klaten tahun pelajaran 2018/2019.

Analisis Data

 Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa angka-angka, yaitu nilai hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa dalam hal Perawatan perangkat keras komputer dan hasil pengamatan teman sejawat. Karena data yang dianalisis berupa angka, dan non angka, maka analisis yang dilakukan adalah dengan deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai tes dari nilai pengamatan siklus 1 dan nilai pengamatan setelah tindakan 2 (siklus 2), kemudian direfleksi juga hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat.

Prosedur Penelitian

Dalam hubungannya dengan judul penelitian ini, maka pemilihan bentuk penelitian kualitatif deskriptif dengan tindakan kelas bertujuan agar mampu mendeskripsikan dan menganalisis kesulitan-kesulitan siswa dalam mempelajari materi tentang Perawatan perangkat keras komputer. Untuk itu, prosedur penelitian menggunakan desain PTK Model model John Elliot, dengan tiga langkah sebagai berikut (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan dan observasi dan (3) refleksi.

Indikator Keberhasilan

 Untuk penelitian ini, dengan indikator bahwa penelitian dianggap berhasil bila lebih dari 80% siswa memperoleh nilai ≥ KKM (Kriteria Ketuntatasan Minimal) yang ditentukan, yaitu 75.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Pelaksanaan Siklus 1

 Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan, antara lain: (1) Menyiapkan silabus dan RPP sesuai kompetensi dasar yang akan disampaikan, (2) Menyiapkan sarana yang digunakan dalam pembelajaran Komputer dan Jaringan Dasar di Lab, (3) Berkoordinasi dengan peserta didik kelas X MM2, (4) berkoordinasi dengan kolaborator yaitu Ibu Deni Retno Y, (5) Menjelaskan kepada siswa pembelajaran Komputer dan Jaringan Dasar pada materi Perawatan perangkat keras komputer dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning).

 Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam 4 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 01 Oktober 2018 pada jam ke 2, 3, dan 4. Pada saat guru masuk kelas bersama kolaborator, siswa belum terlihat mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran Komputer dan Jaringan Dasar. Kemudian guru menenangkan siswa dan meminta ketua kelas menenangkan siswa agar konsentrasi dan perhatian terhadap pembelajaran. Suasana kelas mulai tenang kemudian dilanjutkan dengan guru mengabsen kehadiran siswa. Setelah membentuk siswa menjadi 8 kelompok, guru menyodorkan masalah untuk dibahas dalam kelompok, yaitu mengenai (1) membuka, mneutup kembali dan membersihkan CPU, (2) melepas, memasang kembali dan membersihkan power supply, (3) melepas, memasang kembali dan membersihkan motherboard, dan (4) melepas, memasang kembali dan membersihkan peripheral yang terpasang. Setiap satu topik dibahas oleh dua kelompok. Guru meminta kepada siswa untuk diskusi kelompok sesuai topik yang telah mereka dapatkan melalui undian. Selesai diskusi setiap kelompok mempunyai waktu sekitar 5 – 10 menit untuk presentasi dan memberikan tanggapan jika ada kelompok lain yang memberikan tanggapan. Guru menutup pelajaran dengan memberikan pesan agar diskusi ini pada pertemuan berikutnya dapat dipraktikkan di lab multimedia dengan baik.

 Pertemuan kedua siklus I terlaksana pada hari Selasa, 2 Oktober 2018 pada jam ke 1 dan 2. Pada pertemuan kedua ini pembelajaran langsung dilakukan di lab. Multimedia dengan agenda praktik langsun mengenai perawatan perangkat keras computer. Dalam ruang ini guru meminta para peserta didik untuk praktik melakukan 4 kegiatan yang telah ditentukan dalam indicator pengamatan, yaitu (1) membuka, menutup kembali dan membersihkan CPU, (2) melepas, memasang kembali dan membersihkan power supply, (3) melepas, memasang kembali dan membersihkan motherboard, dan (4) melepas, memasang kembali dan membersihkan peripheral yang terpasang. Siswa melakukan kegiatan tersebut, lalu guru mengamati dan membimbing siswa agar pelaksanaannya itu sesuai dengan teori yang telah dipelajari pada pertemuan pertama.

 Pertemuan ketiga siklus I terlaksana pada hari Senin, 8 Oktober 2018 pada jam ke 2, 3 dan 4. Pada pertemuan ini pembelajaran langsung dilakukan di lab. Multimedia dengan agenda pembimbingan oleh guru kepada peserta didik mengenai perawatan perangkat keras komputer. Guru menjelaskan cara-cara yang benar dalam melakukan perawatan terhadap perangkat keras komputerkemudian mengamati praktik yang dilakukan siswa kemudian memberikan pembimbingan kepada siswa yang masih belum betul dalam melakukan perawatan perangkat keras komputer. Dalam ruang ini guru meminta para peserta didik untuk praktik melakukan 4 kegiatan yang telah ditentukan dalam indikator pengamatan, yaitu (1) membuka, menutup kembali dan membersihkan CPU, (2) melepas, memasang kembali dan membersihkan power supply, (3) melepas, memasang kembali dan membersihkan motherboard, dan (4) melepas, memasang kembali dan membersihkan peripheral yang terpasang.

 Pertemuan keempat siklus I terlaksana pada hari Selasa, 9 Oktober 2018 pada jam ke 1 dan 2. Pada pertemuan kedua ini pembelajaran langsung dilakukan di lab. Multimedia dengan agenda pengamatan paraktik siswa langsung mengenai perawatan perangkat keras komputer. Dalam ruang ini guru meminta para peserta didik untuk praktik melakukan 4 kegiatan yang telah ditentukan dan guru meberikan dalam indicator pengamatan, yaitu (1) membuka, menutup kembali dan membersihkan CPU, (2) melepas, memasang kembali dan membersihkan power supply, (3) melepas, memasang kembali dan membersihkan motherboard, dan (4) melepas, memasang kembali dan membersihkan peripheral yang terpasang. Penilaian yang dilakukan guru untuk memperoleh nilai siswa adalah dilakukan pada setiap pertemuan, baik pada pertemuan pertama, kedua, ketiga dan keempat. Jadi selama pembelajaran berlangsung guru membawa intrumen pengamatan berupa lembar pengamatan yang terdapat 4 indikator.

 Hasil penilaian yang dilakukan guru melakukan pengamatan selama 4 kali proses pembelajaran mata pelajaran Komputer dan Jaringan Dasar dapat dijelaskan bahwa dari 36 siswa yang telah memperoleh nilai tuntas sebanyak 20 siswa atau 55,6% sedangkan yang belum tuntas sebanyak 16 siswa atau 44,4%. Indikator ketercapaian yang ditentukan adalah 80%, karena pada siklus I ini ketercapaian baru mancapai 55,6% maka penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya yaitu siklus II. Dengan pelaksanaan metode yang sama dengan siklus I, yaitu menggunakan metode PBL dengan teknik bimbingan dari guru.

 Refleksi siklus I dapat dijellaskan bahwa pada siklus I, guru dalam menyiapkan siswa mengikuti pelajaran, menjelaskan materi, membentuk kelompok secara heterogen, guru memberikan penjelasan tentang perawatan perangkat keras komputer dengan jelas, dan mengklarifikasi hasil presentasi siswa dan membimbing siswa ketika praktik. Namun pada kegiatan memfasilitasi, menciptakan situasi belajar yang kondusif, memberikan penghargaan/motivasi kepada siswa secara individu dan kelompok, menjawab pertanyaan siswa, dan menegur siswa yang ramai belum dilakukan dengan baik.

 Dari laporan ibu Deni Retno Y selaku pengamat diperoleh penjelasan bahwa kegiatan siswa dalam mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran, memperhatikan penjelasan guru, memberikan pendapat dengan adil, menghargai pendapat teman lain, melakukan presentasi, menjawab tanggapan dari kelompok lain, mengendalikan emosi pada saat berpendapat, menyesuaikan hasil diskusi dengan klarifikasi guru, dan memahami penjelasan guru belum dilaksanakan dengan baik. Tetapi dalam melakukan presentasi kelompok dan menjawab pertanyaan/tanggapan belum erlaksana dengan baik, masih ada siswa/kelompok yang belum memperhatikan presentasi/penjelasan siswa lain dengan baik.

 Indikator keberhasilan proses pembelajaran terjadi jika lebih dari 80% siswa memperoleh nilai ≥ KKM (Kriteria Ketuntatasan Minimal) yang ditentukan, yaitu 75. Pada siklus I siswa yang mendapat nilai > 75 mencapai 20 siswa atau 55,6%. Ini berarti indikator keberhasilan belum terwujud, maka penelitian dilanjutkan pada tindakan selanjutnya (siklus II).

Hasil Pelaksanaan Siklus II

 Kegiatan perencanaan yang dilakukan pada siklus II sama seperti pada siklus I, yaitu: (1) Menyiapkan silabus dan RPP sesuai kompetensi dasar yang akan disampaikan, (2) Menyiapkan sarana yang digunakan dalam pembelajaran Komputer dan Jaringan Dasar di Lab, (3) Berkoordinasi dengan peserta didik kelas X MM2 agar dapat bekerjasama dengan baik dalm pelaksanaan tindakan, (4) berkoordinasi dengan kolaborator yaitu Ibu Deni Retno Y, (5) Menjelaskan kepada siswa pembelajaran Komputer dan Jaringan Dasar pada materi Perawatan perangkat keras komputer dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning).

 Pelaksanaan tindakan pada siklus II juga dilakukan dalam empat kali pertemuan. Untuk siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 15 Oktober 2018 pada jam ke 2, 3, dan 4. Pada saat guru masuk kelas bersama kolaborator, siswa belum terlihat mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran Komputer dan Jaringan Dasar. Kemudian guru menenangkan siswa dan meminta ketua kelas menenangkan siswa agar konsentrasi dan perhatian terhadap pembelajaran. Suasana kelas mulai tenang kemudian dilanjutkan dengan guru mengabsen kehadiran siswa.

 Kelompok diskusi pada siklus II sama seperti anggota kelompok pada siklus I, hal ini untuk menghemat waktu pembelajaran. Permasalahan yang dibahas oleh kelompok pada siklus II juga sama dengan masalah pada siklus I, yaitu mengenai (1) membuka, menutup kembali dan membersihkan CPU, (2) melepas, memasang kembali dan membersihkan power supply, (3) melepas, memasang kembali dan membersihkan motherboard, dan (4) melepas, memasang kembali dan membersihkan peripheral yang terpasang. Karena kelompok ada 8, maka setiap satu topik permasalahan dibahas oleh dua kelompok. Guru meminta kepada siswa untuk diskusi kelompok sesuai topik yang telah mereka dapatkan. Selesai diskusi setiap kelompok mempunyai waktu sekitar 5 – 10 menit untuk presentasi dan memberikan tanggapan jika ada kelompok lain yang memberikan tanggapan. Presentasi bisa semua anggaaota maju ked pan kelas, bisa wakil kelompoknya saja. Guru menutup pelajaran dengan memberikan pesan agar hasil diskusi yang telah dipresentasikan ini pada pertemuan berikutnya dapat dipraktikkan di lab multimedia dengan baik.

 Pertemuan kedua siklus II terlaksana pada hari Selasa, 16 Oktober 2018 pada jam ke 1 dan 2. Pada pertemuan kedua ini pembelajaran langsung dilakukan di lab. Multimedia dengan agenda praktik langsung mengenai perawatan perangkat keras komputer. Dalam ruang ini guru menjelaskan hal-hal penting berkaitan dengan perawatan perangkat keras computer secara ringkas, lalu meminta para peserta didik untuk praktik melakukan 4 kegiatan yang telah ditentukan dalam indikator pengamatan, yaitu (1) membuka, menutup kembali dan membersihkan CPU, (2) melepas, memasang kembali dan membersihkan power supply, (3) melepas, memasang kembali dan membersihkan motherboard, dan (4) melepas, memasang kembali dan membersihkan peripheral yang terpasang. Siswa melakukan kegiatan tersebut, lalu guru mengamati dan membimbing siswa agar pelaksanaannya itu sesuai dengan teori yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Siswa yang belum paham dalam melakukan perawatan terhadap perangka keras kompoter diberi kesempatan untuk bertanya kepada siswa sebagai teman sejawat, bisa juga bertanya dan mohon bimbingan dari guru secara individu.

 Pertemuan ketiga siklus II terlaksana pada hari Senin, 22 Oktober 2018 pada jam ke 2, 3 dan 4. Pada pertemuan ini pembelajaran langsung dilakukan di lab. Multimedia dengan agenda pembimbingan oleh guru kepada peserta didik mengenai perawatan perangkat keras komputer. Guru menjelaskan cara-cara yang benar dalam melakukan perawatan terhadap perangkat keras komputer kemudian mengamati praktik yang dilakukan siswa kemudian memberikan pembimbingan kepada siswa yang masih belum betul dalam melakukan perawatan perangkat keras komputer. Dalam ruang ini guru meminta para peserta didik untuk praktik melakukan 4 kegiatan yang telah ditentukan dalam indikator pengamatan, yaitu (1) membuka, menutup kembali dan membersihkan CPU, (2) melepas, memasang kembali dan membersihkan power supply, (3) melepas, memasang kembali dan membersihkan motherboard, dan (4) melepas, memasang kembali dan membersihkan peripheral yang terpasang.

 Pertemuan keempat siklus II terlaksana pada hari Selasa, 23 Oktober 2018 pada jam ke 1 dan 2. Pada pertemuan kedua ini pembelajaran langsung dilakukan di lab. Multimedia dengan agenda pengamatan paraktik siswa langsung mengenai perawatan perangkat keras komputer. Dalam ruang ini guru meminta para peserta didik untuk praktik melakukan 4 kegiatan yang telah ditentukan dan guru meberikan dalam indicator pengamatan, yaitu (1) membuka, menutup kembali dan membersihkan CPU, (2) melepas, memasang kembali dan membersihkan power supply, (3) melepas, memasang kembali dan membersihkan motherboard, dan (4) melepas, memasang kembali dan membersihkan peripheral yang terpasang. Sama seperti pada siklus I, untuk mendapatkan nilai siswa, penilaian yang dilakukan guru untuk memperoleh nilai siswa adalah dilakukan pada setiap pertemuan, baik pada pertemuan pertama, kedua, ketiga dan keempat. Untuk Indikator 1 dan 2, penilaian dilakukan pengamatan oleh kolaborator yaitu Ibu Deni Retno, dan untuk indikator 3 dan 4 fokus pengamatan dilakukan oleh guru selaku penulis dan peneliti. Jadi selama pembelajaran berlangsung guru membawa instrumen pengamatan berupa lembar pengamatan yang terdapat 4 indikator.

 Hasil observasi, yang dilakukan guru melakukan pengamatan selama 4 kali proses pembelajaran mata pelajaran Komputer dan Jaringan Dasar menunjukkan bahwa dari 36 siswa X MM2 SMK Negeri 1 Klaten yang telah memperoleh nilai tuntas pada kompetensi perawatan perangkat keras komputer adalah semua (36) atau 100%. Indikator ketercapaian yang ditentukan adalah 80%, karena pada siklus II ini ketercapaian sudah mancapai 100% maka penelitian dihentikan pada sklus II dan dilanjutkan penyusunan laporan PTK.

 Refleksi Siklus II. Dari laporan kolaborator dapat dijelaskan bahwa pada siklus II, semua siswa yang menjadi subjek penelitian telah melaksanakan pembelajaran dengan baik. Hal ini terlihat dari pengamatan yang menunjukkan bahwa guru melakukan aktivitas dengan baik. Aktivitas tersebut meliputi: menyiapkan siswa mengikuti pelajaran, menjelaskan materi, membentuk kelompok secara heterogen, siswa mempelajari materi tentang perawatan perangkat keras computer baik melalui teori dengan diskusi dan melalui praktik langsung di lab multimedia, gur bertindak menjadi fasilitator dan motivator, menciptakan situasi belajar yang kondusif, mengklarifikasi hasil presentasi siswa siswa, memberikan penghargaan/motivasi kepada siswa secara individu dan kelompok, menjawab pertanyaan siswa dengan sabar, dan menegur siswa yang ramai/bercanda dalam belajar. Aktivitas siswa pada siklus II juga menunjukkan kriteria yang baik, aktivitas siswa tersebut antara lain: (1) sudah dapat membuka, menutup kembali dan membersihkan CPU dengan baik, (2) sudah dapat melepas, memasang kembali dan membersihkan power supply dengan hati-hati, (3) sudah dapat melepas, memasang kembali dan membersihkan motherboard dengan teliti dan cermat, dan (4) juda sudah dapat melepas, memasang kembali dan membersihkan peripheral yang terpasang dengan hati-hati. Indikator keberhasilan proses pembelajaran terjadi jika penilaian hasil belajar siswa rata-rata mencapai skor > 75 dan siswa yang mendapat nilai > 75 mencapai 36 siswa. Untuk ketuntasan belajar, siswa yang mendapat nilai > 75 sebanyak 36 orang berarti prosentas keberhasilan mencapai 100%.

Pembahasan

 Setelah melakukan pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) ada beberapa hal yang berubah dalam pembelajaran di kelas X MM2 SMK Negeri 1 Klaten, yaitu:

Perubahan pada Proses Pembelajaran

 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam pembelajaran Komputer dan Jaringan Dasar pada Kelas X MM2 SMK Negeri 1 Klaten ini dapat merubah sistem pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered. Pembelajaran yang pada awalnya guru yang mendominasi pada kegiatan pembelajaran, maka dengan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) siswalah yang menjadi pelaku utama dalam kegiatan pembelajaran dan guru menjadi motivator dan fasilitator dalam pembelajaran. Guru dalam memberikan bimbingan pun berdasarkan permintaan siswa yang merasa kesulitan dalam belajar. Secara keseluruhan penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) berpengaruh positif terhadap proses pembelajaran Komputer dan Jaringan Dasar karena selain membantu mengaktifkan siswa dan meningkatkan pemahaman siswa, juga dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa, seperti kemampuan mengungkapkan pendapat, kemampuan mengendalikan emosi ketika berbicara/berpendapat, kemampuan menghargai pendapat orang lain, kemampuan mencari solusi untuk pemecahan suatu masalah. Hal ini hampir sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan Yosep Sukrawan pada tahun 2010. Penelitian Yosep Sukrawan menjelaskan bahwa penerapan problem based learning, dengan metode pemecahan masalah berbasis diskusi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Nilai rata-rata ranah afektif 82,12 pada kategori positif dan nilai rata-rata ranah psikomotor 90,9.

Perubahan pada Siswa

Dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dapat membuat siswa yang tadinya pasif dalam pembelajaran menjadi aktif dan bersemangat, sebab metode ini membuat siswa mau mendengarkan pendapat teman dalam kelompok, membuat siswa berpikir dan mencari jawaban atas permasalahan yang diberikan padanya. Siswa menjadi lebih bijaksana dalam berpikir dan berbicara, adil membagi waktu untuk berbicara dalam diskusi dan presentasi. Dalam belajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan ketekunan dan rasa percaya diri siswa dari yang kurang sungguh-sungguh menjadi sungguh-sungguh dalam belajar. Siswa kelihatan malu ketika temannya diminta melakukan praktik perawatan perangkat keras komputer di lab dapat melakukan dengan benar, sedangkan dia sendiri merasa belum yakin dapat melakukan dengan benar.

Hasil Belajar

Hasil akhirnya menunjukkan peningkatan nilai rata-rata pada siklus I sebesar 73,08 pada siklus II menjadi 77,7. Ketuntasan naik 44,4% dari 55,6% pada kondisi siklus I menjadi 100% pada silkus II. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), ternyata dapat meningkatkan kompetensi siswa kelas XMM2 SMK Negeri 1 Klaten tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini sejalan dengan penelitian Christina Supartinah pada tahun 2009, dengan judul penelitian Penerapan Metode Problem Based Learning untuk meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SD Negeri Bedoro 3 Kec. Sambungmacan Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian Christina Supartinah menunjukkan hasil bahwa penerapan model pembelajaran Problem-Based Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Penelitian berhenti pada siklus II karena indikator keberhasilan telah tercapai yaitu minimal 80% siswa memahami materi yang diajarkan dengan memperoleh nilai dalam batas KKM (75).

KESIMPULAN

Dengan melihat hasil pembahasan, maka pelaksanaan tindakan kelas (PTK) ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran Komputer dan Jaringan Dasar dalam materi perawatan perangkat keras komputer siswa kelas X MM2 SMK Negeri 1 Klaten tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini terbukti dengan hasil penghitungan yang menunjukkan bahwa ada peningkatan nilai rata-rata sebesar 4,62% yaitu dari siklus rata-rata nilai siswa 70,08 pada siklus II menjadi 77,7, dan ketuntasan naik 44,4% dari 55,6% pada kondisi siklus I menjadi 100% pada siklus II.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Asep Jihad. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.

Mulyasa. (2006). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

 

Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Huda, Miftakhul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nana, Sudjana. 2023. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nur, Muhammad, 2000. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning, itu Perlu, untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru. Bogor: Ghalia Indonesia.

Azwar, Saifuddin. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sukardi, Dewa Ketut. 1993. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Usman, Husaini. 2011. Manajemen. Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta

Winkel dan Sri Hastuti.(2004). Bimbingan dan Konseling. Media Abadi: Yogyakarta

Yosep Sukrawan, 2010. Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Mesin. Jurnal